Professional Documents
Culture Documents
GANGGUAN MENTAL
Pendahuluan
1
psikososial pada lansia. Masalah kesehatan jiwa yang sering muncul pada
lansia adalah gangguan proses pikir, demensia, gangguan perasaan seperti
agresi, marah, kecemasan, depresi, ketakutan, gangguan fisik, dan gangguan
perilaku.
2
1) Menggunakan pertanyaan terbuka.
2) Duduk mendampingi dan mendengarkan klien lanjut usia.
3) Menjelaskan bahwa agresi klien lanjut usia itu dapat terjadi
karena rasa ketergantungan dan kekhawatirannya.
4) Jangan mencoba untuk mempertahankan diri, mempertahankan
para petugas, ataupun mempertahankan perawatan di rumah
sakit. Hal yang demikian hanya akan meningkatkan agitasi
klien lanjut usia. Oleh karena itu, dengarkan apa yang
dikatakan oleh klien lanjut usia. Perhatian semacam ini paling
tidak diberikan sehari sekali.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri dengan membimbing atau
mengarahkan kembali pengungkapan kebutuhan guna
mempertahankan kebebasan serta kontrol.
a. Merencanakan tindakan perawatan, juga yang bersifat rutin atau
sehari-hari bersama klien lanjut usia, beri keleluasaan kepada
mereka sebanyak mungkin dalam mengambil keputusan.
b. Melakukan penilaian tindakan perawatan tersebut bersama klien
lanjut usia.
c. Memberi kesempatan kepada klien lanjut usia untuk merencanakan
serta melakukan hal yang disukainya, misalnya tidur terlambat,
merenda atau membaca.
d. Memberi pujian terhadap usaha klien lanjut usia dalam mengontrol
atau mengekspresikan tingkah laku agresifnya secara konstruktif.
3. Bekerjasama dengan tim dan keluarga membantu klien lanjut usia
secara tepat.
a. Menjelaskan kepada tim dan keluarga tentang penyebab tingkah
laku klien lanjut usia, cara mengendalikan diri, mengatasi
perawatan di rumah sakit, mengatasi ketakutan dan kehilangan
kontrol yang mungkin muncul.
b. Memberi pujian terhadap usaha orang lain yang membantu klien
lanjut usia mengatassi stres.
c. Menekankan kepada petugas perawatan tentang pentingnya
tindakan memberi hukuman berat atau menghindarkan klien lanjut
usia mengatasi masalahnya dengan tingkah laku yang secara fisik
merusak dirinya atau orang lain.
3
B. Asuhan Keperawatan Lanjut Usia dengan Marah
4
c. Minta klien lanjut usia mengerjakan bagian perawatan tertentu,
sementara anda mengerjakan bagian yang lain.
d. Menilai tindakan perawatan bersama lanjut usia.
e. Meluangkan waktu setiap hari bersama klien lanjut usia, mengajak
bercakap-cakap, mengarahkan pembicaraan tentang penyakitnya
yang dapat menimbulkan perasaan tidak senang, gunakan
pertanyaan terbuka.
3. Bekerjasama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usia secara tepat:
a. Memudahkan klien lanjut usia mengungkapkan perasaan positif
dan perasaan negatif melalui orang lain.
b. Meluangkan waktu bersama klien lanjut usia dan orang terdekat
klien untuk menjelaskan perlunya perasaan positif dan perasaan
negatif tentang sesuatu yang sedang menimpa dirinya.
c. Memuji usaha orang terdekat klien yang mendorong klien lanjut
usia mengekspresikan kemarahannya secara konstruktif.
d. Memuji usahanya dalam mengungkapkan perasaannya tentang
sesuatu yang sedang terjadi. Dukung usahanya untuk bertahan, dan
beri waktu untuk menenangkan kemarahannya.
