You are on page 1of 15

Kamis, 03 Oktober 2013

http://septisetyowati28.blogspot.com/2013/10/sistem-persepsi-sensori-ompotitis.html

SISTEM PERSEPSI SENSORI - OMP (OTITIS MEDIA PURULENTA)


ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS MEDIA PURULENTA (OMP)
1. Pengertian Otitis Media Purulenta (OMP)
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering adalah
infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa
(Soepardi, 1998).
Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi
kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari
telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau kental, bening
atau bernanah.(Kapita selekta kedokteran, 1999)
Otitis media koronik adalah perforasi pada gendang telinga ( warmasif, 2009)
Otitis media kronis adalah peradangan teliga tengah yang gigih, secara khas untuk sedikitnya
satu bulan serta orang awam biasanya menyebut congek (Alfatih, 2007)
Otitis media kronik adalah keradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di
dalam kavum timpani. Otitis media sering dijumpai pada anak anak di bawah usia 15 tahun.
Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan
irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak
tertangani.
Kesimpulan :
OMP atau OMSK adalah peradangan pada telinga tegah dengan
perforasimembrane timpani dimana ditandai dengan secret yang keluar dengan konsistensi
encer maupun kental baik secara terus menerus atau hilang timbul. Selama > 2bulan atau
paling sedikit 1 bulan.
2. Macam-Macam OMP
Otitis media supuratif krinik dibagi dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Tipe tubotimpani (tipe benigna/ tipe aman/ tipe mukosa)
Tipe ini ditandai adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi
dari luas dan keparahan penyakit. Proses peradangan pada OMK posisi ini terbatas pada
mukosa saja, biasanya tidak mengenai tulang, umumnya jarang menimbulkan komplikasi
yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi
keadaan ini terutama kelainan tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, kegagalan
pertahanan mukosa terhadap infeksi pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah,
campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa serta migrasi
sekunder dari epitel squamosa. Sekret mukoid berhubungan dengan hiperplasi sel goblet,
metaplasi dari mukosa telinga tengah
OMSK tipe benigna berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal 2 jenis,yaitu
1) OMSK aktif ialah OMK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif
2) OMSK tenang apabila keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering.
2. Tipe Atikoantral (tipe malignan/ tipe bahaya)
Tipe ini ditandai dengan perforasi tipe marginal atau tipe atik, disertai dengan kolesteatom
dan sebagian besar komplikasi yang berbahaya dan fatal pada OMSK tipe ini.

a.
1)
2)
3)

b.
1)

2)

1.

Kolesteatom adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi
terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatom bertambah besar. Banyak teori
mengenai patogenesis terbentuknya kolesteatom diantaranya adalah teori invaginasi, teori
migrasi, teori metaplasi, dan teori implantasi. Kolesteatom merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman (infeksi), terutama Proteus dan Pseudomonas aeruginosa. Infeksi akan
memicu proses peradangan lokal dan pelepasan mediator inflamasi yang dapat menstimulasi
sel-sel keratinosit matriks kolesteatom bersifat hiperproliferatif, destruksi, dan mampu
berangiogenesis. Massa kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak organ disekitarnya
sehingga dapat terjadi destruksi tulang yang diperhebat oleh pembentukan asam dari proses
pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti
labirinitis, meningitis dan abses otak.
Kolesteatom dapat diklasifikasikan atas dua jenis:
Kolesteatom kongenital.
Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital menurut Derlaki dan Clemis (1965)
adalah :
Berkembang dibelakang membran timpani yang masih utuh.
Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.
Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel undiferential
yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.
Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang temporal,
umumnya pada apeks petrosa. Kolesteatom ini dapat menyebabkan parese nervus fasialis, tuli
saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.
Kolesteatom akuisital atau didapat
Primary acquired cholesteatoma.
Kolesteatom yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran timpani. Kolesteatom
timbul akibat proses invaginasi dari membran timpani pars flaksida akibat adanya tekanan
negatif pada telinga tengah karena adanya gangguan tuba (teori invaginasi). Kolesteatom
yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida1,2
Secondary acquired cholesteatoma.
Terbentuk setelah perforasi membran timpani. Kolesteatom terjadi akibat masuknya epitel
kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah (teori
migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang
berkangsung lama (teori metaplasi).
Bentuk perforasi membran timpani adalah :
Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior, kadangkadang sub total. Pada seluruh tepi perforasi masih ada terdapat sisa membran timpani.

