You are on page 1of 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pengetian Keluarga

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak

belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak

melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu

yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota

keluarga selalu berinteraksi satu sama lain. (Harmoko, 2012).


Menurut Slamet (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama

dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia dan Negara sehingga

cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Menurut

Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997) keluarga adalah

kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karna hubungan darah, perkawinan

atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga saling berinteraksi satu sama lainnya

dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

B Struktur Keluarga

Menurut Setiadi (2008) struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga

melaksanakan fungsinya di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-

macam, diantaranya adalah:

1 Patrilincal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi

dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

1
2 Matrilincal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa

generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.


3 Matrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4 Patrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5 Keluarga Kawin
Hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karna adanya

hubungan dengan suami dan istri.

C Fungsi Keluarga

Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan

yaitu sebagai berikut;

1 Fungsi biologis adalah fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara,

dan mmbesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga (Mubarak

dkk, 2009).
2 Fungsi psikologi adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi

keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan

kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas

pada keluarga (Mubarak dkk, 2009).


3 Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk

norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-

masing dan meneruskan nilai-nilai budaya (Mubarak dkk, 2009). Fungsi

sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam

2
keluarga yang dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu

untuk belajar bersosialisasi. (Setiawati, 2008).


4 Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi

kebutuhan keluarga yang akan dating. (Mubarak dkk, 2009). Fungsi

ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh

anggota keluarga termasuk sandang, pangan dan papan. (Setiawati, 2008).


5 Fungsi pendidikan adalah menyekolahkan anak untuk memberikan

pengetahuan, ketrampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat

dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa

yang akan dating dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa serta

mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya. (Mubarak dkk,

2009

D Bentuk Bentuk Keluarga


1 Keluarga Inti (Nuclear Family)
Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
2 Keluarga Besar (Extented Family)
Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,

keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.


3 Keluarga Duda/ Janda (Single Parent Family)
Keluarga yang terjadi karna perceraian atau kematian.
4 Blended Family
Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing-

masing pernah menikah dan membawa hasil perkawinan terdahulu.


5 Keluarga Berkomposisi (Composite)
Keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-

sama.
6 Keluarga Kabitas (Cohabitation)

3
Dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu

keluarga.

E Tugas Kesehatan Keluarga

Menurut Mubarak dkk (2009), keluarga dapat melaksanakan perawatan atau

pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga, yaitu

sebagaimana berikut;

1 Mengenal masalah kesehatan keluarga


Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan,

karna tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua perlu

mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh

anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota

keluarga, secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang

tua. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat kapan

terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.


2 Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan

yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan diantara

anggota keluarga yang mempunyai kemampuan untuk memutuskan sebuah

tindakan. Tidakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat

agar masalah kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau teratasi.

Jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil keputusan, maka

keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain di lingkungan tempat

tinggalnya.

4
3 Member perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Seringkali keluarga mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga

masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau

perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat

dilakukan di pelayanan kesehatan atau dirumah apabila keluarga telah

memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.


4 Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung dan bersosialisasi bagi

anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu yang

lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karna

itu, kondisi rumah harus dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota

keluarga.
5 Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan

kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan

fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi

atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah

yang dialami anggota keluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari

segala macam penyakit.

F Peran Keluarga

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang

dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan

5
situasi tertentu.peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola

perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. (Setiadi, 2008).


Menurut Setiadi (2008), setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-

masing. Peran ayah yang sebagai pemimpin anggota keluarga yang mempunyai

peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa

aman bagi setiap Anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat

kelompok sosial tertentu. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga,pengasuh dan

pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat

kelompok sosial tertenu. Sedangkan peran anak sebagai pelaku psikososial sesuai

dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.


Menurut Mubara, dkk (2009) terdapat dua peran yang mempengarhi

keluarga yaitu peran formal dan peran informal.

1 Peran Formal

Peran formal keluarga adalah peran-pern keluarga terkait sejumlah perilaku

yang kurang lebih bersifat homgen. Keluarga membagi peran secara merata

kepada para anggotanya seperti cara masyarakat membagi peran-perannya

menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem.

Peran dsar yang membentuk posisi sosial sebagai suami ayah dan istri-ibu

antara lain sebagai provider atau penyedia, pengatur rumah tangga perawat

anak baik sehat maupun sakit, sosialisasi anak, rekrasi , memelihara

hubungan keluarga paternal dan maternl, peran teurapetik ( memenuhi

kebutuhan afektif dari pasangan ), dan peran sosial.

