You are on page 1of 13

ANALISIS KEBIJAKAN IMPLEMENTASI ANTENATAL CARE TERPADU

PUSKESMAS DI KOTA BLITAR


(Policy Analysis of Integrated Antenatal Care implementation at
Public Health Centers in Blitar City)
Muhammad Agus Mikrajab dan Tety Rachmawati

Naskah masuk: 7 Desember 2015, Review 1: 9 Desember 2015, Review 2: 9 Desember 2015, Naskah layak terbit: 30 Desember 2015

ABSTRAK
Latar Belakang: Antenatal care terpadu merupakan salah satu program kunci dalam penapisan pelayanan KIA yang
dimulai saat hamil sampai pada pascanifas. Pelayanan tersebut sangat penting bagi ibu hamil yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya komplikasi pada masa kehamilan dan pascapersalinan. Pelayanan kunjungan pertama ANC (K1)
sampai kunjungan lengkap ANC (K4) menjadi strategi kunci provider pelayanan kesehatan dalam upaya menurunkan
angka missed opportunities ibu hamil yang dapat berimplikasi pada kualitas pelayanan ibu maternal dan bayi di Kota
Blitar. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kebijakan implementasi ANC terpadu di 3 Puskesmas di Kota Blitar yaitu
Sanan wetan, Sukorejo, dan Kepanjen kidul. Metode: Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan rancangan purposif.
Metode analisis kebijakan menggunakan pendekatan analisis segitiga kebijakan. Hasil: Masih minimnya peran para aktor
kebijakan dalam menjembatani pelayanan ANC terpadu, pemberi pelayanan ANC terpadu bidan terkait pemeriksaan fisik,
analis/petugas lab terkait pemeriksaan laboratorium rutin dan atas indikasi medis serta minimnya pelatihan kompetensi
teknis dan berkala bagi bidan dan analis/petugas lab. Kesimpulan: Kerja sama lintas sektoral para aktor kebijakan di
Kota Blitar dalam implementasi ANC terpadu Puskesmas masih rendah dan berjalan secara parsial. Belum memadainya
ketersediaan fasilitas laboratorium dan USG untuk pemeriksaan ibu hamil. Perda terkait pemeriksaan lab rutin dan atas
indikasi medis belum berpihak pada ibu hamil yang tidak mampu/miskin. Saran: Peran aktif para aktor kebijakan di Kota
Blitar melalui kerja sama lintas sektoral yang meliputi kegiatan penyusunan review kebijakan, monitoring dan evaluasi
kegiatan pelayanan ANC terpadu Puskesmas secara berkesinambungan. Penganggaran dalam APBD dan sumber lain
terkait fasilitas laboratorium, ketersediaan USG, sesuai yang diperlukan. Penguatan pelayanan ANC terpadu melalui
pelatihan teknis yang bersifat rutin dan wajib untuk meningkatkan kompetensi obstetrik khususnya bagi tenaga bidan dan
pelatihan pemeriksaan laboratoium lanjutan bagi tenaga analis. Perlu revisi terbatas mengenai klausul pemeriksaan ANC
dalam Perda No. 8 tahun 2011 dengan menggratiskan pemeriksaan laboratorium rutin sedangkan paket laboratorium atas
indikasi medis wajib ditawarkan kepada setiap ibu hamil tetapi khusus digratiskan kepada ibu hamil yang tidak mampu
yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas.

Kata kunci: analisis kebijakan, ANC terpadu, Perda

ABSTRACT
Backgrounds: Integrated antenatal care as one of key program in screening maternal and child health services is
started antenatal to puerperium phase and it is essential to protect complications during both antenatal and postnatal
phases. Access to antenatal care (first ANC to fourth ANC) has became providers key strategies in order to decrease
missed opportunities of pregnant women that it can be implicated toward services quality and caused by increasing MMR
and IMR in Blitar City. The purpose of this study was to analize of policy implementation for Integrated Antenatal Care
services at Sananwetan, Kepanjen kidul, and Sukorejo Public Health Centers. Methods: A qualitative study with purposive
design. Method for policy analysis used a health policy triangle framework (Walt & Gilson, 1994). Results: Lack of the
role of policy actors in fields to bridge among integrated antenatal care services program, midwives, lab analyst and
provider. Integrated Antenatal care Services are concerned with physical examinations conducted by Midwives and are
concerned with laboratorium test both routine and medical indications conducted by laboratory analyst. Lack of technical
training for midwives and lab analyst. Conclusion: Inter Sectoral partnership for policy actors in implementing integrated
antenatal care of Health Centers were lack and ranning partially. Lack of availability of laboratory facilities and USG to
exam pregnant womens. Local Government Regulation regarding general services retributions are concerned routine lab

Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan, Jl. Indrapura 17 Surabaya,
Email: nauval0817@yahoo. com

41
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 19 No. 1 Januari 2016: 4153

and medical indications examinations is not yet for the poor peoples. Recommendation: The masive role of policy actors
in Blitar City through inter sectoral partnership involving policy review, monitoring, and evaluation of integrated antenatal
care for health centers are sustainable. Budgetting in APBD and other sources to enhance laboratorium facilities and
USG at three Health Centers based on types of laboratory and medical devices. Integrated antenatal care strengthening
through technicals training are especially midwives and laborium analysts in developing midwives in obstetrics and medical
examination competencies. We need a limited revision of regulation clauses. It is clauses of routine lab examination and
medical indications free for every poor womens that conduct lab examinations.

Key words: policy analysis, integrated antenatal care services, Local Government Regulation

PENDAHULUAN urin, gula darah/reduksi, darah malaria, BTA, darah


sifilis, Serologi HIV, dan USG (Kemenkes, 2012).
Pelayanan kunjungan ANC (K1) sampai ANC
Selanjutnya, implementasi pelayanan Antenatal
(K4) menjadi strategi kunci utama provider pelayanan
Care terpadu telah diperkuat dengan dikeluarkannya
kesehatan dalam upaya menurunkan angka missed
kebijakan Menteri Kesehatan yang tertuang dalam
opportunities ibu hamil yang dapat berimplikasi Angka
pasal 6 ayat 1 huruf b Permenkes No. 25 tahun
Kematian lbu (AKI) menurun di Kota Blitar.
2014 tentang upaya kesehatan anak salah satunya
Menurut WHO, bahwa kasus kematian ibu terjadi
dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan janin dalam
antara 3350% yang berhubungan erat dengan
kandungan dilaksanakan melalui pemeriksaan
rendahnya tingkat pelayanan kesehatan yang
antenatal pada ibu hamil dan pelayanan terhadap
diperoleh selama hamil sedangkan kontribusi terbesar
ibu hamil tersebut dilakukan secara berkala sesuai
penyebab kematian ibu tersebut berturut-turut adalah
standar yaitu paling sedikit 4 (empat) kali selama masa
pre eklampsi, eklampsi, dan perdarahan antepartum
kehamilan (K1-K4). Adapun tujuan studi ini adalah
(WHO, 2006) cit. Lincetto et al., (2006). Pelayanan
menganalisis kebijakan implementasi ANC terpadu di
Antenatal care (ANC) sebagai faktor utama dalam
tiga (3) Puskesmas di Kota Blitar yaitu Sananwetan,
menentukan outcome persalinan termasuk menyaring
Sukorejo, dan Kepanjenkidul.
secara dini faktor risiko dan juga dapat menentukan
awal pengobatan ibu hamil yang mengalami komplikasi
selama hamil akan dilakukan. Ibu hamil yang tidak METODE
melaksanakan ANC selama hamil berisiko lebih
Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan
besar mengalami komplikasi saat persalinan (Hunt &
rancangan purposif. Metode analisis kebijakan
Bueno de Mesquita, 2000). Peran tenaga kesehatan
menggunakan pendekatan policy analysis triangle
terampil (skilled birth attendant) terutama bidan
(Walt & Gilson, 1994) cit. Buse et al, 2005;2012)
dengan keterampilan Asuhan Persalinan Normal
cit. May et al (2014) sedangkan Leichter (1979) cit.
(APN) menjadi syarat utama dan mutlak yang harus
Buse et al, 2005;2012) menyatakan bahwa faktor
dimiliki sebelum melakukan pertolongan persalinan.
kontesktual yang dapat berimplikasi pada proses
Hasil studi Graham et al (2001) cit. Carlough &
kebijakan yaitu situasional, struktural, kultural, dan
McCall (2005) memperkirakan bahwa antara 1333%
lingkungan. Analisis berupa prospective analysis (Walt
kematian ibu dapat di reduksi melalui peran utama
et al, 2008) yaitu memahami bagaimana kesuksesan
penolong persalinan terampil. Sejalan dengan hal
dan kegagalan implementasi pelayanan ANC terpadu
tersebut, Rosmans et al (2006); Graham et al (2008)
yang sedang berjalan di tiga (3) Puskesmas di Kota
menyebutkan masa persalinan merupakan salah satu
Blitar. Justifikasi pemilihan lokasi penelitian karena
fase yang berkontribusi besar terjadinya kematian
Kota Blitar merupakan wilayah di Jawa Timur yang
maternal di Indonesia dalam satu minggu pertama
memiliki Angka Kematian Ibu (dilaporkan) tertinggi
dan diperkirakan fase tersebut terjadi 60% dari semua
pada tahun 2012 yaitu 339, 31 per 100. 000 kelahiran
kematian maternal.
hidup. Informan penelitian ini adalah Kabid, Kasubid
Antenatal Care terpadu merupakan pelayanan
Gizi, KIA dan USILA serta Staf yang ditunjuk, Bidan
antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan
Koordinator/Wilayah, Kepala Puskesmas, Analis/
kepada semua ibu hamil. Pelayanan tersebut diberikan
petugas laboratorium, dan lbu hamil yang tinggal
oleh dokter, bidan, dan perawat terlatih, sedangkan
menetap di wilayah kerja Puskesmas.
jenis pemeriksaan pelayanan ANC terpadu adalah
Data yang dikumpulkan meliputi data primer
sebanyak 18 jenis pemeriksaan yaitu keadaan umum,
dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan
suhu tubuh, tekanan darah, berat badan, LILA, TFU,
melalui kegiatan lndepth Interview dan Focus Group
Presentasi Janin, DJJ, Hb, Golongan darah, protein