2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi
marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir
postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.

3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flaksida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.
3. Etiologi OMP
Otitis media kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga (perforasi)
(Mediastore,2009). Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh: otitis media akut
penyumbatan tuba eustakius cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam telinga atau
akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba luka bakar karena panas atau zat
kimia. Bisa juga disebabkan karena bakteri, antara lain:
a) Streptococcus.
b) Stapilococcus.
c) Diplococcus pneumonie.
d) Hemopilus influens.
e) Gram Positif : S. Pyogenes, S. Albus.
f) Gram Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli.
g) Kuman anaerob : Alergi, diabetes melitus, TBC paru.
Penyebab OMK antara lain:
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMK dan faktor sosioekonomi belum jelas, tetapi kelompok
sosioekonomi rendah memiliki insiden OMK yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir
dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, dan tempat tinggal yang
padat.
2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMK
berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistemsel-sel
udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini
primer atau sekunder.
3. Riwayat otitis media sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan/
atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu
telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis
4. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada
otitis media kronik yang aktif. Keadaan ini menunjukkan bahwa metode kultur yang
digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah bakteri Gram (-), flora
tipe usus, dan beberapa organisme lainnya.
5. Infeksi saluran nafas atas
Banyak penderita mengeluh keluarnya sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas
atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya

daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah,
sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.
6. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap OMK
7. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang
bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap
antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti
kemungkinannya.
8. Gangguan fungsi tuba eustachius
Pada otitis media kronis aktif tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal
ini merupakan fenomena primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada telinga yang
inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan
umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi
normal.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani yang menetap pada
OMK adalah:
a) Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret
telinga purulen berlanjut.
b) Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.
c) Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasi
epitel.
d) Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat diatas
sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari
perforasi.
4. Patofisiologi OMP
Patways (terlampir)
Patofisiologi OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan
stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti
dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Terjadinya OMK hampir selalu dimulai dengan
otitis media berulang. OMK disebabkan oleh multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri,
gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan, dan social ekonomi.
Fokus infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis, tonsillitis, rhinitis,
sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadang-kadang infeksi berasal
dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani, maka terjadi
inflamasi. Bila terbentuk pus akan terperangkap di dalam kantung mukosa di telinga tengah.
Dengan pengobatan yang cepat dan adekuat serta perbaikan fungsi telinga tengah, biasanya
proses patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal. Walaupun kadangkadang terbentuk jaringan granulasi atau polip ataupun terbentuk kantong abses di dalam
lipatan mukosa yang masing-masing harus dibuang, tetapi dengan penatalaksanaan yang baik
perubahan menetap pada mukosa telinga tengah jarang terjadi. Mukosa telinga tengah
mempunyai kemampuan besar untuk kembali normal. Bila terjadi perforasi membrane
timpani yang permanen, mukosa telinga tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga
memungkinkan terjadinya infeksi berulang. Hanya pada beberapa kasus keadaan telinga
tengah tetap kering dan pasien tidak sadar akan penyakitnya. Berenang, kemasukan benda
yang tidak steril ke dalam liang telinga atau karena adanya focus infeksi pada saluran napas

