You are on page 1of 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan
2.1.1 Definisi Pendidikan
Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap,
dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup,
proses social yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan
terkontrol (khususnya yang dapat di sekolah), sehingga dia dapat memperoleh
datau mengalami perkembangan kemampuan social dan kemampuan individu
yang optimal (Achmadi Munib, 2006:33).
Makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai
yang baru diperkenalkan (Mubarak WI, 2006:145). Menurut Undang-undang
Sisdiknas tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya.

2.1.2 Pembagian Pendidikan


Menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, jalur pendidikan terdiri
atas:
a. Jalur pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs).
b. Jalur pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA)
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
c. Jalur pendidikan tinggi mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.

2.1.3 Pendidikan Ibu


Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam menunjang pengasuhan dan
perawatan anak. Bagi ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih
mudah menerima informasi kesehatan khususnya bidang gizi sehingga dapat
menambah pengetahuan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
(Depkes RI, 1990:23).
Tingkat pendidikan formal yang tinggi memang dapat membentuk nilai-nilai
progresif pada diri seseorang, terutama dalam menerima hal-hal baru, termasuk
pentingnya pemberian ASI secara eksklusif pada bayi sehingga ibu akan
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kebutuhan gizi anak. Demikian
juga halnya dalam pemahaman akan manfaat ASI untuk anak, secara umum
dinyatakan bahwa ibu mempunyai tingkat pendidikan lebih akan mempunyai
tingkat pemahaman yang tinggi pula tentang ASI (Susanti, 2000:15).

2.2 Pekerjaan
2.2.1 Definisi Pekerjaan
Menurut Rahmawati (2009) pekerjaan adalah segala sesuatu yang
dikerjakan oleh manusia dengan berbagai tujuan. Pekerjaan secara umum
didefininisikan sebagai sebagai sebuah kegiatan aktif yang dilakukan oleh
manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau
kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi
seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah pekerjaan dianggap sama
dengan profesi.
Pekerjaan yang berbasis di rumah atau kerja rumahan adalah pekerjaan
sektor informal atau pekerjaan yang tidak terorganisir di mana para pekerja
melakukan kegiatan yang menguntungkan di dalam rumah mereka atau sekitarnya
tetapi tidak di kantor perusahaan/tempat majikan. Pekerjaan yang berbasis di
rumah tidak termasuk pekerjaan rumah tangga yang tidak dibayar dilakukan
sebagai tanggung jawab keluarga.

2.2.2 Kategori Pekerjaan


Wanita yang mampu melakukan pekerjaan di dalam maupun di luar
hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang utuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Ciri dari wanita ini adalah kemampuan melakukan pekerjaan untuk
menghasilkan jasa atau barang, berpenghasilan lebih tinggi bahkan punya
kedudukan yang tinggi yang berpenghasilan besar dan tidak identik dengan
pembantu rumah tangga, dokter, para ahli wanita dan sejenisnya sebagian tenaga
kerja wanita masuk dalam kategori ini.

2.2.3 Ibu Bekerja


Menurut Prasetyono (2012), meskipun ibu bekerja, semua ibu harus
memberi ASI Eksklusif. Saat ini, diketahui bahwa ibu yang bekerja sekitar 70%.
Fenomena itu menunjukkan bahwa banyak ibu yang tidak bisa menyusui secara
eksklusif. Walaupun ASI perahan tidak mampu menggantikan tindakan
menyusui, tetapi hal itu bukanlah masalah bila ibu memang mesti bekerja.
Menurut Encyclopedia of Childs Health, ibu bekerja adalah ibu yang
melakukan suatu kegiatan di luar rumah dengan tujuan untuk mencari nafkah
atau mendapatkan penghasilan di samping membesarkan dan mengurus anak di
rumah. Selain itu salah satu tujuan ibu bekerja adalah suatu bentuk aktualisasi
diri guna menerapkan ilmu yang telah dimiliki ibu dan menjalin hubungan sosial
dengan orang lain dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya. Singh (2010)
mengungkapkan bahwa ibu yang bekerja di luar rumah secara signifikan
berhubungan dengan tingkat yang lebih rendah dalam menyusui dan lebih
pendek waktunya dalam pemberian ASI eksklusif.
Dalam penelitian Fayed et al (2012) menyatakan tentang dampak
pekerjaan terhadap praktik pemberian ASI, bahwa sebagian besar ibu-ibu bekerja
menghentikan pemberian ASI setelah kembali bekerja. Ibu bekerja menemui
kendala tentang pengaturan waktu antara menyusui bayi dan pekerjaan.
Keterampilan mengatur waktu antara menyusui dan pekerjaan sangat diperlukan,
emngingat pekerjaan akan menyita waktu ibu (King, 1991:74). Salah satu faktor
yang mempengaruhi penghentian pemberian ASI adalah kurangnya fasilitas di
tempat kerja terhadap proses pemberian ASI yaitu tempat memerah dan
penyimpanan ASI.
Berkaitan dengan ibu bekerja yang memiliki bayi, Departemen Kesehatan
RI mempunyai kebijakan dan strategi tentang Peningkatan Pemberian ASI (PP-
ASI) untuk mendorong perusahaan-perusahaan dalam mendukung pemberian
ASI eksklusif pada pekerja wanita dengan menyediakan fasilitas yang
mendukung peningkatan pemberian ASI di tempat kerja, antara lain dengan:
1. Menyediakan sarana ruang memerah ASI
2. Menyediakan perlengkapan untuk memerah dan meyimpan ASI
3. Menyediakan materi penyuluhan ASI
4. Mengembangkan dan membina Tempat Penitipan Anak (TPA)
5. Mengembangkan dan memantapkan pelaksanaan ASI eksklusif bagi
pekerja wanita melalui pembinaan dan dukungan penuh dari pihak
pengusaha (Depkes RI, 2005)

