You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.


Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka
mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:
sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu
dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun
menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami
dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan
gampang dislokasi lagi.

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang


disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma,
tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi
tugas dalam mata kuliah KMB II, juga agar pembaca seperti layaknya penyusun
askep ini mendapatkan informasi atau wawasaan mengenai Askep pada Klien
dengan Dislokasi.

1
C. Metode Penulisan

Dalam memperoleh data atau informasi yang digunakan untuk penulisan


askep ini, penyusun menggunakan metode studi kepustakaan yakni dilakukan dengan
mengambil referensi dari buku-buku dan internet yang relevan dengan topik
penulisan askep ini sebagai dasar untuk mengetahui dan memperkuat teori yang
digunakan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP PENYAKIT

1. Pengertian

Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak


lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi)
(Brunner&Suddarth)
Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya,
dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan
segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000)

Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah
tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu
Bedah, hal 1138).

Berdasakan defenisi para ahli diatas, maka dapat kami tarik kesimpulan
bahwa dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi).

2. Klasifikasi Dislokasi

1. Dislokasi congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.
3. Dislokasi traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami
stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena
mengalami pengerasan)

3. Etiologi

Etiologi tidak diketahui dengan jelas tetapi ada beberapa faktor predisposisi,
diantaranya

a. Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir

3
b. Trauma akibat kecelakaan

c. Trauma akibat pembedahan ortopedi

d. Terjadi infeksi di sekitar sendi

4. Patofisiologi

Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan
congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan
stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi
dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur
sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan
timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan
panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi
kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan
cara dibidai.

5. Manifestasi Klinis

Nyeri
Perubahan kontur sendi
Perubahan panjang ekstremitas
Kehilangan mobilitas normal
Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
Deformitas
Kekakuan

6. Komplikasi

Dini

1). Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat
mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang
mati rasa pada otot tesebut
2).Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
3). Fraktur disloksi

4
Komplikasi lanjut

1. Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan


kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40
tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis
membatasi abduksi.

2. Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau


kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid

3. Kelemahan otot

7. Pemeriksaan Diagnostik

1. Foto X-ray

Untuk menentukan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur

2. Foto rontgen

Menentukan luasnya degenerasi dan mengesampingkan malignasi

3. Pemeriksaan radiologi

Tampak tulang lepas dari sendi

4. Pemeriksaan laboratorium

Darah lengkap dapat dilihat adanya tanda-tanda infeksi seperti


peningkatan leukosit

8. Penatalaksanaan :

1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan


anastesi jika dislokasi berat.

2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke


rongga sendi.

3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan
dijaga agar tetap dalam posisi stabil.

5
4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-
4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi

5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan

B. KONSEP ASKEP

1. PENGKAJIAN

a. Biodata

Identitas Klien meliputi:


Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alamat.
Identitas penanggung jawab
Nama, umur. jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, hub. dengan klien, dan alamat

b. Riwayat Penyakit Sekarang

- Keluhan utama : nyeri

- Riwayat keluhan utama :

P : nyeri
Q : seperti tertekan benda berat
R : pada sendi
S : 3 (0-5)
T : pada saat beraktivitas

c. Pemeriksaan Fisik

6
1. Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami
dislokasi

2. Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami


dislokasi

3. Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi

4. Tampak adanya lebam pad dislokasi sendi

Klasifikasi Data

Data subjektif

Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas


Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat

Klien mengatakan terjadi kekauan pada sendi

Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi

Klien mengatakan sangat lemas

Klien bertanya-tanya tentang keadaannya

Klien mengatakan susah bergerak

Klien mengatakan cemas

Klien mengatakan merasa malu dengan keadaanya

Data objektif

Klien nampak lemas

Wajah nampak meringis

7
Keterbatasan mobilitas

Skala nyeri 3 (0-5)

Klien nampak cemas

Analisa Data

Symptom Etiologi Problem

DS : Adanya trauma Nyeri

Klien mengatakan nyeri


apabila beraktivitas
Klien mengatakan nyeri Pergeseran frakmen tulang

seperti ditekan benda


berat

Terputusnya kontinuitas tulang


Klien mengatakan
adanya nyeri pada
sendi
Nyeri
DO :

Wajah Nampak
meringis

Skala nyeri 3 (0-5)

Pembengkakan local

DS : Adanya trauma Gangguan mobilitas


fisik
Klien mengatakan
sangat lemas
Pergeseran frakmen tulang
Klien mengatakan susah
bergerak

Terputusnya kontinuitas tulang


Klien mengatakan

8
terjadi kekauan pada
sendi
Nyeri
DO :

