Professional Documents
Culture Documents
El-Nino dicirikan dengan melemahnya angin pasat dalam skala yang luas
dan meningkatnya suhu permukaan air laut di Pasifik Tengah dan Timur dekat
ekuator. Selama berlangsungnya El-Nino, terjadi hal yang tidak biasa pada tekanan
udara permukaan pada samudera Pasifik. Di Pasifik Barat dan Samudera Hindia
terbentuk pusat tekanan tinggi, sedangkan pada Pasifik Tengah dan Selatan
terbentuk pusat tekanan rendah, sehingga SOI bernilai negatif (Haryanto, 1998).
Pada saat terjadi La-Nina angin pasat timur yang bertiup di sepanjang Samudera
Pasifik menguat (Sirkulasi Osilasi Selatan bergeser ke arah Barat), sehingga massa
air hangat yang terbawa semakin banyak ke arah Pasifik Barat, akibatnya massa air
dingin di Pasifik Timur bergerak ke atas dan menggantikan massa air hangat yang
berpindah tersebut, hal ini biasa disebut upwelling. Dengan pergantian massa air
itulah suhu permukaan laut mengalami penurunan dari nilai normalnya, (Edukasi,
2010). Tekanan udara di kawasan ekuator Pasifik Barat menurun, lebih ke barat dari
keadaan normal, menyebabkan pembentukan awan yang lebih dan hujan lebat di
daerah sekitarnya (Haryanto, 1998). Bila tekanan udara di Pasifik Barat cenderung
menguat maka di Pasifik Timur dan Tengah cenderung melemah sehingga SOI
bernilai negatif. Sebaliknya bila tekanan udara di Pasifik Barat cenderung melemah
maka di Pasifik Timur dan Tengah cenderung menguat sehingga SOI bernilai
positif. Adapun persamaan untuk menentukan nilai SOI adalah : (Haryanto, 1998).
Tabel 1. Panduan prediksi El-Nino, La-Nina, atau normal terhadap nilai SOI
METODE
Tulisan ini menggunakan data curah hujan Stasiun Klimatologi Sungai
Tabuk tahun 2000-2015 dengan data index SOI yang di dapat dari www.bom.gov.au,
serta data produktivitas tanaman padi di Kabupaten Banjar dari
www.pertanian.go.id.
Untuk menentukan apakah data SOI pada suatu bulan tertentu itu memiliki
fase 1,2,3,4 atau 5 ditentukan berdasarkan nilai perbedaan antara nilai SOI pada
bulan tersebut (M2) dengan nilai SOI pada bulan sebelumnya (M1). Apabila nilai
perbedaan M2-M1 jatuh pada kolom meningkat cepat maka bulan tersebut
dikategorikan fase 4. Analisis lebih lanjut ialah dengan menghitung anomaly hujan
bulanan (AXi). Adapun cara menghitung anomaly hujan bulanan adalah sebagai
berikut :
AXi = Xi - Xg
Xi ialah curah hujan pada bulan ke-i dan Xg adalah curah hujan rata-rata jangka
panjang (pada tulisan ini 30 tahun).
Anomali produktivitas tanaman padi sawah dihitung dengan rumus :
Anomali = Produktivitas Tahun ke I : Produktivitas Rata-Rata
Kemudian dihitung nilai peluang untuk masing-masing anomaly dengan rumus
sebagai berikut :
P (AXi) = (1-n/(N+1)).
Dimana n adalah nomor urut data dan N jumlah data.
Kemudian data peluang dihubungkan dengan data anomali hujan tiap bulan dengan
menggunakan grafik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada umumnya daerah Kalimantan Selatan terdiri dari dua musim, yaitu
musim hujan dan musim kemarau (panas). Musim hujan biasanya terjadi pada akhir
bulan Oktober sampai akhir bulan April, pada waktu itu angin bertiup dari arah
Timur Laut. Sedangkan musim kemarau (panas) terjadi pada bulan Mei sampai
September dan di antara kedua musim tersebut terdapat musim pancaroba
(keragaman awal dan lama musim hujan di Kabupaten Banjar terlampir).
.
Gambar 2. Hubungan SOI dengan Awal Musim Hujan
Dari grafik hubungan SOI dengan Awal Musim Hujan diketahui, apabila SOI
bulan November berada disekitar nol (normal), awal masuk musim hujan di
Kabupaten Banjar sekitar akhir bulan Oktober atau awal November. Apabila nilai
SOI naik 10 dari nol, maka awal musim hujan akan maju sekitar 13 hari, sebaliknya
kalau turun 10, awal musim hujan akan mundur sekitar 13 hari.
Gambar 3. Hubungan SOI dengan Lama Musim Hujan
Dari grafik hubungan SOI dengan Lama Musim Hujan diketahui, apabila
SOI bulan November berada disekitar nol (normal), lama musim hujan di
Kabupaten Banjar sekitar awal masuk musim hujan sekitar 15 dasarian (150 hari).
Apabila nilai SOI naik 10 dari nol, maka awal musim hujan akan maju sekitar 3
dasarian (30 hari), sebaliknya kalau turun 10, awal musim hujan akan mundur
sekitar 4 dasarian (40 hari).
Prediksi Peluang Awal dan Lama Masuk MH berdasarkan Fase SOI
November di Kabupaten Banjar
Dari grafik prediksi peluang awal musim hujan dan lama musim hujan
berdasarkan fase SOI bulan November diketahui, apabila pada bulan November fase
SOI masuk pada kategori 1 atau 3 (El-Nino), maka peluang awal musim hujan di
Kabupaten Banjar akan mundur menjadi lebih besar dan lama musim hujan relatif
menjadi lebih singkat dibandingkan fase yang lain (normal atau La-Nina).
Sebaliknya apabila bulan November masuk kategori 2 atau 4 (La-Nina), maka
peluang terjadinya musim hujan di Kabupaten Banjar yang lebih panjang lebih besar
dibandingkan dengan fase yang lain (normal atau El-Nino)
KESIMPULAN
Dari data di atas diketahui bahwa fase SOI mempengaruhi awal musim
hujan dan lama musim hujan di wilayan Kabupaten Banjar. Pada kondisi El-Nino,
awal musim hujan akan mundur dan lama musim hujan akan lebih pendek dari pada
kondisi normal atau La-Nina. Begitu pula ketika terjadi La-Nina, menyebabkan
awal musim hujan menjadi lebih cepat dan musim hujan terjadi lebih lama
dibanding kondisi normal atau El-Nino.
Peluang untuk meningkatkan produktivitas padi sawah di kabupaten banjar sangat
kecil, yaitu di bawah 45%.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.longpaddock.qld.gov.au/seasonalclimateoutlook/southernoscillationind
ex/soigraph/index.php
www.bom.gov.au/climate/glossary/soi.shtml
Haryanto, U., 1998, Keterkaitan Fase SOI Terhadap Curah Hujan Di DAS Citarum,
http://repository. ipb.ac.id/ bitstream/handle. Di akses tanggal 29 Februari
2012.
Lo, F., Wheeler, M.C., Meinke, H. and Donald, A., 2007. Probabilistic forecasts of
the onset of the North Australian wet season. Monthly Weather Review, 135,
35063520.