2.3 Pengetahuan
2.3.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar
menjawab pertanyaan What, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2002).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui, kepandaian, segala sesuatu yang diketahui berkenaan
dengan suatu hal.

2.3.2 Tingkat pengetahuan


Analisa Taksonomi Bloom yang disampaikan oleh Notoatmodjo (2003),
menyebutkan bahwa pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan yaitu sebagai berikut:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek yang dipelajari harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen. Tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja: dapat menggambarkan (membuat
bagian), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruh yang baru,
dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkas, dan dapat menyesuaikan.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada.
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa pengetahuan sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Sosial ekonomi
2. Kultur atau budaya
3. Pendidikan
4. Pengalaman

2.3.4 Proses Memperoleh Pengetahuan


Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2003), mengatakan bahwa sebelum
orang mengadopsi sikap/perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi proses yang
berurutan, yaitu :
1) Awareness (kesadaran), yakni individu mengetahui dan menyadari tentang
adanya stimulus
2) Interest adalah orang mulai tertarik dan menaruh perhatian terhadap
stimulus
3) Evaluation artinya orang memberikan penilaian dengan menimbang baik
dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya
4) Trial orang mulai mencoba memakai atau berperilaku
5) Adaptation artinya subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, dan sikapnya terhadap stimulus

2.3.5 Cara Pengukuran


Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara terbuka atau terstruktur sesuai
dengan variabel dalam penelitian ataupun dengan angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian dan dapat disesuaikan
dengan tingkatan-tingkatan domain kognitif (Notoatmodjo, 2003).
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan
perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green
(Green, dalam Notoatmodjo,2003) mencoba menganalisis perilaku manusia dari
tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi perilaku
(non behaviour causes).
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari 3 faktor, yaitu:
1. Faktor-faktor pengaruh (predisposing factor) yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai- nilai
2. Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan
Sumber yang lain juga mengatakan bahwa pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes/kuesioner tentang objek
pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya dilakukan penilaian di mana setiap
jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika salah diberi
nilai 0.
Selanjutnya persentase jawaban diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif
dengan acuan sebagai berikut :
- Baik : Nilai = 76-100%
- Cukup baik : Nilai = 56-75%
- Kurang baik : Nilai = 40-55%
- Tidak baik : Nilai = < 40%

2.3.6 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang,
antara lain:
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya
(Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).
2) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan
bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman
pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal
ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 1997).
3) Usia
Semakin bertambah usia seseorang maka proses-proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada usia tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berusia belasan tahun
(Singgih, 1998 dalam Hendra AW, 2008). Selain itu Abu Ahmadi, 2001 dalam
Hendra AW, 2008 juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu
salah satunya dipengaruhi oleh usia. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan
bahwa bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada usia-usia tertentu atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan
akan berkurang.
4) Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan
informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio, surat kabar atau
media lain maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Wied
Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).

2.3.7 Cara memperoleh pengetahuan


Cara memperoleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003) adalah sebagai berikut:
1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a) Cara coba salah (Trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum
adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak
berhasil maka dicoba untuk kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut
dapat dipecahkan.
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan- pimpinan masyarakat
formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintahan, dan berbagai prinsip
orang lain yang menerima yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai
otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik
berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut
metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon
(1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Devan yang dikutip
Wawan (2010). Akhirnya lahir suatu cara untuk malakukan penelitian yang biasa
dikenal dengan penelitian ilmiah.

2.4 Ibu Menyusui


2.4.1 Pengertian Ibu Menyusui
Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, panggilan yang lazim
pada wanita baik yang sudah bersuami maupun belum (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2001). Menyusui adalah memberikan makanan kepada bayi yang
langsung dari payudara (Roesli, 2000). Jadi pengertian ibu menyusui adalah ibu
yang memberikan makanan kepada bayi langsung dari payudara.