bagian atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang ditandai dengan secretyang
mukoid atau mukopurulen.
5. Manifestasi Klinis OMP
Gejala berdasarkan tipe Otitis Media Kronis:
1. OMK tipe benigna:
a. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK tipe jinak,
cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi
mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret
biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga.
Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena
rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan
adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang
mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan
tuberculosis
b. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian
tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas
sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli
konduktif berat
c. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti
adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau
dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda
berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus
lateralis
d. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding
labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang
mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena
perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang
oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan
vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.
2. OMK tipe maligna dengan kolesteatoma:
Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau dan berwarna
kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keeping-keping kecil, berwarna putih
mengkilat.
Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya kolesteatom bersamaan
juga karena hilangnya alat penghantar udara pada otitis media nekrotikans akut. Selain tipe
konduktif dapat pula tipe campuran karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada
tulang-tulang kanal semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom.
Gejalanya bervariasi, berdasarkan pada lokasi perforasi gendang telinga:
1. Perforasi sentral (lubang terdapat di tengah-tengah gendang telinga). Otitis media kronis
bisa kambuh setelah infeksi tenggorokan dan hidung (misalnya pilek) atau karena telinga
kemasukan air ketika mandi atau berenang. Penyebabnya biasanya adalah bakteri. Dari
telinga keluar cairan berbau busuk tanpa disertai rasa nyeri. Bila terus menerus kambuh, akan
terbentuk pertumbuhan menonjol yang disebut polip, yang berasal dari telinga tengah dan
melalui lubang pada gendang telinga akan menonjol ke dalam saluran telinga luar. Infeksi
yang menetap juga bisa menyebabkan kerusakan pada tulang-tulang pendengaran (tulang-

tulang kecil di telinga tengah yang mengantarkan suara dari telinga luar ke telinga dalam)
sehingga terjadi tuli konduktif.
2. Perforasi marginal (lubang terdapat di pinggiran gendang telinga). Bisa terjadi tuli konduktif
dan keluarnya cairan dari telinga.
3. Perforasi atik (lubang terdapat pada pars flaksida). Biasanya terjadi tuli konduktif dan
keluarnya cairan dari telinga
6. Pemeriksaan penunjang dan laboraturium OMP
a) Pemeriksaan penunjang
1. Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat
pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak
perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas.
2. Foto rontgent untuk mengetahui patologi mastoid
3. Otoskop untuk melihat perforasi membran timpani
b) Pemeriksaan Radiologi
1. Proyeksi Schuller: memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas.
Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen.
2. Proyeksi Mayer atau Owen: Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak
gambaran tulang- tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan
tulang telah mengenai struktur-struktur.
3. Proyeksi Stenver: memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas
memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi
ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya
pembesaran.
4. Proyeksi Chause III: memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat
menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.
5. Bakteriologi : Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas
aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus
pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E.
Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.
7. Penatalaksanaan OMP
a. Prinsip terapi OMSK tipe jinak atau aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa.
Bila sekret yang keluar terus menerus maka diberi obat pencuci telinga berupa larutan H2O2
3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang maka terapi dilanjutkan dengan memberikan
obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikesteroid. Secara oral diberikan
antibiotika dari golongan ampicillin atau eritromisin sebelum hasil tes resistensi diterima.
Pada infeksi yang dicurigai ada resistensi terhadap ampicillin dapat diberikan ambicillin
dengan asam klavulanat. Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah
diobservasi selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.
Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran
timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang
lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
b. Prinsip terapi OMSK tipe bahaya atau maligna adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi
dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah
merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses
subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan sebelum mastoidektomi.
Infeksi kronis telinga tengah dapat menyebabkan mastoiditis. Ada beberapa jenis teknik

operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe aman atau
bahaya, antara lain :
Mastoidektomi sederhana
Dilakukan pada OMK tipe benigna yang tidak sembuh dengan pengobatan konservatif. Pada
tindakan ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik, dengan tujuan
agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.
Mastoidektomi radikal
pada OMK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.Pada operasi ini
rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas
antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga
ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk
membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial.
Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
Dilakukan pada OMK dengan kolesteatom di daerah attic, tetapi belum merusak kavum
timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan.
Tujuan operasi adalah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan
mempertahankan pendengaran yang masih ada.
Miringoplasti
Dilakukan pada OMK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya
disebabkan oleh perforasi membran timpani. Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang
paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe 1. Rekonstruksi hanya dilakukan
pada membran timpani. Tujuan operasi adalah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga
tengah ada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap.
Timpanoplasti
Dikerjakan pada OMK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe
benigna yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi adalah
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain
rekonstruksi membran timpani seringkali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang
pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang yang dilakukan maka dikenal istilah
timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.
Timpanoplasti dengan pendekatan ganda
Dikerjakan pada kasus OMK tipe maligna atau OMK tipe benigna dengan jaringan granulasi
yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran
tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang
telinga). Yang dimaksud dengan combined approach di sini adalah membersihkan
kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani melalui dua jalan, yaitu liang telinga
dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Namun teknik operasi ini pada
OMK tipe maligna belum disepakati oleh para ahli karena sering timbul kembali
kolesteatoma.

8. Komplikasi OMP
Klasifikasi komplikasi OMSK menurut Adam dkk (1989) :
a. Komplikasi di telinga tengah :
Perforasi membran timpani persisten
Erosi tulang pendengaran
Paralisis nervus fasialis
b. Komplikasi di telinga dalam :
Fistula labirin
Labirinitis supuratif


c.

d.

Tuli saraf (sensorineural)


Komplikasi ekstradural :
Abses ekstradural
Trombosis sinus lateralis
Petrositis
Komplikasi ke susunan saraf pusat :
Abses otak
Meningitis
Hidrosefalus otitis

9. Asuhan keperawatan dan jurnal penelitian OMP


Kasus
An. Z (12 tahun) dirawat dengan keluhan telinga bagian sebelah sinistra suka mengeluarkan
cairan sudah sebulan berlangsung. Dan sudah membawa ke dokter tapi belum ada perubahan.
Keluhan lain yang suka dirasakan serangan vertigo hebat yang kadang-kadang muncul. Dari
pemeriksaan dengan menggunakan Othoscope ada perforasi di pars flaksida dekat gendang
telinga. Dan saat dites dengan audiogram menunjukkan kesan tuli konduktif. Hasil
Radiologi : mastoid tampak sklerotik, hal ini akibat erosi oleh koleasteatoma. Dokter
mendiagnosa An. Z mengalami Otitits media purulenta(OMP), dan besok adan dipersiapkan
untuk dilakukan mastoidektomi. Keluarga An. Z sangat cemas telinga anaknya akan di oprasi.
Tanda-tanda vital saat ini TD : 110/90mmHg, Nadi 100x/menit, Suhu 39 oC, Pernafasan 24
x/menit, BB saat ini 39,5
a.
1)

Pengkajian
Data Pasien :
Nama
: An. Z
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 03 januari 2001
Umur
: 12 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pekerjaan
:Status perkawinan
:Status pendidikan
: SMP
Diagnosa medis
: Otitis Media Purulenta

2)

Riwayat penyakit :
Keluhan Utama :
Klien datang ke Rumah Sakit hari Senin, 13 mei 2013 dengan keluhan sudah 1 bulan ini
telinga kirinya mengeluarkan cairan, kadang-kadang timbul vertigo hebat dan sudah ke
dokter namun tidak ada perubahan,
Riwayat Penyakit Sekarang :
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh perawat R didapatkan hasil pemeriksaan dengan
menggunakan othorschop ada perforasi di pars flaksida dekat gendang telinga, saat di test
audiogram menunjukkan kesan tuli konduktif, hasil radiologi : mastoid tampak sklerotik,
akibat adanya koleasteatoma, hasil pemeriksaan TTV : TD : 110/90 mmHg ; Nadi :
100x/menit ; Suhu : 39oC ; RR : 24x/menit , BB sekarang 39,5 kg. Dokter mendiagnosa
pasien mengalami otitis media purulrnta (OMP) dan besok akan dipersiapkan untuk
dilakukan oprasi mastoidektomi.