42
Analisis Kebijakan Implementasi Antenatal Care Terpadu (Mikrajab dan Rachmawati)

Discussion. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh Kontekstual yang Memengaruhi Kebijakan
masukan terkait konteks, isi, dan proses serta aktor Pelayanan ANC Terpadu Puskesmas di Kota
dalam analisis kebijakan pelayanan antenatal care Blitar
terpadu. Pengumpulan data sekunder meliputi data
lmplementasi pelayanan ANC terpadu dipengaruhi
kasus, formulir pencatatan dan pelaporan, data
oleh dimensi peran sosial dan sistem yang ada.
utilisasi ANC terpadu K1 dan K4, kohor ibu serta
Pelayanan fisik 10T dan konseling telah dilaksanakan
regulasi terkait ANC terpadu (Perda, dan Perwali).
namun untuk pelayanan laboratorium khususnya
Analisis data diolah dengan teknik The Qualitative
IMS belum dilakukan di Puskesmas Sukorejo karena
Analysis Guide of Leuven/QUAGOL (Casterle et al.,
analis laboratorium belum memperoleh pelatihan
2012) dan analisis isi (content analysis) sehingga
untuk pemeriksaan IMS ibu hamil dan keterbatasan
diperoleh kesimpulan yang tepat dari transkrip.
alat pemeriksaan sehingga bila ada pemeriksaan
IMS pada ibu hamil harus merujuk ke Puskesmas
HASIL Sananwetan atau ke RSUD Mardi Waluyo. Berikut
kutipan wawancara:
Aktor Pengelola dan Pelaksana Kebijakan
Pelayanan ANC Terpadu Puskesmas di Kota ...... kami belum dapat melakukan pemeriksaan IMS
Blitar karena fasilitas laborat di Puskesmas kami belum
Secara struktural penanggung jawab pengelolaan memadai, dan analis kami belum mendapatkan
program ANC terpadu adalah Kepala Dinas Kesehatan pelatihan, sementara ini bila diharuskan ada
Kota Blitar melalui kabid peningkatan kesehatan pemeriksaan IMS, kami merujuknya ke Puskesmas
Dinkes, kasie Gizi, KIA dan Usila sedangkan sebagai Sananwetan atau Rumah sakit (lndepth Bidkor
pelaksana program atau pemberi pelayanan adalah Puskesmas Sukorejo)
Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan Implementasi pelayanan ANC terpadu saling
wilayah yang terkait pelayanan fisik dan konseling berkolaborasi antara bidan dengan tenaga kesehatan
sedangkan pelayanan paket laboratorium merupakan lain seperti analis laboratorium/petugas lab dan tenaga
komponen penting kegiatan antenatal care terpadu gizi. Paket pelayanan laboratorium ANC terpadu
Puskesmas dilaksanakan oleh analis lab/petugas lab. secara umum sudah dilaksanakan tapi yang belum
Berikut kutipan wawancara: adalah paket pelayanan Foto Rontgen (Thoraks) dan
..... pengelola program KIA di bawah kabid penggunaan USG untuk ibu hamil. Berikut kutipan
peningkatan kesehatan termasuk pelayanan wawancara:
antenatal care terpadu yang dibantu oleh kasie
Pada Pemeriksaan ANC terpadu, bidan tidak
gizi, dan kesehatan ibu, anak dan usia lanjut
hanya bekerja sendiri, tapi juga berkolaborasi
(lndepth Dinkes Kota Blitar).
dengan kompetensi lain, seperti dengan petugas
..... penanggung jawab pelayanan di tingkat laboratorium untuk pemeriksaan darah dan urine,
puskesmas adalah kepala Puskesmas ..... maupun berkolaborasi dengan petugas dari
pemberi pelayanan berkaitan dengan pelayanan gizi ...... pemeriksaan dengan 10T (temu wicara,
fisik 10T KIA dan ANC adalah bidan di Poli KIA timbang, ukur tinggi badan, tensi, LILA, TFU,
dan pelayanan persalinan rawat inap di KIA bidan tablet fe, status TT, pemeriksaan lab rutin maupun
PJ ruangan dan staf bidan untuk pelayanan indikasi) yang terintegrasi dg kompetensi lainnya.
laboratorium ANC terpadu dilakukan oleh analis ...... belum semua, yang sudah dilakukan hanya
lab/petugas lab Puskesmas (lndepth Dinkes pemeriksaan laboratorium, meliputi pemeriksaan
Kota Blitar). golongan darah, HB, Albumin, GDA (gula darah),
...... penerima pelayanan ANC terpadu para IMS dan BTA (bakteri tahan asam) atas indikasi.
ibu hamil yang berkunjung langsung ke Poli KIA ...... untuk pemeriksaan thoraks dan USG belum
Puskesmas atau melalui bidan wilayah yang ada dilakukan karena sarana dan prasarana masih
di wilayah kerja masing-masing yang meliputi belum ada. (FGD 5 Bidan Wilayah Puskesmas
pelayanan konseling dan fisik 10T mulai dari ANC Kepanjen Kidul).
K1 sampai K4 (Dinkes Kota Blitar).

43
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 19 No. 1 Januari 2016: 4153