2.4.2 Langkah Agar Sukses Menyusui Secara Eksklusif


Langkah yang dapat ditempuh agar sukses menyusui secara eksklusif
(Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008) antara lain:
1) Membiarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir dalam satu
jam pertama
2) Ibu harus menyakini bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya
untuk bayi
3) Menyusui bayi sesuai kebutuhan bayi sampai puas
4) Ibu harus mempunyai keterampilan tentang menyusui

2.4.3 TandaTanda Posisi Menyusui yang Benar (Depkes RI, 2005)


1) Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu
2) Dagu bayi menempel pada payudara
3) Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara
(payudara bagian bawah)
4) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi
5) Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka
6) Sebagian besar areola tidak tampak
7) Bayi menghisap dalam dan perlahan
8) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu
9) Terkadang terdengar suara bayi menelan
10) Puting susu tidak terasa sakit atau lecet

2.4.4 Teknik Laktasi pada Bayi yang Baru Lahir


Inisiasi Menyusu Dini (Proverawati dan Rahmawati, 2010).
1) Begitu lahir, bayi diletakan di perut ibu dan ditutup dengan kain kering
2) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya
3) Tali pusat dipotong, lalu diikat
4) Vernix/caseosa (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak
dibersikan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi
5) Tanpa dibedong bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak
kulit bayi dan kulit ibu

2.4.5 Payudara Ibu Menyusui (Depkes RI, 2005)


Banyak masalah seputar payudara yang sering ditemukan pada ibu
menyusui antara lain:
1) Puting susu datar atau terbenam
Beberapa bayi pada awalnya menemukan kesukaran, tetapi setelah beberapa
minggu dengan usaha ekstra puting susu yang datar akan menonjol keluar
sehingga bayi dapat menyusu dengan mudah. Setelah bayi lahir puting susu datar
atau terbenam dapat dikeluarkan dengan cara :
- Susui bayi secepatnya segera setelah lahir saat bayi aktif dan ingin menyusu
- Susui bayi sesering mungkin (misalnya tiap 2-2 1/2 jam) ini akan
menghindari payudara terisi terlalu penuh dan memudahkan bayi untuk
menyusu
- Pijat (massage) payudara dan mengeluarkan ASI secara manual sebelum
menyusui dapat membantu bila terdapat bendungan payudara dan puting
susu tertarik ke dalam
- Pompa ASI yang dapat dipakai untuk mengeluarkan puting susu pada waktu
menyusui
2) Puting susu nyeri
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit
ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting susu ibu
benar, perasaan nyeri akan segera menghilang. Cara menangani:
- Pastikan posisi menyusui sudah benar
- Mulailah menyusui pada puting susu yang tidak sakit, guna membantu
mengurangi sakit pada puting susu yang sakit
- Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di puting susu dan
biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai puting susu kering
- Jangan membersihkan puting susu dengan sabun
- Hindari puting susu menjadi lembab
3) Puting susu lecet
Puting susu yang nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi
lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang- kadang mengeluarkan
darah. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi
dapat pula disebabkan oleh luka thrush (kandidiasis) atau radang pada kulit
(dermatitis), cara menangani:
- Cari penyebab puting susu lecet
- Obati penyebab puting lecet terutama perhatikan posisi menyusui
- Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri di atas
- Bila sementara sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang
sakit supaya lukanya sembuh
- Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan dengan
pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI
- Berikan ASI perah dengan sendok jangan dengan dot
- Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan waktu
yang lebih singkat
4) Payudara bengkak
Penyebab payudara bengkak: posisi mulut bayi dan puting susu ibu yang
salah, produksi ASI berlebih, terlambat menyusui, pengeluaran ASI yang jarang,
waktu menyusui yang terbatas. Cara mengatasinya: susui bayinya semau bayi
sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas waktu.
- Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau
pompa ASI yang efektif
- Sebelum menyusui untuk merangsang refleks oksitosin dapat dilakukan :
kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, massage payudara, massage
leher dan punggung
- Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi bengkak

2.5 ASI Eksklusif


2.5.1 Pengertian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI Eksklusif adalah bayi hanya
diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur
susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan
untuk jangka waktu setidaknya selama 6 bulan (Roesli, 2000)
Menurut WHO masa pemberian ASI diberikan secara Ekslusif pada 6 bulan
pertama, kemudian dianjurkan untuk tetap diberikan setelah 6 bulan bersamaan
dengan makanan pendamping ASI sampai anak 2 tahun (Depkes RI, 2001).
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya WHO merekomendasikan agar bayi
baru lahir mendapat ASI Eksklusif selama 6 bulan, sebab ASI adalah nutrisi
alamiah terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk
pertumbuhan optimal (Suryoprajogo, 2009).

2.5.2 Komposisi dan volume ASI


2.5.2.1 Komposisi ASI
ASI memiliki komposisi yang berbeda-beda dari hari ke hari.
1) Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan pertama yang berwarna kekuning-kuningan
(lebih kuning dibandingkan susu matur). Cairan ini dari kelenjar payudara dan
keluar pada hari kesatu sampai hari keempat-tujuh dengan komposisi yang selalu
berubah dari hari kehari. Kolostrum mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih
banyak dibandingkan ASI matur. Selain itu, kolostrum dapat berfungsi sebagai
pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi
yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi
makanan yang akan datang, volume kolostrum antara 150-300 ml per 24 jam
(Roesli, 2000)
2) ASI Transisi (Peralihan)
ASI transisi diproduksi pada hari ke-4 sampai 7, hari ke-10 sampai 14. Pada
masa ini kadar protein berkurang, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak serta
volumenya semakin meningkat (Roesli, 2000)
3) ASI Matur
ASI matur merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke-14 dan seterusnya
dengan komposisi yang relatif konstan. ASI ini merupakan makanan satu-satunya
yang paling baik bagi bayi sampai umur enam bulan (Roesli, 2001)

