You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang
Poros adalah merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap
mesin.Hampir semua mesin merupakan tanaga bersama-sama dengan putaran.
Poros berfungsi untuk meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Setiap
elemen mesin yang berputar, seperti cakara tali, puli sabuk mesin, piringan kabel,
tromol kabel, roda jalan dan roda gigi, dipasang berputar terhadap poros dukung
yang tetap atau dipasang tetap pada poros dukung yang berputar. Contohnya
sebuah poros dukung yang berputar, yaitu poros roda keran pemutar gerobak.

Poros juga mengalami kegagalan sebagai berikut, tidak terdapat deformasi plastis,
bidang patahan tegak lurus sumbu poros dan bidang patahan tertutup oleh oksida
yang berwarna kebiruan hingga kecoklatan. Untuk mengetahui penyebab
kegagalan dan spesifikasi material dilakukan serangkaian pengujian, yaitu :
analisa komposisi kimia, kekerasan, metalografi dan fraktografi.
Untuk mengatasi kegagalan yang terjadi poros dilakukan perancangan yang baik
seperti dalam perancangan poros perlu memperhatikan beberapa faktor, misalnya :
kelelahan, tumbukan dan pengaruh konsentrasi tegangan bila menggunakan poros
bertangga ataupun penggunaan alur pasak pada poros tersebut. Poros yang
dirancang tersebut harus cukup aman untuk menahan beban-beban tersebut
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan poros antara lain:
1. Kekuatan Poros
2. Kekakuan Poros
3. Putaran kritis
4. Korosi
5. Beban Poros

1.2 Tujuan

1
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui fungsi dan kegunaaan pada poros
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pada poros.
3. Untuk mengetahui cara perawatan pada poros

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dalam membuat makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui fungsi dan kegunaaan pada poros
2. Dapat mengetahui jenis-jenis pada poros,hal-hal yang harus
diperhatikan,serta kegagalan yang terjadi
3. Dapat mengetahui cara perawatan pada poros

1.4 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan yang digunakan pada perancangan poros
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian Bab I berisi tentang latar belakang,tujuan,manfaat dan
sitematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Pada bagian Bab II berisi tentang pengertian poros,fungsi,pemasangan dan
konsentrasi tegangan,perancangan poros,defleksi poros,pasak (key) dan alur
pasak(key way),kecepatan kritis pada poros,cara perawatan poros,jenis-jenis
poros,dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam perancangan poros.
BAB III METODOLOGI
Pada bagian Bab III berisi tentang studi kasus
BAB IV PENUTUP
Pada bagian Bab IV berisi kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II
DASAR TEORI

2
2.1 Pengertian Poros
Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang
bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel,
engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban
lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-
sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya ,sedangkan poros transmisi
(transmission shaft) atau sering hanya disebut poros (shaft) digunakan pada mesin
rotasi untuk mentransmisikan putaran dan torsi dari satu lokasi ke lokasi yang
lain. Poros mentransmisikan torsi dari driver (motor atau engine) ke driven.
Komponen mesin yang sering digunakan bersamaan dengan poros adalah
roda gigi, puli dan sproket. Transmisi torsi antar poros dilakukan dengan pasangan
roda gigi, sabuk atau rantai. Poros bisa menjadi satu dengan driver, seperti pada
poros motor dan engine crankshaft, bisa juga poros bebas yang dihubungkan ke
poros lainnya dengan kopling.Sebagai dudukan poros, digunakan bantalan.[1]

2.2.Fungsi
Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga bersama-sama
dengan putaran. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakara tali, puli sabuk
mesin, piringan kabel, tromol kabel, roda jalan dan roda gigi, dipasang berputar
terhadap poros dukung yang tetap atau dipasang tetap pada poros dukung yang
berputar. Contohnya sebuah poros dukung yang berputar, yaitu poros roda keran
pemutar gerobak.

2.3Pemasangan dan Konsentrasi Tegangan


Untuk mengakomodasi pemasangan komponen seperti bantalan, sproket,
roda gigi dan lain-lain, poros dibagi menjadi beberapa step dengan diameter yang
berbeda.Dapat dilihat pada gambar 2.1

3
Gambar 2.1 Berbagai Macam Cara Pemasangan Komponen Pada Poros[5]

Pasak (key), snap ring dan cross pin berfungsi untuk mengamankan posisi elemen
mesin yang terpasang untuk bisa mentransmisikan torsi dan untuk mengunci
elemen mesin tersebut pada arah aksial. Pemasangan komponen pada poros dan
adanya step akan mengakibatkan terjadinya konsentrasi tegangan.
Penggunaan pasak dan pin untuk menahan elemen mesin bisa digantikan dengan
memanfaatkan gesekan.
Taper pin standar juga sering digunakan untuk memasang elemen mesin
pada poros, seperti untuk memasang sheave pada gambar 2.1. Pin ini terpasang
pada lubang dan dikunci dengan memanfaatkan gesekan antara permukaan pin
dengan permukaan lubang. Pemasangan taper pin harus di tempat dimana momen
bendingnya kecil, untuk menghindari konsentrasi tegangan.Rolling element
bearing. Dibutuhkan step pada poros untuk menahan bearing. Snap ring
digunakan untuk mencegah pergerakan aksial poros terhadap bearing.Keuntungan
penggunaan pasak adalah mudah untuk dipasang dan ukurannya telah
distandarkan berdasar diameter poros. Pasak juga terpasang pada lokasinya secara
akurat (phasing), mudah dilepas dan diperbaiki. Kekurangan penggunaan pasak
adalah tidak bisa menahan pergerakan aksial dan memungkinkan terjadinya
backlash, karena adanya clearance antara pasak dengan poros.

