You are on page 1of 25

ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA DENGAN

GANGGUAN MENTAL

Pendahuluan

Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya


pengetahuan dan teknologi terutama ilmu kedokteran, promosi kesehatan,
pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan mengakibatkan meningkatnya
umur harapan hidup manusia (life expectancy). Akibatnya jumlah orang lanjut
usia akan bertambah dan ada kecenderungan akan meningkat dengan cepat
(Nugroho, 1995).
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak
terhadap berbagai aspek kehidupan, baik bagi individu lansia itu sendiri,
keluarga, masyarakat maupun pemerintah. Apa artinya umur yang panjang
apabila penuh dengan penderitaan, masalah tidak hanya how to add more
years to life tetapi juga menjadi how to add lives to years (Notosoedirjo,
2005). Implikasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk
lanjut usia adalah peningkatan ratio ketergantungan usia lanjut (old age ratio
dependency) yang disebabkan kemunduran fisik, psikis, dan sosial lanjut usia
yang dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),
keterbatasan fungsional (fungsional limitations), ketidakmampuan (disability),
dan keterlambatan (handicap) yang dialami bersamaan dengan proses
kemunduran akibat proses menua (aging process).
Manusia yang muda menjadi tua merupakan proses penuaan secara
alamiah yang tidak bisa kita hindari dan merupakan hukum alam. Akibat dari
proses itu menimbulkan beberapa perubahan, meliputi perubahan fisik,
mental, spiritual, psikososial adaptasi terhadap stress mulai menurun. Menurut
Maramis (1995), pada lanjut usia permasalahan yang menarik adalah
kurangnya kemampuan dalam beradaptasi secara psikologis terhadap
perubahan yang terjadi pada dirinya. Penurunan kemampuan beradaptasi
terhadap perubahan dan stress lingkungan sering menyebabkan gangguan

1
psikososial pada lansia. Masalah kesehatan jiwa yang sering muncul pada
lansia adalah gangguan proses pikir, demensia, gangguan perasaan seperti
agresi, marah, kecemasan, depresi, ketakutan, gangguan fisik, dan gangguan
perilaku.

A. Asuhan Keperawatan Lanjut Usia dengan Agresi

Agresi adalah suatu tindakan yang bersifat menyerang yang disertai


dengan kekuatan. Tindakan ini dapat disertai dengan tindakan fisik, kata,
atau simbol. Tindakan ini mungkin saja realistik dan dilakukan demi
penjagaan diri, seringkali mengungkapkan keyakinan yang sangat tinggi
atau mungkin merupakan tindakan yang tidak realistis dan ditujukan
terhadap lingkungan atau bahkan ditunjukan kepada dirinya sendiri.

Gejala yang terjadi umumnya :


1. Adanya tuntutan yang terus-menerus secara terang-terangan.
2. Kemarahn yang terus-menerus ang ditunjukan kepada petugas.
3. Penolakan untuk mendengarkan petugas.
4. Selalu atau kadang-kadang berusaha melawan bila ada perubahan
tindakan keperawatan.
5. Berbicara kasar.
6. Bertingkah laku kasar.
7. Selalu atau kadang-kadang tidak memedulikan perintah dokter.

Pertimbangan khusus dalam perawatan:


1. Tindakan perawatan segera untuk mengenal tingkah laku agresif,
dengan jalan :
a. Membatasi tingkah laku yang membahayakan dan menjelaskan
alasan tindakan tersebut kepada klien lanjut usia.
b. Menguatkan fungsi fisik dan fungsi emosi, yang sebelumnya
memang berfungsi baik (agresi seringkali berhubungan dengan
rasa takut).
c. Selalu memberi tahu kepada klien lanjut usia tentang tindakan
yang akan dilaksanakan.
d. Mendorong dan menfasilitasi klien lanjut usia untuk
mengungkapkan perasaannya, yaitu dengan:

2
1) Menggunakan pertanyaan terbuka.
2) Duduk mendampingi dan mendengarkan klien lanjut usia.
3) Menjelaskan bahwa agresi klien lanjut usia itu dapat terjadi
karena rasa ketergantungan dan kekhawatirannya.
4) Jangan mencoba untuk mempertahankan diri, mempertahankan
para petugas, ataupun mempertahankan perawatan di rumah
sakit. Hal yang demikian hanya akan meningkatkan agitasi
klien lanjut usia. Oleh karena itu, dengarkan apa yang
dikatakan oleh klien lanjut usia. Perhatian semacam ini paling
tidak diberikan sehari sekali.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri dengan membimbing atau
mengarahkan kembali pengungkapan kebutuhan guna
mempertahankan kebebasan serta kontrol.
a. Merencanakan tindakan perawatan, juga yang bersifat rutin atau
sehari-hari bersama klien lanjut usia, beri keleluasaan kepada
mereka sebanyak mungkin dalam mengambil keputusan.
b. Melakukan penilaian tindakan perawatan tersebut bersama klien
lanjut usia.
c. Memberi kesempatan kepada klien lanjut usia untuk merencanakan
serta melakukan hal yang disukainya, misalnya tidur terlambat,
merenda atau membaca.
d. Memberi pujian terhadap usaha klien lanjut usia dalam mengontrol
atau mengekspresikan tingkah laku agresifnya secara konstruktif.
3. Bekerjasama dengan tim dan keluarga membantu klien lanjut usia
secara tepat.
a. Menjelaskan kepada tim dan keluarga tentang penyebab tingkah
laku klien lanjut usia, cara mengendalikan diri, mengatasi
perawatan di rumah sakit, mengatasi ketakutan dan kehilangan
kontrol yang mungkin muncul.
b. Memberi pujian terhadap usaha orang lain yang membantu klien
lanjut usia mengatassi stres.
c. Menekankan kepada petugas perawatan tentang pentingnya
tindakan memberi hukuman berat atau menghindarkan klien lanjut
usia mengatasi masalahnya dengan tingkah laku yang secara fisik
merusak dirinya atau orang lain.

3
B. Asuhan Keperawatan Lanjut Usia dengan Marah

Pengertian kemarahan adalah rasa tidak senang yang kuat, biasanya


karena konflik atau pertentangan.