Pemer iksaan protein - ur in di Puskesmas Sosialisasi ANC terpadu dilaksanakan


menggunakan stik sedangkan Hb masih menggunakan dinas kesehatan provinsi pada tahun 2011 di
sahli. Selama ini Pustu sempat melaksanakan Surabaya dengan mengundang perwakilan
pemeriksaan Hb tapi ketiadaan alat sehingga bidan Puskesmas, pihak dinas kesehatan Kota
pemeriksaan hanya dapat dilakukan di Puskesmas Blitar, BPS (Bidan Praktik Swasta) tentang ANC
Sananwetan. Berikut kutipan wawancara: terpadu (Indepth Bidan Koordinator Puskesmas
. . . mendapat drop stik pemeriksaan protein- Sananwetan)
urin, ada kendala perbedaan hasil ukur HB saat
Sosialisasi sudah diberikan setiap kelas ibu
merujuk dengan Puskesmas, pemeriksaan HB di
hamil, saat penyuluhan (FGD 5 Bidan Wilayah
pustu belum dilaksanakan karena peralatan HB
Puskesmas Kepanjenkidul)
sahli pecah, oleh karena itu untuk pemeriksaan
HB dilakukan perujukan ke Puskesmas (Indepth Ada, di posyandu. Diberitahu oleh bidan dan kader
Bidkor Puskesmas Sananwetan). agar periksa hamil. (FGD 5 Bumil Puskesmas
Sukorejo)
Isi Kebijakan yang Mengatur Pelaksanaan
Selain itu, sosialisasi dan penyuluhan yang
Pelayanan ANC Terpadu Puskesmas di Kota
dilakukan Dinas Kesehatan Kota Blitar kepada Bidan
Blitar
Koordinator dan Bidan wilayah dengan mereview
Jenis Pelayanan ANC terpadu yang diberikan materi ANC terpadu. Berikut kutipan wawancara:
bidan kepada lbu hamil di tiga (3) Puskesmas berkaitan kalau sosialisasi dan pelatihan sudah kami
dengan pemeriksaan fisik 10T yang rutin dan konseling lakukan, bahkan mengundang semua bidan
telah diimplementasikan. Sedangkan pemeriksaan bukan hanya bidkor saja. Jadi waktu diadakan
laboratorium berulang untuk K4 dilakukan bila ada sosialisasi atau pelatihan lagi kebanyakan hanya
indikasi medis. Berikut kutipan wawancara: mereview bukan mengajarkan dari awal lagi (Staf
Setiap ibu hamil yang datang dilakukan anamnese Kasie Gizi, KIA, dan USILA)
kemudian dilakukan pemeriksaan dengan 10T
(timbang, pengukuran tekanan darah, Lila, lntegrasi ANC dengan Pelayanan lain
skrining status TT, dII), serta dengan berkolaborasi Integrasi atau keterpaduan pelayanan ANC
dengan dokter di BP, petugas lab, poll gigi dan gizi. dengan bidang lain telah dilakukan di Puskesmas
(Indepth Bidkor Puskesmas Kepanjenkidul) Kepanjenkidul pelayanan fisik 10T dengan pengukuran
Wajib untuk ibu hamil K1: pemeriksaan HB, status gizi ibu hamil, dengan pemeriksaan IMS (GO,
golongan darah, Albumin-reduksi bila pemeriksaan TB), dengan pemeriksaan IMS (HIV/AIDS). Berikut
albumin-reduksi positif lanjut pemeriksaan Gula kutipan wawancara:
darah. Pemeriksaan rutin/berulang bila ada Disini integrasi Gizi sama Laborat ini yang sering
indikasi: pemeriksaan HB, Albumin-reduksi, bersinggungan dalam hal kalau Gizi itu tadi LILA oh
pemeriksaan IMS wajib ditawarkan dan atas ini perlu tambah gizi boleh terus kalau laborat ada
indikasi bila terjadi keputihan pada ibu hamil IMS terus ada yang TB kalau IMS periksa bakteri
(lndepth Bidkor Puskesmas Sanawetan) stapilokokus terus bakteri Gram sebenarnya kita
mau ke arah PMVCT konsepnya matang dulu
Pemeriksaan wajib bagi ibu hamil K1: HB,
terus yang kedua saya sebagai konselornya
golongan darah, albumin-reduksi, untuk kunjungan
pemeriksaan HIV/AIDS ...... (Kepala Puskesmas
berikutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium
Kepanjenkidul).
bila ada indikasi (Indepth Bidkor Puskesmas
Sukorejo) Selain itu, integrasi juga telah dilakukan di
Puskesmas Sananwetan pelayanan fisik 10T dengan
Sosialisasi pemeriksaan medis seperti keluhan sakit, sakit gigi di
Sosialisasi pelayanan ANC terpadu dilaksanakan rujuk ke poli gigi. Berikut kutipan wawancara:
dengan berbagai tempat dan cara. Mulai dari tenaga ....... sejauh yang saya tahu dan saya lakukan,
pengelola dan pelaksana lapangan dilakukan di selama pelayanan di poli KIA puskesmas
Dinkes Kesehatan Provinsi Jatim dan Dinkes Kota Sananwetan adalah pelayanan pada ibu hamil,
Blitar. Cara penyampaian sosialisasi melalui kelas mulai dari awal kehamilan, ibu hamil akses ke kita,
ibu hamil, Posyandu, kader Posyandu. Berikut kutipan jadi mulai dari K1 atau masa kehamilan kurang
wawancara: dari tiga bulan atau lebih ke kita, itu kita berikan
standart pelayanan 10T, kemudian, apa namanya

44
Analisis Kebijakan Implementasi Antenatal Care Terpadu (Mikrajab dan Rachmawati)

standart itu kita tambah dengan pemeriksaan sebagai analis Puskesmas Kepanjen Kidul mulai
laboratorium, kita kolaborasi dengan laboratorium tahun 2013 ini. . . Rekan saya sudah mengikuti
untuk pemeriksaan golongan darah, kemudian tahun 2011 lalu (Analis Lab Kepanjen kidul)
HB, albumin reduksi urine, kemudian apabila
Pelatihan teknis sebagian bidan adalah CTU
ada masalah gizi atau kalo gizi sekarang kita
(Contraceptive Technique Update), dan Asuhan
rutin, mulai rutin jadi kalo ibu hamil baru kita
Persalinan Normal (APN), dan afeksi terutama bidan
kolaborasi dengan petugas gizi untuk konsultasi
yang sudah lama bekerja di Puskesmas. Pelatihan
gizi, jadi nutrisi apa saja yang lebih bagus, untuk
Asuhan Persalinan Normal (APN) dan Audit Maternal
menunjang pertumbuhan dan perkembangan
Perinatal (AMP) telah dilaksanakan di dua (2)
janin serta kesehatan ibunya, kemudian ibu hamil
Puskesmas, P4K (Kelas lbu) telah dilaksanakan di
dengan keluhan-keluhan sakit mungkin, itu kita
tiga (semua) Puskesmas sedangkan ANC Terpadu
kolaborasi dengan, kita konsultasikan dengan
sebatas sosialisasi dari Dinkes Kota Blitar bagi
dokter di BP, terus ada lagi ibu hamil dengan
bidan koordinator dan wilayah. Berikut kutipan
sakit gigi biasanya, kita rujuk ke poli gigi. Jadi
wawancara:
menurut saya seperti itu (FGD 5 Bidan Wilayah
CTU, APN tapi banyak yang belum, kalau yang
Puskesmas Sananwetan).
lama-lama sudah APN. . . . , kelas ibu, afeksi,
Pelayanan lab rutin telah dilakukan di Puskesmas kalau ANC terpadu cuma sosialisasi (FGD 5
Sukorejo namun untuk lab atas indikasi medis HIV/ Bidan Wilayah Puskesmas Sanan wetan)
AIDS masih dilakukan rujukan pasien ke Puskesmas
..... yang sudah jadi bidan mesti wajib APN,
Sananwetan atau RSUD Mardi Waluyo. Berikut
pelatihan kelas ibu hamil ..... ANC terpadu
kutipan wawancara:
baru tahap sosialisasi (FGD 5 Bidan Wilayah
ibu hamil pemeriksaan darah pemeriksaan
Puskesmas Sukorejo)
albumen sudah ada yang belum HIV/AIDS toraks
dan USG di rujuk ke Puskesmas Sananwetan atau ....... selama ini yang sudah dilakukan APN,
RSUD (Kepala Puskesmas Sukorejo). kelas ibu hamil, AMP, ...... ANC terpadu sampai
sosialisasi dari Dinkes Kota Blitar (FGD 5 Bidan
Paket Pelatihan ANC bagi Bidan dan Analis Wilayah Puskesmas Kepanjen kidul)
Pelatihan ANC bagi sebagian tenaga bidan di
wilayah kerja Dinkes Kota Blitar telah dilaksanakan di Monev terkait Pelayanan Fisik 10T
Dinkes Provinsi Jatim tahun 2012. Namun pelatihan Monitoring dan Evaluasi (MONEV) secara
tersebut belum secara teknis obstetrik tetapi ANC berkala pihak Dinkes Kota Blitar terkait pelayanan
Terpadu secara umum. Berikut kutipan wawancara: KIA dan ANC terpadu setiap bulan sekali melalui
Pelayanan ANC terpadu sudah dilakukan pertemuan di tingkat Dinkes Kota Blitar maupun
secara berkala, karena ibu hamil mendapat kunjungan lapangan oleh pihak Dinkes kesehatan
jadwal pemeriksaan kehamilan rutin. . . pelatihan (Mini Lokakarya) atau supervisi fasilitatif ada juga
secara teknis belum pernah ada (Indepth Bidkor melalui pertemuan Program Sayang Ibu di Poskesdes
Puskesmas Sananwetan). untuk mencari permasalahan dan solusinya. Berikut
kutipan wawancara:
Pelatihan teknis bagi sebagian tenaga laboratorium
...... Kalau selama ini kita lakukan dengan seluruh
baru sebatas IMS dilakukan di Dinkes Provinsi Jatim
bidan desk ya desk data sehingga mungkin ada
tahun 2011 sedangkan secara berkala belum ada.
yang belum tercatat. . ada mungkin ini harusnya
Berikut kutipan wawancara:
wilayah di sana saling memberikan informasi
Tidak ada, pernah diadakan pelatihan di dinkes
...... Fungsi Desk data itu tadi untuk mengcover
tahun 2011 tentang pemeriksaan IMS (Analis Lab
seluruh ibu hamil yang ada dengan statusnya
Sukorejo)
ini khan di mana pemeriksaannya apakah di
Tidak ada pelatihan berkala, pada tahun 2011 Puskesmas atau di bidan wilayah atau di dokter
pernah diadakan pelatihan IMS di dinkes(Analis terus berkaitan dengan itu kita ingin melihat bahwa
Lab Sananwetan) ini oh ternyata faktor risiko yang ada sehingga
kita perlu ngomong bahwa kewaspadaan dini
Tidak ada pelatihan secara berkala, tapi pernah
pemantauannya dan segalanya sepanjang itu
diadakan pelatihan sekali bagi analis untuk
semua sistem itu betul betul berjalan dengan balk
pemeriksaan IMS dari dinkes tahun 2011. Saya
(Kepala Puskesmas Kepanjenkidul).
pribadi belum pernah, karena baru menjabat