2.4.Perancangan Poros
Tegangan dan defleksi adalah parameter yang harus diperhatikan pada
perancangan poros. Defleksi sering menjadi parameter kritis, karena defleksi yang
besarakan mempercepat keausan bantalan dan mengakibatkan terjadinya
misalignment pada roda gigi, sabuk dan rantai. Tegangan pada poros bisa dihitung
hanya pada posisi tertentu yang ditinjau dengan mengetahui beban dan
penampang poros. Tetapi, untuk menghitung defleksi yang terjadi, harus diketahui
terlebih dahulu geometri seluruh bagian poros. Sehingga dalam merancang poros,
pertama kali yang dilakukan adalah berdasar tegangan yang terjadi, baru

4
kemudian menghitung defleksi berdasar geometri yang telah ditentukan.
Perancangan poros juga dipengaruhi hubungan frekuensi pribadi poros (pada
pembebanan bending dan torsi) terhadap frekuensi pembebanan terhadap waktu.
Jika frekuensi pembebanan mendekati frekuensi pribadi poros, akan terjadi
resonansi, sehingga timbul getaran, tegangan dan defleksi yang besar.
Adapun aturan umum perancangan poros adalah sebagai berikut:
a) Untuk meminimalisasi defleksi dan tegangan, poros diusahakan sependek
mungkin dan meminimalisasi keadaan overhang.
b) Sebisa mungkin menghindari susunan batang kantilever, dan
mengusahakan tumpuan sederhana,kecuali karena tuntutan
perancangan.Hal ini karena batang kantilever akan terdefleksi lebih besar.
c) Poros berlubang mempunyai perbandingan kekakuan dengan massa
(kekakuan spesifik) lebih baik dan frekuensi pribadi lebih besar dari pada
poros pejal,tetapi harganya akan lebih mahal dan diameter akan lebih
besar.
d) Usahakan menghindarkan kenaikan tegangan pada lokasi momen bending
yang besar jika memungkinkan dan meminimalisasi efeknya dengan cara
menambahkan fillet dan relief.
e) Jika tujuan utamanya adalah meminimalisasi defleksi, baja karbon rendah
baik untuk digunakan karena kekakuannya setinggi baja dengan harga
yang lebih murah dan pada poros yang dirancang untuk defleksi, tegangan
yang terjadi cenderung kecil.
f) Defleksi pada roda gigi yang terpasang pada pada poros tidak boleh
melebihi 0.005 inch dan slope relatif antar sumbu roda gigi harus kurang
dari 0.03.
g) Jika digunakan plain bearing, defleksi poros pada arah sepanjang bantalan
harus kurang dari tebal lapisan oli pada bantalan.
h) Jika digunakan non-self-alligning rolling element bearing, defleksi sudut
poros pada bantalan harus dijaga kurang dari 0.04.
i) Jika terjadi gaya aksial, harus digunakan paling tidak sebuah thrust
bearing untuk setiap arah gayanya. Jangan membagi gaya aksial pada
beberapa thrust bearing karena ekspansi termal pada poros akan
mengakibatkan overload pada bantalan. Frekuensi pribadi pertama poros
minimal tiga kali frekuensi tertinggi ketika gaya terbesar yang diharapkan

5
terjadi pada saat operasi. Semakin besar akan semakin baik, tetapi akan
semakin sulit untuk dicapai.[1]

2.5 Defleksi Poros


Poros adalah beam yang terdefleksi secara transversal dan batang torsi
yang terpuntir.Poros sebagai beam dirumuskan:
M D2 Y
b EI = DX 2 .............................................................................................(2.1).

Keterangan:
Beam (y) dihitung dengan mengintegralkan dua kali persamaan dimana E adalah
modulus Young, I adalah momen inersia beam. Hal yang harus diperhatikan
adalah adanya step, yang mengakibatkan adanya variasi penampang pada arah
memanjangnya. Poros sebagai batang torsi .Kebanyakan poros berpenampang
bulat. Defleksi sudut (radian) untuk poros dengan panjang l, modulus geser G,
momen inersia polar J, dan torsi T adalah

TI
= GJ ................................................................................................................

(2.2)

maka konstanta pegas torsionalnya

T GJ
kt = = I

.............................................................................................................(2.3)

2.6 Pasak (Key) dan Alur Pasak (Key Way)


Menurut ASME, definisi pasak adalah demountable elemen mesin yang
ketika dipasang pada alurnya, mempunyai kegunaan untuk mentransmisikan torsi
antara poros dan hub. Standar pengelompokan pasak berdasarkan bentuk dan
dimensinya. Pasak paralel berpenampang segi empat dengan tinggi dan lebar
konstan pada arah memanjang. Pasak miring mempunyai lebar konstan dengan

6
tinggi bervariasi secara linier pada arah memanjang dengan kemiringan 1/8 inch
per foot dan dipasang pada alur miring sampai terkunci. Ada 2 macam pasak
miring, yaitu pasak miring tanpa kepala dan dengan kepala gib. Pasak woodruff
berbentuk setengah lingkaran dengan lebar konstan, dipasang pada alur pasak
yang juga berbentuk setengah lingkaran. Pasak miring bisa langsung mengunci
gerakan aksial, sedangkan pada pasak paralel atau woodruff, perlu ditambahkan
alat untuk mengunci, seperti retaining ring atau clamp collar.Dapat dilihat pada
Gambar 2.2

Gambar 2.2 Macam pasak [5]