Gejala yang terjadi umumnya:


1. Berbicara sembarangan.
2. Sikap berbicara yang selalu buruk terhadap orang lain, terutama
terhadap perugas atau perawat.
3. Menolak ikut serta dalam perawatan.
4. Menolak makan atau minum.
5. Menolak ketergantungan terhadap petugas.
6. Melemparkan makanan atau barang.
7. Mengacaukan peralatan pengobatan pada dirinya (mis., mencabut set
infus)

Pertimbangan khusus dalam perawatan:


1. Perawatan dini/segera demi penyadaran sikap marah. Untuk
mengurangi atau bila perlu, menghilangkan kemarahan fisik yang
membahayakan, dengan jalan:
a. Memberi tahu klien lanjut usia bahwa anda tidak akan membiarkan
dirinya melanjutkan tindakan kekerasan.
b. Meluangkan waktu untuk klien lanjut usia, tanyakan kepadanya
mengapa marah. Bila klien menolak untuk menjawab, beri contoh
tentang hal-hal yang menyebabkan kemarahan.
c. Membantu dan memberi dorongan pada klien untuk
mengekspresikan kemarahan dengan kata-kata. Puji usaha klien
lanjut usia yang mau mengenali penyebab kemarahan.
2. Beralih ke keperawatan diri sendiri yang mempermudah klien lanjut
usia mengungkapkan perasaannnya tentang penyakit, perawatan, dan
pengobatannya:
a. Mengajak klien lanjut usia ikut dalam merencanakan
perawatannya.
b. Melibatkan klien lanjut usia dalam perawatannya sendiri dengan
sadar.

4
c. Minta klien lanjut usia mengerjakan bagian perawatan tertentu,
sementara anda mengerjakan bagian yang lain.
d. Menilai tindakan perawatan bersama lanjut usia.
e. Meluangkan waktu setiap hari bersama klien lanjut usia, mengajak
bercakap-cakap, mengarahkan pembicaraan tentang penyakitnya
yang dapat menimbulkan perasaan tidak senang, gunakan
pertanyaan terbuka.
3. Bekerjasama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usia secara tepat:
a. Memudahkan klien lanjut usia mengungkapkan perasaan positif
dan perasaan negatif melalui orang lain.
b. Meluangkan waktu bersama klien lanjut usia dan orang terdekat
klien untuk menjelaskan perlunya perasaan positif dan perasaan
negatif tentang sesuatu yang sedang menimpa dirinya.
c. Memuji usaha orang terdekat klien yang mendorong klien lanjut
usia mengekspresikan kemarahannya secara konstruktif.
d. Memuji usahanya dalam mengungkapkan perasaannya tentang
sesuatu yang sedang terjadi. Dukung usahanya untuk bertahan, dan
beri waktu untuk menenangkan kemarahannya.

C. Asuhan Keperawatan Lanjut Usia dengan Kecemasan

Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau perasaan yang


tidak jelas dan hebat. Hal ini terjadi sebagai reaksi terhadap sesuatu yang
dialami oleh seseorang.

Gejala yang terjadi umumnya:


1. Perubahan tingkah laku
2. Bicara cepat
3. Meremes-remes tangannya
4. Berulang-ulang bertanya
5. Tidak mampu berkonsentrasi dan tidak mampu memahami penjelasan
6. Tidak mampu menyimpan informasi yang diberikan
7. Gelisah
8. Keluhan badan
9. Kedinginan dan telapak tangan lembab.

Petimbangan khusus dalam perawatan:

5
1. Perawatan segera dalam menaggapi kecemasan yang dialami dan
menurukan derajat kecemasan, dengan jalan:
a. Menyediakan waktu bersama klien paling sedikit 5 menit 3 kali
sehari.
b. Mendengarkan apa yang dibicarakan klien.
c. Memberi penjelasan kepada klien lanjut usia secara jelas dan
ringkas tentang apa yang terjadi.
d. Jangan memberi lebih dari satu informasi atau rangkaian
penjelasan sekaligus (klien lanjut usia tidak bisa menguasai banyak
informasi).
e. Jangan menuntut klien lanjut usia ketika terjadi kecemasan.
f. Tanyakan kepada klien lanjut usia apa yang dapat Anda lakukan
untuk membuat perasaannya lebih senang.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri. Untuk memudahkan dalam
mengenal sumber kecemasan dan kembalinya lanjut usia pada aktivitas
yang menuntut tanggung jawab:
a. Identifikasi bersama klien lanjut usia mengenai ketegangan dan
ketakutan yang menimbulkan perasaan cemasnya.
b. Libatkan klien lanjut usia dalam keputusan tentang perawatannya.
c. Lanjutkan percakapan dengan kklien lanjut usia secara teratur,
meningkatkan durasinya, tetapi mengurangi jumlah percakapan
setiap hari.
3. Bekerjasama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usai secara tepat:
a. Melibatkan staf lain dalam merawat klien lanjut usia melalui
tindakan, seperti memperkuat penjelasan yang diberikan,
menyediakan sedikit waktu untuk klien lanjut usia ketika cemas
muncul, apa yang dikatakan kepada klien lanjut usia harus realitas.
b. Melibatkan anggota keluarga atau teman dalam proses memberi
keyakinan kembali dan penjelasan.
c. Memberi penekanan pada pernyataan/sikap orang lain yang positif
sehingga meringankan kecemasan lansia.

D. Asuhan Keperawatan Lanjut Usia dengan Kekacauan Mental

6
Kekacauan adalah sifat atau keadaan kebingungan akut. Kekacauan
merupakan ketidaksanggupan memahami atau merangkai kata atau
peristiwa secara khusus.

Gejala yang terjadi umumnya:


1. Kabur atau tidak dapat mengidentifikasi waktu, tempat, dan orang.
2. Tampak mengantuk sepanjang hari.
3. Perhatian menurun.
4. Daya ingat terhadap hal baru terganggu.
5. Ketidak mampuan menyimpan informasi yang diberikan.
6. Lebih kacau pada malam hari dari pada siang hari.
7. Gelisah, banyak bergerak tanpa tujuan.
8. Serangan jasmani.