Riwayat Penyakit Dahulu :


1 bulan ini telinga kirinya mengeluarkan cairan dan Klien sudah ke dokter namun tidak ada
perubahan (pengobatan tidak tuntas), Kemungkinan klien pernah mengalami penyakit infeksi
saluran pernafasan atas (ISPA)
Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan diderita klien
b. Data fokus
DATA SUBJEKTIF
Klien mengeluh sudah 1 bulan initelinga

kirinya mengeluarkan cairan


Klien mengeluh vertigo hebat kadang
kadang muncul
Klien mengatakan sudah berobat namun
tidak ada perubahan
Klien dan keluarga klien mengatakan
cemas akan tindakan oprasi
Kemungkinan
klien
mengeruh
telinganya terasa penuh
Klien mengatakan pendengarannya
berkurang

DATA OBJEKTIF
Pada telinga klien terdapat cairan yang
purulent
Tanda-tanda vital :
TD : 110/90 mmHg
HR : 100x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 39oC
Hasil pemeriksaan othoscope adanya
perforasi di pars flaksida dekat gendang
telinga
Hasil test audiogram tampak kesan tuli
konduktif
Hasil radiologi : mastoid tampak
sklerotik akibat erosi oleh kolesteatoma
Klien tampak tidak paham tentang
penyakitnya
Klien dan keluarga klien terlihat cemas
dan takut

c. Analisa Data
DATA
PROBLEM
DS :
Gangguan
persepsisensori au
Klien
mengeluh diotori
sudah
1
bulan
ini telinga
kirinya
mengeluar
kan cairan
Kemungki
nan klien
mengeruh
telinganya
terasa
penuh

ETIOLOGI
Perubahan sensori
persepsi

Klien
mengataka
n
pendengar
annya
berkurang
DO :
Pada
telinga
klien
terdapat
cairan
yang
purulent
Hasil
pemeriksa
an
othoscope
adanya
perforasi
di
pars
flaksida
dekat
gendang
telinga
Hasil test
audiogram
tampak
kesan tuli
konduktif
DS :
Resiko terjadi
injuri / trauma
Klien
mengeluh
sudah
1
bulan
ini telinga
kirinya
mengeluar
kan cairan
Klien
mengeluh
vertigo
hebat
kadangkadang
muncul
DO:
Tanda-

Vertigo

tanda
vital :
TD
:
110/90 m
mHg
HR : 100x/
menit
Hasil
pemeriksa
an
othoscope
adanya
perforasi
di
pars
flaksida
dekat
gendang
telinga
Hasil
radiologi :
mastoid
tampak
sklerotik
akibat
erosi oleh
kolesteato
ma
DS :
Kurang
pengetahuan
Klien
mengataka
n
sudah
berobat
namun
tidak ada
perubahan
DO:
Klien
tampak
tidak
paham
tentang
penyakitny
a
DS :
Cemas
Klien dan
keluarga
klien
mengataka
n cemas

kurangnya
informasi
tentang penatalaks
anaan OMA yang
tepat.

prosedur tindakan
pembedahan

akan
tindakan
oprasi
DO:
Klien dan
keluarga
klien terlih
at cemas
dan takut
d.
a.
1.
2.
3.

Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
Gangguan persepsi sensori auditori b/d perubahan sensori persepsi
Resiko terjadi injuri / trauma berhubungan dengan ketidakseimbangan labirin : vertigo
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan
OMA yang tepat.
4. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan

b. Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan mastoidektomi
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan post operasi mastoidektomi
e. Intervensi
a. Pre Operasi
NO
DX
1

TUJUAN DAN KRITERIA


HASIL
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 724 jam1.
Gangguan
persepsi
sensori
(audiotory) pada pasien dapat2.
teratasi dengan kriteria hasil :
1. Tidak terdapat otorrhoe yg
purulent pada pasien.
2. Tidak terdapat cairan dari dan di1.
telinga pasien.
3. Telinga tampak bersih.
2.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 24 jam1.
diharapkan resiko injuri/trauma2.
dapat teratasi dengan kriteria3.
hasil :
TD normal (120/80 mmHg)
4.
HR : 80-100x/mnt
Pusing berkurang
5.
Pasien tidak mengalami injuri 6.

INTERVENSI
Mandiri :
Monitor TTV ( S, N, RR, TD ) tiap 8
jam.
Lakukan irigasi telinga dengan air
hangat.
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat tetes telinga.
Kolaborasi dengan dokter
pemberian antibiotika.

untuk
untuk

Mandiri :
Kaji ketidakseimbangan tubuh pasien
Observasi tanda vital
Beri lingkungan yang aman dan
nyaman
Anjurkan teknik relaksasi untuk
mengurangi pusing
Penuhi kebutuhan pasien
Libatkan keluarga untuk menemani saat
pasien bepergian
Kolaborasi :

1.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jama.
diharapkan Pengetahuan pasienb.
tentang penatalaksanaan OMA
meningkat dengan criteria hasil : c.
1. Pasien
menyatakan paham
dengan
informasi
yang
disampaikan perawat
2. Pasien
mampud.
mendemonstrasikan
e.
prosedur pencegahan
danf.
pengobatan dengan tepat.
g.
h.
i.
j.

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 24 jam1.
diharapkan Kecemasan
pasien
berkurang
/
hilang dengan
criteria hasil :
2.
1. Pasien dan keluarga tidak cemas
2. Keluarga mau menemani pasien
3.
4.

Kolaborasi pemberian analgetik


Mandiri :
Kaji tingkat pengetahuan pasien
Berikan informasi berkenaan dengan
kebutuhan pasien
Susun bersama hasil yang diharapkan
dalam bentuk kecil dan realistik untuk
memberikan gambaran pada pasien
tentang keberhasilan
Beri upaya penguatan pada pasien
Gunakan bahasa yang mudah dipahami
Beri kesempatan pada pasien untuk
bertanya
Dapatkan umpan balik selama diskusi
dengan pasien
Pertahankan kontak mata selama
diskusi dengan pasien
Berikan informasi langkah demi
langkah dan lakukan demonstrasi ulang
bila mengajarkan prosedur
Beri pujian atau reinforcement positif
pada klien
Mandiri :
Kaji tingkat kecemasan pasien dan
keluarga tentang prosedur tindakan
pembedahan
Jelaskan pada pasien tentang apa yang
harus dilakukan sebelum dan sesudah
tindakan pembedahan
Berikan reinforcement positif atas
kemampuan pasien
Libatkan keluarga untuk memberikan
semangat pada pasien

c. Post Operasi
NO
DX
1

TUJUAN DAN KRITERIA


HASIL
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 324 jam1.
nyeri pasien teratasi dengan2.
kriteria hasil :
1. Nyeri hilang
3.
2. Skala nyeri 0
4.

INTERVENSI

Mandiri :
Kaji tingkat nyeri pasien
Kaji faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Ajarkan
teknik
relaksasi
untuk
menghilangkan nyeri
Anjarkan pada pasien untuk banyak
istirahat baring
5. Beri posisi yang nyaman

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik

Setelah
dilakukan
tindakan1.
keperawatan selama 3 x 24 jam2.
diharapkan Resiko infeksi tidak
terjadi dengan kriteria hasil : 3.
1. Infeksi tidak terjadi
4.
2. Luka operasi dalam kondisi baik
5.
6.
7.
8.
9.

