Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada
ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi,
proteinuria dan edema, yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu
tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya.1
Di Indonesia Preeklampsia berat (PEB) merupakan salah satu penyebab
utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. PEB diklasifikasikan
kedalam penyakit hipertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai
oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif.
Penyebab dari kelainan ini masih kurang dimengerti, namun suatu keadaan
patologis yang dapat diterima adalah adanya iskemia uteroplacenta. Banyak faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya preeclampsia dan eklampsia. Faktor yang
sering ditemukan sebagai faktor risiko antara lain nullipara, kehamilan ganda, usia
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, riwayat keturunan, dan obesitas.2
Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab
morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka
kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4%. Di negara maju angka kejadian preeklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian ibu
yang diakibatkan pre-eklampsia dan eklampsia di negara berkembang masih
tinggi.5
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1994 Angka
Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran (GOI &
UNICEF,2000). Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah perdarahan dan
eklampsia. Kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan
kehamilan (antenatal care/ANC) yang memadai, atau pelayanan berkualitas
dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan.8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan di mana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium cavum uteri.1
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau
lebih.2
2.2 Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak
teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya.
Oleh karena itu disebut penyakit teori namun belum ada memberikan jawaban
yang memuaskan.4
Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih
merupakan sebab utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi.
Oleh karena itu diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan
eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan
angka kematian ibu dan anak.3
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori
yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :
a. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion,
dan mola hidatidosa.
b. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
c. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus.
d. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut
sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory.
Adapun teori-teori tersebut antara lain :5
g.
ipar mereka.
Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)
2.3. Epidemiologi
Di negara-negara sedang berkembang, angka kematian ibu jauh lebih
tinggi. Di Afrika sub-Sahara, angka kematian ibu rata-rata 600 per 100.000
kelahiran hidup; di Asia selatan, 500 per 100.000 per kelahiran; di Asia Tenggara
dan Amerika Latin 300 per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa negara maju telah
menerbitkan hasil penyelidikan konfidensial atas kematian ibu setiap 3 tahun,
dengan menganalisa sebab-sebab kematian ibu dan dibuat saran-saran untuk
mencegah kematian yang terjadi, ini telah diterbitkan di Inggris sejak 1952 dan di
Australia sejak 1965. Pada tahun 1990, diterbitkan sebuah laporan yang
menganalisis semua kematian ibu yang terjadi di Amerika Serikat yang terjadi
antara tahun 1979 dan 1986. Studi dari ketiga laporan tersebut menunjukkan
bahwa penyebab kematian ibu sama pada ketiga negara tersebut.4,6
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah
besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita
subur usia disebabkan berkaitan dengan hal kehamilan. Kematian saat melahirkan
biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak
produktifitasnya. Tahun 1996, WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu per
tahunnya meninggal saat hamil atau persalinan.7
Dari beberapa kepustakaan lain frekuensi penderita preeclampsia berkisar
3% - 10 %, hasil penelitian Erwati dkk (1994) di Padang didapatkan kejadian
preeklampsia berat 4,32 % dan eklampsia 0,89 % dengan jumlah kematian
perinatal 1,08%.5
2.4. Klasifikasi
Dibagi menjadi 2 jenis preeklampsia, yaitu sebagai berikut :1
A. Preeklampsia Ringan
1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurangkurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya
2.
6 jam.
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau
menderita
Proteinuria timbul lebih lambat dari hipertensi dan tambah berat badan.
Proteinuria sering ditemukan pada preeklampsia, hal ini disebabkan karena
vasospasmus pembuluh-pembuluh darah ginjal. Karena itu harus dianggap
sebagai tanda yang cukup serius.8
Gejala subyektif yang membawa pasien ke dokter, sakit kepala yang keras
karena vasospasmus atau edema otak, sakit di ulu hati karena regangan selaput
hati oleh haemorrhagia atau edema, atau sakit kerena perubahan pada lambung.
Gangguan penglihatan menjadi kabur sampai pasien buta. Gangguan ini
disebabkan vasospasmus, edema atau ablatio retinae. Perubahan ini dapat dilihat
dengan ophtalmoscop. Gangguan pernafasan sampai sianosis. Pada keadaan berat
akan diikuti gangguan kesadaran.5
2.6. Patofisiologi
Pada preeklampsia terdapat penurunan
tromboksan
akan
menyebabkan
terjadinya
vasospasme
Vasospasme
bersama
dengan
koagulasi
intravaskular
akan
pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang
diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah.
2.7. Penatalaksanaan
a. Perawatan aktif
Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal.
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal assesment (NST dan USG). Indikasi :
Ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan
desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala
tidak ada perbaikan.
Janin
Laboratorium
Pengobatan medisinal
Pengobatan medisinal pasien preeklampsia berat adalah
10
segera 4 gram di pantat kiri dan 4 gr di pantat kanan (40% dalam 10 cc)
dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat
diberikan xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.
Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal
Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah
jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg IM.
Anti hipertensi diberikan bila :
-
Desakan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 110 mmHg atau MAP lebih
125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik <105 mmHg
11
Bila diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obatobat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis
yang dapat dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press
disesuaikan dengan tekanan darah.
Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
2.8. Komplikasi
Nyeri epigastrium menunjukkan telah terjadinya kerusakan pada liver dalam
bentuk kemungkinan :5
a.
b.
c.
d.
Perdarahan subkapsular
Perdarahan periportal system dan infark liver
Edema parenkim liver
Peningkatan pengeluara enzim liver
12
Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama adalah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia.