Pertimbangan khusus dalam perawatan:


1. Pertolongan untuk mengatasi kekacauan (tepatnya untuk kekacauan
yang ringan atau berat, yang bersifat tetap maupun yang sementara).
Untuk mengurangi beratnya kekacauan dan menghilangkan
peningkatan kekacauan faktor nonfisiologis, hal berikut dapat
dilakukan:
a. Mencari penyebab fisiologis kekacauan. Jika ada, apakah dapat
dihilangkan, misalnya ketidakseimbangan elektrolit dapat
menyebabkan kekacauan mental.
b. Tetap melibatkan klien dalam aktivitas, misalnya berolahraga,
berbicara, membuat kerajinan tangan, atau membantu staf jika
mungkin.
c. Selalu memberi tahu klien lanjut usia tentang segala sesuatu yang
akan dilakukan perawat.
d. Mengurangi kerusakan indra yang dialami klien lanjut usia.
1) Mendampingi klien lanjut usia terutama saat makan. Klien
lanjut usia seringkali mengalami gangguan pengecapan
sehingga tidak dapat membedakan rasa panas/dingin yang
dapat menimbulkan cedera.
2) Mendampingi klien lanjut usia saat ia melakukan aktivitasnya,
misalnya membawa klien lanjut usia keluar dari kamarnya
bersama klien lain, demikian pula ketika masuk kamar.

7
e. Melakukan tindakan pengamanan untuk mencegah luka pada diri
klien dan orang lain.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri (tepatnya untuk kekacauan yang
ringan, baik yang bersifat sementara atau tetap). Untuk membantu dan
memudahkan klien lanjut usia sadar akan dirinya dan lingkungannya
sekarang, hal berikut dapat dilakukan:
a. Memuji klien lanjut usia dalam usahanya bergabung bersama orang
lain dan ikut serta dalam lingkungannya.
b. Bersikap jujur kepada lanjut usia.
c. Hindari sikap yang dapat menimbulkan rasa malu pada klien lanjut
usia (mis., menganggap klien seperti anak kecil atau mencaci bila
klien bersikap kurang dewasa)
d. Tetap ingat bahwa klien lanjut usia mempunyai kebutuhan dan
hasrat.
3. Bekerjasama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usia secara tepat.
a. Hindari keterlibatan petugas kesehatan dalam pendekatan oleh
keluarga yang tidak jujur kepada klien lanjut usia. (mis., keluarga
mencoba mengambil keuntungan dari kelemahan mental lanjut
usia)
b. Terangkan kepada keluarga atau staf lain tentang perlunya
mengetahui dan menghayati kebenaran.
c. Hindari sikap penolakan keluarga atau orang terdekat terhadap
klien lanjut usia.
d. Puji klien, staf, dan orang lain yang melibatkan diri terhadap klien
lanjut usia.

E. Asuhan Keperawatan Lanjut Usia dengan Penolakan


Penolakan ialah ketidak mampuan seseorang untuk mengakui secara sadar
tentang pikiran, keinginan, perasaan, atau kebutuhan terhadap kejadian
nyataatau sesuatu yang merupakan ancaman.

Gejala yang terjadi umumnya:


1. Tidak percaya terhadap diagnosis, gejala, perkembangan, dan
keterangan yang diberikan.
2. Mengubah keterangan yang diberikan sedemikian rupa sehingga
diterima secara keliru.

8
3. Menolak membicarakan perawatannya di rumah sakit.
4. Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum. Khusunya
tindakan yang langsung mengikut sertakan dirinya, misalnya
perawatan kolostomi.
5. Menolak nasehat, misalnya istirahat baring, berganti posisi tidur,
terutama nasehat tersebut demi kenyamanan penderita.

Pertimbangan khusus dalam perawatan:


1. Perawatan segera untuk mengenali penolakakan. Izinkan klien lanjut
usia menunjukkan tingkah laku menolak dalam tenggang waktu
tertentu selama sikap ini tidak membahayakan klien lanjut usia, orang
lain, serta lingkungan. Sikap ini merupakan mekanisme penyesuaian
diri.
a. Identifikasi pikiran yang paling membahayakan klien lanjut usia
yang sedang mengalami puncak penolakan. Misalnya klien lanjut
usia mendapat diet 1000 kalori, tetapi anggota keluarga
membawakan makanan yang sangat berlemak.
b. Berusaha mengemukakkan kenyataan secara perlahan, dimulai dari
kenyataan terkecil tentang penolakan memerhatikan atau merawat
kolostominya. Dalam situasi demikian, mulailah membicarakan
masalah diet bersama klien yang secara perlahan mengarah pada
diet untuk klien dengan kolostomi.
c. Jangan menyokong penolakan klien lanjut usia, tetapi berikan
perawatan yang cocok bagi klien dan bicarakan sikap penolakan
klien sesering mungkin.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri. Permudah proses penerimaan
terhadap kenyataan, misalnya klien lanjut usia terlibat aktif dalam
perawatannya sendiri, dengan cara:
a. Melibatkan klien lanjut usia dalam perawatan dirinya, misalnya
dalam perencanaan waktu, tempat, dan macam perawatan.
b. Memuji klien lanjut usia karena berusaha untuk merawat dirinya
atau memulai kenataan.

9
c. Membantu klien lanjut usia mengungkapkan keresahan atau
perasaan sedihnya dengan menggunakan pertanyaan terbuka,
mendengarkan, dan meluangkan waktu bersamanya setiap hari.
3. Bekerjasama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usia secara tepat.
a. Melibatkan orang lain dalam membantu klien lanjut usia
menentukan perasaannya.
b. Meluangkan waktu untuk menjelaskan kepada mereka tentang apa
yang sedang terjadi pada klien lanjut usia serta hal yang dapat
dilakukan untuk dapat membantunya.
c. Mungkinkan pihak lain memuji usaha klien lanjut usia yang
menerima realistis.
d. Menyadarkan pihak lain tentang pentingnya pemberian hukuman
(bukan hukuman fisik) apabila klien lanjut usia menggunakan
penolakan.