5
1. Perawatan segera dalam menaggapi kecemasan yang dialami dan
menurukan derajat kecemasan, dengan jalan:
a. Menyediakan waktu bersama klien paling sedikit 5 menit 3 kali
sehari.
b. Mendengarkan apa yang dibicarakan klien.
c. Memberi penjelasan kepada klien lanjut usia secara jelas dan
ringkas tentang apa yang terjadi.
d. Jangan memberi lebih dari satu informasi atau rangkaian
penjelasan sekaligus (klien lanjut usia tidak bisa menguasai banyak
informasi).
e. Jangan menuntut klien lanjut usia ketika terjadi kecemasan.
f. Tanyakan kepada klien lanjut usia apa yang dapat Anda lakukan
untuk membuat perasaannya lebih senang.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri. Untuk memudahkan dalam
mengenal sumber kecemasan dan kembalinya lanjut usia pada aktivitas
yang menuntut tanggung jawab:
a. Identifikasi bersama klien lanjut usia mengenai ketegangan dan
ketakutan yang menimbulkan perasaan cemasnya.
b. Libatkan klien lanjut usia dalam keputusan tentang perawatannya.
c. Lanjutkan percakapan dengan kklien lanjut usia secara teratur,
meningkatkan durasinya, tetapi mengurangi jumlah percakapan
setiap hari.
3. Bekerjasama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usai secara tepat:
a. Melibatkan staf lain dalam merawat klien lanjut usia melalui
tindakan, seperti memperkuat penjelasan yang diberikan,
menyediakan sedikit waktu untuk klien lanjut usia ketika cemas
muncul, apa yang dikatakan kepada klien lanjut usia harus realitas.
b. Melibatkan anggota keluarga atau teman dalam proses memberi
keyakinan kembali dan penjelasan.
c. Memberi penekanan pada pernyataan/sikap orang lain yang positif
sehingga meringankan kecemasan lansia.
6
Kekacauan adalah sifat atau keadaan kebingungan akut. Kekacauan
merupakan ketidaksanggupan memahami atau merangkai kata atau
peristiwa secara khusus.
7
e. Melakukan tindakan pengamanan untuk mencegah luka pada diri
klien dan orang lain.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri (tepatnya untuk kekacauan yang
ringan, baik yang bersifat sementara atau tetap). Untuk membantu dan
memudahkan klien lanjut usia sadar akan dirinya dan lingkungannya
sekarang, hal berikut dapat dilakukan:
a. Memuji klien lanjut usia dalam usahanya bergabung bersama orang
lain dan ikut serta dalam lingkungannya.
b. Bersikap jujur kepada lanjut usia.
c. Hindari sikap yang dapat menimbulkan rasa malu pada klien lanjut
usia (mis., menganggap klien seperti anak kecil atau mencaci bila
klien bersikap kurang dewasa)
d. Tetap ingat bahwa klien lanjut usia mempunyai kebutuhan dan
hasrat.
3. Bekerjasama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usia secara tepat.
a. Hindari keterlibatan petugas kesehatan dalam pendekatan oleh
keluarga yang tidak jujur kepada klien lanjut usia. (mis., keluarga
mencoba mengambil keuntungan dari kelemahan mental lanjut
usia)
b. Terangkan kepada keluarga atau staf lain tentang perlunya
mengetahui dan menghayati kebenaran.
c. Hindari sikap penolakan keluarga atau orang terdekat terhadap
klien lanjut usia.
d. Puji klien, staf, dan orang lain yang melibatkan diri terhadap klien
lanjut usia.
8
3. Menolak membicarakan perawatannya di rumah sakit.
4. Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum. Khusunya
tindakan yang langsung mengikut sertakan dirinya, misalnya
perawatan kolostomi.
5. Menolak nasehat, misalnya istirahat baring, berganti posisi tidur,
terutama nasehat tersebut demi kenyamanan penderita.