2.6.1 Pasak Paralel (Parallel Keys)


Pasak jenis ini paling sering digunakan. ANSI mendefinisikan dimensi
penampang dan kedalaman alur pasak sebagai fungsi diameter poros di mana alur
pasak berada. Pasak yang digunakan untuk poros diameter kecil ditunjukkan pada
tabel 2.1. Setengah bagian pasak paralel dipasang masuk pada poros dan setengah
sisanya dipasang pada hubungan.Dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Standar USA untuk Pasak dan Dimensi Setscrew untuk Poros[1]

7
Pasak paralel biasanya dibuat dari batang yang diroll dingin dengan toleransi
negatif(dimensi sebenarnya selalu lebih kecil dari dimensi nominal). Pada
pembebanan torsi alternating, dengan torsi positif ke negatif tiap siklusnya, suaian
pasak harus diperhatikan.Adanya clearance akan mengakibatkan backlash dan
beban impak. Untuk menghilangkan efek backlash, digunakan setscrew (skrup
pengencang) dan dipasang pada hub, 90 terhadap pasak. Setscrew ini akan
menahan pergerakan hub secara aksial dan menghindarkan pasak dari backlash.
Untuk mencegah terpuntirnya pasak karena adanya defleksi pada poros,panjang
pasak harus lebih kecil dari 1.5 kali diameter poros. Jika diinginkan lebih
kuat,bisa digunakan 2 buah pasak.Pasak Miring (Tapered Keys)

Lebar pasak miring untuk diameter tertentu sama dengan pasak paralel.
Kemiringan dan dimensi kepala gib distandarkan. Kemiringan dimanfaatkan
sebagai pengunci terhadap gerakan aksial dengan memanfaatkan adanya gesekan
antar permukaan. Kepala gib digunakan untuk melepas pasak dengan cara
menariknya ketika tidak dimungkinkan mendorong bagian pasak yang kecil,
karena tidak bisa dijangkau.Karena pemasangan pasak miring pada satu sisi,
sehingga terjadi clearance pada satu sisi, maka dimungkinkan terjadinya
eksentrisitas antara hub dan pasak.Pasak Woodruff (Woodruff Keys).
Pasak jenis ini digunakan pada poros ukuran kecil dan self-aligning, sehingga
sering digunakan pada poros miring. Pemasangan pasak jenis ini pada hub sama
seperti pasak paralel, yaitu setengah bagiannya. Bentuk setengah lingkaran
memungkinkan pasak masuk lebih dalam pada alur pasak, sehingga akan lebih
sulit untuk terguling, tetapi lebih lemah jika dibandingkan dengan pasak paralel.
Lebar pasak woodruff adalah fungsi diameter poros, seperti pada pasak paralel.
Standar yang sering digunakan adalah standar ANSI. Pada standar ANSI,
digunakan penomororan pasak untuk tiap ukuran. Diameter pasak nominal
ditunjukkan oleh 2 digit terakhir dibagi 8 (dalam inch). Lebar pasak nominal
ditunjukkan oleh digit yang mendahului 2 digit terakhir dibagi 32 (dalam inch).
Contohnya, pasak nomor 808,diameter nominalnya adalah 8/8=1 inch, lebarnya
adalah 8/32=1/4 inch.Dapat dilihat pada Tabel 2.2

8
Tabel 2.2 Standar ANSI untuk pasak woodruff

2.6.2 Tegangan pada Pasak


Ada dua macam kegagalan pada pasak, yaitu geser dan bearing.
Kegagalan geser terjadi ketika pasak dibebani geser pada bidang yang sejajar
bidang pertemuan antara poros dan hub. Kegagalan bearing terjadi karena
penekanan pada kedua sisi pasak.
Kegagalan geser Tegangan karena beban geser langsung :

F
xy=
Ashear
.
...................................................................................................(2.4)

F adalah gaya yang bekerja, Ashear adalah perkalian antara lebar (w) dengan
panjang (L)pasak. Gaya yang bekerja pada pasak adalah hasil bagi torsi dengan
jari-jari.
T 2T
F= d /2 = d .....................................................................................................

.(2.5)

shear =
A wL.....................................................................................................

(2.6)

Pada pembebanan dengan torsi konstan terhadap waktu, faktor keamanannya


adalah perbandingan tegangan geser dengan kekuatan yield material

9
S sy
xy
N s .........................................................................................................(2.7)

dimana Ssy adalah tegangan geser yang diijinkan, Ns faktor


keamanan, dan

av = S ys =0,40 S y ...........................................................................................

..(2.8)

dimana Sy adalah kekuatan yield.Pada pembebanan dengan torsi yang berubah


terhadap waktu, pasak akan gagal karena
fatigue. Faktor keamanan dicari dengan menghitung tegangan geser rata-rata dan
alternating, menghitung tegangan von misses rata-rata dan alternating. Kemudian
digunakan diagram Goodman yang dimodifikasi.
Kegagalan bearing Tegangan bearing :

F
y=
Abearing ...................................................................................................(2.9)

F adalah gaya yang bekerja, Abearing adalah luasan kontak antara sisi pasak
dengan poros atau hub. Untuk pasak paralel, Abearing adalah perkalian panjang
pasak (L) dengan setengah tingginya (h/2).Tegangan bearing dihitung dengan
gaya maksimal, baik gaya konstan maupun berubah terhadap waktu. Karena
tegangan tekan tidak mengakibatkan kegagalan fatigue,pembebanan adalah statik.
Faktor keamanan adalah perbandingan antara tegangan bearing maksimal dengan
kekuatan yield material untuk tekan.
A bearing =Lh/2.................................................................................................

(2.10)

S yc
y
N s ............................................................................................................