F. Asuhan Keperawatan Lanjut Usia dengan Ketergantungan

Ketergantungan adalah meletakkan kepercayaan kepada orang lain atau


benda lain untuk bantuan yang terus-menerus, penenteraman hati, dan
pemenuhan kebutuhan.

Penampilan umum:
1. Menolak ikut dalam perawatan diri sendiri.
2. Terus-menerus meminta perawat untuk melakuakan apa yang
sebenarnya ia sanggup lakuakan sendiri.
3. Sering meminta perawat masuk kamarnya.
4. Terus-menerus menyatakan dengan kata-kata dan perbuatan bahwa ia
tidak berdaya dan tidak mampu untuk mengerjakan sesuatu sendiri.
5. Menolak mempelajari cara baru dalam merawat diri sendiri.
6. Menolak atau tidak mampu mengambil keputusan.
7. Tidak ungin berpindah dari tempat biasanya ketempat lain.

Pertimbangan khusus dalam perawatan:


1. Perawatan segera untuk ketergantungan sampai klien lanjut usia
mampu mandiri dan memiliki harga diri.
a. Pastikan sumber ketergantuangan klien lanjut usia.

10
1) Apakah dari lingkungan (dirawat di rumah sakit dapat
mengurangi dan/atau menghilangkan kemampuan mandiri)
sehingga ia merasa bergantung kepada orang lain.
2) Ketakutan tentang perubahan yang telah terjadi.
b. Hindari sikap meremehkan klien yang tidak dapat mandiri.
c. Secara hati-hati, tentukan batasan dan jenis perilaku
ketergantungan yang bisa diterima oleh perawat.
d. Beri perhatian sebentar dan sering.
e. Beri tahu kepadanya bila Anda akan datang lagi, kembali pada
waktu yang telah ditetapkan, atau minta orang lain untuk
mengganti kehadiran Anda.
f. Duduk bersama klien sedikitnya sehari sekali.
g. Jelaskan kepadanya bahwa Anda tidak mengizinkan ia terlalu
bergantung kepada Anda menghormatinya dan Anda menyadari
bahwa ia sanggup melakukan untuk dirinya sebelum di rawat dan
sekarang Anda tidak akan merebut kemampuannya tersebut.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri.
a. Secara perlahan mengikut sertakan klien lanjut usia dan mulai
dengan satu kegiatan lebih dulu. Misalnya, meminta klien lanjut
usia membantu anda memegangi sesuatu, beri pujian atas usahanya
bila ia ikut ambil bagian, tetapi jangan dibesar-besarkan.
b. Beri bantuan dan pujian atas seluruh usahanya yang mengarah
kepada kemampuan berdirih sendiri.
c. Libatkan klien lanjut usia dalam membuat rencana perawatannya.
Izinkan ia mengambil beberapa keputusan dengan satu atau dua
keputusan, jangan semua.
3. Bekerjasama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usia secara tepat. Untuk memudahkan pihak
lain mengenali usaha klien lanjut usia yang bergantung pada orang lain
dan usaha pihak lain membantu klien lanjut usia memperoleh
kemandirian. Hal berikut dapat dilakukan:
a. Beri penjelasan dengan hati-hati mengenai perlunya klien lanjut
usia tidak bergantung pada keluarga dan teman.
b. Libatkan keluarga dalam memandirikan klien lanjut usia, dan beri
pujian atas usahanya tersebut.

11
c. Puji orang terdekat klien lanjut usia bila mereka membantu klien
lanjut usia mandiri.

G. Asuhan Keperawatan Lanjut Usia dengan Depresi

Depresi adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan, dan pesimis, yang


berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang
ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan yang dalam.

Gejala yang terjadi umumnya:


1. Pandangan kosong.
2. Kurang atau hilannya perhatian pada diri, orang lain, atau lingkungan.
3. Inisiatif menurun.
4. Ketidak mampuan berkonsentrasi.
5. Aktivitas menurun.
6. Kurang nafsu makan.
7. Mengeluh tidak enak badan dan kehilangan semangat, sedih, atau cepat
lelah sepanjang waktu.
8. Mungkin susah tidur dimalam hari.

Perimbangan khusus dalam perawatan:


1. Pertolongan segera untuk mengatasi depresi. Untuk membantu klien
lanjut usia memahami dan menyatakan perassan positif dan negatif
yang menyangkut dirinya, orang lain, dan apa yang terjadi, lakukan hal
berikut:
a. Bentuk kontak dengan klien lanjut usia sesering mungkin, baik
secara verbal dan nonverbal.
b. Beri perhatian terus menerus, walaupun klien lanjut usia tidak mau
dan tidak dapat berbicara dengan anda. Pendekaan ini akan
menjadikan anda seseorang yang menyanangkan dan menarik.
Ingat, klien lanjut usia yang mengalami depresi biasanya merasa
sendiri dan tidak berharga. Kepercayaan bahwa seseorang yang
menatuh minat dan memperhatikan mereka adalah tindakan yang
paling menolong.
c. Libatkan klien lanjut usia dalam menolong dirinya sendiri atau
aktiivitas sehari-hari dan tingkatkan secara bertahap.

12
d. Jika anda merasa perlu, usulkan pada dokter untuk memakai anti
depresan.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri untuk menambah harga diri.
a. Tetap luangkan waktu untuk klien lanjut usia setiap hari.
b. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengekspresikan perasaan
klien lanjut usia, misalnya, anda kelihatan sedih hari ini, apa yang
anda rasakan?
c. Jangan katakan pada klien lanjut usia bahwa ia tidak sesedih
seperti yang ia rasakan. Pendekatan ini hanya akan menguatkan
perasaan bahwa tidak seorangpun yang tidak mengerti dirinya.
d. Puji klien lanjut usia karena keterlibatannya dalam menolong
dirinya atau aktivitas lainnya.
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usia secara optimal. Untuk memudahkan
pengenalan cara penyesuaian diri dan memudahkan staf mengatasi
masalah klien lanjut usia hal berikut dapat dilakukan:
a. Meyakinkan pemberi asuhan tentang tanggung jawab mereka
untuk tidak memperberat rasa sedih klien.
b. Menganjurkan staf atau orang terdekat memuji klien lanjut usia
atas usaha dan aktivitasnnya.
c. Membantu staf dalam upaya berkomunikasi dengan klien lanjut
usia, mengarahkan mereka supaya memberi perhatian kepada
lanjut usia sebanyak mungkin.