2.5.2.2 Volume ASI


Volume pengeluaran ASI pada minggu-minggu pertama bayi lahir biasanya
banyak, tetapi setelah itu sekitar 450-650 ml. Seorang bayi memerlukan sebanyak
600 ml susu per hari. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya
selama 4-6 bulan pertama (Proverawati dan Rahmawati, 2010). Menurut Prasetyo
(2009), volume ASI dari waktu ke waktu berubah, yaitu sebagai berikut :
- Enam bulan pertama : 500-700 ml ASI/ 24 jam
- Enam bulan kedua : 400-600 ml ASI/ 24 jam
- Pada tahun kedua : 300-500 ml ASI/ 24 jam

2.5.3 Komposisi Zat Gizi dalam ASI


Menurut Hendarto dan Pringgadini (2008) komposisi zat gizi dalam ASI
adalah sebagai berikut :
1) Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidart utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah
satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2
kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu formula.
Namun demikian angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat
mencerna laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat
ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding
laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak
terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7
sampai 14 hari setelah melahirkan). Sesudah melewati masa ini maka kadar
karbohidrat ASI relatif stabil.
2) Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan
protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari
protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein
whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih
banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi.
Jumlah protein casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi
yang mengandung protein ini dalam jumlah tinggi (80%). Disamping itu, beta
laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat di protein
susu sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan jenis protein
yang potensial menyebabkan alergi.
3) Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu
formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan
otak yang cepat selama masa bayi. ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak
jenuh yang seimbang dibanding susu sapi yang lebih banyak mengandung asam
lemak jenuh. Seperti kita ketahui konsumsi asam lemak jenuh dalam jumlah
banyak dan lama tidak baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah.
4) Vitamin
Dalam ASI terkandung beberapa vitamin, yaitu vitamin K yang dibutuhkan
sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan. Vitamin D,
seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Tapi dapat
diatasi dengan menjemur bayi pada sinar matahari pagi yang akan mencegah bayi
menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D. Vitamin E, salah satu
fungsi vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah. Keuntungan
ASI adalah kandungan vitamin E-nya tinggi terutama pada kolostrum dan ASI
transisi awal. Vitamin A, selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga
berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan.
Selain itu hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam
folat, vitamin C, terdapat dalam ASI.
5) Mineral
Tidak seperti vitamin, kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi
oleh makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi oleh status gizi
ibu. Mineral dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah
diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat dalam susu sapi.

2.5.4 Fisiologi pembentukan dan pengeluaran ASI


2.5.4.1 Proses Pembentukan ASI
ASI diproduksi atas hasil kerja sama antara hormon dan reflekss (Roesli,
2000). Proses pembentukan ASI dimulai saat kehamilan, terjadi perubahan pada
hormon yang berfungsi menyiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi
ASI. Pada masa kehamilan payudara akan membesar secara cepat karena
pengaruh kadar hormon ibu yang tinggi yaitu estrogen dan progesteron. Estrogen
akan menambah pertumbuhan duktus-duktus dan saluran-saluran penampung.
Progesteron akan merangsang pertumbuhan tonus- tonus alveoli (Markum, 1999).
Karena proses pembuatan ASI sudah dimulai saat umur kehamilan 5 bulan maka
saat itulah terbentuk cairan dari payudara yang disebut kolostrum. Segera setelah
persalinan, dengan lepasnya plasenta kadar estrogen dan progesteron turun
sedangkan prolaktin ini memegang peranan untuk membuat kolostrum (Roesli,
2000). ASI diproduksi oleh kelenjar atau mammae alveoli yang disalurkan melalui
saluran susu ke sinus lactiferous yang terdapat di daerah yang berwarna gelap atau
cokelat tua di sekitar puting susu (Roesli, 2000).