(2.11)

dengan Syc adalah tegangan normal yang diijinkan

10
av = S ys =0.90 S y ..........................................................................................

.....(2.12)

2.6.3 Material Pasak


Karena beban pasak adalah geser, maka digunakan material ulet dan lunak.
Baja karbon rendah adalah material yang sering digunakan. Untuk keadaan
korosif, digunakan kuningan atau stainless steel.Perancangan pasak diameter
poros di mana alur pasak berada mempengaruhi lebar pasak, tinggi pasak juga
dipengaruhi oleh lebar pasak. Sehingga variabel perancangan yang digunakan
adalah panjang dan jumlah pasak tiap hub-nya. Panjang pasak paralel dan miring
bisa sama dengan panjang hub. Untuk lebar pasak woodruff tertentu, terdapat
beberapa diameter dan menentukan panjang masuknya pasak pada hub. Semakin
besar diameter pasak woodruff, semakin dalam alur pasak, sehingga poros
semakin lemah. Kalau dibutuhkan 2 buah, pasak kedua bisa ditambahkan pada
posisi 90 dari pasak pertama. Jika terjadi overload beban, pasak dirancang
supaya gagal terlebih dahulu sebelum alur pasak atau bagian lain dari poros gagal.
Pasak berperan sebagai pengaman untuk melindungi bagian yang lebih mahal
karena pasak relatif lebih murah dan mudah untuk diganti. Hal ini menjadi alasan
kenapa material pasak dipilih ulet dan lunak dengan kekuatan lebih rendah
dibanding dengan material poros.
Konsentrasi Tegangan pada Alur Pasak Pasak memiliki sisi relatif tajam
(jari-jari<0.02 inch), sehingga alur pasak juga demikian, dan mengakibatkan
adanya konsentrasi tegangan pada alur pasak.Dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Macam alur pasak pada poros[1]

11
Dari percobaan yang dilakukan oleh Peterson pada alur pasak end-milled,
didapat kurva konsentrasi tegangan untuk pembebanan bending dan torsi pada
poros.Dapat dilihat pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Faktor konsentrasi tegangan pada alur pasak dengan ujung di freis
pada pembebanan bending(Kt) dan torsi (Kts) [1]

2.7 Poros Bintang (Spline)


Spline digunakan pada poros dengan beban torsi yang tidak mampu lagi
ditahan oleh pasak. Spline adalah poros dengan pasak terintegrasi, yaitu kontur
bergerigi pada bagian luar poros dan bagian dalam hub. Penampang spline jaman
dahulu berbentuk kotak, saat ini digunakan spline berpenampang involut. Profil
involut biasanya digunakan pada roda gigi. Cara yang digunakan untuk membuat
profil involut pada spline adalah sama dengan cara yang digunakan pada
pembuatan profil roda gigi. Kelebihan digunakannya profil involut adalah lebih
kuat dan konsentrasi tegangan yang akan terjadi akan lebih kecil dibanding
dengan profil kotak.Dapat dilihat pada gambar 2.5

Gambar 2.5 Geometri Spline Involut[1]

SAE menstandarkan bentuk gigi involut dan kotak pada spline, sedangkan ANSI

12
menstandarkan spline involut. Standar spline involut mempunyai sudut tekan 30
dan setengah kedalaman standar gigi roda gigi. Ukuran gigi didefinisikan sebagai
rasio antara pitch diametral (lebar gigi) dengan kedalaman gigi (dua kali besar
pitch diametral). Pitch diametral standar adalah 2.5, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 12, 16, 20,
24, 32, 40, dan 48. Spline standar mempunyai 6 sampai 25 gigi. Root spline bisa
berbentuk datar atau fillet Keuntungan pemakaian spline adalah kekuatan
maksimal pada root gigi, keakuratan bentuk gigi karena digunakannya alat potong
standar, dan finishing pada permukaan baik karena digunakannya proses
pemotongan dengan roda gigi standar, sehingga tidak perlu dilakukan
penggerindaan. Keuntungan utama penggunaan spline dibanding pasak adalah
kemampuannya dengan clearance yang cukup untuk mengakomodasi pergerakan
aksial yang besar antara poros dan hub dengan tetap mentransmisikan torsi.
Penggunaan spline adalah untuk menghubungkan poros transmisi output pada
poros engine pada mobil dan truk ketika pergerakan suspensi mengakibatkan
pergerakan
aksial antara keduanya. Spline juga digunakan pada transmisi truk nonotomatis
dan nonsinkron untuk menghubungkan roda gigi yang bisa dipindah secara aksial
pada porosnya. Beban pada spline biasanya adalah torsi murni, baik steady
maupun berfluktuasi.
Tetapi tetap ada kemungkinan terjadinya superposisi beban torsi dengan
bending. Untuk itu rancangan yang baik harus dilakukan dengan momen bending
sekecil mungkin. Yaitu dengan menempatkan bantalan pada posisi yang tepat,
sehingga kantilever spline sependek mungkin. Kegagalan yang terjdai pada spline
adalah kegagalan bearing dan geser.Biasanya kegagalan geser adalah sebagai
pembatas. Idealnya, panjang spline (l) adalah hanya sepanjang yang dibutuhkan
untuk mencapai kekuatan geser pada gigi sama dengan kekuatan geser torsional
meterial poros. Jika spline dibuat sempurna tanpa variasi pada tebal gigi dan jarak
antar gigi, maka semua gigi akan menerima beban yang besarnya sama. Tetapi
pada kenyataannya, keadaan ini tidak akan dicapai karena adanya toleransi
pembuatan. SAE menyatakan pada prakteknya, karena ketidakakuratan
pada bentuk dan jarak antar gigi, pada 25% gigi terjadi kontak, sehingga formula
pendekatan untuk panjang poros dengan spline adalah:

13
4
1di 4 / dr


I= .............................................................................................(2.13)
3
dr

dengan dr adalah diameter root spline luar, di adalah diameter dalam poros
berongga (jika ada), dp adalah diameter pitch spline, yaitu kuran lebih pada
bagian tengah gigi. Variabel l
menunjukkan panjang gigi spline sebenarnya yang berpasangan dengan gigi
spline yang lainnya, dan merupakan harga minimum untuk mendapatkan kekuatan
pada gigi untuk diameter poros ekivalen.
Tegangan geser dihitung pada diameter pitch spline, dengan luasan geser :

d pl
A shear
= 2 ....................................................................................................

.(2.14)

Besarnya tegangan geser dihitung berdasar asumsi SAE, yaitu hanya 25% gigi

4F
=
yang sebenarnya mendapat beban pada satu waktu, sehingga : A shear =

4T 8T 16 T
=
rp A shear = dp A shear d p 2 l .....................................................................

(2.15)
dengan T adalah torsi. Tegangan bending pada spline juga harus diperhitungkan.
Jika beban torsi murni dan statik, maka tegangan geser hasil perhitungan
dibandingkan dengan kekuatan yield geser material spline untuk mendapatkan
faktor keamanan. Tetapi jika bebannya berfluktuasi, atau terdapat beban bending,
maka tegangan yang terjadi harus diubah menjadi tegangan tarik ekivalen von
Misses, kemudian dibandingkan dengan kriteria kekuatan yang sesuai dengan
menggunakan diagram Goodman yang dimodifikasi.

14
2.8 Poros bintang
Cara lain yang sering digunakan untuk menghubungkan poros dengan hub
adalah dengan menggunakan suaian tekan (press fit) atau suaian kerut (shrink fit)
atau disebut juga suaian interferensi (interference fit). Suaian Press didapat
dengan cara membuat diameter lubang hub sedikit lebih kecil dari pada
poros.Dapat dilihat pada Gambar 2.6

Gambar 2.6 Suaian Interferensi

2.9. Kecepatan Kritis pada Poros


Setiap sistem dengan elemen yang menyimpan energi akan mempunyai
frekuensi pribadi tertentu. Setiap massa yang bergerak selalu menyimpan energi
kinetik dan setiap pegas selalu menyimpan energi potensial. Setiap elemen mesin
dibuat dari material elastis yang berperan sebagai pegas. Setiap elemen yang
mempunyai massa dan mempunyai kecepatan, akan mempunyai energi kinetik.
Ketika sistem dinamik bergetar, maka terjadi perubahan energi potensial menjadi
kinetik atau sebaliknya. Poros termasuk elemen mesin jenis ini, berputar dengan
kecepatan tertentu dan terdefleksi secara torsional dan bending.
Jika elemen mesin dibebani beban dinamik, maka poros tersebut akan
bergetar. Jika diberi beban transien, maka elemen mesin tersebut akan bergetar
pada frekuensi pribadinya, dan disebut getaran bebas. Getaran bebas akan berhenti
karena adanya redaman dalam sistem. Elemen mesin yang diberi beban dinamik,
seperti beban sinusoidal, akan bergetar terus pada frekuensi pembebanan. Jika
frekuensi pembebanan terjadi bertepatan dengan frekuensi pribadi elemen mesin
tersebut, maka amplitudo respon getaran akan lebih besar daripada amplitude
pembebanan. Elemen mesin disebut mengalami resonansi. menunjukkan

15
amplitudo respon getaran paksa, menunjukkan amplitudo respon getaran self-
excited sebagai fungsi rasio frekuensi pembebanan dengan frekuensi pribadi
sistem. Ketika rasionya bernilai 1, terjadi resonansi. Semakin besar redaman (),
semakin kecil amplitudo yang terjadi. Frekuensi pribadi disebut juga frekuensi
kritis atau kecepatan kritis. Sistem yang bergetar pada frekuensi pribadinya harus
dihindari karena akan mengakibatkan defleksi besar dan akan terjadi tegangan
yang besar sehingga komponennya akan lebih cepat rusak. Sistem yang terdiri
massa diskrit yang terhubung pada elemen pegas diskrit akan mempunyai
beberapa frekuensi pribadi sebanyak jumlah derajat kebebasan kinematiknya.
Sistem kontinum seperti poros disusun dari tak hingga partikel, tiap partikel bisa
bergerak elastis terhadap partikel terdekatnya. Sehingga sistem kontinum
mempunyai tak hingga frekuensi pribadi. Pada kedua sistem, frekuensi pribadi
paling rendah atau disebut frekuensi pribadi fundamental biasanya yang harus
diperhatikan.Dapat dilihat pada Gambar 2.7

Gambar 2.7 Respon sistem dengan derajat kebebasan satu [1]

Frekuensi pribadi bisa dinyatakan dalam bentuk frekuensi putar (n) dalam rad
persekon atau rpm ,dan frekuensi linear (fn) dalam hertz (Hz).

n=
k
m rad/s............................................................................................(2.16)