Komplikasi dibawah ini yang biasa terjadi pada preeclampsia berat :
a. Solusio plasenta
Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih
sering terjadi pada preeclampsia.
b. Hipofibrinogenemia
Biasanya terjadi pada preeclampsia berat. Oleh karena itu dianjurkan untuk
pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
c. Hemolisis
Penderita dengan preeclampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala
klinik hemolisis yang dikenal dengan ikterus. Belum diketahui secara pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel hati atau destruksi sel darah merah.
Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsy penderita
preeclampsia dapat menerangkan hal tersebut.
d. Perdarahan otak
Merupakan penyebab utama kematian maternal penderita preeclampsia
berat dan eklampsia.
e. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan sementara, yang berlangsung sampai seminggu.
Perdarahan biasanya terjadi pada retina. Hal ini merupakan tanda gawat
akan terjadi apopleksi serebri.
f. Edema paru-paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Terkadang ditemukan abses paruparu.
g. Nekrosis hati
13
14
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Pasien
A. Identifikasi Pasien
Nama
TTL
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Agama
: Islam
MRS
No. RM
: 53.31.88
15
B. Identifikasi Suami
Nama
: Agung Mahindra
TTL/ Usia
: 35 Tahun
Pendidikan
Pekerjaan
: Tani
Penghasilan
Alamat
Agama
: Islam
3.2. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 31 Januari 2017, 07.30 WIB
3.2.1. Keluhan Utama
Penderita datang dengan keluhan kesemutan di tangan dan pegal di kaki
3.2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Penderita datang ke Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dengan
keluhan kesemutan di tangan dan pegal di kaki disertai bengkak pada kaki.
Penderita mengaku hamil cukup bulan, hamil anak ketiga. penderita mengaku saat
hamil anak pertama dan kedua penderita mengalami darah tinggi. Riwayat keluar
air-air dari kemaluan tidak ada, keluar darah lendir tidak ada, mual tidak ada,
muntah tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada, nyeri kepala hebat tidak ada, gangguan
penglihatan tidak ada. Gerakan anak masih dirasakan sampai sekarang.
3.2.3. Riwayat Menstruasi
Usia Menarche : 12 tahun
Siklus Haid
: 28 haric
Lama Haid
HPHT
: Lupa
TP
:-
16
17
18
: 6,3 gr/dL
: 157.000 /ul
4. Hitung jenis
5.
Basofil : 0 %
6.
Eosinofil
7.
Batang : 2 %
8.
Segmen
: 74 %
9.
Limfosit
: 17 %
10.
Monosit
:7%
:0%
ABO
:B
13.
Rhesus
:+
: 3 menit
: 9 menit
Rehidrasi
21.
2.
22.
19
23.
24.
25.
Ca Glukonas +
3.
Edukasi
Vulva higiene
26.
27.
28. 3.8. Follow Up
29.
T
30. S
31. O
34.
44.
46.
Fo
35.
29
Sa
KU
A
:
Kepa
sakit
la
sedang
x/m
56. Inj.
45.
Ny
47.
TD
luka
mmHg
07
oper
asi
48.
Metronidazole 2
RR : 26
x/menit
49.
50.
HR : 88
T
36,2 oC
51.
Kepala
:
Conjungti
va
41.
Anemis
Ceftriaxone 2 x
1 gr
57. Inj.
x/menit
40.
55. IVFD RL + 2
Induksin Gtt XX
36.
39.
tampak
120/80
38.
54.
33.
kit
eri
37.
32.
x1
58. Inj. Kalnex 3
x1
59. Ca.
Glukonas
20
52.
42.
Status
Obstetri :
53.
43.
Abdom
en : Luka
operasi
tenang
60.
Fo
63.
Ny
64.
KU
eri
tampak
luka
sakit
61.
oper
sedang
30
asi
65.
TD
120/80
62.
07
mmHg
66.
RR : 26
x/menit
67.
HR : 88
x/menit
68.
36,2 oC
69.
Kepala
:
Conjungti
va
Anemis
70.
Status
Obstetri :
71.
Abdom
en : Luka
72.
73.
21
operasi
tenang
74.
Fo
83.
Ny
eri
saat
84.
KU
Baik
85.
TD
75.
BAK,
120/80
28
sakit
mmHg
kepal
76.
13
86.
Pasc
:
RR : 24
x/menit
87.
HR : 90
x/menit
77.
88.
79.
80.
81.
82.
89.
Inspek
Mefenamat
3x250mg
a Cifroploxacin
2x500 mg
E
Nonflamin 2x1
x Vulva higiene
p Edukasi
l Boleh pulang
o
r
36,8 oC
78.
90. As.
a
s
i
si : masih
terlihat
bengkak
pada
bagian
labia
mayora
ti
sinistra,
perdarah
an (-)
L
a
s
e
r
a
s
22
i
L
a
b
i
a
M
i
n
o
r
a
S
i
n
i
s
t
r
a
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
23
106.
107.
108.
109. BAB IV
110. ANALISIS KASUS
111.
112.
24
sisi yaitu sisi kiri, dan dipasang kateter menetap. Hal ini telah sesuai
dengan yang ada di dalam teori bahwa pada pasien tersebut dilakukan
pengobatan medisinal untuk mencegah terjadinya impending eklampsia
dan dilakukan terminasi kehamilan dengan sectio cesaria karena belum
inpartu dengan presentasi bokong.
115.
116.
117. BAB V
118. KESIMPULAN
119.
1. Penegakkan diagnosis preeclampsia berat pada kasus ini ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada kasus ini sudah tepat karena pada kasus
ini dilakukan terminasi kehamilan dengan operasi sectio cesaria sesuai
dengan teori untuk keselamatan ibu dan bayi.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
25
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.