Klien nampak lemas


Kerusakan mobilitas fisik

Keterbatasan mobilitas

DS : Kurang terpaparnya informasi Ansietas

Klien bertanya-tanya
tentang penyakitnya
Kurang pengetahuan
DO :

Klien nampak cemas


Ansietas

Analisa Data

1. Nyeri

2. Gangguan mobilitas fisik

3. Ansietas

2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan pergeseran sendi ditandai dengan :

DS : - Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas

- Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat

- Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi

DO : - Wajah nampak meringis

- Skala nyeri 3 (0-5)

9
- Pembengkakan local

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan cidera jaringan sekitar sendi,


ditandai dengan:

DS : - Klien mengatakan sangat lemas


- Klien mengatakan susah bergerak

- Klien mengatakan terjadi kekauan pada sendi

DO : - Klien nampak lemas

- Keterbatasan mobilitas

3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan ditandai dengan:

DS : - Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya

DO : - Klien nampak cemas

3. RENCANA KEPERAWATAN

No Rencana Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

1. Tupan:

Setelah diberiakn Kaji lokasi dan skala Untuk menentukan


tindakan keperawatan nyeri rencana yang tepat
selama 7 hari nyeri
Untuk mengetahui
teratasi.
Observasi TTV perkembangan pasien
Tupen:

Untuk mengalihkan
Setelah diberikan
Ajarkan tekhnik distraksi perhatian agar pasien tidak
tindakan keperawatan
dan relaksasi terfokus pada nyeri.
selama 3 hari nyeri
berangsur-angsur Membantu mengurangi
membaik dengan nyeri.
Berika obat analgesic
kriteria hasil:

10
Klien mengatakan sesuai indikasi
nyerinya
berkurang

Ekspresi wajah
tenang

2. Tupan:

Setelah diberiakn Kaji kembali Mengidentifikasi


tindakan keperawatan kemampuan dan keadaan
masalah utama terjadinya
selama 5 hari kerusakan secara fungsional pada
gangguan mobilitas fisik.
mobilitas fisik teratasi. kerusakan yang terjadi.

Tupen: Monitor fungsi motorik Menentukan kemampuan


dan sensorik setiap hari mobilisasi
Setelah diberikan
tindakan keperawatan Lakukan latihan ROM Mencegah terjadinya
selama 2 hari kerusakan secara pasif. kontraktur.
mobilitas fisik
Ganti posisi tiap 2 jam Penekanan terus-menerus
berangsur-angsur
sekali menimbulkan dekubitus.
membaik dengan
kriteria hasil: Observasi keadaan kulit Mencegah secara dini
dekubitus.
Pasien dapat
melakukan aktivitas Berikan perawatan kulit Meningkatkan sirkulasi
kembali dengan cermat seperti dan elastisitas kulit dan
massage dan memberi menurunkan dekubitus.
Dapat
pelembab ganti linen atau
mempertahankan
pakaian yang basah.
gerakan sendi secara
maksimal Koordinasikan aktivitas Kolaborasi penanganan
dengan ahli physioterapi. physiotherapy.

3. Tupan:
Sebagai dasar untuk
Observasi tingkat
Setelah diberikan menentukan rencana
kecemasan keluarga
tindakan keperawatan tindakan selanjutnya
selama 5 hari ansietas

11
teratasi Membuat keluarga lebih
Beri kesempatan pada memahami tentang
Tupen:
keluarga untuk kondisi klien
Setelah diberikan mendiskusikan tentang
tindakan keperawatan penyakit klien
selama 1 hari ansietas Menambah pengetahuan
Beri penjelasan tentang
berangsur-angsur keluarga, sehingga
penyakit klien pada
teratasi mengurangi ansietas
keluarga
kriteria:

- Klien memahami
penyakitnya

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.


Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Dislokasi disebabkan oleh

1. Tidak diketahui

2. Faktor predisposisi

a. Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.

b. Trauma akibat kecelakaan.

c. Trauma akibat pembedahan ortopedi

d. Terjadi infeksi disekitar sendi.

B. Saran

12
Dalam penulisan askep ini masih kurang dari kesempurnaan karena
kurangnya referensi yang kami dapatkan. Jadi, kritik dan saran yang sifatnya
membangun khususnya dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan pembaca
sangat kami harapkan untuk kesempurnaan askep ini kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Kapita Selekta Kedokteran, edisi Kedua Editor Junaedi Purnawan dan Kawan-
Kawan, Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, 1982.

Nursing Care Plans: Guidelines For Planning And Documenting Patient Care,
edisiketiga, Alih Bahasa: I Made Kariasa, SKp. Dan Ni Made Sumarwati,
SKp. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2000.
Satriaperwira. Wordpress. com/dislokasi

13

You might also like