6
2 Peran Informal keluarga

Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, hanya untuk

memenuhi kebutuhan kebutuhan emosional individu atau untuk menjaga

keseimbangan dalam keluarga. Peran adaptif antara lain:

a Pendorong memiliki ari bahwa dalam keluarga terjadi eiatan

mendorong, memuji, dan menerima kontribusi dari orang lain.

Sehingga ia dapat merangkul orang lain dapat membuat mereka

merasa bahwa pemikiran mereka penting ddan bernilai untuk

didengarkan.

b Pengharmonisan yaitu berperan menengahi perbedan yang terdapat

diantara para anggota, penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan

pendapat.

c Inisiator-kontributor yang mengemukakan dan mengajukan ide-ide

baru atau car-cara mengigat masalah-masalah ada tujuan-tujuan

kelompok.

d Pendamai berarti jika terjadi konflik dalam keluarga mak konflik dapat

diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai.

7
e Pencari nafkah yaitu peran yang dijalankn oleh orang tua dalam

memenuhi kebutuhan, baik material maupun non material anggota

keluarganya.

f Perawatan keluarga adalah peran yang dijalankan terkait merawat

anggota keluarga jika ada yang sakit.

g Penghubung keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim dan

memonitor komunikasi dalam keluarga.

h Poinir keluarga adalah membawa keluarga pindah ke satu wilayah

asing mendapat pengalaman baru.

i Sahabat, penghibur, dan koordinator yang berarti mengorganisasi dan

merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat

keakraban dan memerangi kepedihan.

j Pengikut dan sanksi, kecuali dalam beberapa hal, sanksi lebih pasif.

Sanksi hanya mengamati dan tidak melibatkan dirinya.

G. Kemampuan Keluarga
Perilaku manusia sangat kompleks yang terdiri dari 3 domain yaitu kognitif,

afektif dan psikomotor (Blo, 1965 dalam Potter dan PERRY, 2005). Ketiga domain

tersebut lebih dikenal pengetahuan, sikap dan praktik. Pengetahuan atau konitif

merupakan domain yang sangat penting karna digunakan untuk menerima

informasi baru ddan mengingat informasi tersebut.

8
Saat keluarga diberikan informasi baru , maka keluarga tersebut akan

membentuk tindakan keluarga yang mrujuk pada pikiran rasional, mempelajari

fakta, mengambil keputusan dan mengemangkan pikiran ( Craven, 2006).

H. Tugas Perkembangan Sesuai Dengan Tahap Perkembangan Keluarga

1 Keluarga Baru Menikah

a Membina hubungan intim

b Bina hubungan dengan eluarga lain, teman, dan kelompok sosial.

c Mendikusikan rencana punya anak.

2 Keluarga Dengan Anak Baru Lahir

a Persiapan menjadi orang tua

b Adaptasi keluarga baru, interaksi keluarga, hubungan seksual.

3 Keluarga Dengan Anak Pra Sekolah

a Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, rumah, dan rasa aman

b Memenuhi anak untuk bersosialisasi

c Mempertahakan hubungan yang sehat keluarga intern dan luar.

d Pembagian tanggung jawab

9
e Kegiatan untuk stimulasi perkembangan anak.

4 Keluarga dengan Anak Usia Sekolah

a Membantu anak untuk sosialisasi dengan lingkungan luar.

b Mempertahankan keintiman pasangan

c Memenuhi kebutuhan yang meningkat

5 Keluarga Dengan Anak Remaja

a Memberikan kebosanan seimbang dan tanggung jawab.

b Mempertahankan hubungan intim dengan keluarga

c Komunikasi terbuka; hindari debat, permusuhan

d Persiapan perubahan sistim peran

6 Keluarga Mulai Melepas Anak Sebagai Dewasa

a Perluas jaringan Keluarga dari keluarga inti ke extended

b Pertahankan keintiman pasangan

c Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru

d Penataan kembali peran orang tua.

7 Keluarga Dengan Usia Pengetahuan

10
a Mempertahkan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.

b Hubungan serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya .

c Meningkatan keakraban pasangan.

