You are on page 1of 4

Aktivitas Kegiatan. Puskesmas Kedawung 1 diperlukan pemeriksaan laboratorium.

(4)
Kabupaten Sragen memiliki beberapa Melakukan pemeriksaan laboratorium.
pelayanan yang meliputi pelayanan poli Setelah dari poli pasien menuju laboratorium
umum, poli gigi, poli KIA, laboratorium, dan jika diperlukan. Pada saat pemeriksaan
instalasi gawat darurat (IGD). Kegiatan penunjang di laboratorium, pasien membawa
pelayanan yang dilakukan di Puskesmas surat pengantar yang diberikan oleh dokter. Di
Kedawung 1 Kabupaten Sragen dapat terlihat ruang laboratorium pasien diambil sampel
pada bagan alur pelayanan (Gambar 1). spesimen yang dibutuhkan. (5) Menebus
resep di apotek. Setelah keluar dari poli,
pasien dipersilahkan menebus resep di apotek
puskesmas. (6) Pasien pulang.

Hazard Identification Risk Assesment and


Determining Controls. Risiko adalah
gabungan dari kemungkinan (frekuensi) dan
akibat atau konsekuensi dari terjadinya
bahaya tersebut. Penilaian risiko adalah
penilaian menyeluruh untuk mengidentifikasi
bahaya dan menentukan apakah risiko dapat
diterima. Manajemen risiko adalah
pengelolaan risiko yang mencakup
Gambar 1. Alur pelayanan Puskesmas Kedawung identifikasi, penilaian, dan pengendalian
1
risiko. Manajemen risiko terdiri dari 3
langkah pelaksanaan yaitu identifikasi
Aktivitas kegiatan sehari-hari di Puskesmas
bahaya, penilaian risiko dan pengendalian
Kedawung 1 yang berhubungan dengan K3
risiko.
meliputi: (1) Pasien datang. Pasien datang
Beberapa temuan identifikasi bahaya yang
langsung menuju ke bagian loket pendaftaran.
terdapat di Puskesmas Kedawung 1
Jika pasien baru dibuatkan kartu pendaftaran
Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut.
yang baru, jika pasien lama menunjukkan
kartu berobat kepada petugas pendaftaran. (2)
(1) Belum ada tempat sampah medis dan
Menunggu antrian. Setelah mendaftarkan diri
pengolahan limbah medis. Dampaknya
pada bagian loket, pasien menunggu antrian
sampah medis yang bercampur dengan
di tempat duduk yang sudah disediakan
sampah biasa dapat menjadi sumber
didepan ruang pelayanan poliklinik sampai
penyebaran penyakit. Penilaian risiko dari
dipanggil oleh petugas bagian poli. (3)
bahaya ini dengan probability: 3, frequency:
Memasuki poliklinik. Apabila pasien sudah
3, severity: 2 dan tingkat risiko medium.
dipanggil oleh petugas poli maka segera
Pengendalian bahaya dilakukan melalui
memasuki salah satu ruangan yaitu poli
metode eliminasi (membuang sampah pada
umum, poli KIA ataupun poli gigi. Pasien
tempatnya dan mengolah limbah medis),
akan diperiksa kemudian diberikan surat
substitusi (bekerja sama dengan pihak lain
pengantar laboratorium oleh dokter jika
yang mampu melakukan pengolahan limbah),
diperlukan pemeriksaan lab atau langsung
teknik (menimbun sampah sisa medis di tanah
diberikan resep obat oleh dokter jika tidak
atau dibakar dengan incenerator), administrasi
(dipasang tanda peringatan untuk membuang
sampah medis pada tempatnya, sosialisasi),
dan APD (handscoon dan masker bagi
petugas kebersihan). Dengan pengendalian
bahaya yang telah dilakukan, maka bahaya ini
termasuk dalam kriteria risiko yang dapat
diterima.

terjatuh dan terkilir terutama pasien anak dan


lansia, karena tidak menyadri bahwa terdapat
perbedaan ketinggian lantai yang cukup
signifikan. Penilaian risiko dari bahaya ini
dengan probability: 4, frequency: 1, severity:
2 dan tingkat risiko medium. Pengendalian
bahaya dilakukan melalui metode eliminasi
(melewati jalan lain dimana tidak ada
perbedaan ketinggian lantai yang signifikan),
sistem peringatan (dipasang tanda peringatan
bahwa jarak kedua lantai cukup tinggi).
Dengan pengendalian bahaya yang telah
dilakukan, maka bahaya ini termasuk dalam
Gambar 2. Belum adanya tempat sampah medis kriteria risiko yang dapat diterima.

