You are on page 1of 8

I.

FACTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHIDUPAN MIKROBA


Tiap-tiap makhluk hidup itu keselamatannya sangat tergantung kepada keadaan
sekitarnya, terlebih-lebih mikro organisme. Makhlukmakhluk halus ini tidak dapat menguasai
faktor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan
sekelilingnya. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri ialah dengan menyesuaikan diri
(adaptasi) kexXXpada pengaruh faktor-faktor luar. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat
serta bersifat sementara waktu, akan tetapi dapat pula perubahan itu bersifat permanen sehingga
mempengaruhi bentuk morfologi serta sifat-sifat fisiologi yang turun menurun. Kehidupan
bakteri tidak hanya di pengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan akan tetapi juga mempengaruhi
keadaan lingkungan. Misal, bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia
tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini di sebut
perubahan secara kimia.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan mikroba meliputi unsur-unsur nutrisi dan
faktor lingkungan yaitu faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Faktor-faktor biotik terdiri
atas mahluk-mahluk hidup, sedang faktor-faktor abiotik terdiri dari faktor-faktor alam (fisika)
dan faktorfaktor kimia.

A .Faktor Suplai Nutrisi

Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber
energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen,
oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan
sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya
dapat menyebabkan kematian.
Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber
nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan
seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah
untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya
terkendali.

A. Faktor-Faktor Abiotik.
Faktor abiotik adalah faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan yang bersifat fisika dan kimia.
Di antara faktor-faktor yang perlu di perhatikan ialah suhu, pH, tekanan osmose, pengeringan,
sinar gelombang pendek, tegangan muka dan daya oligodinamik.
a. Suhu
Masing-masing mikrobia memerlukan suhu tertentu untuk hidupnya. Suhu pertumbuhan suatu
mikrobia dapat di bedakan dalam suhu minimum, optimum dan maksimum. Daya tahan terhadap
suhu itu tidak sama bagi tiap-tiap spesies. Ada spesies yang mati setelah mengalami pemanasan
beberapa menit di dalam cairan medium pada suhu 60C, sebaliknya ,bakteri yang membentuk
spora seperti genus Bacillus dan Clostridium itu tetap hidup setelah di panasi dengan uap 100C
atau lebih selama kira-kira setengah jam. Untuk sterilisali, maka syaratnya untuk membunuh
setiap spesies untuk membunuh setiap spesies bakteri ialah pemanasan selama 15 menit dengan
tekanan 15 pound serta suhu 121C di dalam autoklaf.
Berdasarkan ketahanan panas ,maka mikroba dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :
- Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak apabila dipanaskan pada suhu 60oC
selama 10-20 menit.
- Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.
- Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih dari 60oC selama 10-20 menit tapi kurang dari
100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.

Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara yang berlawanansebagai berikut :
1) Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat.
Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolisme akan menurun
dan pertumbuhandiperlambat.

2) Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhan akan terhenti, kompenen
sel menjadi tidak aktif dan rusak, sehingga sel-sel menjadi mati.

Berdasarkan hal di atas, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan mikroorganisme
digolongkan menjadi tiga, yaitu :
Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya maka pertumbuhanterhenti.
Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat dan optimum.
(Disebut juga suhu inkubasi)
Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada di atasnya maka pertumbuhantidak terjadi.

Tabel 1 : Penggolongan bakteri menurut suhu


Suhu
Kelompok Suhu Minimum Suhu Optimum
Maksimum
Psikrofil - 15o C. 10o C. 20o C.
Psikrotrof - 1o C. 25o C. 35o C.
Mesofil 5 10o C. 30 37o C. 40o C.
Thermofil 40o C. 45 55o C. 60 80o C.
Thermotrof 15o C. 42 46o C. 50o C.

Suhu tinggi di atas suhu maksimum mengakibatkan

Titik kematian thermalSuhu yang dapat mematikan spesies mikroba dalam waktu 10
menit pada kondisi tertentu.

Waktu kematian thermal

Waktu yang diperlukan untuk membunuh suatu spesies mikroba pada suatu suhu yang
tetap.

Suhu rendah mengakibatkan

Cold shock

Penurunan suhu yang tiba-tiba menyebabkan kematian bakteri, terutama pada


bakteri muda atau pada fase logaritmik

Pembekuan (freezing)

Rusaknya sel dengan adanya kristal es di dalam air intraseluler

Lyofilisasi

Proses pendinginan di bawah titik beku dalam keadaan vakum secara


bertingkat.

