You are on page 1of 9

MAKALAH ANTI KORUPSI

DAMPAK SOSIAL DAN KEMISKINAN


MASYARAKAT AKIBAT KORUPSI

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5

NIGITA ISLAMI YULES


SULASTRI SIDABUTAR

TINGKAT III KELAS B

DOSEN PEMBIMBING :
TENGKU SRI WAHYUNI, S.Si.T, M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PEMATANGSIANTAR

2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi

Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang

telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan kasih-Nya kepada kami, sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah tentang Dampak korupsi terhadap sosial dan

kemiskinan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk

itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca

agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan

manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi

terhadap pembaca.

Pematangsiantar, 14 Januari 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR......................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................

1. Pengentasan kemiskinan berjalan lambat...........................................................


2. Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin.........................................................
3. Meningkatnya angka kriminalitas.......................................................................
4. Menurunnya solidaritas sosial dan demoralisasi.................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek kehidupan saja. Korupsi
menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa dan negara.
Meluasnya praktik korupsi telah menimbulkan krisis multi dimensional bagi
bangsa Indonesia. Bertambahnya angka kemiskinan, kualitas produk yang rendah,
akses rakyat terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi sulit, kerusakan
lingkungan hidup, dan citra pemerintahan yang buruk semakin menambah
eskalasi dampak yang ditimbulkannya.
Berdasarkan Laporan Bank Dunia (2015), Indonesia dikategorikan sebagai
negara yang memiliki hutang luar negeri sangat besar dan tingkat kesenjangan
ekonomi yang juga sangat besar. Sehingga Indonesia sangat rawan dengan gejolak
sosial yang dapat memicu perpecahan bangsa.
Ketidakpercayaan pelaku bisnis pada birokrasi mengakibatkan investor luar
negeri sering mengalihkan modalnya (capital explow) ke luar negeri berpihak ke
negara-negara yang dianggap memiliki iklim lebih baik. Kondisi seperti ini
akhirnya merugikan perekonomian dengan segala aspeknya di negara ini.
Pemerintah Indonesia telah berusaha keras untuk memerangi korupsi dengan
berbagai cara. KPK sebagai lembaga independen yang secara khusus menangani
tindak korupsi, menjadi upaya pencegahan dan penindakan tindak korupsi.
Namun di sisi lain, upaya penindakan membutuhkan pengorbanan dan biaya yang
besar. Belum lagi jika dihitung dari dampak yang ditimbulkan bagi kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Karena perlu adanya upaya memberantas korupsi
yang lebih murah dan efektif yang dapat dijadikan sebagai tindakan preventif dan
berdampak panjang. Seperti pendidikan anti-korupsi dan penanaman nilai-nilai
integritas kepada generasi muda dan CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) yang
mengemban tugas birokrasi dan pelayanan kepada masyarakat .

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. DAMPAK SOSIAL DAN KEMISKINAN


Bagi masyarakat miskin korupsi mengakibatkan dampak yang luar biasa dan
saling bertaut satu sama lain. Pertama, dampak langsung yang dirasakan oleh
orang miskin yakni semakin mahalnya jasa berbagai pelayanan publik, rendahnya
kualitas pelayanan, dan pembatasan akses terhadap berbagai pelayanan vital
seperti air, kesehatan, dan pendidikan. Kedua, dampak tidak langsung terhadap
orang miskin yakni pengalihan sumber daya milik publik untuk kepentingan
pribadi dan kelompok, yang seharusnya diperuntukkan guna kemajuan sektor
sosial dan orang miskin, melalui pembatasan pembangunan. Hal ini secara
langsung memiliki pengaruh kepada kemiskinan.