8 Keluarga Usia Tua

a Mempertahankan suasana saling menyenagkan

b Beradaptasi dengan perubahan : kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan

penghasilan.

c Pertahankan keakraban pasangan

d Melakukan life rivew masa lalu

I. Teori Asuhan Keperawatan Keluarga

1 Pengkajian

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk

menguku keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma

kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system terintegrasi dan

kesanggupan keluarga untuk mengatasinya.

Pengumpulan data dalam pengkajia dilakukan dengan wawancara, observasi

dan pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian asuhan

11
keperawatan keluarga menurut teori / model Family Centre Nursing

Friedman (1998), meliputi 7 kompoen pengkajian yaitu :

a Data Umum

1 Identitas kepala keluarga

2 Komposisi anggota keluarga

3 Genogram

4 Tipe keluarga

5 Suku bangsa

6 Agama

7 Status sosial ekonomi keluarga

b Aktifitas Rekreasi Keluarga

1 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

2 Tahap perkembangan keluarga saat ini

3 Tahap perkmbangan keluarga yang belum terpenuhi

4 Riwayat keluarga inti

5 Riwayat keluarga sebelumnya

12
c Lingkungan

1 Karakteristik rumah

2 Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal

3 Mobilitas geografis keluarga

4 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

5 System pendukung keluarga

d Struktur keluarga

1 Pola komunikasi keluarga

2 Struktur kekuatan kekuatan keluarga

3 Struktur peran (formal dan informal)

4 Niali dan norma keluarga

e Fungsi Keluarga

1 Fungsi afektif

2 Fungsi sosialisasi

3 Fungsi perawatan keluarga

f Stress dan Koping Keluarga

13
1 Stressor jangka panjang danstressor jangka pendek serta kekuatan

keluarga

2 Respon keluarga terhadap stress

3 Strategi koping yang digunakan

4 Strategi adaptasi yang disfungisional.

g Pemeriksaan Fisik

1 Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan

2 Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga

3 Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala,

mata, mulut THT, leher, thoraks, abdomen , ekstermitas atas dan

bawahm system genitalia.

4 Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.

h Harapan Keluarga

1 Terhadap Masalah kesehatan keluarga

2 Terhadap petugas kesehatan yang ada

Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan sat pengkajian menurut Supraji (2004)

yaitu :

14
a Membina Hubungan Baik

Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu dilakukan antara lain,

perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah tamah, menjelaskan

tujuan kunjungan, meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah

menyelesaikan masalah kesehatan yang dapat dilakukan, menjelaskan luas

kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakuka, menjelaskan kepada

keluarga siapa tim kesehatan lain yang ada di keluarga.

b pengkajian awal

Pengkajian ini berfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan

kesehatan yang dilakukan.

c pengkajian lanjutan (tahap kedua)

Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang

lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang bero0rientasi pada

pengkajian awal. Disini perawat perlu mengungkapkan keadaan keluarga

hingga penyebab dari masalah kesehatan yang penting dan paling besar.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan

menggambarkan respons manusia. Dimana keadaan sehat atau perubahan pola

interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat

15
menyusun intervensi-intervensi definitif untuk mempertahankan status kesehatan

atau untuk mencegah perubahan (carpenito,2000).


Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu:

a Analisa data
Mengelompokan data subjektif dan objektif,kemudian dibandingkan

dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.


b Perumusan Diagnosa Keperawatan
Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi:
1 Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan

dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.


2 Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif.
3 Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh

perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang

mendukung masalah dan penyebab.

Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam keperawatan keluarga mengacu pada

tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok,

yaitu:

1 Diagnosa sehat / wellnes / potensial


Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu memenuhi

kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan

yang memungkinkan dapat digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini

hanya terdiri dari komponen problem (P) saja dan sign / symton (S) tanpa

etiologi (E).
2 Diagnosa Ancaman / risiko

16
Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat menjadi

masalah actual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan diagnosa risiko

ini terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E), sign/sympton (S).
3 Diagnosa nyata / actual / gangguan
Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan

memerlukan bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa actual terdiri dari

prolem (P), etiologi (E), dan sign/sympton (S). Perumusan problem (P)

merupakan respons terhadap gangguan pemenuhan dasar. Sedangkan

etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga. Dalam Friedman (1998) diagnosa-

diagnosa keperawatan pilihan NANDA yang cocok untuk praktek

keperawatan keluarga seperti tabel dibawah ini:

Kategori Diagnosa NANDA Diagnosa Keperawatan


Persepsi kesehatan pola Manajemen kesehatan yang

manajemen kesehatan dapat di ubah.