45
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 19 No. 1 Januari 2016: 4153

Sejalan dengan kegiatan itu monev sebenarnya dekat, sedangkan hambat an di Puskesmas
sudah berjalan bertahap cuman diluar itu istilahnya Kepanjenkidul dan Sananwetan juga tidak ada.
kecolongan dalam arti ada beberapa pasien yang Berikut kutipan wawancara:
sebenarnya itu sudah kita awali jangan sampai ada . . kalau hambatan dalam memperoleh pelayanan
kasus yang nyelonong tiba-tiba itu sudah sampai ANC Terpadu atau ibu hamil yang dirasakan
pada waktunya ada minggu ini kok sudah sampai selama ini tidak ada (Indepth Bidkor Puskesmas
begini tapi ANC sudah dimonitoring dari teman- Sukorejo)
teman Kepala Puskesmas dari teman-teman baik
Akses pelayanan dekat untuk periksa kehamilan,
bidan wilayah bidan koordinator koordinasi baik
sangat mudah di jangkau dengan kendaraan, bila
sudah rujuk aja ke induk kalau sudah di lnduk. . .
ditempuh dengan sepeda motor maupun jalan
. (Kepala Puskesmas Sananwetan).
kaki hanya membutuhkan waktu 5-10 menit (FGD
kalau ANC bisa kita melalui Minlok Puskesmas 5 Bumil Puskesmas Sukorejo)
atau kita juga ada pertemuan lain. . . . Minlok itu
Hambatan terkait pelayanan lab ANC terpadu
kita 12 kali selain 12 kalau ada permasalahan
Puskesmas Kepanjenkidul khususnya pemeriksaan
dilakukan dengan bidan (Kepala Puskesmas
IMS (HIV/AIDS) diperlukan Reagen yang memadai
Sukorejo).
dan pengisian formulir informed consent ditolak
..... jadi periodik itu mengacu pada Dokumen pasien akibatnya tidak dapat dilakukan pemeriksaan
Anggaran, adalagi berdasar parsitipatif monev tersebut. Berikut kutipan wawancara:
berdasar data yang kita miliki terkait kegawatan Kurangnya reagen dalam pemeriksaan HIV/AIDS
kasus atau isu maupun problem yang ditemui diperlukan informed consent yang terkadang
selama supervisi fasilitatif terhadap para bidan. pasien menolak, sehingga tindakan tidak
Terkadang juga masyarakat yang mengundang dapat dilakukan (Indepth Bidkor Puskesmas
kita untuk ke lapangan untuk terlibat dalam suatu Kepanjenkidul)
program, contohnya baru baru ini kita diundang
. . . kalau saya kendala utama memang jauhnya
untuk hadir dalam diskusi program sayang ibu
jarak karena wilayah saya paling pucuk selatan,
yang ada di poskesdes. . . berdasarkan temuan
wilayah perbatasan antara kota dan kabupaten,
atau laporan kasus, atau berdasar kebutuhan
jadi kalau disuruh kesini kadang ibu hamilnya
dokumen (Kabid Peningkatan Kesehatan Dinkes
gak mau. Nah maunya saya kalau bisa waktu
Kota Blitar)
kelas ibu ada dokter dan ahli gizi yang datang
kesana. Jadi ibu hamil tidak perlu jauh-jauh kesini
Monev terkait Pelayanan Lab
tapi sudah bisa dilaksanakan disana. Jadi kita
Monitoring dan evaluasi dari Dinkes Kota Blitar ada jadwal buka kelas ibu hari apa, gitu sudah
terkait hasil pelayanan lab ANC terpadu Puskesmas ada dokternya, petugas labnya, ahli gizinya gitu
belum ada. Evaluasi selama ini hanya dilakukan di kan enak. . (FGD 5 Bidan Wilayah Puskesmas
tingkat Puskesmas dalam bentuk laporan bulanan Sananwetan)
Puskesmas. Berikut kutipan wawancara:
. . . terkait pelayanan lab ANC terpadu disini tidak Proses Kebijakan Program ANC Terpadu
ada (Analis Lab Sukorejo)
Pelayanan antenatal care (ANC) terpadu yang
Belum pernah ada evaluasi dari dinkes, evaluasi dilaksanakan oleh tenaga kesehatan terampil bagi
laporan hasil laboratorium tiap bulan dilakukan bidan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
oleh Puskesmas (Analis Lab Sananwetan) ibu selama hamil dan dapat melahirkan dengan aman
dan selamat. Pelayanan ANC terpadu diinisiasi oleh
Tidak ada, tiap bulan kami membuat laporan
Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2010.
bulanan untuk puskesmas (Analis Lab
Berdasarkan laporan, bahwa Angka Kematian
Kepanjenkidul)
Ibu (AKI/MMR) dalam 10 tahun terakhir di Indonesia
Hambatan Akses ANC Terpadu mengalami fluktuasi yaitu dari 307 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2002 atau 0.08% turun
Hambatan dalam konteks ini adalah terkait
menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
aksesibilitas ANC terpadu pada ibu hamil. Hambatan
2007 atau 0,26% kemudian naik secara drastis
terkait akses pelayanan ANC terpadu Puskesmas
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup atau 0,57%
Sukorejo tidak ada. Jarak dari rumah ke Puskesmas
pada tahun 2012. Menilik target AKI dalam MDGs 2015

46
Analisis Kebijakan Implementasi Antenatal Care Terpadu (Mikrajab dan Rachmawati)

sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup dan RPJMN angka cakupan pelayanan antenatal seat ini sudah
sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup tampaknya tinggi, K1 mencapai 94,24% dan K4 84,36% Walaupun
sulit untuk tercapai dalam waktu beberapa tahun demikian, masih terdapat disparitas antar propinsi dan
kedepan karena faktanya dibutuhkan penurunan AKI antar kabupaten atau kota yang variasinya cukup
minimal sebesar 5,5% (WHO 2007; SDKI 2012). besar cakupan K4 di Jawa Timur yaitu 74,6% masih
Berbagai kebijakan KIA secara nasional yang di bawah target MDGS 2015 yaitu 90% dan belum
telah dikeluarkan oleh Pemerintah seperti strategi ada satupun propinsi yang mencapai target MDGs
Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai respons tersebut (Kemenkes, 2010).
dari WHO yang meluncurkan Safe Motherhood Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas
Initiative pada tahun 1987 juga inisiatif pembangunan pemerintah mencoba membuat kebijakan terkait
kependudukan global yang pertama diadakan di pelayanan KIA dalam bentuk program pelayanan
Kairo, Mesir tahun 1994. Selama dua dekade yaitu antenatal care terpadu di fasilitas kesehatan
tahun 1980-200 Indonesia merupakan negara yang pemerintah maupun swasta dan praktik perorangan/
berhasil dalam menata program KIA, namun yang kelompok perlu dilaksanakan secara komprehensif
terjadi saat ini justru sebaliknya terjadi fluktuasi AKI dan terpadu, mencakup upaya promotif, preventif,
yang artinya terjadi kemunduran pencapaian target sekaligus kuratif dan rehabilitatif, yang meliputi
AKI dari tahun ke tahun (Nurrizka & Saputra, 2013). pelayanan KIA, gizi, pengendalian penyakit menular
Beberapa program lain terkait dalam mendukung (imunisasi, HIV/AIDS, TB, Malaria, penyakit menular
upaya peningkatan KIA yaitu DTPS-KIBBLA (District seksual), penanganan penyakit kronis serta beberapa
Team Problem Solving-Kesehatan lbu, Bayi Baru program lokal dan spesifik lainnya sesuai dengan
Lahir, dan Balita) program ini terdapat enam program kebutuhan program.
pendekatan DTPS-KIBBLA yaitu Perawatan Metode Kementerian Kesehatan RI telah menyusun
Kangguru (PMK), Desa Siaga (Siap Antar dan Jaga), Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Pedoman
SBMR (Standard Based Management Recognition), ini diharapkan menjadi acuan bagi tenaga kesehatan
Kelas Ibu, dan AMP (Asuhan Maternal Perinatal). dalam memberikan pelayanan antenatal care terpadu
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan yang berkualitas untuk meningkatkan status kesehatan
Komplikasi (P4K), Gerakan Sayang lbu (GSI), Jaminan ibu yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi
Persalinan (jampersal) dan Bantuan Operasional terhadap penurunan angka kematian ibu. Pedoman
Kesehatan (BOK) ternyata juga belum mampu ANC terpadu disusun oleh Ditjen Bina Kesmas
menurunkan AKI. berdasarkan masukan dari tim pakar dan evidence
Dasar hukum (legal standing) formulasi dan based di lapangan yang kemudian diperkenalkan
kebijakan ANC terpadu di tingkat Pusat sesuai dengan Kebijakan ANC terpadu telah diperkenalkan pada tahun
amanat pasal 5 ayat 1, 2 dan 3 UU No. 36 tahun 2009 2010 melalui Ditjen Bina Kesmas. Adapun tim penyusun
menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak yang buku pedoman melibatkan penentu kebijakan yaitu
sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di lingkungan Ditjen Bina Kesmas, Dinkes Provinsi
di bidang kesehatan; setiap orang mempunyai hak DKI, DIY, Bali, Jateng, Jabar, Jatim. Kemudian diikuti
dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, dengan diimplementasikannya kebijakan pusat tahun
bermutu, dan terjangkau; serta setiap orang berhak 2010 tersebut melalui fasilitasi tenaga Puskesmas
secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan seperti Bidan memperoleh pelatihan terkait ANC di
sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi wilayah Puskesmas di Indonesia dan evaluasi buku
dirinya. panduan ANC dari Kemenkes sehingga dilakukan
Berdasarkan data, menyebutkan bahwa penyebab revisi I buku panduan ANC menjadi ANC terpadu
obstetrik kematian ibu masih didominasi oleh pada tahun 2010 dan revisi kedua tahun 2012 dan
Perdarahan (32%), dan hipertensi dalam kehamilan diikuti implementasi kebijakan tersebut di tingkat
(25%), diikuti infeksi (5%), partus lama (5%), dan Provinsi yaitu Dinkes Provinsi Jawa Timur pada tahun
abortus (1%). Penyebab lain-lain adalah non obstetrik 2012 melalui sosialisasi dan kemudian diikuti oleh
(32%). (Kemenkes, 2013). Dinkes Kab/Kota se Jawa timur pada tahun 2013
Selanjutnya, indikator yang digunakan untuk ditandai dengan pelatihan ANC terpadu di Dinkes
menggambarkan akses ibu hamil terhadap pelayanan Jawa Timur. Untuk mendukung kebijakan ANC Pusat,
antenatal adalah cakupan K1 (akses/kontak pertama) Pemerintah Provinsi telah mengeluarkan Peraturan
dan K4 (lengkap) dengan tenaga kesehatan yang Daerah (Perda) terkait implementasi pelayanan
mempunyai kompetensi kebidanan. Secara nasional ANC Terpadu di Puskesmas seperti yang termaktub