H. Asuhan Keperawatan Lanjut Usia dengan Ketakutan

Ketakutan adalah reaksi emosional terhadap sumber atau bahaya dari luar.

Gejala yang terjadi umumnya:


1. Penolakan terhadap pengobatan.
2. Sering membunyikan bel.
3. Selalu mengajukan permintaan yang tidak perlu kepada petugas.
4. Selalu berusaha menyenangkan hati perawat dan bekerja sebaik
mungkin.
5. Selalu menangis.
6. Agresif atau kritis terhadap petugas.

13
7. Merasa ada tekanan yang aneh dalam perut.
8. Keluhan somatik.

Pertimbangan khusus dalam perawatan:


1. Pertolongan segera dalam mengatasi ketakutan. Untuk mengenali
bahaya dalam rangka mengurangi derajat ketakutan tersebut, lakukan
hal berikut:
a. Berusaha mengenali sumber ketakutan yang khas/spesifik
b. Gunakan pertanyaan terbuka, misalnya Apa yang paling Anda
khawatirkan selama ini?
c. Beri keterangan dengan hati-hati tentang semua yang terjadi dan
tetap memberi keterangan sebelum melakukan perawatan.
d. Setelah keterangan diberikan, anjurkan klien lanjut usia mengulangi
kembali keterangan yang Anda berikan dengan kata-katanya sendiri
dan arti keterangan tersebut baginya. Ulangi beberapa kali untuk
memastikan bahwa klien lanjut usia mengerti.
e. Jika Anda tidak dapat mengurangi ketakutan (mis: takut mati ketika
dilakukan operasi), sebelum operasi dilakukan, beritahu dokter
sehingga dapat diambil tindakan yang tindakan yang tepat. Operasi
mungkin dapat dibatalkan.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri. Untuk mempermudah pengungkapan
ketakutan yang terus-menerus, hal berikut dapat dilakukan:
a. Luangkan waktu bersama klien lanjut usia minimal 15 menit sehari.
Arahkan pembicaraan tentang tanggapan klien lanjut usia terhadap
rumah sakit atau perawatan, misalnya Pemeriksaan apa yang Anda
suka? atau Bagaimana pendapat Anda tentang perawatan di
Rumah Sakit?
b. Beri dorongan dan dengarkan klien lanjut usia tentang keputusannya
yang dianggap berbahaya atau mengakibatkan perubahan besar
dalam hidupnya.
c. Jangan membuat keputusan untuk klien lanjut usia.
d. Bantu klien lanjut usia, baik secara verbal maupun nonverbal, untuk
menanyakan tentang kemajuan, hasil diagnosis, dan hasil
pengobatan.

14
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usia secara tepat. Untuk membantu mengatasi
ketakutan secara tepat dan sesuai dengan keadaan, hal berikut dapat
dilakukan:
a. Pemberi asuhan meminta dokter menjelaskan tentang diagnosis dan
pengobatan.
b. Libatkan dan berikan penjelasan kepada orang lain yang berminat
sehingga mereka menguatkan pengajaran atau keterangan yang
telah anda berikan.
c. Mengatasi rasa takut teman dan keluarga klien agar mereka dapat
memberi dorongan pada klien lanjut usia.

I. Asuhan Keperawatan Lanjut Usia dengan Manipulasi

Manipulasi adalah proses bertingkah laku seseorang dalam menghadapi


orang lain, dengan tujuan sekedar memuaskan kehendak orang lain
ataupun diri sendiri dengan cara yang cerdik atau bahkan tidak jujur dan
penuh tipu muslihat.

Gejala yang terjadi umumnya:


1. Berpura-pura tidak membutuhkan bantuan.
2. Mengadu domba antara petugas, perawat, dan dokter.
3. Berpura-pura memuji perawat atau petugas bila berhadapan langsung,
tetapi menjelekkannya dihadapan orang lain.
4. Selalu menunjukkan tuntutan yang tidak jelas.
5. Menuntut waktu perawat secara berlebihan untuk hal yang tidak perlu.
6. Bersikap seolah tidak diperhatikan oleh orang lain agar perawat tetap
menemaninya. Sikap ini akan terus berlangsung walupun telah diberi
nasihat.

Pertimbangan khusus dalam perawatan:


1. Perawatan segera dalam menghadapi tingkah laku manipulatif.
Bertujuan mengurangi derajat tingkah laku.
a. Mempertentangkan klien lanjut usia terhadap tingkah lakunya pada
saat manipulasi.

15
b. Beri tanggapan yang baik serta pujian atas tindakannya yang tidak
bersifat manipulatif.
c. Beri kesempatan pada klien lanjut usia untuk mengungkapkan
kemarahannya dengan kata-kata
d. Batasi tindakannya yang bersifat merusak.
e. Catat instruksi dan keterangan yang diberikan kepada lanjut usia
secara tepat dalam catatan perawatan. Cara yang dimaksudkan agar
klien lanjut usia tidak mengubah, melupakan, dan menyelewengkan
komunikasi.
f. Beri tahu keluarga tentang segala hal yang dikerjakan perawat dan
alasannya.
2. Beralih kepelaksanaan perawatan diri sendiri. Mempermudah
ketelibatan aktif klien lanjut usia dalam perawatan dirinya, misalnya
rasa tanggung jawab atas segala tindakannya.
a. Rencanakan perawatan dan tindakan sehari-hari bersama klien
lanjut usia.
b. Tentukan siapa yang bertanggung jawab atas tindakan perawatan,
klien lanjut usia atau perawat.
c. Menilai hasil perawatan bersama klien lanjut usia.
d. Beri pujian atas usaha klien dalan menjalankan tanggung jawab.
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usia secara tepat.menyadarkan klien lanjut usia
atas tingkah laku manipulasinya serta pengaruh yang muncul terhadap
orang lain.
a. Mendampingi dokter pada saat ronde/sesi untuk mencegah
terjadinya kekacauan informasi.
b. Yang terpenting adalah komunikasi serta pendekatan yang jelas dan
konsisten diantara para petugas bila menbicarakan tingkah laku
klien lanjut usia yang manipulatif tersebut.
c. Puji para petugas dan anggota keluarga atas usahanya dalam
mengurangi tingkah laku klien lanjut usia yang manipulatif.