Proses pengawetan mikroba karena air protoplasma langsung diuapkan tanpa


melalui fase cair (sublimasi)

a. pH (derjat keasaman)
Mikrobia dapat tumbuh baik pada daerah pH tertentu, misalnya untuk bakteri pada pH
6,5 7,5; khamir pada pH 4,0 4,5 sedangkan jamur dan aktinomisetes pada daerah
pH yang luas. Setiap mikrobia mempunyai pH minimum, optimum dan maksimum
untuk pertumbuhanya. Berdasarkan atas perbedaan daerah pH untuk pertumbuhanya
dapat dibedakan mikrobia yaitu:

asidofil, tumbuh pada pH 2,0 5,0

mesofil ( neutrofil ) tumbuh pada pH 5,5 8,0

alkalofil tumbuh pada pH 8,4 9,5

Untuk menahan perubahan dalam medium sering ditambahkan larutan


bufer. pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri antara 6,5 dan 7,5.
Namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keaadaan sangat masam atau
sangat alkalin, bila bakteri di kuitivasi di dalam suatu medium yang mula-
mula disesuaikan pHnya misal 7 maka mungkin pH ini akan berubah sebagai
akibat adanya senyawasenyawa asam atau basa yang dihasilkan
selama pertumbuhannya. Pergesaran pH ini dapat sedemikian besar sehingga
mengahambat pertumbuhan seterusnya organisme itu. Pergeseran pH dapat
dapat dicegah dengan menggunakan larutan penyangga dalam medium,
larutan penyangga adalah senyawa atau pasangan senyawa yang dapat
menahan perubahan pH.

Istilah pH pada suatu symbol untuk derajat keasaman atau alkanitas suatu larutan;
pH=log (1/[H+]) dengan [H+] sebagai konsentrasi ion hydrogen. pH air suling ialah
7,0 (netral); cuka 2,25; sari tomat, 4,2; susu, 6,6; natrium bikarbonat (0,1N), 8,4; susu
magnesia, 10,5.

Tabel 2. Nilai pH untuk pertumbuhan mikrobia

Mikrobia pH minimum pH maksimum


Bakteri:
Escherichia coli 4,4 9,0
Salmonella typhi 4,5 8,0
Streptococcus lactis 4,3 4,8
Lactobacillus spp. 30 7,2
Thiobacillus thiooxidans < 1,0 9,8

Jamur 1,5-2,0 11,0


Yeast 1,5 8,0-8,5
Acontium velatum (fungi) 0,2-0,7 7,0
Pada Tabel 2 terlihat bahwa sebagian besar mikrobia tumbuh dengan baik pada pH sekitar
7,0 (6,6 7,5), sedangkan sebagian kecil tumbuh di bawah pH 4,0. Bakteri cenderung lebih
rewel daripada jamur dan yeast. Bakteri pathogen merupakan mikrobia yang paling rewel dalam
hubungannya dengan pH. pH optimum untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri terletak antara
6,5 7,5. Namun beberapa spesies bakteri dapat tumbuh dalam keadaan sangat masam atau
sangat alkali. Bagi sebagian besar bakteri, nilai pH minimum dan maksimum adalah antara 4 dan
9.
Tabel 3. pH minimum, optimum, dan maksimum untuk pertumbuhan beberapa spesies bakteri
Spesies bakteri Kisaran pH untuk pertumbuhan
pH minimum pHoptimum pH maksimum
Thiobacillus 0,5 2,0-3,5 6,0
thiooxidans
Acetobacter aceti 4,0-4,5 5,4-6,3 7,0-8,0
Staphylococcus 4,2 7,0-7,5 9,3
aureus
Azotobacter spp 5,5 7,0-7,5 8,5
Chlorobium 6.0 6,8 7,0
limicola
Thermus 6,0 7,5-7,8 9,5
aquaticus

Bila bakteri ditumbuhkan pada suatu medium yang mula-mula pH disesuaikan misalnya pH
7, maka mungkin sekali pH ini akan berubah karena adanya senyawasenyawa asam atau basa
yang dihasilkan selama pertumbuhannya. Pergeseran pH ini dapat sedemikian besar, sehingga
dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Pergeseran pH ini dapat dicegah dengan menggunakan
larutan penyangga dalam medium, misalnya kombinasi garam fosfat berupa KH2PO4 dan KHPO4,
atau pepton. Larutan penyangga merupakan senyawa atau pasangan senyawa yang dapat
menahan perubahan pH.

