You are on page 1of 11

Nama : Miska Khairani Hasibuan

NPM : 1402070126
Kelas : V/B/Pagi Pendidikan Akuntansi

Langkah-Langkah Proses Pengawasan


Seperti dikemukakan di depan bahwa langkah-langkah proses
pengawasan ada empat langkah. Empat langkah tersebut apabila
digambarkan sebagai berikut:

1. Menetapkan Standar
Kegiatan pengawasan adalah mengukur atau menilai pelaksanaan atau hasil
pekerjaan dari pada pejabat atau pekerja, untuk dapat melakukan pengukuran
harus mempunyai alat pengukur (standar)
Standar ini adalah mutlak diperlukan, yaitu untuk mengukur atau menilai apakah
pekerjaan dilakukan sesuai dengan sasaran-sasaran yang ditentukan (standar)
atau tidak.
Standar tersebut harus ditetapkan lebih dahulu sebelum para pekerja
melaksanakan pekerjaan (tugas-tugasnya), dan para pekerja harus tahu benar
ukuran yang dipergunakan untuk menilai pekerjaannya.
Karena itu harus dijelaskan sebaik-baiknya kepada para pekerja sebelum
melaksanakan pekerjaannya.
Dalam garis besarnya, jenis-jenis standar itu dapat digolongkan ke dalam
empat bentuk yaitu:
a.Standar fisik:
-Jumlah produksi
- Kwalitas produksi
- Jumlah langganan

b. Standar moneter
- Biaya tenaga kerja
- Biaya penjualan
- Laba kotor
- Pendapatan penjualan
c. Standar waktu
- Kecepatan produksi
- Batas waktu selesainya suatu pekerjaan
d. Standar intangible
- Sikap pekerja terhadap perusahaan
- Kesetiaan pekerja terhadap pekerjaan

2. Pengukuran Kegiatan
Agar pengukuran kegiatan dapat dilakukan secara tepat perlu
diperhatikan:Berapa kali (how after) pelaksanaan seharusnya diukur (setiap
jam, setiap hari, setiap bulan dan sebagainya).Dalam bentuk apa (what form)
pengukuran akan dilakukan (laporan tertulis, inspeksi visual, melalui telepon).
Siapa (who) yang terlibat pengukuran (manajer, kepala bagian dan
sebagainya).
Adapun pelaksanaan pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan:

Observasi/inspeksi
Laporan lisan dan tertulis
Pengujian/test, mengambil sampel
Metode otomatis

3. Membandingkan kegiatan dengan standar


Dimaksudkan untuk mengetahui ada/tidaknya penyimpangan-
penyimpangan (deviasi).
Penyimpangan-penyimpangan dianalisa untuk mengetahui mengapa standar
tidak dapat dicapai dan mengidentifikasi penyebab-penyebab terjadinya
penyimpangan.
4. Melakukan tindakan koreksi
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, maka tindakan ini
harus diambil/dilakukan.
Tindakan koreksi mungkin berupa:
Mengubah standar mula-mula (mungkin standar terlalu tinggi atu
rendah).
Mengubah pengukuran kegiatan (inspeksi terlalu sering/kurang,
mungkin mengganti sistem pengukuran).
Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan
penyimpangan-penyimpangan.

1.Tahap Penetapan Standar

Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan


yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Bentuk
standar yang umum yaitu :

-standar phisik

-standar moneter

-standar waktu

2.Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat.

3. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas,


pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan sampel.

4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa


Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan
menganalisanya mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan sebagai alat
pengambilan keputusan bagai manajer.

5. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi

Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada


perbaikan dalam pelaksanaan.

Menurut Kadarman (2001, hal. 161) langkah-langkah proses


pengawasan yaitu:
A.Menetapkan Standar

Karena perencanaan merupakan tolak ukur untuk merancang pengawasan,


maka secara logis hal irri berarti bahwa langkah pertama dalam proses
pengawasan adalah menyusun rencana. Perencanaan yang dimaksud disini
adalah menentukan standar.

B.Mengukur Kinerja

Langkah kedua dalam pengawasan adalah mengukur atau mengevaluasi kinerja


yang dicapai terhadap standar yang telah ditentukan.

C.Memperbaiki Penyimpangan

Proses pengawasan tidak lengkap jika tidak ada tindakan perbaikan


terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.

Menurut G. R. Terry dalam Sukama (1992, hal. 116) proses


pengawasan terbagi atas 4 tahapan, yaitu:

A. Menentukan standar atau dasar bagi pengawasan.

B. Mengukur pelaksanaan
C. Membandingkan pelaksanaan dengan standar dan temukanlah perbedaan
jika ada.

D. Memperbaiki penyimpangan dengan cara-cara tindakan yang tepat.

IV.PENTINGNYA PENGAWASAN

Suatu organisasi akan berjalan terus dan semakin komplek dari waktu ke waktu,
banyaknya orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi atas hasil
kegiatan yang telah dilakukan, inilah yang membuat fungi pengawasan semakin
penting dalam setiap organisasi. Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya
akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasi itu
sendiri maupun bagi para pekerjanya.