9
c. Membantu klien lanjut usia mengungkapkan keresahan atau
perasaan sedihnya dengan menggunakan pertanyaan terbuka,
mendengarkan, dan meluangkan waktu bersamanya setiap hari.
3. Bekerjasama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usia secara tepat.
a. Melibatkan orang lain dalam membantu klien lanjut usia
menentukan perasaannya.
b. Meluangkan waktu untuk menjelaskan kepada mereka tentang apa
yang sedang terjadi pada klien lanjut usia serta hal yang dapat
dilakukan untuk dapat membantunya.
c. Mungkinkan pihak lain memuji usaha klien lanjut usia yang
menerima realistis.
d. Menyadarkan pihak lain tentang pentingnya pemberian hukuman
(bukan hukuman fisik) apabila klien lanjut usia menggunakan
penolakan.
Penampilan umum:
1. Menolak ikut dalam perawatan diri sendiri.
2. Terus-menerus meminta perawat untuk melakuakan apa yang
sebenarnya ia sanggup lakuakan sendiri.
3. Sering meminta perawat masuk kamarnya.
4. Terus-menerus menyatakan dengan kata-kata dan perbuatan bahwa ia
tidak berdaya dan tidak mampu untuk mengerjakan sesuatu sendiri.
5. Menolak mempelajari cara baru dalam merawat diri sendiri.
6. Menolak atau tidak mampu mengambil keputusan.
7. Tidak ungin berpindah dari tempat biasanya ketempat lain.
10
1) Apakah dari lingkungan (dirawat di rumah sakit dapat
mengurangi dan/atau menghilangkan kemampuan mandiri)
sehingga ia merasa bergantung kepada orang lain.
2) Ketakutan tentang perubahan yang telah terjadi.
b. Hindari sikap meremehkan klien yang tidak dapat mandiri.
c. Secara hati-hati, tentukan batasan dan jenis perilaku
ketergantungan yang bisa diterima oleh perawat.
d. Beri perhatian sebentar dan sering.
e. Beri tahu kepadanya bila Anda akan datang lagi, kembali pada
waktu yang telah ditetapkan, atau minta orang lain untuk
mengganti kehadiran Anda.
f. Duduk bersama klien sedikitnya sehari sekali.
g. Jelaskan kepadanya bahwa Anda tidak mengizinkan ia terlalu
bergantung kepada Anda menghormatinya dan Anda menyadari
bahwa ia sanggup melakukan untuk dirinya sebelum di rawat dan
sekarang Anda tidak akan merebut kemampuannya tersebut.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri.
a. Secara perlahan mengikut sertakan klien lanjut usia dan mulai
dengan satu kegiatan lebih dulu. Misalnya, meminta klien lanjut
usia membantu anda memegangi sesuatu, beri pujian atas usahanya
bila ia ikut ambil bagian, tetapi jangan dibesar-besarkan.
b. Beri bantuan dan pujian atas seluruh usahanya yang mengarah
kepada kemampuan berdirih sendiri.
c. Libatkan klien lanjut usia dalam membuat rencana perawatannya.
Izinkan ia mengambil beberapa keputusan dengan satu atau dua
keputusan, jangan semua.
3. Bekerjasama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usia secara tepat. Untuk memudahkan pihak
lain mengenali usaha klien lanjut usia yang bergantung pada orang lain
dan usaha pihak lain membantu klien lanjut usia memperoleh
kemandirian. Hal berikut dapat dilakukan:
a. Beri penjelasan dengan hati-hati mengenai perlunya klien lanjut
usia tidak bergantung pada keluarga dan teman.
b. Libatkan keluarga dalam memandirikan klien lanjut usia, dan beri
pujian atas usahanya tersebut.
11
c. Puji orang terdekat klien lanjut usia bila mereka membantu klien
lanjut usia mandiri.