47
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 19 No. 1 Januari 2016: 4153

dalam pasal 5 ayat 2 Perda Jatim No 8 tahun 2011 Untuk ANC nya kami menggratiskan seluruhnya
tentang Pelayanan Publik menyebutkan bahwa ruang tapi kalau sudah sampai pada tindakan atau
lingkup pelayanan meliputi pendidikan, pengajaran, penegakan diagnostik itu ada charge. (Kabid
pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi Peningkatan Kesehatan Dinkes Kota Blitar)
dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan
Penguatan pelaksanaan UU dan Perda muncul
sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya
inisiatif Pemerintah Kota Blitar dengan terbitnya
alam, pariwisata sektor strategis lainnya.
Perwali Kota Blitar No. 13/2013 yang mengatur tentang
Selanjutnya, dari sisi ketenagaan kesehatan
cakupan pelayanan kesehatan dasar antara lain
Pemerintah Provinsi Jatim mengeluarkan kebijakan
cakupan kunjungan ibu hamil K4 95% dan cakupan
Perda seperti yang termaktub dalam pasal 11 ayat
linakes yang memiliki kompetensi kebidanan 90%
1 dan 2 Perda No 7 tahun 2014 tentang Tenaga
pada tahun 2015 serta terbitnya Perwali Kota Blitar
Kesehatan menyebutkan bahwa Pengembangan
No. 38/2011 mengatur besaran tarif, pemanfaatan
tenaga kesehatan diarahkan untuk meningkatkan
dana jaminan persalinan ( jaminan persalinan)
mutu dan karir tenaga kesehatan; dilaksanakan
mulai dari masa hamil sampai pada pelayanan KB.
melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
Untuk mendukung pelayanan ANC Terpadu jauh
dalam menjalankan pekerjaan dan/atau praktek
sebelumnya telah diimplementasikan Citizen Charter
keprofesiannya serta terbitnya Perda No. 8/2011
(kontrak/maklumat pelayanan) terkait pelayanan KIA
yang mengatur tarif retribusi dengan komponen jasa
yang mana Citizen Charter hanya mengintervensi ke
sarana dan jasa pelayanan/jasa medis yaitu tindakan
tingkatan kinerja pelayanan KIA saja termasuk ANC
pelayanan KIA dan pelayanan paket laboratorium
terpadu Puskesmas, berikut kutipan wawancara:
ANC terpadu yang dilaksanakan Puskesmas dan
Citizen charter itu merupakan tools yang
Jaringannya. Berikut kutipan wawancara terkait tarif
menempatkan masyarakat untuk berpartisipasi
pelayanan ANC terpadu Puskesmas di Kota Blitar:
aktif dalam pelayanan publik. Jadi mereka tidak
Pemeriksaan laboratorium berdasarkan rujukan
Cuma sebagai penerima layanan tapi juga aktif
dari poli KIA (pelayanan ANC) adalah pemeriksaan
memberikan masukan. Bagaimana sih yang
HB, golongan darah, Albumin dan reduksi, di
mereka inginkan, jadi ada aspek sarana prasarana,
Puskesmas Karangsari (Sukorejo) belum ada
aspek kelembagaan dan aspek sumber daya
pemeriksaan IMS ...... Pembiayaan menggunakan
manusia. Dan ini sudah berjalan sejak tahun
tarif perda, HB Rp. 17. 000, Albumin Rp. 17000,
2003. Jadi kalau kaitannya dengan KIA lebih
reduksi Rp. 4000, HIV Rp. 25. 000 (analis Lab
mengintervensi ke kinerja karena Citizen charter
Puskesmas Sukorejo)
itu tidak boleh mengintervensi standar. Jadi kalau
Pemeriksaan HB, Golongan darah, Albumin, standar itu masuknya ke SOP tapi kalau Citizen
reduksi yang paling sering dilakukan, IMS dan Charter itu masuknya ke SPP (Standar Pelayanan
HIV bila ada rujukan ...... mengikuti tarif perda. Publik). Jadi kalau standarnya dipenuhi dan
Di Puskesmas Sananwetan tarif pemeriksaan HB pelayanannya dibenahi, maka masyarakat itu
Rp. 17000, Golongan darah Rp. 3000, Albumin akan puas, puas karena telah dilayani dengan
Rp 17000, Reduksi Rp. 4000 (analis lab baik. Jadi Citizen Charter itu menyempurnakan
Puskesmas Sananwetan) instrument SOP. (Kabid Peningkatan Kesehatan
Dinkes Kota Blitar).
Sudah cukup memadai pemeriksaan
laboratorium untuk pelayanan ANC, seperti
untuk pemeriksaan HB menggunakan analyzer PEMBAHASAN
(untuk memeriksa darah lengkap) atau HB sahli,
pemeriksaan albumin reduksi menggunakan stik. Pada bagian ini bahasan didasarkan pada
.... pembiayaan menggunakan tarif perda, HB permasalahan yang ditemukan di bagian hasil dengan
Rp. 17000, Albumin Rp. 17000, reduksi Rp. 4000, menggunakan pendekatan Policy analysis Triangle
HIV Rp. 25. 000Selain dari pembiayaan tersebut, (Walt & Gilson, 1994).
puskesmas menerima klaim jamkesmas. (analis Aktor Penentu Kebijakan Implementasi ANC
Lab Puskesmas Kepanjenkidul) Terpadu
...... jadi kita di sini tidak menggratiskan seluruhnya Dari dimensi aktor yang terlibat dalam implementasi
ada layanan yang kami menggratiskan ada layanan ANC terpadu Puskesmas adalah Kepala Dinas
yang masyarakat harus memberikan kontribusi. Kesehatan Kota Blitar sebagai penanggung jawab

