Professional Documents
Culture Documents
Sebagai motivator Indonesia, izinkan kali ini saya membahas soal terbang. Seru nih.
Di seminar motivasi dan training motivasi, saya tidak pernah menyampaikan soal ini.
Terlihat di film-film bagaimana Iron Man alias Tony Stark bisa terbang dengan baju
besinya yang teramat canggih. Manusia terbang, mungkinkah itu terjadi dalam dunia
nyata? Mungkin saja. Buktinya? Adalah Franky Zapata dengan Hoverboard-nya
mampu terbang bagai Iron Man, meskipun Hoverboard masih kalah canggih.
Di Bali saya pernah mencoba alat semacam ini, namanya flyboard atau waterboard.
Bedanya, yang saya coba itu masih ada kabel besar yang terhubung ke speedboad. Itu
pun saya cuma bisa melayang-layang di atas air doang. Nggak bisa di darat.
Terlepas dari itu, guru saya pernah berwasiat, "Hiasi hari-hari kita dengan prestasi,
niscaya hidup kita akan lebih berisi dan lebih bergengsi." Nah, Abbas Ibn Firnas
adalah salah satu sosok yang berhasil menghiasi hari-harinya dengan prestasi. Hm,
Anda pernah mendengar namanya?
Abbas Ibn Firnas, seorang fisikawan dan ahli penerbangan dari abad ke-9, tercatat
sebagai MANUSIA PERTAMA yang mengembangkan alat penerbangan dan berhasil
terbang (sumber: National Geographic). Karena ini sangat penting, ada baiknya kalau
tulisan ini Anda share.
Ya, Abbas Ibn Firnas-lah yang pertama, bukan Wright bersaudara seperti persepsi
khalayak dan publikasi media selama ini. Abbas Ibn Firnas, yang dikenal juga sebagai
Armen Firman, wafat pada tahun 888, karena cedera punggung akibat uji coba
pesawat buatannya.
Hebatnya lagi, Abbas bukan hanya penemu pesawat terbang pertama. Ia juga ilmuwan
serba bisa. Salah satunya, ia menemukan jam air yang disebut Al-Maqata. Dan masih
banyak lagi. Atas berbagai kontribusinya terhadap dunia, beberapa negara
menyematkan penghormatan khusus kepadanya.
Ya, ia berhasil menghiasi hari-harinya dengan prestasi. Sekarang, giliran kita. Tak
harus seperti Tony Stark, Franky Zapata, dan Abbas Ibn Firnas. Berprestasilah di
bidang kita masing-masing. Bukan untuk dikenang manusia atau dikagumi manusia,
melainkan untuk menebar manfaat kepada seluas-luasnya manusia.
Ingatlah, emas dinilai dari karat. Manusia? Dinilai dari manfaat. Tak perlu kita
berdebat, saya yakin Anda 100 persen sepakat. Sekian dari saya, Ippho Santosa. Share
ya.
Sebagai motivator Indonesia, saya sering mengajak peserta untuk bersikap tangguh.
Saya pun bertanya.
Mana yang lebih besar? Semangatmu? Atau alasanmu? Kalau alasan yang dipilih,
tentulah sudah ketebak gimana nasibmu. Gitu-gitu melulu.
Beralasan dan bermalasan itu dekat sekali dengan sikap 'menyerah'. Ujung-ujungnya,
gagal dan terjungkal.
Jangan malas. Yang nyaman belum tentu baik. Yang serba menantang juga belum
tentu baik. Apa yang membuatmu bertumbuh, itu yang terbaik.
Jangan malas. Tak perlu membandingkan sukses kita dengan orang lain. Nggak akan
ada habis-habisnya. Bandingkan saja dengan pencapaian kita tahun sebelumnya.
Jangan malas. Orang -orang yang percaya pada KEINDAHAN IMPIAN dan
keindahan masa depannya, mana mungkin bermalasan?
Jangan malas. Sukses yang dilandasi dengan kegigihan dan kejujuran, akan lebih
langgeng. Bahkan orang tersebut akan lebih dihargai daripada kesuksesan dan
pencapaiannya.
Sukses dan keberuntungan berpihak pada mereka yang terus-menerus mencoba, terus-
menerus belajar, dan terus-menerus beramal.
Share tulisan ini kalau Anda setuju. Sekian dari saya, Ippho Santosa.
Kenapa? Yah, negeri-negeri muslim yang kaya sumber daya alam sering sekali abai
dan lalai dengan ilmu. Kuliah, malas. Riset, malas. Menulis, malas. Membaca, malas.
Sehingga untuk urusan riset-riset dan buku-buku, kita hampir-hampir selalu
menginduk ke Barat. Padahal Islam sangat memuliakan ilmu.
Ternyata orangnya yang sama. Siapakah orang hebat itu? Dialah HOS Tjokroaminoto,
gurunya para pendiri bangsa, yang juga perintis Serikat Dagang Islam. Perihal HOS
Tjokroaminoto sebagai mentor ini diingatkan kembali oleh Menteri Pendidikan
sewaktu mengundang 20-an profesional dan motivator, salah satunya saya.
Belajarlah. Cari ilmu. Cari mentor. Mudah-mudahan nasib kita membaik. Sekian dari
saya, Ippho Santosa. Share ya.