Ada beberapa alasan mengapa pengawasan itu penting, diantaranya:


1. Perubahan lingkungan organisasi

Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus menerus dan tidak


dapat dihindari, seperti munculnya inovasi produk.Melalui fungsi pengawasan
manajer mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa
organisasi sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan
kesempatan yang diciptakan perubahan yang terjadi.

2. Peningkatan kompleksitas organisasi

Semakin besar organisasi, semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal


dan hati hati.Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin kualitas dan
profitabilitas tetap terjaga. Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi
pengawasan dengan lebih efisien dan efektif

3. Meminimalisasikan tingginya kesalahan kesalahan

Bila para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana
melakukan fungsi pengawasan.Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering
membuat kesalahan.Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi
kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.

4. Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang

Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab


atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu satunya cara manajer dapat

menentukan apakah bawahan telah melakukan tugasnya adalah dengan


mengimplementasikan sistem pengawasan.

5. Komunikasi

6. Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi

Langkah terakhir adalah perbandingan petunjuk dengan standar, penentuan


apakah tindakan koreksi perlu diambil dan kemudian pengambilan tindakan.

V.PERANCANGAN PROSES PENGAWASAN

1. Langkah-Langkah dalam Kontrol


Dalam proses pengendalian (kontrol) dibutuhkan langkah-langkah seperti berikut
ini :

1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan menjadi dasar


pengendalian.
2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.
3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan
menentukan penyimpangan bila ada.
4. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar
pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.
5. Tipe-Tipe Kontrol

Ada 4 tipe kontrol dalam pengendalian manajemen, yaitu :


1. Pengendalian dari dalam organisasi (kontrol internal)
Adalah pengendalian yang dilakukan oleh oleh aparat/unit pengendalian yang
dibentuk dari dalam organisasi itu sendiri (dalam satu atap).Aparat/unit
pengendalian ini bertugas mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan
oleh pimpinan untuk melihat dan menilai kemajuan atau kemunduran dalam
pelaksanaan pekerjaan.Selain itu pimpinan dapat mengambil suatu tindakan
korektif terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya
(internal control), misalnya unit kerja Inspektorat Jenderal sebagai unit
pengawasan di tingkat departemen.

2. Pengendalian luar organisasi (kontrol eksternal)


Adalah pengendalian yang dilakukan oleh Aparat/Unit Pengendalian dari luar
organisasi terhadap departemen (lembaga pemerintah lainnya) atas
namapemerintah. Selain itu pengawasan dapat pula dilakukan oleh pihak luar
yang ditunjuk oleh suatu organisasi untuk minta bantuan
pemeriksaan/pengendalian terhadap organisasinya. Misalnya Konsultan
Pengawas, Akuntan swasta dan sebagainya.

3. Pengendalian preventif
Pengendalian preventif adalah pengendalian yang dilakukan sebelum rencana
itu dilaksanakan.Maksud pengendalian preventif adalah untuk mencegah
terjadinya kekeliruan/kesalahan.

4. Pengendalian represif
Pengendalian represif adalah pengendalian yang dilakukan setelah adanya
pelaksanaan pekerjaan.Maksud dilakukannya pengendalian represif adalah
untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya tidak
menyimpang dari yang telah direncanakan (dalam pengendalian anggaran
disebut post- audit).

1. Kontrol Proses Manajemen


Dalam proses pengendalian manajemen yang baik sebaiknya formal, akan
tetapi sifat pengendalian informal pun masih banyak digunakan untuk proses
manajemen. Pengendalian manajemen formal merupakan tahap-tahap yang
saling berkaitan antara satu dengan lain, terdiri dari proses :

1. Pemrograman (Programming)
Dalam tahap ini perusahaan menentukan program-program yang akan
dilaksanakan dan memperkirakan sumber daya yang akan alokasikan untuk
setiap program yang telah ditentukan.

2. Penganggaran (Budgeting)
Pada tahap penganggaran ini program direncanakan secara terinci, dinyatakan
dalam satu moneter untuk suatu periode tertentu, biasanya

tahun.Anggaran ini berdasarkan pada kumpulan anggaran-anggaran dari pusat


pertanggungjawaban.

3. Operasi dan Akuntansi (Operating and Accounting)


Pada tahap ini dilaksanakan pencatatan mengenai berbagai sumber daya yang
digunakan dan penerimaan-penerimaan yang dihasilkan.Catatan dan biaya-
biaya tersebut digolongkan sesuai dengan program yang telah ditetapkan dan
pusat-pusat tanggungjawabnya. Penggolongan yang sesuai program dipakai
sebagai dasar untuk pemrograman di masa yang akan datang, sedangkan
penggolongan yang sesuai dengan pusat tanggung jawab digunakan untuk
mengukur kinerja para manajer.