48
Analisis Kebijakan Implementasi Antenatal Care Terpadu (Mikrajab dan Rachmawati)

program kesehatan di tingkat pemerintah kota, kabid karena adanya tarif pelayanan yang ditetapkan
peningkatan kesehatan sebagai pengelola program pemerintah daerah sehingga memberatkan ibu hamil
sedangkan sebagai penanggung jawab pelaksana terutama dari kalangan kurang mampu yang dapat
program adalah Kepala Puskesmas. Pemberi berimplikasi pada menurunnya cakupan K1 dan K4 di
pelayanan adalah bidan koordinator dan bidan masa yang akan datang. Semestinya ada kebijakan
wilayah yang terkait pelayanan fisik dan konseling pemerintah daerah terkait pengecualian pemberlakuan
sedangkan pemberi pelayanan paket laboratorium tarif paket lab ANC terpadu bagi ibu hamil yang kurang
merupakan komponen penting kegiatan antenatal mampu yaitu pembebasan tarif untuk lab rutin dan
care terpadu Puskesmas dilaksanakan oleh analis lab/ lab khusus/atas indikasi medis yang bertujuan untuk
petugas lab. Di sisi lain, peran walikota tidak secara meningkatkan cakupan pelayanan dan deteksi dini
langsung berhubungan dengan implementasi ANC kasus komplikasi, gangguan selama kehamilan.
terpadu namun erat kaitannya dengan kesuksesan Menurut Goddard (2009) bahwa ada 4 kebijakan
implementasinya, karenanya diperlukan dukungan pemerintah di Inggris dalam meningkatkan akses
kebijakan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih pelayanan kesehatan yaitu meningkatkan suplai
masif melalui masukan para aktor kepada walikota pelayanan dalam ranah pelayanan, perubahan
dan DPRD dalam rangka perbaikan kebijakan. organisasi pada pelayanan, desain target untuk
Selanjutnya, untuk mewujudkan hal tersebut m e m p e r b a i k i a k s e s , s e r t a p e m b e r d ay a a n
diperlukan peningkatan implementasi pelayanan masyarakat untuk membuat pilihan pelayanan
ANC terpadu Puskesmas, diperlukan penguatan sesuai kebutuhannya. Senada dengan Goddard
para aktor (pelaku) melalui kerja sama proaktif (2009), menurut McIntyre et al (2009) berpendapat
dengan lintas sektoral (dinkes, dinsos, lembaga bahwa akses merupakan konsep multidimensi yang
pemberdayaan masyarakat, DPRD, tokoh agama, berdasarkan pada 3 dimensi atau lebih dikenal sebagai
dan tokoh masyarakat), peran aktif pemangku proksi akses, yaitu: ketersediaan (akses fisik) berkaitan
kepentingan (stakeholder) dalam pelayanan ANC dengan kesesuaian penyedia pelayanan kesehatan;
terpadu, sinergis antar sektor terkait dalam hal keterjangkauan (akses finansial) berkaitan dengan
keterlibatan proses penentuan kebijakan yang lebih level biaya pelayanan kesehatan bagi ibu hamil
jauh dan lebih proporsional dalam implementasi ANC menggunakan pelayanan dan kemampuan membayar
terpadu (Walt et al., 2008). Senada dengan Walt ibu hamil dalam konteks anggaran rumah tangga dan
et al (2008) menurut Buse et al (2005;2012) peran aktif bentuk kebutuhan lainnya; akseptabilitas/penerimaan
para aktor (konteks individu, organisasi, atau negara) (akses budaya) berkaitan dengan sikap dan harapan
dalam kebijakan kesehatan dapat mempengaruhi pemberi pelayanan dengan ibu hamil. Ketiadaan
implementasi kebijakan ANC terpadu berupa masukan alat pelayanan ANC terpadu terkait pemeriksaan
untuk perbaikan kualitas dan evaluasi pelayanan USG maupun bagi ibu hamil merupakan hambatan
melalui forum KIA di tingkat Kota Blitar dari lintas dalam menegakkan diagnosis dan sistem rujukan
sektoral (dinkes, dinsos, lembaga pemberdayaan untuk deteksi dini kasus kehamilan di Puskesmas
masyakarat, serta lembaga/badan terkait). Sananwetan, Kepanjenkidul, dan Sukorejo.
Kontekstual Kebijakan Implementasi ANC Isi Kebijakan Implementasi ANC Terpadu
Terpadu Berkaitan dengan akses pemeriksaan fisik (10T)
Penyediaan sarana dan prasarana pendukung dalam pelayanan ANC terpadu yang dilaksanakan
di tingkat Puskesmas terutama ketersediaan alat di Puskesmas Kepanjenkidul, Sananwetan, dan
pemeriksaan IMS dan pelatihan teknis lanjutan Sukorejo pada dasarnya tidak ada masalah yang
bagi tenaga analis lab secara berkala di Dinas signifikan. Namun, di Puskesmas Sukorejo terkait
Kesehatan dalam rangka meningkatkan keterampilan integrasi pelayanan fisik dan paket lab HIV/AIDS
dan jangkauan pelayanan paket lab ANC terpadu masih di rujuk ke Puskesmas Sananwetan atau RSUD
Puskesmas terutama tenaga analis lab di Puskesmas Mardi Waluyo. Pelayanan lab rutin telah dilakukan di
Sukorejo. Puskesmas Sukorejo namun untuk lab atas indikasi
Keterbatasan paket pelayanan lab rutin (Hb, medis seperti HIV/AIDS, Foto Toraks (X-Ray), dan
golongan darah, darah malaria, dan serologi) maupun USG masih dilakukan rujukan pasien ke RSUD Mardi
lab khusus/atas indikasi medis (Hb, protein urin, gula Waluyo.
darah/reduksi, darah malaria, BTA, sifilis, serologi HIV, Pelatihan teknis untuk meningkatkan kompetensi
USG) yang ditawarkan kepada ibu hamil akan sangat pelayanan obstetrik bagi bidan koordinator maupun
mempengaruhi kualitas pelayanan ANC terpadu bidan wilayah masih terbatas. Secara umum para

49
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 19 No. 1 Januari 2016: 4153

bidan telah dibekali pelatihan ANC terpadu, Asuhan of communities to healthcare services). Kebijakan
Persalinan Normal (APN), Audit Maternal Perinatal tersebut diprioritaskan pada upaya penurunan AKI
(AMP), P4K, PONED, Afiksia, CTU, dan Kelas lbu waktu hamil, ibu melahirkan, pascapersalinan, dan
hamil. Untuk pelatihan emergensi kebidanan dan bayi serta anak.
anak masih belum semua memperoleh pelatihan Menurut pasal 1 Permenkes No. 75/2014 mengatur
sedangkan bagi tenaga lab di wilayah puskesmas penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (UKM)
Sukorejo belum ada dan pelatihan IMS belum berkala. dan upaya kesehatan perseorangan (UKP) sedangkan
Untuk puskesmas Sananwetan dan Kepanjenkidul pasal 6 menyebutkan bahwa puskesmas wajib
telah memperoleh pelatihan IMS. Monitoring dan melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi
evaluasi secara berkala dari Dinkes Kota Blitar terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan
terkait pelayanan KIA dan ANC terpadu setiap bulan Kesehatan; dan memberikan rekomendasi terkait
sekali baik melalui pertemuan di tingkat Dinkes masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan
Kota Blitar maupun kunjungan lapangan oleh pihak terhadap sistem kewaspadaan dini dan respons
Dinkes kesehatan (Minlok) atau supervisi fasilitatif penanggulangan penyakit sedangkan pasal 35, 36,
ada juga melalui pertemuan Program Sayang lbu 37 dan 38 upaya kesehatan di Puskesmas meliputi
di Poskesdes untuk mencari permasalahan dan manajemen Puskesmas; pelayanan kefarmasian;
solusinya. Monitoring dan evaluasi dari Dinkes pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat; dan
Kota Blitar terkait hasil pelayanan lab ANC terpadu pelayanan laboratorium. Hal tersebut juga tertuang
Puskesmas belum ada. Evaluasi selama ini hanya dalam pasal 3 Permenkes No. 59 tahun 2013 mengatur
dilakukan di tingkat Puskesmas dalam bentuk laporan penyelenggaraan pemeriksaan laboratorium untuk ibu
bulanan Puskesmas. hamil, bersalin, dan nifas. Pemeriksaan lab wajib
Hambatan dalam konteks ini adalah terkait dilaksanakan pada ibu hamil (ANC) meliputi lab rutin
aksesibilitas ANC terpadu pada ibu hamil yaitu terkait yaitu periksa Hb dan golongan darah, rutin pada
pelayanan lab ANC terpadu Puskesmas Kepanjenkidul daerah/situasi tertentu adalah yang harus dilakukan
khususnya pemeriksaan IMS (HIV/AIDS) diperlukan atau ditawarkan yaitu anti HIV, malaria, dan/atau
Reagen yang memadai dan pengisian formulir pemeriksaan lain dan rutin atas indikasi penyakit.
informed consent ditolak pasien akibatnya tidak dapat Menurut Permenkes No. 37 Tahun 2012 mengatur
dilakukan pemeriksaan tersebut. Beberapa hambatan Penyelenggaraan lab Puskesmas menyebutkan bahwa
utama ibu hamil untuk mengakses pelayanan ANC, jenis pemeriksaan lab umum dan ANC terpadu yang
yaitu rendahnya ketersediaan infrastruktur yang harus ada dalam formulir permintaan pemeriksaan
memadai, angka kemiskinan, ketidaksetaraan gender, dan permintaan rujukan pemeriksaan mencakup
kepercayaan budaya dan sebagainya (Hagey et al., Hematologi, Urinalisis, Tinja, Kimia Klinik, Mikrobiologi
2014). Senada dengan pernyataan Hagey et al., (2014), dan Parasitologi, dan Imunologi. Untuk memperkuat
menyebutkan bahwa kurangnya dukungan politik implementasi kebijakan ANC terpadu di tingkat Pusat
merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya diterbitkannya regulasi terkait pelayanan kesehatan
investasi di bidang kesehatan maternal (kespro/KIA) dasar di Puskesmas baik pelayanan fisik maupun
di negara berkembang (Grpin & Klugman, 2013). pelayanan laboratorium termasuk sistem pencatatan
dana pelaporan pelayana ANC terpadu seperti
Proses Kebijakan Implementasi ANC Terpadu
dinyatakan dalam pasal 1 Permenkes No. 75/2014
Berbagai review dan evaluasi empiris terkait dan pasal 30 ayat 1 dan 2 UU No. 36 tahun 2009
implement asi kebijakan A NC ter padu telah tentang kesehatan mengatur penyelenggaraan upaya
mendorong Pemerintah Pusat terutama Kementerian kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
Kesehatan untuk membuat pedoman implementasi perseorangan tingkat pertama, sedangkan pasal 6
ANC terpadu yang dilaksanakan seperti yang bahwa puskesmas wajib melaksanakan pencatatan,
termaktub dalam pasal 30 ayat 1, 2 UU No. 52 Tahun pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
2009 mengatur Perkembangan Kependudukan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan memberikan
dan Pembangunan Keluarga. Dinyatakan bahwa rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
Pemerintah menetapkan kebijakan penurunan angka termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan
kematian untuk mewujudkan penduduk tumbuh dini dan respon penanggulangan penyakit.
seimbang dan berkualitas pada seluruh dimensinya Pemerintah pusat juga mengeluarkan kebijakan
yaitu antara lain peningkatan akses masyarakat PP No. 61/2014 tentang Kesehatan reproduksi
terhadap pelayanan kesehatan (improving access yang menyebutkan bahwa Pelayanan kesehatan

