FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
1. Metode AVO (Amplitude Variation with Offset)
Merupakan metode yang mengamati variasi amplitudo gelombang P terhadap kenampakan bright spot dan dim spot. Metode ini mulai dikembangkan tahun 1982 oleh Ostrander, yang menunjukkan adanya variasi koefisien refleksi pasir gas terhadap bertambahnya sudut datang atau offset. Metode AVO dalam menentukan bright spor sebenarnya ditemukan karena pada kenyataannya tidak semua bright spot mengandung hidrokarbon seperti minyak dan gas, banyak kondisi-kondisi bawah permukaan yang dapat memunculkan bright spot, misal sisipan tipis batubara, batuan berpori, lapisan garam, konglomerat, turbidit, ataupun efek tuning dari lapisan tipis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode bright spot bukanlah merupakan indikator langsung hidrokarbon yang dapat dijadikan jaminan. Secara prinsip konsep AVO berdasar kepada suatu anomali bertambahnya amplitudo sinyal terpantul dengan bertambahnya offset apabila gelombang seismik dipantulkan resevoir minyak dan gas bumi. Offset mempunyai batas maksimum yang tidak boleh dilewati yaitu sudut kritis, karena untuk offset lebih besar dari sudut kritis respon amplitudo sinyal terpantul tidak sesuai dengan konsep AVO. Deteksi hidrokarbon berdasarkan respon AVO lebih efektif untuk reservoir batu pasir karena perubahan Vp/Vs ratio terhadap perubahan kandungan fluida relatif lebih sensitif dibandingkan dengan jenis litologi yang lain seperti batuan karbonat. Inversi AVO adalah tahapan penting pada proses ekstraksi atribut AVO, yaitu mengubah data seismik ke dalam reflektifitas-reflektifitas guna memperlihatkan respon amplitudo yang jelas.
2. Sifat Elastisitas Batuan dalam Analisa AVO
Proses perambatan gelombang seismik yang merambat ke bawah permukaan bumi yang terjadi selama akuisis data, dikontrol oleh sifat elastisitas batuan. Hal ini menentukan bagaimana respon batuan yang terkena gaya yang diakibatkan oleh penjalaran gelombang seismik. Setiap batuan mempunyai sifat keelastisitasan yang berbeda, oleh karena itu batuan yang lebih lunak akan mempunyai respon yang ditimbulkan batuan yang lebih keras. Teori elastisitas berhubungan dengan deformasi yang disebabkan oleh tekanan yang dikenakan pada batuan tertentu. Tekanan atau stress adalah gaya per satuan luas sedangkan strain adalah jumlah deformasi material per satuan luas. Jika stress diterapkan pada batuan maka batuan tersebut akan terdeformasi yang menyebabkan terjadinya strain.