J. Asuhan Keperawatan Lanjut Usia dengan Rasa Sakit

16
Rasa sakit adalah satu atau beberapa rangsangan yang menyebabkan rasa
sakit. Hal ini sering kali menyebabkan reaksi emosi yang hebat
dibandingkan dengan rasa sakit itu sendiri.

Gejala yang terjadi umumnya:


1. Reaksi otonom: perubahan denyut nadi, tekanan darah, dan pernapasan,
serta keringat yang berlebihan.
2. Reaksi otot skeletal: tremor dan gelisah, rasa sakit pada otot, tangan
menggenggam kuat, dan kejang otot.
3. Reaksi psikis: menangis, menarik diri, orang yang pendiam berubah sfat
menjadi bermusuhan, timbul ketakutan, kekhawatiran agresi, dan
ketidaksabaran.
4. Tekanan pada gastrointestinal: mual dan muntah.

Pertimbangan khusus dalam perawatan:


1. Perawatan segera dalam menghadapi rasa sakit. Mengurangi
penderitaandan berusaha mengatasi rasa sakit:
a. Jangan mengharap klien lanjut usia akan bereaksi sama terhadap
rasa sakitnya (ambang rangsangan rasa sakit dan toleransi terhadap
rasa sakit berbeda).
b. Tentukan riwayat rasa sakit klien lanjut usia dan reaksi sebelumnya.
c. Dorong klien lanjut usia membicarakan pengalamannya tentang rasa
sakit. Tunjukkan minat terhadap apa yang dikatakannya, misalnya
dengan isyarat mata atau mengangguk bila menjawab pertanyaan,
dan terutama sediakan waktu untuk klien. Ia menghendaki perawat
ikut merasakan apa yang dialaminya.
d. Manfaatkan pengetahuan yang telah terkumpul tentang reaksi dan
toleransi klien lanjut usia terhadap rasa sakit demi mempermudah
pengobatan.
e. Jelaskan pada klien lanjut usiatentang obat yang diberikan,
khususnya suntikan akan dirasa sakit, tetapi tidak berlangsung lama.
f. Manfaat kegiatan dan percakapan selama mendampingi klien lanjut
usia untuk mengalihkan perhatian dari rasa sakit itu. Beri bahan
bacaan yang klien senangi atau kegiatan yang digemarinya.

17
2. Beralih keperawatan diri sendiri dalam mengontrol rasa sakit.
Menunjukkan tindakan yang dilakukan perawat dank lien lanjut usia
untuk mengurangi penderitaan terus menerus atau meningkatkan
toleransi klien lanjut usia terhadap rasa sakit.
a. Rencanakan tindakan yang dapat mengurangi/menghilangkan rasa
sakit bersama klien
b. Lanjut usia yang menderita sakit tidak dapat menerima desakan.
Bila ia sedang merawat diri, beri kesempatan kepadanya untuk
menyelesaikan tugasnya dengan leluasa.
c. Beri kesempatan pada klien lanjut usia mengekspresikan
perasaannya, khususnya yang berhubungan dengan rada sakit yang
akan dialaminya. Dengan menemukan penyebab, kadang dapat
mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa sakit.
d. Beri tanggapan positif terhadap usaha klien lanjut usia dalam
mengatasi perasaannya.
e. Libatkan teman atau anggota keluarga yang berkenaan dihati klien
lanjut usiabila ia membutuhkan mereka.
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga mencapai tujuan membantu
klien lanjut usia secara tepat. Mengenal dan menerima rasa sakit klien
lanjut usia tanpa memberi penilaian.
a. Hendaknya semua staf atau petugas menyadari reaksi klien lanjut
usia terhadap rasa sakitnya.
b. Adakan pertemuan perawatan untuk membicarakan reaksi atau
tanggaan terhadap rasa sakitnya. Rencanakan pendekatan dan catat
dalam rencana perawatan.
c. Luangkan waktu sejenak untuk refleksi diri, Bagaimana jika saya
mengalami hal seperti yang dialami klien lanjut usia ini? ingatlah,
refleksi diri serta mencari jawaban memperluas pengetahuan atau
pemahaman kita tentang keanekaragaman cara rang menanggapi
situasi, terutama pengalaman yang menyakitkan.
d. Mendorong orang lain yang ada hubungannya dengan klien lanjut
usia agar mau memahami penderitaan klien lanjut usia dengan cara
memberi penjelasaan tentang bagimana dan mengapa klien berbuat
demikian

18
e. Berusaha memamhami pengaruh agama, kebudayaan, dan kejiwaan
dalam hubungannnya dengan rekasi klien lanjut usia terhadap rasa
sakit.

K. Asuhan Keperawatan Lanjut Usia dengan Sedih dan Kecewa

Pengertian:
1. Lose: Peristiwa hilangnya sesuatu atau seseorang yang sangat bernilai
bagi seseorang.
2. Mourning: Proses psikologis yang diakibatkan oleh peristiwa
kehilangan.
3. Grief: Reaksi emosi karena persepsi atau penghayatan peristiwa
kehilangan tersebut.
4. Grief and mourning process: Proses menghadapi, mengatasi, dan
menyesuaikan diri terhadap peristiwa kehilangan. Proses ini mencakup
tahap berikut: syok psikis dan merasa tidak percaya, lama-kelamaan
timbul kesadaran terhadap peristiwa kehilangan tersebut, lalu pulih
kembali.

Perasaan kehilangan umumnya disebabkan oleh hal berikut:


1. Kehilangan fungsi, misalnya seksual dan control usus.
2. Hilangnya gambaran diri atau citra diri.
3. Hilangnya seseorang yang sangat dekat hubungannya.
4. Kehilangan barang yang berharga (rumah, mobil, dan tabungan).

