You are on page 1of 5

TUGAS

TERAPI PEMBERIAN ASAM TRANEKSAMAT PADA EPISTAKSIS

Oleh:
Thallita Rahma Ziharviardy

112011101025

Dokter Pembimbing:
dr. Bambang Indra, Sp.THT

Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya


SMF THT-KL di RSD dr.Soebandi Jember

LAB/SMF THT-KL RSD DR. SOEBANDI JEMBER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017

TUGAS
TERAPI PEMBERIAN ASAM TRANEKSAMAT PADA EPISTAKSIS

Oleh:
Thallita Rahma Ziharviardy

112011101025

Dokter Pembimbing:
dr. Bambang Indra, Sp.THT

Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya


SMF THT-KL di RSD dr.Soebandi Jember

LAB/SMF THT-KL RSD DR. SOEBANDI JEMBER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017

Terapi Pemberian Asam Traneksamat Pada Epistaksis


Epistaksis merupakan salah satu masalah kedaruratan medik yang paling umum
dijumpai, diperkirakan 60 % dari populasi pernah mengalami epistaksis, dan sebanyak 6%
memerlukan penanganan medik. Epistaksis yaitu perdarahan dari hidung yang dapat berupa
perdarahan anterior dan perdarahan posterior. Perdarahan anterior merupakan perdarahan
yang berasal dari septum bagian depan (pleksus kiesselbach atau arteri etmoidalis anterior).
Epistaksis anterior dapat terjadi karena berbagai macam penyebab. Secara umum
penyebab epistaksis anterior dapat dibagi atas penyebab lokal dan penyebab sistemik.
Penyebab lokal yaitu trauma, benda asing, infeksi, iatrogenik, neoplasma dan zat kimia.
Penyebab sistemik antara lain yaitu penyakit kardiovaskular, gangguan endokrin, infeksi
sistemik, teleangiektasis hemoragik herediter, kelainan hematologi, obat- obatan dan
defisiensi vitamin C dan K. Epistaksis posterior dapat berasal dari arteri sfenopalatina dan
arteri etmoid posterior. Pendarahan biasanya hebat dan jarang berhenti dengan sendirinya.
Sering ditemukan pada pasien dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit
kardiovaskuler.
Untuk menegakkan diagnosis dari epistaksis anterior dapat dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan pada epistaksis anterior
seharusnya mengikuti tiga prinsip utama yaitu menghentikan perdarahan, mencegah
komplikasi dan mencegah berulangnya epistaksis.
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu menghentikan perdarahan,
mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya epistaksis. Pada penanganan epistaksis,
yang terutama diperhatikan adalah perkiraan jumlah dan kecepatan perdarahan. Pemeriksaan
hematokrit, hemoglobin dan tekanan darah harus cepat dilakukan. Pada pasien dalam keadaan
syok, kondisi ini harus segera diatasi. Jika ada kecurigaan defisiensi faktor koagulasi harus
dilakukan pemeriksaan hitung trombosit, masa protrombin dan masa tromboplastin (APTT),
sedangkan prosedur diagnosis selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Bila terjadi
kehilangan darah yang banyak dan cepat, harus difikirkan pemberian transfusi sel-sel darah
merah (packed red cell) disamping penggantian cairan.
Pasien yang datang dengan epistaksis diperiksa dalam posisi duduk, sedangkan kalau
sudah terlalu lemah dibaringkan dengan meletakkan bantal di belakang punggung, kecuali
bila sudah dalam keadaan syok. Sumber perdarahan dicari dengan bantuan alat penghisap
untuk menyingkirkan bekuan darah. Kemudian diberikan tampon kapas yang telah dibasahi