12
d. Jika anda merasa perlu, usulkan pada dokter untuk memakai anti
depresan.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri untuk menambah harga diri.
a. Tetap luangkan waktu untuk klien lanjut usia setiap hari.
b. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengekspresikan perasaan
klien lanjut usia, misalnya, anda kelihatan sedih hari ini, apa yang
anda rasakan?
c. Jangan katakan pada klien lanjut usia bahwa ia tidak sesedih
seperti yang ia rasakan. Pendekatan ini hanya akan menguatkan
perasaan bahwa tidak seorangpun yang tidak mengerti dirinya.
d. Puji klien lanjut usia karena keterlibatannya dalam menolong
dirinya atau aktivitas lainnya.
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usia secara optimal. Untuk memudahkan
pengenalan cara penyesuaian diri dan memudahkan staf mengatasi
masalah klien lanjut usia hal berikut dapat dilakukan:
a. Meyakinkan pemberi asuhan tentang tanggung jawab mereka
untuk tidak memperberat rasa sedih klien.
b. Menganjurkan staf atau orang terdekat memuji klien lanjut usia
atas usaha dan aktivitasnnya.
c. Membantu staf dalam upaya berkomunikasi dengan klien lanjut
usia, mengarahkan mereka supaya memberi perhatian kepada
lanjut usia sebanyak mungkin.
Ketakutan adalah reaksi emosional terhadap sumber atau bahaya dari luar.
13
7. Merasa ada tekanan yang aneh dalam perut.
8. Keluhan somatik.
14
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usia secara tepat. Untuk membantu mengatasi
ketakutan secara tepat dan sesuai dengan keadaan, hal berikut dapat
dilakukan:
a. Pemberi asuhan meminta dokter menjelaskan tentang diagnosis dan
pengobatan.
b. Libatkan dan berikan penjelasan kepada orang lain yang berminat
sehingga mereka menguatkan pengajaran atau keterangan yang
telah anda berikan.
c. Mengatasi rasa takut teman dan keluarga klien agar mereka dapat
memberi dorongan pada klien lanjut usia.
15
b. Beri tanggapan yang baik serta pujian atas tindakannya yang tidak
bersifat manipulatif.
c. Beri kesempatan pada klien lanjut usia untuk mengungkapkan
kemarahannya dengan kata-kata
d. Batasi tindakannya yang bersifat merusak.
e. Catat instruksi dan keterangan yang diberikan kepada lanjut usia
secara tepat dalam catatan perawatan. Cara yang dimaksudkan agar
klien lanjut usia tidak mengubah, melupakan, dan menyelewengkan
komunikasi.
f. Beri tahu keluarga tentang segala hal yang dikerjakan perawat dan
alasannya.
2. Beralih kepelaksanaan perawatan diri sendiri. Mempermudah
ketelibatan aktif klien lanjut usia dalam perawatan dirinya, misalnya
rasa tanggung jawab atas segala tindakannya.
a. Rencanakan perawatan dan tindakan sehari-hari bersama klien
lanjut usia.
b. Tentukan siapa yang bertanggung jawab atas tindakan perawatan,
klien lanjut usia atau perawat.
c. Menilai hasil perawatan bersama klien lanjut usia.
d. Beri pujian atas usaha klien dalan menjalankan tanggung jawab.
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usia secara tepat.menyadarkan klien lanjut usia
atas tingkah laku manipulasinya serta pengaruh yang muncul terhadap
orang lain.
a. Mendampingi dokter pada saat ronde/sesi untuk mencegah
terjadinya kekacauan informasi.
b. Yang terpenting adalah komunikasi serta pendekatan yang jelas dan
konsisten diantara para petugas bila menbicarakan tingkah laku
klien lanjut usia yang manipulatif tersebut.
c. Puji para petugas dan anggota keluarga atas usahanya dalam
mengurangi tingkah laku klien lanjut usia yang manipulatif.
16
Rasa sakit adalah satu atau beberapa rangsangan yang menyebabkan rasa
sakit. Hal ini sering kali menyebabkan reaksi emosi yang hebat
dibandingkan dengan rasa sakit itu sendiri.