Gejala yang terjadi umumnya:


1. Tahap I: Merasa syok atau terpukul dan tidak percaya. Hampir semua
tingkah laku yang bersifat merusak merupakan sikap penyesuaian pada
tahap ini.
2. Tahap II: Munculnya kesadaran terhadap peristiwa kehilangan
memungkinkan klien lanjut usia mengajukan pertanyaan tentang
peristiwa kehilangan tersebut. Tingkah laku penyesuaian diri, yaitu
mulai mengakui peristiwa kehilangan serta pengaruhnya terhadap
seseorang.
3. Tahap III: Pulih kembali. Tingkah laku yang tampak, misalnya
kemampuan memahami dan menghayati kehilangan tersebut. Setelah

19
itu, melanjutkan kegiatan hidupnya sehari-hari, merencanakan masa
depan, sambil mengingat kembali kejadian, baik yang menyenangkan
maupun yang menyedihkan, yang diakibatkan oleh peristiwa tersebut
secara realitis.
Perimbangan khusus dalam perawatan:
1. Perawatan segera untuk mengetahui bahwa klien lanjut usia sedang
mengalami kehilangan. Mendampingi klien lanjut usia yang
mengalami kehilangan.
Tahap I:
a. Luangkan waktu sedikitnya 15 menit sehari untuk bercakap-cakap
bersama klien lanjut usia.
b. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk mengarahkan
pembicaraan.
c. Katakan kepada klien lanjut usia bahwa dengan peristiwa ini,
berarti ia telah melakukan sesuatu yang baik.
d. Terima tingkah laku klien lanjut usia yang tidak merusak fisik.
Tahap II:
a. Gabungkan pengaruh peristiwa kehilangan tersebut, baik pada diri
klien lanjut usia maupun keluarganya selama pembicaraan dengan
klien lanjut usia. Pertanyaan yang dapat dikemukakan.
Bagaimana tanggapan terhadap peristiwa yang anda alami ?
Bagaimana sikap keluarga anda dalam menghadapi peristiwa
itu ?
b. Libatkan klien lanjut usia dalam merencanakan dan melakukan
perawatan diri.
Tahap III:
a. Diskusikan bersama klien lanjut usia tentang segi positif dan
negative peristiwa kehilangan tersebut.
b. Beri dorongan untuk merencakan masa depannya.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri. Menunjang usaha klien usia dalam
menahan tindakannya.
a. Apabila klien lanjut usia menyangkal dengan dengan melakukan
dengan melakukan sesuatu yang membahayakan fisiknya, batasi
tindakan tersebut dengan menghadapkan klien pada kenyataan.
Intervensi dilakukan sesuai dengan tahapan yang dialami klien.
b. Dalam pembicaraan, beri kesempatan kepadanya untuk
mengrahkan pembicaraan tentang peristiwa tersebut.

20
c. Ulangi pertanyaan yang diajukan klien agar ia dapat mencari
jawabannya dengan bantuan perawat.

Rencana selanjutnya adalah menyokong kesadaran klien tentang perlunya


menghayati peristiwa tersebut:
1. Yakinkan bahwa klien lanjut usia masih mempunyai dukungan, baik
dari keluarga maupun temannya.
2. Yakinkan bahwa klien lanjut usia menyadari bahwa keadaan tersebut
normal dan ia mengerti bahwa setiap orang mengalami proses yang
sama bila mengalami kehilangan.

L. Asuhan Keperawatan Lanjut Usia dengan Gangguan Sensori

Gangguan sensori adalah perubahan persepsi tentang derajat dan jenis


reaksi karena meningkat, menurun, atau rangsangan indera menghilang.

Gejala umumnya:
1. Halusinasi dan atau waham
2. Menarik diri
3. Sikap bermusuhan, yaitu dengan mencaci maki petugas
4. Perasaan yang tidak adekuat dan suka menangis
5. Bingung atau disorientasi waktu, tempat, dan orang
6. Gangguan indera misalnya penciuman, perabaan, penglihatan, dan
pendengaran
7. Gangguan psikomotor
8. Timbul kebosanan dan gelisah

Hal- hal yang mungkin menyebabkan gangguan sensori:


1. Tersekap dalam ruangan yang sempit
2. Tersekap dalam ruangan yang tidak berjendela
3. Rangsangan dari luar secara terus-menerus, misalnya penerangan
lampu, suara atau kerumunan orang
4. Kurangnya rangsangan baru
5. Penempatan klen lanjut usia dalam ruangan isolasi

Peristiwa khusus dalam perawatan:

21
1. Perawatan segera untuk menngenal gangguan sensori atau indera.
Kurangi derajat gangguan atau tingkatkan input indera sebagaimana
dibutuhkan.
a. Bicara langsung dengan klien lanjut usia. Gunakan isyarat mata
untuk menciptakan kontak dengannya.
b. Gunakan sentuhan, elus punggung, pijat, ubah posisi, dan sisir
rambut.
c. Beri perhatian yang teratur. Jangan mengasingkan klien lanjut usia,
baik secara jasmania maupun rohania. Bicara kepada klien lanjut
usia setiap kali masuk atau meninggalkan ruangan.
d. Hati-hati terhadap lingkungan yang monoton, gunakan jam,
penanggala, hiasan dinding, gambar milik klien lanjut usia untuk
merangsang perhatiannya terhadap lingkungan.
e. Beri kesempatan untuk istirahat bagi klien lanjut usia sehingga ada
selingan dan jangan memberi rangsangan secara terus-menerus.
f. Beritahu apa yang akan anda kerjakan setiap hari bertemu klien
lanjut usia.
g. Beberapa gangguan disebabkan oleh posisi tidur. Beri kesempatan
untuk duduk, berdiri, atau sedikit tegak, atau beri latihan fisik, baik
pasif atau pasif.
h. Perasaan bingung yang bersifat fisiologis yang tidak dapat
dikontrol dengan pendekatan tingkah laku. Walaupun demikian,
sangat penting untuk mengadakan pendekatan kepada klien lanjut
usia dan memberikan dorongan. Jangan menambahkan ketakutan
dan kebingungan dengan melakukan penolakan terhadap klien
lanjut usia.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri. Untuk mempermudah klien lanjut
usia mengenali reaksinya terhadap rangsangan khusus atau kekurangan
rangsangan, hal berikut dapat dilakukan:
a. Rencanakan tindakan perawatan serta kegiatan sehari-hari bersama
klien lanjut usia
b. Klien lanjut usia yang tunanetra dan tunarungu mempunyai
kebutuhan khusus karena cacat indra. Yakinkan bahwa klien lanjut
usiayang demikian masih mampu mengungkapkan kebutuhan
tersebut serta memenuhinya