1. Pengentasan Kemiskinan Berjalan Lambat


Jumlah penduduk miskin (hidup di bawah garis kemiskinan) di Indonesia
pada Maret 2011 mencapai 30,02 juta orang (12,49 persen), turun 1,00 juta orang
(0,84 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2010 yang
sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen). Selama periode Maret 2010-Maret 2011,
penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 0,05 juta orang (dari
11,10 juta orang pada Maret 2010 menjadi 11,05 juta orang pada Maret 201 1),
sementara di daerah perdesaan berkurang sekitar 0,95 juta orang (dari 19,93 juta
orang pada Maret 2010 menjadi 18,97 juta orang pada Maret 2011) (BPS: 1 Juli
2011).
Hasil program pengentasan kemiskinan dirasakan sangat lambat. Hal ini
terjadi karena lemahnya koordinasi, pendataan, pendanaan dan lembaga. Karena
kemiskinan itu sendiri yang pada akhirnya akan membuat masyarakat sulit untuk
mendapatkan akses ke lapangan kerja yang disebabkan latar belakang pendidikan,
sedangkan untuk membuat pekerjaan sendiri banyak terkendala oleh kemampuan,
masalah teknis dan pendanaan.

2
2. Terbatasnya Akses Bagi Masyarakat Miskin
Korupsi yang telah menggurita dan terjadi di setiap aspek kehidupan
mengakibatkan high-cost economy, di mana semua harga-harga melambung tinggi
dan semakin tidak terjangkau oleh rakyat miskin. Kondisi ini mengakibatkan
rakyat miskin semakin menjerit.
Harga bahan pokok seperti beras, gula, minyak, susu dan sebagainya saat ini
sangat tinggi. Kondisi ini mengakibatkan malnutrisi bagi anak-anak dan balita.
Untuk mendapatkan bahan pokok ini rakyat miskin harus mengalokasikan
sejumlah besar uang dari sedikit pendapatan yang dimilikinya.
Rakyat miskin tidak bisa mengakses jasa dengan mudah seperti: pendidikan,
kesehatan, rumah layak huni, informasi, hukum dsb. Rakyat miskin lebih
mendahulukan mendapatkan bahan pokok untuk hidup dari pada untuk sekolah.
Kondisi ini akan semakin menyudutkan rakyat miskin karena mengalami
kebodohan. Dengan tidak bersekolah, maka akses untuk mendapatkan pekerjaan
yang layak menjadi sangat terbatas, yang pada akhirnya rakyat miskin tidak
mempunyai pekerjaan dan selalu dalam kondisi yang miskin seumur hidup.

3. Meningkatnya Angka Kriminalitas


Dampak korupsi, tidak diragukan lagi dapat menyuburkan berbagai jenis
kejahatan dalam masyarakat. Melalui praktik korupsi, sindikat kejahatan atau
penjahat perseorangan dapat leluasa melanggar hukum, menyusupi berbagai
organisasi negara dan mencapai kehormatan. Akhir-akhir ini dengan maraknya
begal, penjambretan dan perampokan yang merjalela sebagai bukti bahwa korupsi
telah berdampak luas bagi keamanan nasional akibat semakin banyaknya
pengangguran di republik ini.
Menurut Transparency International, terdapat pertalian erat antara korupsi dan
kualitas serta kuantitas kejahatan. Rasionya, ketika korupsi meningkat, angka
kejahatan yang terjadi juga meningkat. Sebaliknya, ketika korupsi berhasil
dikurangi, maka kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum juga
meningkat. Jadi bisa dikatakan, mengurangi korupsi dapat juga secara tidak
langsung mengurangi kejahatan lain dalam masyarakat.

3
Soerjono Soekanto menyatakan bahwa penegakan hukum di suatu negara
selain tergantung dari hukum itu sendiri, profesionalisme aparat, sarana dan
prasarana, juga tergantung pada kesadaran hukum masyarakat. Memang secara
ideal, angka kejahatan akan berkurang jika timbul kesadaran masyarakat. Kondisi
ini hanya terwujud jika tingkat kesadaran hukum dan kesejahteraan masyarakat
sudah memadai.