2.5.4.2 Proses pengeluaran ASI


Saat bayi mulai menghisap akan terjadi refleks-refleks yang menyebabkan
ASI keluar dengan jumlah waktu yang tepat.
1) Refleks yang terjadi pada ibu
Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing
berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu (Roesli, 2000), yaitu:
- Refleks prolaktin atau reflekss pembentukan ASI
Kelenjar hipofisa anterior menghasilkan hormon prolaktin yang akan
merangsang kelenjar payudara untuk memproduksi ASI (Roesli, 2000). Ketika
bayi mulai menyusu, ujung saraf sensorik yang terdapat pada puting susu
terangsang dan menyebabkan kelenjar hipofisa memproduksi prolaktin. Prolaktin
ini lalu dialirkan oleh darah ke kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Jadi
semakin sering menyusu semakin banyak prolaktin yang lepas dari hipofisa serta
semakin banyak ASI yang diproduksi oleh sel kelenjar susu. Efek lain dari
prolaktin juga penting adalah menekan fungsi ovarium sehingga pada ibu
menyusui eksklusif akan memperlambat kembalinya fungsi kesuburan haid,
dengan kata lain menjarangkan kehamilan (Roesli, 2000).
- Refleks oksitosin (Let-down reflex)
Pengaliran ASI rangsangan yang ditimbulkan bayi pada waktu menyusui
akan sampai ke bagian belakang kelenjar hipofisis dan merangsang keluarnya
hormon oksitosin. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara kemudian
akan memacu sel-sel miopitel yang mengelilingi alveoli dan mengerutkan duktus
memerah. ASI keluar dari alveoli, duktus menuju ke papila mammae dan keluar
lewat puting susu (Roesli, 2000). Bayi tidak akan mendapat ASI cukup bila hanya
mengandalkan refleks ini, ASI tidak akan bisa keluar dari gudang susu atau sinus
lactiferous (Roesli, 2000). Oksitosin dibentuk lebih cepat dibanding prolaktin,
Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk dihisap.
Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu sudah berkeinginan menyusui (sebelum
bayi menghisap). Jika reflekss oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi
akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah
terhenti memproduksi ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun
tidak mengalir keluar. Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus
berkontraksi setelah melahirkan. Hal ini membantu mengurangi perdarahan,
walaupun kadang mengakibatkan nyeri (Roesli dan Yohmi, 2008).

2) Refleks yang terjadi pada bayi


- Refleks mencari (Rooting reflex)
Payudara ibu menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan
rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Begitu payudara
didekatkan bayi akan mencari puting susu untuk menyusu.
- Refleks menghisap (Sucking reflex)
Terjadi bila bayi pertama kali mengalami pengisian mulutnya sampai ke
langit-langit keras dan punggung lidah dengan puting susu (Markum, 1999). Pada
refleks ini melibatkan rahang, lidah dan pipi yang memungkinkan gusi memerah
areola dan mendorong susu kedalam mulut.
- Refleks menelan (Swallowing reflex)
Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan menghisap
yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu ini akan
menimbulkan mekanisme menelan pada bayi.

2.5.5 Keunggulan ASI dan manfaat pemberian ASI Eksklusif


2.5.5.1 Keunggulan ASI
1) Aspek gizi
Kolostrum adalah ASI khusus berwarna kekuningan, agak kental dan
diproduksi dalam beberapa hari setelah persalinan. Mengandung zat kekebalan
terutama imunoglobulin A (IgA) untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit
infeksi. Jumlah kolostrum yang diproduksi, bervariasi tergantung dari isapan bayi
pada hari-hari pertama kelahiran, walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi oleh karena itu harus diberikan kepada bayi. ASI mengandung
protein, vitamin A yang tinggi, karbohidrat dan lemak yang rendah, sehingga
sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama setelah kelahiran. ASI
membantu pengeluaran mekonium, yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna
hitam kehijauan.
ASI juga mengandung taurin, decosa hexanoic acid (DHA) dan arachidonic
acid (AA). Taurin adalah sejenis asam amino kedua terbanyak terdapat dalam ASI
dan tidak terdapat dalam susu sapi. Taurin berfungsi sebagai neuro-transmitter dan
berperan penting untuk proses maturasi sel otak. DHA dan AA adalah asam lemak
tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) diperlukan untuk
pembentukan sel-sel otak yang optimal. DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk
dari substansi pembentuknya (prekursornya) yaitu masing-masing dari omega 3
(asam linolenat) dan omega 6 (asam linoleat).
2) Aspek imunologis
ASI bersih atau bebas kontaminasi, meskipun kemungkinan terkontaminasi
melalui puting susu, akan tetapi bakteri ini tidak diberi kesempatan berkembang
biak karena ASI yang diminum mengandung zat anti infeksi, yaitu imunoglobulin,
terutama imunoglobulin A (IgA) kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum dibanding
dengan ASI. IgA melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus dalam
saluran pencernaan. Laktoferin, sejenis protein yang merupakan komponen zat
kekebalan dalam ASI yang mengikat zat besi (ferum) di saluran pencernaan.
Lysosim, suatu enzim yang juga melindungi bayi terhadap bakteri dan virus yang
merugikan. Lysosim terdapat dalam jumlah 300 kali lebih banyak pada ASI dari
pada susu sapi. Enzim ini aktif mengatasi bakteri E. coli dan Salmonela.
3) Aspek psikologis menyusui
Rasa percaya diri ibu untuk menyusui, besar pengaruhnya bagi keberhasilan
menyusui. Kemauan yang besar dan kasih sayang terhadap bayi akan
meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan
meningkatkan produksi Air Susu Ibu. Interaksi ibu dan bayi, paling mudah terjadi
selama jam pertama dan mulai terjadi beberapa menit sesudah bayi dilahirkan.
Karena itu penting sekali bayi mulai disusui 30 menit setelah bayi dilahirkan.
Pengaruh kontak langsung ibu dan bayi, apabila proses menyusui dilakukan
dengan baik, akan memberikan kepuasan kepada ibu dan bayi. Bayi merasa aman
dan puas karena melalui sentuhan kulit dapat merasakan kehangatan tubuh ibu dan
dapat mendengar denyut jantung ibu, yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam
rahim.
4) Aspek kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI yang dibutuhkan untuk
perkembangan sistem syaraf otak dapat meningkatkan kecerdasan bayi. Penelitian
menunjukan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ 4,3 poin lebih
tinggi pada usia 18 bulan, 4,6 poin lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 poin
lebih tinggi pada usia 8,5 tahun, dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI.
5) Aspek neurologis
Belum sempurnanya koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas,
dapat terjadi pada bayi baru lahir. Dengan mengisap payudara ketidaksempurnaan
koordinasi syaraf tersebut dapat lebih baik.
6) Aspek ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif ibu tidak perlu mengeluarkan biaya dan
makanan bayi sampai sedikitnya umur 6 bulan, dengan demikian akan menghemat
pengeluaran rumah tangga.
7) Aspek penundaan kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan,
sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah sementara (MAL atau
Metode Amenorea Laktasi). MAL harus memenuhi tiga kriteria:
- Tidak haid
- Menyusui secara eksklusif
- Umur bayi kurang dari 6 bulan (Depkes RI, 2005).