22
c. Minta klien lanjut usia meberi tahu perawat bila rangsangan terlalu
lemah atau terlalu kuat, misalnya, aduh, ribut sekali, saya mau
istrahat. Usahakan mengurangi atau meningkatkan rangsangan
untuk pemenuhan kebutuhan
d. Atur sistem dan ukuran penyinaran atau bau-bauan agar sesuai
e. Beri perubahan sesuai, misalnya ,jalan-jalan, rekreasi, berbincang
bersama klien lanjut usia lain, terapi rekreasi, dan kerja atau
kegiatan social yang cocok
f. Mengadakan penilaian terhadap tindakan perawatan bersama klien
lanjut usia
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usia secara tepat. Untuk mempermudah
mengenali gambaran reaksi lanjut usia terhadap gangguan indra, hal
berikut dapat diterapkan:
a. Mempertimbangkan dan mempergunakan pencegahan atau
pengamanan jika diperlukan
b. Hendaknya petugas mengobservasi sikap dan tanggapan klien
lanjut usia terhadap petugas serta terhadap perawatan yang
diberikan (ingat bahwa tanggapan klien lanjut usia adalah cermin
kebutuhan, dan bukan tanggapan pribadi klien lanjut usia)
c. Bantu klien lanjut usia berkomunikasi dan mengingat
kelemahannya, misalnya klien lanjut usia tunanetra yang tidak
mengenakan kacamata atau yang tuli tidak menggunakan alat bantu
d. Yakinkan bahwa semua petugas dan orang terdekat klien lanjut
usia menyadari kebutuhan lanjut usia untuk istirahat dan mendapat
rangsangan yang teratur. Rangsangan indra yang berlebihan atau
bahkan sangat kurang tidak memungkinkan klien lanjut usia
menghadapi situasi perawatan dipanti atau rumah sakit
e. Berikan rangsangan kepada klien lanjut usia dengan cara bercakap-
cakap, mengadakan permaina, dan membacakan buku untuk klien
lanjut usia
f. Kirim klien lanjut usia dengan cacat indra yang berat ke badan
social yang sesuai, misalnya persatuan tunanetra.

M. Asuhan Keperawatan Lanjut Usia dengan Syok Psikis

23
Psikogenik adalah tingkah laku seseorang yang berusaha menyendiri atau
melindungi dirinya dari peristiwa besar atau bahaya yang dibayangkan
sangat berat bagi dirinya untuk ditanggulangi seketika.

Gejala yang terjadi umummnya:


1. Diam
2. Menangis
3. Memungkiri peristiwa penyebab
4. Tidak dapat bekerja sama
5. Acuh tak acuh
6. Apatis, tidak punya perasaan apapun, tidak dapat berkonsentrasi, tidak
mengerti dan atau mengingat penjelasan
7. Merasa tidak ada pertolongan, kehilangan kebebasan atau harapan
8. Berjalan mondar-mandir
9. Menunjukkan sikap bermusuhan atau menyalahkan petugas.
Pertimbangan khusus dalam perawatan:
1. Perawatan segera untuk mengatasi syok psikis.
a. Menyokong atau menguatkan usaha klien lanjut usia untuk
melindungidiri sendiri akibat peristiwa tersebut.
b. Mendampingi klien lanjut usia selama 15 menit atau sampai ada
orang yang menggantikannya. Beberapa peristiwa yang ada sangat
penting dan dibutuhkan, dan dorong klien menumbuhkan sikap
menerima kenyataan .
c. Observasi klien lanjut usia, beri kesempatan kepada klien untuk
menenangkan diri.
d. Menunjukkan sikap empati dan mendengarkan pembicaraannya.
2. Beralih ke perawatan diri. Untuk memudahkan proses sikap tanggap
kembali dan dapat melakukan kegiatan, hal berikut dapat dilakukan:
a. Pikirkan apa yang perlu dikerjakan orang tersebutdan beri bantuan
bila dibutuhkan.
b. Mencari alternatif untuk memecahkan masalah dengan seseorang,
tetapi beri kesempatan kepada lanjut usia untuk membuat
keputusan yang realistis.
c. Memberi klien sebanyak mungkin kesempatan berktivitas dan
melibatkan orang lain dalam mengatasi frustasi.

24
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usia secara tepat. Sediakan pendampingan yang
akan membantu klien lanjut usia sesuai dengan prinsip kesehatan atau
perawatan.
a. Jelaskan kepada pemberiasuhan tentang apa yang sedang dialami
klien lanjut usia, bagaimana perkembangannya, dan apa yang dapat
terjadi pada klien lanjut usia setelah keadaan pulih kembali,
misalnya mimpi yang mengerikan, keluhan fisik, dan mudah marah
terhadap orang lain.
b. Beri pujian pada orang yang menaruh perhatian dan kesediaannya
utnuk melibatkan diri dangan klien lanjut usia.
c. Beri pertolongan kepada klien lanjut usia agar mampu menyatakan
kebutuhannya, mengembalikan kemampuannya mengatur hidup,
mengambil keputusan, dan mampu berbuat untuk dirinya sebanyak
mungkin.
d. Minta pemberi asuhan memanfaatkan kemampuan pribadinya,
misalnya humor dan mendengarkan, memberi dukungan pada saat
klien mengalami kesedihan, rasa bersalah, atau ketakutan.

25

You might also like