1
Fn= 2 k
m Hz................................................................................................

(2.17)

dengan k adalah konstanta pegas sistem dan m adalah massanya. Frekuensi sistem

16
suatu sistem sekali dibangun, tidak akan berubah, kecuali jika massa atau
kekakuannya berubah. Persamaan 2.16 dan 2.17 berlaku untuk sistem yang tidak
teredam. Redaman akan merubah besarnya frekuensi pribadi sistem.
Perancangan dilakukan dengan frekuensi pembebanan dibawah frekuensi pribadi
pertama sistem. Semakin besar perbedaannya semakin baik, biasanya digunakan
perbedaan 3 sampai 4 kalinya. Pada beberapa kasus, frekuensi sistem tidak bisa
dibuat lebih besar dari frekuensi putaran poros. Jika sistem tersebut bisa
dipercepat melewati resonansi, sehingga amplitudo getaran belum sempat
membesar, maka sistem tersebut bisa bekerja di atas frekuensi pribadinya.
Contohnya adalah turbin dan generator pada pembangkit listrik.
Ada 3 macam getaran pada poros, yaitu :
a. Getaran lateral
b. Whirl pada poros
c. Getaran torsional [2]

2.10 Cara perawatan poros

A.Penanganan Poros Panjang


Untuk perawatan penanganan poros panjang atau poros engkol.Dapat dilihat pada
Gambar 2.8

Gambar 2.8 Poros Panjang [4]

Ketentuan yang harus dipatuhi atau dilaksanakan dalam pengangkutan poros


panjang adalah sebagai berikut :
1. Berat poros harus diketahui
2. Material poros harus diidentifikasi (dengan pemberian warna untuk bahan
tertentu)

17
3. Dijaga dari kerusakan alat-alatnya dan kecelakaan

Dalam pemindahan poros permukaan poros yang berhubungan dengan sling harus
dilindungi dengan bahan pelindung.

B.Pemeriksaan Kelurusan Poros


Pemeriksaan kelurusan, bengkoknya poros disebabkan keausan pada bearing
dan kopling.
1.Dengan menggunakan fuler gauge
a) Dilakukan dengan memsukan fuler gauge pada celah antara surface flate
dengan poros
b) Bila tidak ada celah antara poros dengan surface flate berarti poros dengan
keadaan baik
2.Menggunakan daun senter
a) Dengan menggunakan kapur, dengan memutar poros yang dipasangkan pada
2 bh senter, bila sebagian permukaan poros kena kapur berarti poros sudah
mengalami beanding
b) Dengan menggunakan dial indikator,dilakukan dengan cara yang sama denagn
yang diatas tapi kebengkokkan poros dapat dilihat dari pergeseran jarum pada
deal indikator
3. Dengan menggunkan vee block
Caranya dengan menempatkan poros pada 2 vee block yang dijempitkan
pada meja perata, kemudian tempatkan dial indikator pada permukaan poros dan
putar poros. Perhatikan posisi dial indikator, pergerkan jarum indikator
menunjukan kondisi poros.

2.11 Jenis-jenis poros


A. Jenis poros berdasarkan pembebanannya

a. Poros transmisi (transmission shafts).Dapat dilihat pada Gambar 2.9

18
Gambar 2.9 Poros Transmisi[5]

Poros transmisi lebih dikenal dengan sebutan shaft. Shaft akan mengalami
beban puntir berulang, beban lentur berganti ataupun kedua-duanya. Pada shaft,
daya dapat ditransmisikan melalui gear, belt pulli, sprocket rantai, dll.

b. Gandar.
Dapat dilihat pada Gambar 2.10

Gambar 2.10 Gandar[5]

Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda kereta


barang. Poros gandar tidak menerima beban puntir dan hanya mendapat beban
lentur.
c. Poros spindle.
Dapat dilihat pada Gambar 2.11

Gambar 2.11 poros Spindel[4]

Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatip pendek, misalnya


pada poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya berupa beban puntiran.
Selain beban puntiran, poros spindle juga menerima beban lentur (axial load).

19
Poros spindle dapat digunakan secara efektip apabila deformasi yang terjadi kecil.

B. Jenis poros berdasarkan bentuknya


Adapun jenis poros berdasarkan bentuknya:

a. Poros lurus
b. Poros engkol sebagai penggerak utama pada silinder mesin
Ditinjau dari segi besarnya transmisi daya yang mampu ditransmisikan,
poros merupakan elemen mesin yang cocok untuk mentransmisikan daya yang
kecil hal ini dimaksudkan agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah ( arah
momen putar ).

2.11 Hal-hal yang penting harus diperhatikan dalam perancangan poros:


1. Kekuatan poros
Poros transmisi akan menerima beban puntir (twisting moment), beban
lentur (bending moment) ataupun gabungan antara beban puntir dan lentur.
Dalam perancangan poros perlu memperhatikan beberapa faktor,
misalnya : kelelahan, tumbukan dan pengaruh konsentrasi tegangan bila
menggunakan poros bertangga ataupun penggunaan alur pasak pada poros
tersebut. Poros yang dirancang tersebut harus cukup aman untuk menahan beban-
beban tersebut.
2. kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup aman dalam
menahan pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan
mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas), getaran mesin (vibration)
dan suara (noise) oleh karena itu disamping memperhatikan kekuatan poros,
kekakuan poros juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang
akan ditransmisikan dayanya dengan poros tersebut.
3. Putaran kritis
Bila putaran mesin dinaikan maka akan menimbulkan getaran (vibration)
pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah putaran
normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut
putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar, motor listrik, dll.