Perilaku mencari sehat.
Kognitif pola latihan Kerusakan penatalaksanaan

lingkungan rumah.
Peran pola persepsi Kurang pengetahuan.
Konflik keputusan.
Peran pola hubungan Berduka antisipasi.
Berduka disfungsional.
Konflik peran orang tua

isolasi sosial.
Perubahan dalam proses

keluarga.
Perubahan penampilan peran.
Resiko perubahan dalam

menjadi orang tua.

17
Perubahan menjadi orang tua.
Risiko terhadap kekerasan.
Koping pola pola toleransi Koping keluarga potensial

terhadap stress terhadap pertumbuhan.


Koping keluarga tidak efektif :

menurun.
Koping keluarga efektif :

kecacatan.

3 Perencanaan

Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk

dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah

diidentifikasi ( efendy,2008).
Penyusunan rencan keperawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan

skala prioritas dan rencana perawatan (suprajitmo,2004).

a Skala Prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor

tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam

menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus

didasarkan beberapa kriteria sebagai berikut :


1 Sifat masalah (aktual, resiko, potensial)
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
3 Potensi masalah untuk dicegah
4 Menonjolnya masalah

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah dari satu

proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglay

(1978) dalam Effendy (2008).

18
Kriteria Bobot Skor :

Kriteria Bobot Skor


Sifat Masalah 1 Aktual =3
Resiko =2
Potensial =1
Kemungkinan masalah 2 Mudah =2
Sebagian =1
untuk dipecahkan Tidak dapat = 0
Potensi masalah untuk 1 Tinggi =3
Cukup =2
dicegah Rendah =1
1 Segera diatasi = 2
Menonjolnya masalah Tidak segera diatasi =

1
Tidak dirasakan

adanya masalah = 0
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan:

Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat


Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot
Jumlah skor untuk semua kriteria
Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)
b Rencana
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan

keperawatan. Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta

meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat

pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahan

skunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis bpertahanan

tersier (Anderson & Fallune, 2000).


c Tujuan
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.

Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi

19
problem/masalah (p) di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka

pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi

pada lima tugas keluarga. Adapun Bentuk tindakan yang akan dilakukan

dalam intervensi nantinya adalah sebagai berikut :


1 Mengenali tingkat pengetahuan atau pemahaman kaluarga mengenai

maslah.
2 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum

diketahui dan meluruskan mengenai intervensi/interprestasi yang

salah.
3 Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang

faktor-faktor penyebab, tanda dan gejala cara mengenai, cara

perawatan, cara mendapatkan pelayanan kesehatan dan pentingnya

pengobatan secara teratur.


4 Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk

kesehatan.
5 Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang

telah diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.

4 Pelaksanaan

Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-

hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap

keluarga yaitu :

a. Sumber daya keluarga


b. Tindak opendidikan keluarga
c. Adat istiadat yang berlaku
d. Respon dan penerimaan keluarga
e. Saran dan prasarana yang ada pada keluarga

20
5 Evaluasi

Merupakan keluarga kegiatan membandingkan antara hasil implementasi

dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.

Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara

jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang telah spesifik maka hal ini dapat

berfungsi sebagai kriteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai

(Friedman, 1998).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana :
S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikelukan secara subjekti
oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif.
A: Meruopakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif
dan objektif.
P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisas

(Suprajitno, 2004)

J. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai

oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada Diabetes

Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau

21
pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (Brunner and

Suddarth.2001)
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai dengan

hiiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat,

lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau aktivitas

insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, dan

neuropati.
2. Etiologi

Diabetes Mellitus tipe I (IDDM/ Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

a. Faktor genetic/ herediter


b. Peningkatakan kerentanan sel sel beta dan perkembangan antibody

autoimun terhadap penghancuran sel sel beta.


c. Faktor infeksi virus
d. Infeksi virus coxsakie pada individu yang peka secara genetic
e. Faktor imunologi
f. Respon autoimun abnormal yaitu antibody menyerang jaringan normal

yang dianggap jaringan asing

Diabetes Mellitus tipe II (NIDDM)

a. Obesitas. Obesitas menurukan jumlah reseptor insulin dari sel target

diseluruh tubuh, insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam

meningkatan efek metabolic.


b. Usia. Cenderung meningkat diatas usia 65 tahun
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
3. Manifestasi Klinis

22
Manifestasi klinis Diabetes Mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic

defisiensi insulin
a. Kadar glukosa puasa tidak normal
b. Hiperglikemia berat berakibat glukosaria yang akan menjadi dieresis

osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa

haus (polidipsia)
c. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang
d. Lelah dan mengantuk
e. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata gatal, mata

kabur, impotensi, peruritas vulva

4. Klasifikasi
a. Diabetes Mellitus
a) Tipe I : IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses

autoimun
b) Tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.