2.5.5.2 Manfaat Pemberian ASI Ekslusif


Menurut Roesli (2001), ASI dapat memberi manfaat yang sangat banyak
antara lain:
1) Sebagai Nutrisi Terbaik
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya.
ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Dengan melaksanakan tata laksana menyusui yang tepat dan benar, produksi ASI
seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai bayi
dengan usia 6 bulan.
2) Meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan dan daya tahan
dari ibunya melalui plasenta. Tapi kadar zat tersebut akan cepat menurun setelah
kelahiran bayi. Sedangkan kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya
sendiri menjadi lambat, Selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh.
Kesenjangan tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI sebab ASI adalah
cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi bakteri, virus dan jamur.
3) Tidak mudah tercemar
ASI steril dan tidak mudah tercemar, sedangkan susu formula mudah dan
sering tercemar bakteri, terutama bila ibu kurang mengetahui cara pembutan susu
formula yang baik dan benar.
4) Melindungi bayi dari infeksi
ASI mengandung berbagai antibodi terhadap penyakit yang disebabkan
bakteri, virus, jamur dan parasit yang menyerang manusia.si
5) Mudah dicerna
ASI mudah dicerna, sedangkan susu sapi sulit dicerna karena tidak
mengandung enzim pencernaan.
6) Menghindarkan bayi dari alergi
Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini mungkin menderita lebih banyak
masalah, misal asma dan alergi.

2.5.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan ASI Eksklusif


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI kepada
bayi antara lain:
1) Perubahan Sosial Budaya.
- Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainya.
- Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol.
- Kepercayaan ibu pada mitos, padahal mitos adalah sesuatu yang tidak dapat
dibuktikan kebenarannya. (Khasanah, 2011)
2) Faktor Psikologis
- Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita
- Tekanan batin
3) Faktor fisik Ibu
Masalah payudara ibu, puting susu datar atau masuk ke dalam, nyeri puting,
puting lecet, payudara bengkak (Khasanah, 2011).
4) Dukungan Suami
Dukungan suami yang diberikan pada istri dalam bentuk perhatian material
dan finansial (Dagun, 2002). Dukungan emosional dan dukungan penghargaan
dari suami dapat mempengaruhi sikap ibu dalam memberikan ASI Eksklusif pada
bayinya.

5) Faktor kurangnya petugas kesehatan


Kurangnya petugas kesehatan menyebabkan masyarakat kurang mendapat
penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI (Roesli, 2004).
6) Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI
Penerangan justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang
menganjurkan penggantian ASI dari susu kaleng (Soetjiningsih, 1997)