20
Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada
poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu
mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari
putaran kritisnya.
4. Korosi
Apabila terjadi kontak langsung antara poros dengan fluida korosif maka
dapat mengakibatkan korosi pada poros tersebut, misalnya propeller shaft pada
pompa air. Oleh karena itu pemilihan bahan-bahan poros (plastik) dari bahan yang
tahan korosi perlu mendapat prioritas utama.
5. Material poros
Poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat
pada umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan
kulit (case hardening) sehingga tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya
adalah baja khrom nikel, baja khrom nikel molebdenum, baja khrom, baja khrom
molibden, dll. Sekalipun demikian, baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan
jika alasannya hanya karena putaran tinggi dan pembebanan yang berat saja.
Dengan demikian perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis proses heat
treatment yang tepat sehingga akan diperoleh kekuatan yang sesuai.[6]

BAB III
METODOLOGI

3.1 Studi Kasus

21
3.1.1 Kegagalan yang terjadi pada poros
A. Informasi Kegagalan Terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan acuan
ketika akan menganalisa jejak terjadinya kegagalan pada suatu komponen
(Brooks.R.C, 2002), diantaranya:
1. Data dan Waktu saat Terjadi Kegagalan Pada tanggal 19 Desember 2010
malam, pompa sentrifugal 107-JC trip (mati) akibat masalah pada
metanator (106 D). Ditemukan bahwa mechanical seal sisi luar pecah.
Bearing sisi luar terbakar karena kemasukan Benfield. Setelah mesin
dibuka, ditemukan sumber permasalahan berupa poros pompa yang
mengalami patah.
2. Lokasi Terjadinya Kegagalan Komponen poros ini merupakan bagian dari
pompa sentrifugal 107-JC, dan berikut merupakan letak terjadinya patah
pada poros tersebut: Dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Lokasi Patahan Shaft di Posisi Keyway Impeller . [7]

B. Data Primer
1. Pemeriksaan Awal dan Pengamatan Makroskopik Langkah awal dalam proses
analisa kegagalan tentu adalah pengamatan patahan secara makro. Pengamatan
makroskopik dilaksanakan dalam dua tahapan yaitu pengamatan makroskopik dari
komponen yang mengalami kegagalan dan pengamatan permukaan patahan dari
sampel material yang diambil. Langkah awal yang harus dilakukan adalah poros
dipotong terlebih dahulu dan diambil bagian patahannya agar lebih mudah untuk
dilakukan proses pengamatan. Dalam hal ini daerah pada poros tersebut yang
memiliki konsentrasi tegangan adalah pada daerah keyway (rumah pasak). Karena
terdapat daerah yang memiliki radius terkecil. Selanjutnya dilakukan pengamatan
lebih lanjut pada permukaan patahan untuk menganalisa daerah penjalaran retakan
dan akhirnya pada daerah akhir patahan. Dapat dilihat pada Gambar 3.2

22
Gambar 3.2 Awal Terjadinya Retakan[7]

Cara yang digunakan untuk mengamati lebih lanjut dari permukaan


patahan tersebut adalah dengan menggunakan stereo microscope untuk melihat
pola patahan yang terjadi. Fungsi dari pengamatan dengan menggunakan stereo
microscope ini adalah untuk memeperjelas hasil pengamatan secara makro dari
hasil analisa sementara awal retakan dan penjalaran retakan pada permukaan
patahan karena alat ini memeiliki perbesaran beragam mulai dari 8x perbesaran
sampai dengan 32x perbesaran. Untuk lebih jelasnya, pola patahan hasil
pengamatan dengan menggunakan stereo microscope tersebut difoto
menggunakan kamera SLR agar dapat dilihat dengan lebih jelas lagi awal patahan
(crack initiation), penjalaran patahan (crack propagation), dan juga akhir patahan
(final rupture).Dapat dilihat pada Gambar 3.3

Gambar 3.3 Awal Terjadinya Retakan Perbesaran 10x [7]

Selanjutnya ditelusuri arah perambatan retakan setelah terjadinya awal


retakan. Perambatan retakan tersebut ditunjukkan pada gambar 3.4. Perbesaran
yang diberikan pada pengamatan perambatan retakan tersebut juga sebesar 10x.

23
Awal retakan Penjalara n retakan Arah putaran Jurusan Teknik Material dan
Metalurgi FTI-ITS 6 Kemudian, hal yang dilakukan pada pengamatan patahan
tersebut adalah menentukan letak akhir patahan yang terjadi. Setelah ditentukan
letaknya, kemudian dilakukan pengamatan pada area yang diperkirakan sebagai
akhir terjadinya perambatan patahan tersebut dengan menggunakan stereo
microscope juga dengan perbesaran sebesar 10x.Dapat dilihat pada Gambar 3.4

Gambar 3.4 Perambatan Retakan Perbesaran 10x

2.Pengamatan Fractography (Hasil Uji SEM) Setelah melakukan pengamatan


secara visual dan secara makro dengan menggunakan stereo microsc ope dan
juga kamera SLR, langkah yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan
pemeriksaan secara fractography. Dalam pengamatan pada tahap ini digunakan
Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil yang didapatkan akhirnya dapat
menampakkan pola pola yang terdapat pada permukaan patahan poros
tersebut. Letak letak yang diamati pada pengamatan kali ini mengacu pada
prediksi saat pengamatan secara visual serta pengamatan dengan menggunakan
stereo microscope, yaitu daerah awal patahan (crack initiation), penjalaran
patahan (crack propagation), dan juga akhir patahan (final rupture). Kemudian
untuk lebih mengetahui pola yang terjadi pada daerah awal patahan tersebut
dilakukan pengamatan dengan perbesaran hingga 500x.
3.Pengamatan pada Struktur Mikro Langkah yang dilakukan setelah
pemeriksaan secara makro adalah pemeriksaan secara mikro. Pemeriksaan
secara mikro kali ini dilakukan untuk mengamati struktur mikro pada material
poros berupa Stainless Steel 17-4 PH. Berikut adalah hasil pengujian komposisi
kimia pada spesimen patahan poros: Tabel 4.2 Komposisi kimia patahan poros

24
107-JC C Mn P S S i Cr Ni Cu N Mo Ti Cb + Ta Poros 107-JC 0,064 0,528
0,050 0,000 0,468 14,170 4,397 3,702 - 0,143 0,017 - Komposisi Type C Mn P S
S i Cr Ni Cu N Mo Ti Cb + Ta 630 (wrought) 0,07 1 0,04 0,03 1 15 - 17,5 3 - 5 3
- 5 - - - 0,15 - 0,45 Komposisi Type Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-
ITS 8 .