(2) Bed pasien tanpa pengaman. Dampaknya


risiko pasien untuk jatuh dari bed semakin
tinggi. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan
probability: 4, frequency: 2, severity: 4 dan
tingkat risiko high. Pengendalian bahaya
dilakukan melalui metode eliminasi (bed
tanpa pengaman tidak digunakan lagi),
substitusi (mengganti dengan bed yang
dilengkapi pelindung samping) dan teknik
(menjaga pasien yang tidur di bed agar tidak
terjatuh). Dengan pengendalian bahaya yang
telah dilakukan, maka bahaya ini termasuk
dalam kriteria risiko yang dapat diterima.
Gambar 3. Jarak antara lantai yang cukup tinggi
(4). Penggunaan handscoon secara
Gambar 2. Bed pasien tanpa pengaman berulang dan diletakkan di sekitar bed
pasien. Dampaknya adalah tindakkan yang
(3). Jarak antar lantai terlalu tinggi. dilakukan pada pasien menjadi tidak higienis
Dampaknya dapat menyababkan pasien dan berisiko tinggi terjadi penyebaran infeksi.
probability: 4, frequency: 3, severity: 2 dan
tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya
dilakukan melalui metode eliminasi
(membuang handscoon yang telah dipakai),
administratif (menetapkan aturan bahwa
handscoon hanya dapat digunakan sekali
pakai). Dengan pengendalian bahaya yang
telah dilakukan, maka bahaya ini termasuk
dalam kriteria risiko yang dapat diterima.

Gambar 5. Akses menuju wastafel yang terlalu


sempit

(6). Berjualan makanan ringan di ruang


IGD. Hal tersebut sesungguhnya sangat tidak
dibenarkan mengingat fungsi dari ruang IGD
sendiri merupakan unit pelayanan pasien
Gambar dengan keadaan gawat darurat yang
4. memerlukan penanganan segera. Dengan
adanya beberapa makanan ringan yang
dijajakan menyebabkan ruang IGD tampak
Penggunaan handscoon secara berulang dan tidak bersih dan sempit. Hal tersebut juga
diletakan di sekitar bed pasien. meningkatkan risiko penularan baik dari
makanan ke pasien ataupun sebaliknya.
(5). Akses menuju wastafel yang terlalu probability: 4, frequency: 1, severity: 2 dan
sempit. Dampaknya adalah tenaga kesehatan tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya
sering kali terbentur tepi bed saat hendak dilakukan melalui metode eliminasi
mencuci tangan sehingga mereka cenderung (memindahkan barang jualan tersebut ke
engan untuk mencuci tangan walaupun tempat yang lebih sesuai seperti di kantin),
setelah melakukan pemeriksaan fisik pada administratif (menetapkan aturan dilarang
pasien. probability: 4, frequency: 1, severity: 2 berjualan makanan di ruang IGD serta
dan tingkat risiko medium. Pengendalian mengingatkan kembali kepada para petugas
bahaya dilakukan melalui metode eliminasi kesehatan di puskesmas mengenai fungsi dari
(penataan ulang dengan memindahkan ruang IGD yang semestinya). Dengan
barang-barang disekitar wastafel agar tidak pengendalian bahaya yang telah dilakukan,
menganggu akses meuju wastafel), maka bahaya ini termasuk dalam kriteria
administratif (menetapkan aturan 5 momen risiko yang dapat diterima
mencuci tangan). Dengan pengendalian
bahaya yang telah dilakukan, maka bahaya ini
termasuk dalam kriteria risiko yang dapat
diterima.
makanan/minuman lain). Dengan
pengendalian bahaya yang telah dilakukan,
maka bahaya ini termasuk dalam kriteria
risiko yang dapat diterima.

Gambar 7. Obat di kulkas bercampur dengan


makanan

(8) Menimbun sampah jarum dan


menumpuk botol obat dalam kardus di
bawah wastafel. Dampaknya adalah
mengangu akses untuk mencuci tangan dan
apabila tersengol rawan untuk pecah dan
melukai orang lain: probability: 3, frequency:
3, severity: 2 dan tingkat risiko medium.
Pengendalian bahaya dilakukan melalui
metode eliminasi (menyingkirkan barang-
Gambar 6. Berjualan makanan ringan di IGD.
barang tersebut ke tempat pengolahan limbah
(7) Meletakkan obat di kulkas bercampur khusus dan menambah jumlah safety box),
dengan makanan lain di ruangan IGD. administratif (memberlakukan aturan kepada
Dampaknya adalah resiko obat mengalami tenaga medis untuk membuang limbah medis
kontaminasi dan sudah tidak steril lagi. berbahaya ke dalam safety box dan tidak
Penilaian risiko dari bahaya ini dengan menumpuknya di sembarang tempat). Dengan
probability: 2, frequency: 1, severity: 2 dan pengendalian bahaya yang telah dilakukan,
tingkat risiko low. Pengendalian bahaya maka bahaya ini termasuk dalam kriteria
dilakukan melalui metode subsitusi risiko yang dapat diterima.
(menyediakan tempat pendingin khusus untuk
penyimpanan obat), administratif (aturan
untuk memisahkan tempat antara
penyimpanan obat dengan penyimpanan

You might also like