Mandiri :
Kaji kemungkinan terjadi infeksi /
tanda-tanda infeksi
Observasi pasien
Lakukan perawatan ganti balutan
dengan teknik steril setelah 24 jam dari
operasi
Kaji keadaan daerah poerasi
Ganti tampon setiap hari
Pasang pembalut tekan bila dilakukan
insisi mastoid
Bersihkan daerah operasi setelah 2 3
minggu
Anjurkan pasien untuk kontrol

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian antibiotik
10. Jurnal penelitian

Gambaran Pasien Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) di RSUP H. Adam Malik
Medan
Characteristic of Chronic Suppurative Otitis Media at H. Adam Malik Hospital Medan
Nungki Puspita Dewi, Devira Zahara
Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2009
Staff Pengajar Departemen THT-KL Fakultas Kedokteran USU
Abstrak
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga tengah dan sangat sering terjadi di negara berkembang.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pasien OMSK, hasil kultur spesimen swabtelinga, dan kepekaan antibiotik penderita OMSK di RSUP HAM.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan sampel adalah semua penderita OMSK di RSUP HAM tahun 2011-2012, yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Pemeriksaan bakteriologi dan kepekaan antibiotik hanya dilakukan terhadap bakteri aerob. Semua data yang terkumpul dalam status penelitian diolah secara deskriptif dan
disusun dalam bentuk tabel dan diagram.
Jumlah total pasien OMSK 23 orang terdiri dari 17 orang laki-laki (73.9%) dan 6 orang wanita (26.4%). Rentang usia tersering yaitu >18 tahun 13 orang (56.5%). Telinga
tersering terinfeksi adalah kanan (unilateral) 9 subjek (39.1%). Jenis perforasi tersering adalah subtotal 6 subjek (26.1%), Tipe OMSK yang tersering adalah tipe aman 16
subjek (69.6%). Komplikasi OMSK tersering adalah mastoiditis 18 subjek (78.3%). Hasil kultur spesimen swab telinga terbanyak adalah Pseudomonas aeruginosa dengan
jumlah
isolat
8
subjek
(34.8%).
Uji
kepekaan
antibiotik
terhadap Pseudomonas
aeruginosa adalah imipenem (100%), piperacillin (100%), meropenem(94%), amikacin (89%), colistin (87%), tobramycin (87%), piperacillin-tazobactam (86%),cefepime (
72%), dan ceftazidim (72%).
Dibutuhkan data mengenai gambaran pasien OMSK, hasil kultur spesimen swab telinga, dan uji kepekaan antibiotik untuk menentukan antibiotik mana yang dapat
digunakan sebagai terapi empiris pada OMSK karena perbedaan pola karakteristik pada populasi, pola mikrobiologi padaswab telinga, dan resistensi antibiotik.
Abstract
Chronic Suppurative Otitis Media (CSOM) is a middle-ear infectious disease and frequently occures in developing country.
The aim of this study is to find out characteristic, bacteria, and antibiotic sensitivity pattern of chronic suppurative otitis media (CSOM) at HAM Hospital.
Descriptive experimental with samples were all of CSOM patients on the periode 2011-2012 which fulfilled the inclusion and exclusion criteria. Bacterial and antibiotic
sensitivity study was only performed to the aerob bacterial. The collected data were processed by descriptive method and shown as table and graphic.
There were total 23 patients included in the study,17 males (73.6%) and 6 females (23.4%). The age range was >18 years, 13 subjects (56.5%). The right ear was involved in
8 cases and left ear was same, 8 cases (34.8%), then bilateral 7 cases (30.8%). Subtotal perforation was mostly seen in 6 cases (26.1%). Benign CSOM was mostly found in
16 cases (69.6%). Mastoiditis was the commonest complication in all cases (18 subjects, 78.3%). Pseudomonas aeruginosa was mostly found as the micro-organism of ear
swab (8 subjects, 34.8%). The results of bacterial sensitivity test were imipenem (100%), piperacillin (100%), meropenem (94%), amikacin (89%), colistin (87%),
tobramycin (87%), piperacillin-tazobactam (86%), cefepime (72%), and ceftazidim (72%).
Because of the variation of the population, pattern of microbiology, and resitance of antibiotics, so, its very useful and helpful to identify the micro-organisms as it give us
the clue regarding to decide the CSOMs empiric therapy.
Pendahuluan
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga tengah dan sangat sering terjadi di Negara berkembang (Ajalloueyan, 2006). Di Indonesia,
penyakit OMSK dikenal dengan istilah congek, kopok, toher, curek, teleran, atau telinga berair (Damayanti, 2007). Angka kejadian OMSK di negara berkembang sangat
tinggi dibandingkan dengan Negara maju. Hal ini disebabkan oleh faktor higiene yang kurang, faktor sosioekonomi, gizi yang rendah, kepadatan penduduk, serta masih
adanya kesalahpahaman masyarakat terhadap penyakit ini sehingga mereka tidak berobat sampai tuntas (Nursiah, 2003). Komplikasi ini bisa hanya otorrhea yang menetap,
mastoiditis, labirinitis, paralisis saraf fasialis sampai pada komplikasi serius seperti abses intrakranial atau trombosis (Yates, 2008).
Diposkan oleh septi setyowati di 01.18