Adapun faktor lain yang berhubungan dengan pemberian ASI Ekslusif


berdasarkan beberapa penelitian, antara lain:
1) Umur
Umur ibu dapat menentukan kesehatan maternal yang berkaitan dengan
kondisi kehamilan, persalinan, nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya.
Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun disebut usia
reproduktif tidak sehat serta masih belum matang dan belum siap dalam hal
jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas serta cara
mengasuh dan menyusui bayinya (kaitannya dengan pemberian ASI Eksklusif).
Umur 20-35 tahun disebut usia reproduksi sehat. Usia reproduksi sehat
merupakan suatu kondisi dimana organ reproduksi telah siap atau matang untuk
menjalankan proses reproduksi kaitannya dalam pemberian ASI Ekslusif atau
laktasi serta didukung dengan kematangan psikis atau mental. Usia reproduksi
sehat juga dikatakan sebagai masa dewasa sehingga mampu untuk menelaah suatu
masalah, dan sudah siap dalam hal jasmani dan sosial dalam menghadapi
kehamilan, persalinan, nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayi kaitannya
dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.
2) Pendidikan ibu
Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan dan perkembangan manusia,
usaha mengatur pengetahuan semula yang ada pada seorang individu itu.
Pendidikan menjadi tolak ukur yang penting dan dapat menentukan status
ekonomi, status sosial dan perubahan-perubahan lainnya. Pendidikan ibu
mempengaruhi pola pikir ibu untuk menentukan tindakannya baik yang
menguntungkan ataupun tidak. Diharapkan pola pikir dengan keadaan yang ada,
misalnya saja pada seseorang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas akan
lebih bisa menerima alasan untuk memberikan ASI Eksklusif karena pola pikirnya
yang lebih realistis dibandingkan yang berpendidikan rendah (Yoga, 2005).
3) Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang setiap hari dilakukan dan mendapat
upah dari pekerjaannya itu. Ibu yang memberikan ASI secara eksklusif kepada
bayinya sampai berumur 6 bulan saat ini masih rendah yaitu kurang dari 2%,
jumlah total ibu melahirkan, itu antara lain terjadi karena banyaknya ibu yang
mempunyai pekerjaan di luar rumah. Jika ibu segera bekerja hal ini mungkin
menghambat pemberian ASI Eksklusif (Suradi, 2004). Bekerja bukan alasan
untuk menghentikan pemberian ASI Eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan
bila mungkin sampai 6 bulan. Dengan adanya cuti hamil selama 3 bulan juga
dapat membantu ibu untuk dapat memberikan ASI Ekslusif, ditambah dengan
pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI yang
baik, dan dukungan lingkungan kerja seorang ibu yang bekerja dapat tetap
memberikan ASI secara eksklusif (Roesli, 2000).
4) Sosial budaya dan status ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu, sehingga sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
5) Pengetahuan
Pengetahuan adalah kebisaan, keahlian, keterampilan pemahaman atau
pengertian yang diperoleh dari pengalaman, latihan atau melalui proses belajar
(Notoadmodjo, 2003). Dari pengalaman penelitian telah terbukti bahwa perilaku
seseorang yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2003). Dengan adanya
pengetahuan yang cukup diharapkan informasi tentang kesehatan dan perilakunya
akan lebih mudah berubah dan diterima. Jadi jika pengetahuan ibu menyusui
tentang ASI eksklusif kurang, kemungkinan besar akan mengganggu atau
menghambat dalam proses menyusui ibu sendiri (Suradi, 2004).
Kendala yang sering ditemui dalam pemberian ASI khususnya pemberian
ASI eksklusif (Depkes RI, 2007)
- Perilaku menyusui yang kurang mendukung misalnya membuang kolostrum
karena dianggap tidak bersih dan kotor.
- Pemberian, makanan dan minuman sebelum ASI keluar.
- Kurangnya rasa percaya diri ibu bahwa ASI cukup untuk bayinya.
- Ibu kembali bekerja setelah cuti bersalin, yang menyebabkan penggunaan
susu botol/ susu formula secara dini.
- Gencarnya promosi susu formula, baik melalui petugas kesehatan maupun
melalui media massa.
- Sikap petugas kesehatan yang kurang mendukung tercapainya keberhasilan
PP-ASI.
- Lemahnya perencanaan terpadu dalam program PP-ASI.
- Kurangnya intensitas dan kontinuitas dari kegiatan PP-ASI ditingkat
pelayanan maupun masyarakat.
- Lemahnya penerapan sanksi terhadap pelanggaran peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan PP-ASI.
- Pelaksanaan program rumah sakit sayang ibu masih belum berjalan
sebagaimana mestinya
- Kurangnya dukungan dana untuk kegiatan PP-ASI.
- PP-ASI belum terintegrasi dalam kurikulum pendidikan tenaga kesehatan.
- PP-ASI belum terintegrasi dengan berbagai program sektoral.

Adapun kendala lain yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah


banyaknya mitos tentang ASI yang menyesatkan para ibu. Contoh mitos tentang
ASI yang masih dipercaya oleh para ibu antara lain:

Tabel 1.1 Contoh Mitos tentang ASI yang Masih Dipercaya


No. Mitos Fakta
Menyusui menyebabkan Payudara kendur disebabkan oleh
1.
payudara kendur. bertambahnya usia dan kehamilan.
ASI pertama (kolostrum) tidak ASI pertama (kolostrum) adalah zat terbaik
2.
baik bagi bayi. bagi bayi.
Hingga usia 6 bulan, ASI saja Semua kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan
3.
tidak cukup bagi bayi. terpenuhi oleh ASI saja.
Pisang dapat menyembuhkan Makanan padat tidak dapat diolah oleh
4.
diare pada bayi. usus bayi hingga usia 6 bulan.
Susu formula sama baiknya Tidak ada cairan lain apapun yang dapat
5.
dengan ASI. menggantikan ASI.

Susu formula membuat bayi Hanya jika diberikan ASI Eksklusif sampai
6.
lebih sehat. 6 bulan yang membuat bayi lebih sehat.