17
2. Beralih keperawatan diri sendiri dalam mengontrol rasa sakit.
Menunjukkan tindakan yang dilakukan perawat dank lien lanjut usia
untuk mengurangi penderitaan terus menerus atau meningkatkan
toleransi klien lanjut usia terhadap rasa sakit.
a. Rencanakan tindakan yang dapat mengurangi/menghilangkan rasa
sakit bersama klien
b. Lanjut usia yang menderita sakit tidak dapat menerima desakan.
Bila ia sedang merawat diri, beri kesempatan kepadanya untuk
menyelesaikan tugasnya dengan leluasa.
c. Beri kesempatan pada klien lanjut usia mengekspresikan
perasaannya, khususnya yang berhubungan dengan rada sakit yang
akan dialaminya. Dengan menemukan penyebab, kadang dapat
mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa sakit.
d. Beri tanggapan positif terhadap usaha klien lanjut usia dalam
mengatasi perasaannya.
e. Libatkan teman atau anggota keluarga yang berkenaan dihati klien
lanjut usiabila ia membutuhkan mereka.
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga mencapai tujuan membantu
klien lanjut usia secara tepat. Mengenal dan menerima rasa sakit klien
lanjut usia tanpa memberi penilaian.
a. Hendaknya semua staf atau petugas menyadari reaksi klien lanjut
usia terhadap rasa sakitnya.
b. Adakan pertemuan perawatan untuk membicarakan reaksi atau
tanggaan terhadap rasa sakitnya. Rencanakan pendekatan dan catat
dalam rencana perawatan.
c. Luangkan waktu sejenak untuk refleksi diri, Bagaimana jika saya
mengalami hal seperti yang dialami klien lanjut usia ini? ingatlah,
refleksi diri serta mencari jawaban memperluas pengetahuan atau
pemahaman kita tentang keanekaragaman cara rang menanggapi
situasi, terutama pengalaman yang menyakitkan.
d. Mendorong orang lain yang ada hubungannya dengan klien lanjut
usia agar mau memahami penderitaan klien lanjut usia dengan cara
memberi penjelasaan tentang bagimana dan mengapa klien berbuat
demikian
18
e. Berusaha memamhami pengaruh agama, kebudayaan, dan kejiwaan
dalam hubungannnya dengan rekasi klien lanjut usia terhadap rasa
sakit.
Pengertian:
1. Lose: Peristiwa hilangnya sesuatu atau seseorang yang sangat bernilai
bagi seseorang.
2. Mourning: Proses psikologis yang diakibatkan oleh peristiwa
kehilangan.
3. Grief: Reaksi emosi karena persepsi atau penghayatan peristiwa
kehilangan tersebut.
4. Grief and mourning process: Proses menghadapi, mengatasi, dan
menyesuaikan diri terhadap peristiwa kehilangan. Proses ini mencakup
tahap berikut: syok psikis dan merasa tidak percaya, lama-kelamaan
timbul kesadaran terhadap peristiwa kehilangan tersebut, lalu pulih
kembali.
19
itu, melanjutkan kegiatan hidupnya sehari-hari, merencanakan masa
depan, sambil mengingat kembali kejadian, baik yang menyenangkan
maupun yang menyedihkan, yang diakibatkan oleh peristiwa tersebut
secara realitis.
Perimbangan khusus dalam perawatan:
1. Perawatan segera untuk mengetahui bahwa klien lanjut usia sedang
mengalami kehilangan. Mendampingi klien lanjut usia yang
mengalami kehilangan.
Tahap I:
a. Luangkan waktu sedikitnya 15 menit sehari untuk bercakap-cakap
bersama klien lanjut usia.
b. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk mengarahkan
pembicaraan.
c. Katakan kepada klien lanjut usia bahwa dengan peristiwa ini,
berarti ia telah melakukan sesuatu yang baik.
d. Terima tingkah laku klien lanjut usia yang tidak merusak fisik.