You might also like

  • Bab 5
    Bab 5
    Document3 pages
    Bab 5
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Dafrar Pustaka
    Dafrar Pustaka
    Document4 pages
    Dafrar Pustaka
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • PEMBATAS
    PEMBATAS
    Document8 pages
    PEMBATAS
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Lam - Lembar Konsul
    Lam - Lembar Konsul
    Document1 page
    Lam - Lembar Konsul
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bab 4
    Bab 4
    Document19 pages
    Bab 4
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bab 1
    Bab 1
    Document5 pages
    Bab 1
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bab 2
    Bab 2
    Document60 pages
    Bab 2
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bab 3
    Bab 3
    Document20 pages
    Bab 3
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bab 2
    Bab 2
    Document60 pages
    Bab 2
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bagian Depan
    Bagian Depan
    Document18 pages
    Bagian Depan
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document2 pages
    Daftar Pustaka
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Konsep Dasar Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif
    Konsep Dasar Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif
    Document8 pages
    Konsep Dasar Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document28 pages
    Bab I
    Agustriati Muniz
    0% (1)
  • Tugas
    Tugas
    Document8 pages
    Tugas
    Ruben Suciono
    No ratings yet
  • LP Ruptur Tendon
    LP Ruptur Tendon
    Document8 pages
    LP Ruptur Tendon
    Ruben Suciono
    No ratings yet
  • Out 3
    Out 3
    Document10 pages
    Out 3
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bab 1
    Bab 1
    Document19 pages
    Bab 1
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Out 2
    Out 2
    Document9 pages
    Out 2
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Out 1
    Out 1
    Document9 pages
    Out 1
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bab 1
    Bab 1
    Document5 pages
    Bab 1
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Stress Dan Adaptasi
    Stress Dan Adaptasi
    Document13 pages
    Stress Dan Adaptasi
    dwita
    No ratings yet
  • Faringitis Kel 3
    Faringitis Kel 3
    Document10 pages
    Faringitis Kel 3
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bab 1
    Bab 1
    Document22 pages
    Bab 1
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document2 pages
    Daftar Pustaka
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Askep Penyakit Jantung Bawaan
    Askep Penyakit Jantung Bawaan
    Document8 pages
    Askep Penyakit Jantung Bawaan
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • BAB 3 Maria
    BAB 3 Maria
    Document12 pages
    BAB 3 Maria
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Pembahasan (Isi)
    Pembahasan (Isi)
    Document15 pages
    Pembahasan (Isi)
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Suhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
    Suhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
    Document11 pages
    Suhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
    Agustriati Muniz
    No ratings yet