Kombinasi ASI dan formula Yang terbaik bagi bayi hingga usia 6 bulan
7.
adalah yang terbaik bagi bayi. adalah hanya menerima ASI saja.
Agar menghasilkan banyak
Semakin sering bayi menyusu, semakin
8. ASI, Ibu harus banyak makan
banyak ASI yang dihasilkan.
sayuran.
Meskipun tidak terasa, kolostrum (ASI
ASI belum keluar pada hari pertama), akan keluar langsung setelah
9.
pertama setelah melahirkan. kelahiran. Jumlahnya sedikit, tapi cukup
untuk kebutuhan bayi.
ASI pertama/kolostrum ASI pertama memang sedikit, tapi cukup
10.
sangat sedikit, sehingga bayi untuk memenuhi perut bayi yang hanya
lapar dan menangis. dapat diisi sebanyak 4 sendok teh.
Bayi menangis karena lapar
Jika bayi lapar, beri ASI lagi. Sering-sering
11. perlu diberi makanan atau
diberi ASI tidak akan membuat bayi lapar
minuman lain.
Kolostrum/ASI pertama (kekuningan/tidak
berwarna) adalah ASI yang paling penting
ASI yang penting hanyalah untuk memberikan kekebalan kepada bayi.
12.
cairan yang berwarna putih. ASI yang berwarna putih adalah yang
paling penting untuk kebutuhan bayi
sampai 6 bulan pertama.
Kurang tersedia tenaga
kesehatan sehingga bayi tidak Suami atau anggota keluarga ibu dapat
13.
dapat dibiarkan menyusu membantu Inisiasi Menyusu Dini.
sendiri.
Ibu harus dijahit sehingga bayi
Sementara dijahit, ibu tetap dapat
14. perlu segera dipisah dari
melaksanakan IMD.
ibunya.
Bayi harus segera dibersihkan Ditunda 1 jam tidak akan mengubah berat
15.
setelah lahir. dan tinggi bayi.
Siapa yang mengharuskan duduk? Bayi
Ibu belum bisa duduk/duduk
16. dapat menyusu pada saat tengkuran di dada
miring untuk memberikan ASI.
ibu.
Kecuali dalam situasi darurat, ibu yang
Setelah melahirkan, ibu terlalu
baru melahirkan mampu menyusui bayinya
17. lelah untuk dapat menyusui
segera, memeluk dan menyusui bayi
bayi.
adalah penghilang sakit dan rasa lelah ibu.
Ketika sakit, tubuh ibu membuat zat
Jika ibu sakit, bayi akan kekebalan tubuh yang juga disalurkan
18.
tertular melalui ASI. kepada bayi melalui ASI sehingga bayi
tidak akan sakit.
Banyaknya ASI yang dihasilkan tidak
Ibu yang banyak minum susu, dipengaruhi oleh makanan atau minuman
19. akan menghasilkan banyak yang dikonsumsi ibu. Semakin sering bayi
ASI. menyusu semakin banyak ASI yang
dihasilkan.
Sementara ASI belum keluar, Pemberian makanan lain selain ASI
20. bayi dapat diberikan susu meningkatkan risiko terganggunya usus
formula atau madu. bayi yang masih belum siap.
Jika ASI belum atau tidak lancar, bayi
Jika ASI belum atau tidak
masih memiliki daya tahan tubuh (tidak
21. lancar dapat digantikan dengan
akan kelaparan) hingga 224 jam sejak
susu formula.
lahir, yang dibawa sejak dalam kandungan.
ASI Eksklusif tidak dapat Ibu bekerja tetap dapat memberikan ASI
22.
dilakukan jika ibu bekerja. eksklusif.
ASI Eksklusif berarti tidak ASI eksklusif berarti hanya boleh
23. boleh memberikan susu memberikan ASI saja, yang lain tidak
formula, lainnya boleh. boleh.
Kolostrum/ASIpertama adalah Kolostrum mengandung zat kekebalan
24.
susu basi. tubuh dan protein yang sangat kaya.
Payudara dengan puting Puting terbenam tidak berarti tidak dapat
25. terbenam tidak dapat menyusui, karena bayi menyusu pada
menyusui. areola payudara, bukan pada puting.
Payudara yang berukuran kecil
Payudara kecil maupun besar sama-sama
26. tidak dapat menghasilkan
dapat menghasilkan banyak susu.
banyak susu.
2.6 Kerangka Konsep

Faktor pekerjaan : Faktor pendidikan : Pengetahuan ibu tentang


a. Ibu bekerja : a. Pendidikan tinggi pemberian ASI eksklusif
- Pegawai 1. Pengertian ASI ekslusif.
- Guru (PT, Diploma dll) 2. Tujuan pemberian ASI
- Pedagang b. Pendidikan ekslusif.
- PNS. menengah (SMA) 3. Komposisi gizi ASI.
b. Ibu tidak bekerja : c. Pendidikan dasar 4. Pemberian ASI eksklusif.
- Ibu rumah tangga 5. Manfaat ASI.
6. Masalah-masalah dalam
pemberian ASI.
Dasar Menenga Tinggi 7. Mitos-mitos
h pemberian ASI

Bekerja Tidak
bekerja

Baik Cukup Kurang Tidak


baik baik baik

Pemberian ASI

ASI Tidak ASI


eksklusif eksklusif
Keterangan :
= Diteliti
= Berpengaruh

Bagan 1.1 Kerangka konsep

You might also like