Resistensi insulin adalah turunya kemampuan insulin untuk

merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk

menghambat produksi glukosa oleh hati :


- Tipe II dengan obesitas
- Tipe II tanpa obesitas
b. Gangguan toleransi glukosa
c. Diabetes kehamilan
5. Patofisiologi
Diabetes tipe I. pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk

menghasilkan insulin karena sel sel beta pancreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang

tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan

23
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan

menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan)


Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak

dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibtanya

glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosaria). Ketika glukosa yang

berlebihan dieksresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran

cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis

osmotic. Sebagai akibat dari dari kehilangan cairan berlebihan. Pasien akan

mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia)


Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolism protein dan lemak

yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami

peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori.

Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal

insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan)

dan glukoneogenesis (pembentukkan glukosa baru dari asam asam amino

dan substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan

terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan

hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang

mengakibatkan peningkatan produksi badan keton merupakan asam yang

mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.


Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda tanda dan

gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau

aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma

24
bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai

kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolic tersebut dan

mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai

pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang

penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat 2 masalah utama yang

berhubungan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel

sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut.


Terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel.

Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi

intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi

pengambilan glukosa oleh jaringan.


Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya

glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang

disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa akan dipertahankan pada

tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel sel

beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka

kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi

gangguan sekresi insulin yang merupakan cirri khas diabetes mellitus tipe II,

namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah

pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu

ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian,

25
diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya

yang dinamakan sindrom nonketoik (HHNK)


Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia

lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intolerasi glukosa yang berlangsung

lambat (selama bertahun tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II

dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut

sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria,

polidipsi, luka pada kulit yang laa sembuh, infeksi vagina/pandangan yang

kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi).

6. Phatway

26
7. Data Penunjang

27
a. Glukosa darah : gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa >

200mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa


b. Aseton plasma (keton) positif secara mandiri
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mosm/l
e. Elektrolit : Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau

peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun


f. Gas darah arteri : menunjukkkan pH rendah dan penurunan HCO3
g. Trombosit darah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan

hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi


h. Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau normal
i. Insulin darah : mungkin menurun atau tidak ada (Tipe I) atau normal

sampai tinggi (tipe II)


j. Urine : gula dan aseton positif
k. Kultur dan sensitivitas : kemungkin adanya ISK, infeksi pernapasan dan

infeksi luka

8. Komplikasi
a. Komplikasi akut
- Hipoglikemia
- Sindrom Hiperglikemia Hiperosmolar non ketotik
- Ketoasidosis Diabetic

b. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 15 tahun setelah awitan :
- Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata

(retinopati) dan ginjal (nefropati). Control kadar glukosa darah untuk

memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular

maupun makrovaskular
- Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi

koroner, vascular perifer, dan vascular serebral


- Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik motorik dan autonomi serta

menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki

28
- Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru dan infeksi saluran kemih
- Ulkus/gangrene/kaki diabetic
9. Penatalaksanaan
a. Medis
Ada lima komponen dalam penatalaksaan Diabetes Mellitus yaitu :
- Diet :
1. Memperbaiki kesehatan umum penderita
2. Mengarahkan pada berat badan normal
3. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
4. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5. Menarik dan mudah diberikan
- Prinsip diet Diabetes Mellitus yaitu :
1. Jumlah sesuai kebutuhan
2. Jadwal diit ketat
3. Jenis : boleh dimakan atau tidak
- Obat
1. Obat OAD (Oral Anti Diabetes)/ obat hipoglikemik oral (OHO)
2. Insulin

10. Peran Perawat Keluarga


1) Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara
mandiri
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2) Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar
tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
3) Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan
langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota
keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga

29
asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat
melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.
4) Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5) Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka
hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus
bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
6) Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan
keluarga yang optimal.
7) Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat
kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka
perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem
rujukan, dana sehat, dll).
8) Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi
ledakan atau wabah.
9) Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat.

30
31

You might also like