4. Laporan dan Analisis (Reporting and Analysis)


Tahap ini paling penting karena menutup suatu siklus dari proses pengendalian
manajemen agar data untuk proses pertanggungjawaban akuntansi dapat
dikumpulkan.

PROSES PENGAWASAN
Pengawasan adalah suatu usaha sistematis menetapkan standar standar
dengan tujuan perencanaan, merancang bangun system umpan balik
informasi, membandingkan kinerja sebenarnya dengan standar standar
yang telah ditentukan terlebih dahulu, menentukan apakah ada penyimpanan
dan mengukur kemuradanya, serta mengambil tindakan yang diperlukan
yang menjamin pemanfaatan penuh sumberdaya yang digunakan secara
efisien dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian
langkah unsur proses pengawasan itu adalah sebagai berikut:

1)Pencapain standar dan metode pengukuran kinerja,


2)Pengukuran kinerja yang senyatanya;
3) Pembandingan kinerja dengan standar serta menafsirkan penyimpangan
penyimpangan; dan
4)Mengadakan tindakankorektif.Standar yang ditentukan itu berupa standar
masukan yang berupa usaha kerja, dan standar keluaran berupa ukuran
kuantitas,kualitas, biaya atau waktu pengukuran kinerja senyatanya adalah untuk
melihat adanya penyimpangan atau varians antara apa yang terjadi senyatanya
dengan apa yang di harapkan.
Pembandingan kinerja senyatanya dengan tujuan atau standar dapat
menghasilkan kinerja sama dengan standar atau dengan kinerja lain dengan
standar yang terakhir memerlukan manajemen berdasar pengecualian:
manajemen perlu memperhatikan situasi dimana penyimpangan antara kinerja
senyata dengan yang diharapkan sangatlah besar. Yang pertama cukup
mempertahankan situasi; tak perlu dilakukan tindakan korektif.
Bila penyimpangan yang terjadi itu besar maka perlu tindakan korektif yakni
perbaikan agar hasilnya sesuai dengan standar yang telah ditentukan
sebelumnya.
Pengawasan itu dapat intern, dapat pula ekstern.Pengawasan intern melalui
disiplin diri dan latihan tanggung jawab individual atau kelompok. Pengawasan
ekstern terjadi melalui supervise langsung atau penerapan system administrative
seperti aturan dan prosedur. Pengawasan efektif yang akan di uraikan kemudian,
merupakan kombinasi dari keduanya.
Ada empat jenis pengawasan ekstern, yaitu:
1. Prapengawasan disebut juga precontrol atau feed-forward-control; yaitu
pengawasan yang di lakukan sebelum memulai kegiatan, terdiri atas kegiatan
persiapan: Spesifikasi masukan, keluaaran, kejelasan tujuan, sumber daya yang
di perlukan.
2. Pengawasan pengarahan atau steering control yang fokusnya adalah pada
apa yang terjadi selama proses kerja. Juga di kenal dengan nama concurrent
control. Disini diusahakan untuk menemukan masalah dan melakukan tindakan
perbaikan sebelum hasil akhir.
3.Pengawasan ya/tidak (yes/no-control) yang menspesifikasi titik kritis yang
harus di lalui sebelum suatu kegiatan berlanjut. Pada suatu titik segala
persyaratan harus dipenuhi terlebih dahulu (ya) sebelum proses berlanjut. Jadi
kalau tidak, proses berhenti.
4. Pengawasan pasca kegiatan (post action control atau feedback control),
dilakukan setelah kegiatan selesai.

Adapun faktor-faktor yang menjadi pengawasan itu merupakan keharusan


ialah:
1) Adanya perubahan yang memerlukan penyesuain-penyesuain baru dan ini
harus selaludiawasi;
2) Adanya kekomplekan system memerlukan pengawasan yang lebih banyak;
3) Adanya kesalahan-kesalahan memerlukan pengawasan agar dapat dilakukan
tindakan perbaikan;dan
4) Adanya delegasi perlu pengawasan terhadap para pelaksana agar jangan
sampai melakukan penyimpangan yang terlalu banyak sehingga sulit dibenahi
lagi.

Dengan memperhatikan faktor-faktor diatas , maka tercapailah sasaran-sasaran


pengawasan yaitu :
1. Meningkatkan disiplin dan prestasi kerja
2. Menekansekecil mungkin penyalahgunaan wewenang
3. Menekan sekecil mungkin kebocoran dan pemborosan
4. Meningkatkan pelayanan
5. Memperlancar segala kegiatan .
.

You might also like