4. Menurunnya Solidaritas Sosial dan Demoralisasi


Korupsi yang begitu masif yang terjadi membuat masyarakat merasa tidak
mempunyai pegangan yang jelas untuk menjalankan kehidupannya sehari-hari.
Kepastian masa depan yang tidak jelas serta himpitan ekonomi yang semakin kuat
membuat sifat kebersamaan dan kegotong-royongan yang selama ini semakin
pudar.
Masyarakat semakin lama menjadi semakin individualis yang hanya
mementingkan dirinya sendiri dan keluarganya saja. Mengapa masyarakat
melakukan hal ini dapat dimengerti, karena memang sudah tidak ada lagi
kepercayaan kepada pemerintah, sistem, hukum bahkan antar masyarakat sendiri.
Orang semakin segan membantu sesamanya yang terkena musibah atau
bencana, karena tidak yakin bantuan yang diberikan akan sampai kepada yang
membutuhkan. Di sisi lain partai-partai politik berlomba-lomba mendirikan
posko bantuan yang tujuan utamanya adalah mencari dukungan suara dari
masyarakat yang terkena bencana, bukan secara tulus meringankan penderitaan .
Solidaritas yang ditunjukkan adalah solidaritas palsu. Sudah tidak ada lagi
keikhlasan, bantuan yang tulus, solidaritas yang jujur apa adanya. Kondisi ini
akan menciptakan demoralisasi, kemerosotan moral dan akhlak khususnya bagi
generasi muda yang terus menerus terpapar oleh kepalsuan yang ditunjukkan oleh
para elit politik, pejabat, penegak hukum, artis dan publik pigur lainnya yang
setiap hari menghiasi berbagai media.

4
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Telah menjadi suatu kenyataan bahwa korupsi memang memperparah dan
mendorong terjadinya kemiskinan, namun polanya tidak sederhana, melainkan
kompleks karena meliputi berbagai faktor dalam perekonomian dan tatakelola
pemerintahan. Dengan temuan-temuan ini, dapat dikatakan bahwa berbagai
program transparansi anggaran serta anti-korupsi yang dipersiapkan secara
matang untuk menyentuh isu-isu ekonomi, pelayanan publik dan kepercayaan
terhadap pemerintah tak hanya akan berdampak pada berkurangnya korupsi, tapi
juga kemiskinan.
Korupsi merupakan suatu bentuk patologi sosial yang bertentangan dengan
etika moral, hukum dan agama. Korupsi dapat membawa dampak negatif yang
cukup luas dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Upaya penanggulangan atau pemberantasan terhadap korupsi dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu pencegahan dan penindakan. Upaya pencegahan
adalah mencakup keseluruhan usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
korupsi, baik dilakukan melalui pendidikan maupun pengawasan. Sedangkan
upaya penindakan adalah usaha yang dilakukan untuk menindak pelaku korupsi
sesuai ketentuan hukum yang berlaku serta menyelamatkan keuangan negara.
Upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan selama ini masih cenderung
ke arah penindakan dan masih kurang pada upaya pencegahan. Untuk itu, upaya
pemberantasan korupsi hendaknya lebih banyak diarahkan pada upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya kalangan pegawai negeri sipil,
organisasi kepemudaan dan keagamaan untuk berperilaku anti korupsi dan malu
melakukan korupsi. Sehingga dapat tercipta masyarakat (aparatur negara) yang
bebas korupsi. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui penataran atau
penyuluhan, seminar, loka karya dan sebagainya secara berkesinambungan. Untuk
itu dukungan pemerintah dan semua pihak sangat diperlukan.

5
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/12324455/7_DAMPAK_MASIF_KORUPSI
Waluyo, Joko. Analisis Hubungan Kausalitas antara Korupsi, Pertumbuhan
Ekonomi, dan Kemiskinan : Suatu Studi Lintas Negara. Buletin Ekonomi
Vol. 8, No. 2, Agustus 2010
Tuturoong, .Wandy N. Hubungan antara Korupsi dan Kemiskinan.
Transparency International of Indonesia.

You might also like