C. Data Sekunder
1.Analisa Gaya yang Bekerja pada Poros Pompa Selain data data dari segi
pengamatan permukaan patahan, juga perlu dilakukan analisa terhadap gaya
gaya yang bekerja pada poros pompa tersebut sebagai data pendukung dalam
penelitian kali ini. Pada gambar 10 Ditunjukkan gaya gaya yang bekerja pada
poros pompa tersebut antara lain berupa gaya radial (Fr) berupa impeller pompa
itu sendiriGaya gaya yang bekerja pada poros melalui perhitungan yang sudah
dilakukan dan pengujian kekuatan yang juga telah dilakukan, didapatkan data
mekanik untuk material poros sebagai berikut: y = 724,69 MPa Sf (safety
factor) = 2 Kf (stress concentration factor) = 2 x (momen) = 1,998 MPa xy
(torsi) = 20,64 MPa .Menurut perencanaan ukuran pasak pada poros tersebut
memiliki lebar 0,5709 in dengan tinggi pasak 0,2165 in.

2.Hasil Uji Kekerasan Dalam penelitian analisa kegagalan kali ini selain dilihat
dari aspek metalurgi, tentu juga dibutuhkan data data melalui aspek
mekaniknya. Salah satu data mekanik yang diperlukan dalam penelitian kali ini
adalah data kekerasan dari material tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan
pengujian kekerasan pada potongan poros yang mengalami kegagalan tersebut.
Titik titik yang diambil melintang tegak lurus untuk mengetahui distribusi nilai
kekerasan pada material poros tersebut. Pengujian yang dilakukan menggunakan
alat uji kekerasan rockwell C.

.3 Hasil Uji Kekuatan Selain uji kekerasan, data sifat mekanik yang penting dan
juga sering digunakan adalah nilai kekuatan material tersebut. Untuk
mendapatkan nilai kekuatan, pengujian yang dilakukan adalah dengan melakukan
uji tarik. Sebelum melakukan uji tarik, material yang akan diuji kekuatannya
tersebut harus dipreparasi sesuai dengan standar uji tarik yang ada. Pada
pengujian kali ini, sample yang diambil berasal dari potongan poros pompa 107-

25
JC dan dibentuk sesuai dengan standar spesimen uji tarik dengan standarisasi JIS
Z 2201. Pengujian dilakukan dengan menggunakan 2 spesimen uji. Hal itu
bertujuan untuk memastikan nilai kekuatan material poros tersebut. Dari hasil
pengujian yang telah dilakukan didapat nilai kekuatan material poros pompa
tersebut memiliki tegangan tarik maksimum rata rata (u) 1.076,6 MPa dan
tegangan luluhnya (y) 724,69 MPa. Selain itu data yang didapat dari hasil
pengujian tarik ini berupa data regangan (elongation-). Nilai regangan pada
material ini adalah 11,45 %. [7]

BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

26
1. Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga bersama-
sama dengan putaran
2. Jenis-jenis poros yaitu poros gandar,poros spindle,dan poros transmisi.
3. Cara perawatan poros dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a)Penaganan poros panjang dengan ketentuan:
Berat poros harus diketahui
Material poros harus diidentifikasi (dengan pemberian warna untuk bahan
tertentu)
Dijaga dari kerusakan alat-alatnya dan kecelakaan.

b)Pemeriksa kelurusan poros:


Dengan menggunakan feeler gauge
Mengunakan daun senter
Dengan menggunakan vee block

3.2 Saran
Adapun saran dari makalah ini adalah sebagai berikut:
Agar lebih melengkapi yang kurang dan apabila pembaca kurang puas
harap ditambahkan.

DAFTAR PUSTAKA

[1]PUJA,WIRATMAJA IGN.2016.ELEMEN MESIN 1..DEPARTEMEN


TEKNIK MESIN.PENERBIT:ITB

[2] Joseph E. Shigley, Larry D. Mitchell, Gaodhi l{arahap,


. "Perencanaon Tebrit Mesin 2" , takafi.Erlangga.

[3] Sularso, Kiyokatsu Sug4.1997. Dasar Perencanaan dsn Pemilihan

27
Elenen Me sin,penerbit: PrdyaParamita Jakarta.

[4]http://otomotif-er.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-dan-macam-macam-
poros.html

.[5]https://www.google.co.id/search?
q=poros+transmisi&espv=2&biw=1366&bih=662&source=lnms&tbm=isch&sa=
X&ved=0ahUKEwj454Hnm5fRAhWDq48KHZ4CCQ8Q_AUIBigB#tbm=isch&
q=spindle&imgrc=b6PCcMRY_fmVcM%3A

[6]https://muhammadrohan.wordpress.com/2010/11/26/jenis-poros-dan-
perancangaan-poros/

[7] Das, G., dkk., 1999. Failure Analysis of Counter Shafts of A Centrifugal
Pump, National Metallurgical Laboratory.

28
LAMPIRAN

29

You might also like