50
Analisis Kebijakan Implementasi Antenatal Care Terpadu (Mikrajab dan Rachmawati)

ibu diselenggarakan melalui Pelayanan Kesehatan linakes yang memiliki kompetensi kebidanan 90%
Reproduksi Remaja, Pelayanan Kesehatan Masa yang harus dicapai Puskesmas dan jaringannya pada
Sebelum Hamil, Persalinan, dan Sesudah Melahirkan tahun 2015 sedangkan dengan terbitnya Perwali
Pengaturan kehamilan, Pelayanan kontrasepsi dan Kota Blitar No. 38/2011 mengatur besaran tarif,
kesehatan seksual; dan Pelayanan Kesehatan Sistem pemanfaatan dana jaminan persalinan (jaminan
Reproduksi serta Pelayanan kesehatan ibu. Terbitnya persalinan) mulai dari masa hamil sampai pada
UU No. 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik pelayanan KB sayangnya hanya berlaku sebelum
telah mengatur maklumat pelayanan terkait hak era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sedangkan
dan kewajiban pasien dan puskesmas yang harus setekah JKN jampersal sudah termasuk di dalam
dipatuhi dan dijalankan dalam koridor hukum; UU No. paket pelayanan JKN melalui BPJS Kesehatan.
14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Dukungan terhadap program pelayanan ANC
sektor kesehatan terkait informasi standar pelayanan terpadu jauh sebelumnya telah diimplementasikan
dan penggunaan Bantuan Operasional Kesehatan melalui Citizen Charter (kontrak/maklumat pelayanan)
(BOK) yang transparan termasuk pelayanan KIA terkait pelayanan KIA yang mana Citizen Charter
serta terbitnya Perda No. 8/2011 yang mengatur tarif mengintervensi ke tingkatan kinerja pelayanan KIA
retribusi yang terdiri dari komponen jasa sarana dan termasuk ANC terpadu Puskesmas, namun belum
jasa pelayanan/jasa medis yaitu tindakan pelayanan ada evaluasi empiris terkait pelayanan publik bidang
KIA dan pelayanan paket laboratorium ANC terpadu kesehatan sehingga peran Citizen Charter dalam
yang dilaksanakan Puskesmas dan Jaringannya pembangunan kesehatan belum terlihat secara
juga diharapkan mampu memperkuat peningkatan bermakna di era JKN termasuk implementasi ANC
pelayanan ANC terpadu Puskesmas. Berdasarkan terpadu.
Perda tersebut termaktub bahwa tarif retribusi
masing-masing pelayanan pemeriksaan adalah ANC KESIMPULAN DAN SARAN
Rp. 20.000 (pasien umum untuk pemeriksaan fisik),
golongan darah Rp 3.000,-; urea Rp. 13.000; gula Kesimpulan
darah Rp. 10.000; Hb Rp.4.500.-; IMS Rp 15.000; Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik
HIV Rp 25.000.-; Albumin Rp 17.000.-; dan Sputum/ beberapa kesimpulan penting yang evidence based
BTA Rp. 15.000.-. Bila diasumsikan bahwa seorang yaitu belum tertatanya dengan baik peran para aktor
ibu hamil melakukan pemeriksaan lab rutin dengan dalam implementasi kebijakan pelayanan kesehatan
paket pemeriksaan Hb, gula darah, albumin, dan ibu dan anak (KIA) di mana kerja sama lintas
IMS maka total sekali pemeriksaan paket lab adalah sektoral meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi
Rp. 36.500.- Bagi ibu hamil yang mampu nilai ini kegiatan pelayanan ANC terpadu Puskesmas secara
terlalu kecil tetapi bagaimana jika ini diberikan kepada berkesinambungan (continuity) belum berjalan dengan
ibu hamil dalam bentuk pemeriksaan rutin, tentu baik. Hambatan akses ANC berkaitan dengan aspek
cukup besar. budaya dan sistem organisasi yang belum berupaya
Pelayanan ANC yang terkait pemeriksaan fisik maksimal untuk meningkatkan pelayanan laboratorium
(10T) digratiskan sedangkan paket lab (diagnostik) khususnya penyakit IMS (HIV/AIDS) di Puskesmas
dikenakan tarif sesuai Perda No. 8 tahun 2011 Sukorejo dengan pengadaan fasilitas laboratorium
tentang retribusi jasa umum. Yang kemudian menjadi termasuk reagen yang dibutuhkan selama ini serta
persoalan adalah Perda tersebut tidak membagi ruang belum tersedianya USG untuk pemeriksaan ibu hamil
antara masyarakat tidak mampu dan masyarakat dalam menunjang diagnostik.
mampu dalam pelayanan kehamilan (ANC) sehingga Pelayanan ANC terpadu terkait pemeriksaan fisik
membuat ibu hamil yang tidak mampu enggan (10T) telah berjalan dengan baik. Pelatihan teknis
memanfaatkan fasilitas Puskesmas untuk pelayanan yang bersifat rutin untuk meningkatkan kompetensi
karena dikenakan tarif retribusi pelayanan paket lab obstetrik bagi tenaga bidan dan pelatihan pendukung
baik lab rutin maupun khusus (indikasi medis). Untuk lainnya yang dibutuhkan serta pelatihan pemeriksaan
penguatan (strengthening) pelaksanaan UU dan laboratorium bagi tenaga analis lab/petugas lab
Perda muncul inisiatif Pemerintah Kota Blitar dengan meliputi pelayanan lab dasar Puskesmas (termasuk
menerbitkan Perwali Kota Blitar No. 13/2013 yang pelatihan pemeriksaan IMS untuk HIV/AIDS) belum
mengatur tentang cakupan pelayanan kesehatan berjalan dengan baik.
dasar (basic healthcare services coverage) antara lain Implementasi ANC terpadu belum merevisi
cakupan kunjungan ibu hamil K4 95% dan cakupan terbatas ketentuan dalam pasal Perda tentang retribusi