Tahap II:
a. Gabungkan pengaruh peristiwa kehilangan tersebut, baik pada diri
klien lanjut usia maupun keluarganya selama pembicaraan dengan
klien lanjut usia. Pertanyaan yang dapat dikemukakan.
Bagaimana tanggapan terhadap peristiwa yang anda alami ?
Bagaimana sikap keluarga anda dalam menghadapi peristiwa
itu ?
b. Libatkan klien lanjut usia dalam merencanakan dan melakukan
perawatan diri.
Tahap III:
a. Diskusikan bersama klien lanjut usia tentang segi positif dan
negative peristiwa kehilangan tersebut.
b. Beri dorongan untuk merencakan masa depannya.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri. Menunjang usaha klien usia dalam
menahan tindakannya.
a. Apabila klien lanjut usia menyangkal dengan dengan melakukan
dengan melakukan sesuatu yang membahayakan fisiknya, batasi
tindakan tersebut dengan menghadapkan klien pada kenyataan.
Intervensi dilakukan sesuai dengan tahapan yang dialami klien.
b. Dalam pembicaraan, beri kesempatan kepadanya untuk
mengrahkan pembicaraan tentang peristiwa tersebut.
20
c. Ulangi pertanyaan yang diajukan klien agar ia dapat mencari
jawabannya dengan bantuan perawat.
Gejala umumnya:
1. Halusinasi dan atau waham
2. Menarik diri
3. Sikap bermusuhan, yaitu dengan mencaci maki petugas
4. Perasaan yang tidak adekuat dan suka menangis
5. Bingung atau disorientasi waktu, tempat, dan orang
6. Gangguan indera misalnya penciuman, perabaan, penglihatan, dan
pendengaran
7. Gangguan psikomotor
8. Timbul kebosanan dan gelisah
21
1. Perawatan segera untuk menngenal gangguan sensori atau indera.
Kurangi derajat gangguan atau tingkatkan input indera sebagaimana
dibutuhkan.
a. Bicara langsung dengan klien lanjut usia. Gunakan isyarat mata
untuk menciptakan kontak dengannya.
b. Gunakan sentuhan, elus punggung, pijat, ubah posisi, dan sisir
rambut.
c. Beri perhatian yang teratur. Jangan mengasingkan klien lanjut usia,
baik secara jasmania maupun rohania. Bicara kepada klien lanjut
usia setiap kali masuk atau meninggalkan ruangan.
d. Hati-hati terhadap lingkungan yang monoton, gunakan jam,
penanggala, hiasan dinding, gambar milik klien lanjut usia untuk
merangsang perhatiannya terhadap lingkungan.
e. Beri kesempatan untuk istirahat bagi klien lanjut usia sehingga ada
selingan dan jangan memberi rangsangan secara terus-menerus.
f. Beritahu apa yang akan anda kerjakan setiap hari bertemu klien
lanjut usia.
g. Beberapa gangguan disebabkan oleh posisi tidur. Beri kesempatan
untuk duduk, berdiri, atau sedikit tegak, atau beri latihan fisik, baik
pasif atau pasif.
h. Perasaan bingung yang bersifat fisiologis yang tidak dapat
dikontrol dengan pendekatan tingkah laku. Walaupun demikian,
sangat penting untuk mengadakan pendekatan kepada klien lanjut
usia dan memberikan dorongan. Jangan menambahkan ketakutan
dan kebingungan dengan melakukan penolakan terhadap klien
lanjut usia.