dengan adrenalin 1: 10.000 dan lidokain atau pantokain 2 %. Kapas ini dimasukkan ke dalam
rongga hidung untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa sakit pada saat tindakan
selanjutnya. Tampon ini dibiarkan selama 3 5 menit. Dengan cara ini dapat ditentukan
apakah sumber perdarahan letaknya di bagian anterior atau posterior.
Tatalaksana tradisional untuk epistaksis akut salah satunya adalah menggunakan
anterior nasal packing, dan bila tindakan ini gagal dapat dilakukan cara lainnya seperti balon
kompresi atau posterior packing. Bila masih tidak bisa diatasi dapat dilakukan ligasi arterial
atau embolisasi untuk membendung perdarahan. Penggunaan anterior nasal packing, yang
sebenarnya memiliki keterbatasan, termasuk perlunya antibiotik profilaksis dan analgesik,
serta anterior nasal packing harus terus ditahan di bagian yang berdarah untuk sementara
waktu.
Pemberian asam traneksamat injeksi yang diberikan secara topikal lebih baik
dibandingkan dari terapi standar seperti anterior nasal packing dalam mengatasi epistaksis
anterior idiopatik. Selain itu para pasien dikatakan lebih memilih cara ini untuk mengatasi
epistaksisnya.
Sebuah penelitian dilakukan melibatkan 216 pasien dengan epistaksis. Para pasien ini
diberikan kapas yang sebelumnya telah direndam di dalam asam traneksamat yang sudah
direndam dengan asam traneksamat (500 mg dalam 5 mL) dan dimasukkan ke dalam lubang
hidung penderita yang berdarah. Hasil pengamatan para ahli adalah bahwa pemberian asam
traneksamat injeksi ini menghentikan darah lebih baik dibandingkan dengan terapi standar
menggunakan anterior nasal packing plus salep tetrasiklin. Hasil penelitian memperlihatkan
bahwa dalam 10 menit terapi, perdarahan berhenti pada 71% pasien dalam kelompok terapi
asam traneksamat dibandingkan dengan kelompok pasien dengan anterior nasal packing,
31,2%. Sebagai tambahan, 95,3% dari pasien dalam kelompok asam traneksamat pulang
setelah dirawat dalam 2 jam atau kurang, dibandingkan dengan kelompok anterior nasal
packing yang pulang dalam waktu 2 jam atau kurang hanya 6,4% pasien. Walau tidak berbeda
secara bermakna, perdarahan berulang dalam 24 jam pertama setelah terapi terjadi lebih
sedikit dalam kelompok asam traneksamat dibandingkan dengan kelompok anterior nasal
packing. Para pasien juga menyatakan bahwa lebih senang dengan terapi menggunakan asam
traneksamat ini dibandingkan dengan anterior nasal packing.
Asam traneksamat merupakan inhibitor fibrinolitik sintetik bentuk trans dari asam
karboksilat sikloheksana aminometil. Secara in vitro, asam traneksamat 10 kali lebih poten

dari asam aminokaproat. Asam traneksamat merupakan competitive inhibitor dari aktivator
plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen,
fibrin dan faktor pembekuan darah lain, oleh karena itu asam traneksamat dapat digunakan
untuk membantu mengatasi perdarahan akibat fibrinolisis yang berlebihan. Asam traneksamat
umum digunakan untuk mencegah, menghentikan, ataupun mengurangi pendarahan yang
masif saat menjalani prosedur pembedahan, epistaksis, pendarahan menstruasi yang berat,
angioedema herediter, dan beberapa kondisi medis lainnya. Saat seseorang mengalami
pendarahan tubuh akan membentuk bekuan darah sehingga pendarahan tersebut dapat
berhenti. Asam traneksamat bekerja dengan mencegah degradasi atau pemecahan bekuan
darah tersebut sehingga dapat mencegah, menghentikan, ataupun mengurangi pendarahan
yang tidak diinginkan.
Para ahli mengatakan bahwa pemberian asam traneksamat injeksi yang diberikan
secara topikal ini mempercepat hentinya perdarahan, memperpendek masa rawat inap,
menurunkan

kasus

perdarahan

berulang,

meningkatkan

kenyamanan

mempermudah para ahli kesehatan dalam memberikan perawatan.

pasien

dan

You might also like