51
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 19 No. 1 Januari 2016: 4153

jasa umum baik komponen jasa maupun komponen ketidaksetaraan gender, kepercayaan budaya
sarana. Terkait pelayanan paket laboratorium setempat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
diwajibkan untuk setiap ibu hamil untuk melakukan penerimaan ibu hamil terhadap pelayanan KIA.
pemeriksaan lab rutin dengan menggratiskan bagi
peserta tidak mampu (ibu hamil) saja sedangkan DAFTAR PUSTAKA
untuk paket laboratorium atas indikasi medis wajib
Biro Pusat Statistik. 2012. Laporan Hasil Survei Demografi
ditawarkan kepada setiap ibu hamil sesuai hasil
dan Kesehatan Indonesia: Laporan Pendahuluan
pemeriksaan medis dokter Perda tersebut belum
tahun 2012. Jakarta.
berpihak pada masyarakat tidak mampu/miskin. Buse, K, Mays, N, Walt, G.2005. Making Health Policy:
Saran Understanding Public Health, 1st edition., England:
Open University Press.
B erdasar kan kesimpulan di at as, saran
Buse, K, Mays, N, Walt, G. 2012. Making Health Policy:
rekomendasi yang diberikan yaitu peran partisipatif Understanding Public Health, 2 nd edition. USA:
para aktor dalam implementasi kebijakan pelayanan McGraw-Hill International.
kesehatan ibu dan anak (KIA) melalui kerja sama lintas Buse, K. 2008. Addressing the theoretical, practical and
sektoral meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi ethical challenges inherent in prospective health
kegiatan pelayanan ANC terpadu Puskesmas secara policy analysis. Health Policy and Planning 23(5),
berkesinambungan (continuity). Sedangkan hambatan p. 35160.
akses ANC terpadu terkait pelayanan laboratorium Carlough, M, McCall, M. 2005. Skilled birth attendance:
What does it mean and how can it be measured? A
untuk penyakit IMS (HIV/AIDS) khususnya di
clinical skills assessment of maternal and child health
Puskesmas Sukorejo perlu segera di atasi dengan
workers in Nepal. International Journal of Gynecology
pengadaan fasilitas laboratorium termasuk reagen, and Obstetrics 89 (2), p. 2008.
pengadaan USG untuk deteksi gangguan kehamilan. Casterle de BD, Gastmans C, Bryon E, Denier Y. 2012.
Perlu kajian mendalam dan koordinasi antara pihak QUAGOL: A guide for qualitative data analysis. Int.
Puskesmas, Dinkes Kota dan sektor terkait untuk Journ. of Nurs. Studies, 49 (3) p. 60371.
menganggarkan dalam APBD. Dinas Kesehatan Provinsi Jatim. 2013. Profil Kesehatan
Penguatan pelayanan ANC terpadu terkait Provinsi Jawa Timur tahun 2012. Laporan Kematian
pemeriksaan fisik (10T) dan laboratorium termasuk Ibu (LKI), Seksi Kesga Dinkes Provinsi Jawa Timur.
Surabaya.
penganggarannya melalui pelatihan teknis yang
Goddard, M. 2009. Access to health care services-an
bersifat rutin untuk meningkatkan kompetensi
English policy perspective. Health Economics. Policy
obstetrik bagi tenaga bidan. Kegiatan meliputi and Law, 4 (2), p. 195208.
pelatihan AMP, Kelas Ibu Hamil, PONED, P4K, BBLR, Graham, W.J, Ahmed, S, Stanton, C, Abou-Zahr, CL &
Asfiksia, APN, MTBS dan pelatihan pendukung Campbell OMR. 2008. Measuring maternal mortality:
lainnya yang dibutuhkan dan pelatihan pemeriksaan An overview of opportunities and options for developing
laboratoium bagi tenaga analis laboratorium/petugas countries. BMC Medicine, 6, p. 12.
laboratorium. Pelatihan pelayanan laboratorium dasar Grpin, K.A. & Klugman, J. 2013. Maternal health: a missed
Puskesmas yaitu hematologi, urinalisa, tinja, kimia opportunity for development. The Lancet, 381 (9879):
16911693.
klinik, mikrobiologi & parasitologi, imunologi termasuk
Hagey, J, Rulisa, S. & Prez-Escamilla, R. 2014. Barriers and
pelatihan pemeriksaan IMS untuk HIV/AIDS. Perlu
solutions for timely initiation of antenatal care in Kigali,
revisi terbatas mengenai klausul pemeriksaan ANC Rwanda: health facility professionals perspective.
dalam Perda No. 8 tahun 2011 dengan menggratiskan Midwifery, 30 (1):96102.
pemeriksaan lab rutin sedangkan untuk paket Hunt, P. & Bueno De Mesquita, B. 2000. Reducing Maternal
laboratorium atas indikasi medis wajib ditawarkan Mortality: The Con- tribution of the Right to the Highest
kepada setiap ibu hamil tetapi khusus digratiskan Attainable Standard of Health. UNFPA.
kepada ibu hamil yang tidak mampu yang melakukan Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan
pemeriksaan di Puskesmas. Antenatal Terpadu, Edisi Pertama. Jakarta: Ditjen
Bina Gizi dan KIA.
Keterbatasan Penelitian Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pelayanan
Keterbatasan studi ini adalah tidak dapat Antenatal Terpadu, Edisi Kedua. Ditjen Bina GIKIA.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Profil Kesehatan
mengeksplorasi lebih jauh bagaimana pengaruh
Indonesia 2012. Jakarta: Pusdatin.
implementasi ANC terpadu terhadap dimensi
Lincetto, O, Mothebesoane-Anoh, S, Gomez, P. & Munjanja,
ketersediaan infrastruktur yang memadai, kemiskinan, S. 2006. Antenatal care Opportunities for Africas

52
Analisis Kebijakan Implementasi Antenatal Care Terpadu (Mikrajab dan Rachmawati)

Newborns: Practical data, policy and programmatic Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2012. Permenkes No. 37
support for newborn care in Africa, South Africa: Cape tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium
Town. WHO, 5162. Puskesmas.
May, P, Hynes, G, McCallion, P, Payne, S, Larkin, P, Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2013. Permenkes No. 59
McCarron, M. 2014. Policy analysis: Palliative care tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pemeriksaan
in Ireland. Health Policy, 115 (1), p. 6874. Laboratorium untuk Ibu Hamil, Bersalin, dan Nifas.
McIntyre, Thiede M & Birch S 2009. Access as a policy- Tersedia pada: http://www.hukor.depkes.do.id/,
relevant concept in low-and middle income countries. [diakses 5 Mei 2015].
Health Economics, Policy and Law, 4 (2), p. 179 Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2013. Perwali Kota
193. Blitar No. 13 tahun 2013 tentang Standar Pelayanan
Nurrizka, RH, Saputra, W. 2013. Arah dan Strategi Minimal bidang Kesehatan di Kota Blitar, tersedia
Kebijakan Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), pada: http://jdih.blitarkota.go.id/, [di akses 12 April
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian 2015].
Balita (AKABA) di Indonesia: POLICY UPDATE, Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2014. Perda Jatim No.
Jakarta: Perkumpulan Prakarsa. 7 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Tersedia
Ronsmans, C, Graham, WJ, 2006. Maternal mortality: who, pada: http://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/
when, where and why. The Lancet, 368 (9542), p. ProvinsiJawaTimur-2014-7-800.pdf. [diakses 5 mei
11891200. 2015].
Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2008. UU No. 14 Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2014. Permenkes No.
tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. 25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak.
Jakarta. Tersdia pada: http://www.hukor.depkes.go.id/up_
Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2009. UU No. 25 tahun prod_permenkes/PMK%20No.%2025%20ttg%20
2009 tentang Pelayanan Publik. Jakarta. Upaya%20Kesehatan%20Anak.pdf, [diakses 5 Mei
Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2009. UU No. 36 tahun 2015].
2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2014. Undang-Undang,
Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2009. UU No. 52 tahun Peraturan, dsb. 2014. Permenkes No. 75 tahun
2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan 2014 tentang Puskesmas. Tersedia pada: http://
Pembangunan Keluarga. Jakarta. hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20
Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2011. Perda Jatim No. 8 No.%2075%20ttg%20Puskesmas.pdf, [diakses 5
tahun 2011 tentang Pelayanan Publik. Tersedia pada: Mei 2015].
http://kpp.jatimprov.go.id/perpem/6.pdf, [diakses 5 Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2014. PP No. 61 tahun
mei 2015]. 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. Tersedia
Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2011. Perda Kota Blitar pada: http://www.hukor.depkes.go.id/, [diakses 5
No. 8 tahun 2011 tentang retribusi jasa umum. Mei 2015].
Tersedia pada: http://jdih.blitarkota.go.id/ [diakses Walt G, Gilson L.1994. Reforming the health sector in
12 April 2015]. developing countries:the central role of policy analysis.
Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2011. Perwali Kota Blitar Health Policy and Planning, 9 (4), p. 35370.
No. 38 tahun 2011 tentang jaminan persalinan Kota Wal, G, Shiffman J, Schneider, H, Murray, SF,
Blitar. Tersedia pada: http://jdih.blitarkota.go.id/, Brugha, R & Gilson, L. 2008. Doing health policy
[diakses 12 April 2015]. analysis: methodological and conceptual reflections
and challenges. Health Policy and Planning, 23 (5),
p. 30817.

53

You might also like