2. Beralih ke perawatan diri sendiri. Untuk mempermudah klien lanjut
usia mengenali reaksinya terhadap rangsangan khusus atau kekurangan
rangsangan, hal berikut dapat dilakukan:
a. Rencanakan tindakan perawatan serta kegiatan sehari-hari bersama
klien lanjut usia
b. Klien lanjut usia yang tunanetra dan tunarungu mempunyai
kebutuhan khusus karena cacat indra. Yakinkan bahwa klien lanjut
usiayang demikian masih mampu mengungkapkan kebutuhan
tersebut serta memenuhinya
22
c. Minta klien lanjut usia meberi tahu perawat bila rangsangan terlalu
lemah atau terlalu kuat, misalnya, aduh, ribut sekali, saya mau
istrahat. Usahakan mengurangi atau meningkatkan rangsangan
untuk pemenuhan kebutuhan
d. Atur sistem dan ukuran penyinaran atau bau-bauan agar sesuai
e. Beri perubahan sesuai, misalnya ,jalan-jalan, rekreasi, berbincang
bersama klien lanjut usia lain, terapi rekreasi, dan kerja atau
kegiatan social yang cocok
f. Mengadakan penilaian terhadap tindakan perawatan bersama klien
lanjut usia
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usia secara tepat. Untuk mempermudah
mengenali gambaran reaksi lanjut usia terhadap gangguan indra, hal
berikut dapat diterapkan:
a. Mempertimbangkan dan mempergunakan pencegahan atau
pengamanan jika diperlukan
b. Hendaknya petugas mengobservasi sikap dan tanggapan klien
lanjut usia terhadap petugas serta terhadap perawatan yang
diberikan (ingat bahwa tanggapan klien lanjut usia adalah cermin
kebutuhan, dan bukan tanggapan pribadi klien lanjut usia)
c. Bantu klien lanjut usia berkomunikasi dan mengingat
kelemahannya, misalnya klien lanjut usia tunanetra yang tidak
mengenakan kacamata atau yang tuli tidak menggunakan alat bantu
d. Yakinkan bahwa semua petugas dan orang terdekat klien lanjut
usia menyadari kebutuhan lanjut usia untuk istirahat dan mendapat
rangsangan yang teratur. Rangsangan indra yang berlebihan atau
bahkan sangat kurang tidak memungkinkan klien lanjut usia
menghadapi situasi perawatan dipanti atau rumah sakit
e. Berikan rangsangan kepada klien lanjut usia dengan cara bercakap-
cakap, mengadakan permaina, dan membacakan buku untuk klien
lanjut usia
f. Kirim klien lanjut usia dengan cacat indra yang berat ke badan
social yang sesuai, misalnya persatuan tunanetra.
23
Psikogenik adalah tingkah laku seseorang yang berusaha menyendiri atau
melindungi dirinya dari peristiwa besar atau bahaya yang dibayangkan
sangat berat bagi dirinya untuk ditanggulangi seketika.
24
3. Bekerja sama dengan tim dan keluarga untuk mencapai tujuan
membantu klien lanjut usia secara tepat. Sediakan pendampingan yang
akan membantu klien lanjut usia sesuai dengan prinsip kesehatan atau
perawatan.
a. Jelaskan kepada pemberiasuhan tentang apa yang sedang dialami
klien lanjut usia, bagaimana perkembangannya, dan apa yang dapat
terjadi pada klien lanjut usia setelah keadaan pulih kembali,
misalnya mimpi yang mengerikan, keluhan fisik, dan mudah marah
terhadap orang lain.
b. Beri pujian pada orang yang menaruh perhatian dan kesediaannya
utnuk melibatkan diri dangan klien lanjut usia.
c. Beri pertolongan kepada klien lanjut usia agar mampu menyatakan
kebutuhannya, mengembalikan kemampuannya mengatur hidup,
mengambil keputusan, dan mampu berbuat untuk dirinya sebanyak
mungkin.
d. Minta pemberi asuhan memanfaatkan kemampuan pribadinya,
misalnya humor dan mendengarkan, memberi dukungan pada saat
klien mengalami kesedihan, rasa bersalah, atau ketakutan.
25