Suhu, lingkungan, gas dan pH adalah faktor-faktor fisik utama yang harus
dipertimbangkan di dalam penyediaan kondisi optimum bagi pertumbuhan kebanyakan spesies
bakteri. Beberapa kelompok bakteri mempunyai persyaratan tambahan. Sebagai contoh,
organisme fotoautotrofik (fotosintetik) harus diberi sumber pencahayaan, karena cahaya adalah
sumber energinya. Pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi oleh keadaan tekanan osmotik (tenaga
atau tegangan yang terhimpun ketika air berdifusi melalui suatu membran) atau tekanan
hidrostatik (tegangan zat alir). Bakteri tertentu, yang disebut bakteri halofilik dan dijumpai di air
asin, wadah berisi garam, makanan yang diasin, air laut, dan danau air asin, hanya tumbuh bila
mediumnya mengandung konsentrasi garam yang tinggi. Air laut mengandung 3,5 persen
natrium klorida; di danau air asin, konsentrasi natrium kloridanya dapat mencapai 25 persen.
Mikroorganisme yang membutuhkan NaCl untuk pertumbuhannya di sebut halofil obligat
mereka tidak akan tumbuh kecuali bila konsentrasi garamnya tinggi, yang dapat
tumbuh dalam larutan natrium kloride tetapi tidak mensyaratkannya disebut halofil
fakultatif mereka tumbuh dalam lingkungan berkonsentrasi garam tinggi atau
rendah. Ini menunjukkan adanya tanggapan terhadap tekanan osmotik. Telah
diisolasi bakteri dari parit-parit terdalam dilautan yang tekanan hidrostatiknya
mencapai ukuran ton meter persegi.

a. Kelembaban
Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan
ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85C, sedangkan untuk jamur dan
aktinomises diperlukan kelembaban yang rendah dibawah 80C. Kadar air bebas didalam lautan
(aw) merupakan nilai perbandingan antara tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air murni,
atau 1/100 dari kelembaban relatif. Nilai aw untuk bakteri pada umumnya terletak diantara 0,90
0,999 sedangkan untuk bakteri halofilik mendekati 0,75. Banyak mikroorganisme yang tahan
hidup didalam keadaan kering untuk waktu yang lama seperti dalam bentuk spora, konidia,
arthrospora, klamidospora dan kista. Seperti halnya dalam pembekuan, proses pengeringan
protoplasma, menyebabkan kegiatan metaobolisme terhenti. Pengeringan secara perlahan-lahan
menyebabkan perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosa dan pengaruh lainnya dengan
naiknya kadar zat terlarut.

b. Tekanan osmosis

Pada umumnya mikrobia terhambat pertumbuhannya di dalam larutan yang hipertonis. Karena
sel-sel mikrobia dapat mengalami plasmolisa. Didalam larutan yang hipotonis sel mengalami
plasmoptisa yang dapat di ikuti pecahnya sel. Beberapa mikrobia dapat menyesuaikan diri
terhadap tekanan osmose yang tinggi; tergantung pada larutanya dapat dibedakan jasad osmofil
dan halofil atau halodurik. Medium yang paling cocok bagi kehidupan bakteri ialah medium
yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri di tempatkan di dalam suatu larutan yang
hipertonik terhadap isi sel, maka bakteri akan mengalami plasmolisis. Larutan garam atau larutan
gula yang agak pekat sangat mudah menyebabkan terjadinya plasmolisis ini. Sebaliknya, bakteri
yang ditempatkan di dalam air suling akan kemasukan air sehingga dapat menyebabkan
pecahnya bakteri, dengan kata lain, bakteri dapat mengalami plasmoptisis. Berdasarkan inilah
maka pembuatan suspense bakteri dengan menggunakan air murni itu tidak cocok karena , yang
digunakan seharusnyalah medium cair.

Perubahan nilai osmosis larutan medium tidak terjadi begitu saja, akan tetapi perlahan-lahan
sebagai akibat dari penguapan air, maka bakteri dapat menyesuaikan diri, sehingga tidak terjadi
plasmolisis secara mendadak.

a. Senyawa toksik
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li, dan Pb. Walaupun pada kadar sangat
rendah akan bersifat toksis terhadap mikroorganisme karena ion-ion logam berat dapat bereaksi
dengan gugusan senyawa sel. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut daya
ologodinamik. Anion seperti sulfat tartratklorida, nitrat dan benzoat mempengaruhi kegiatan
fisiologi mikroorganisme. Karena adanya perbedaan sifat fisiologi yang besar pada masing-
masing mikroorganisme maka sifat meracun dari anion tadi juga berbeda-beda. Sifat meracun
alakali juga berbeda-beda, tergantung pada jenis logamnya. Ada beberapa senyawa asam organik
seperti asam benzoat, asetat dan sorbet dapat digunakan sebagai zat pengawet didalam industry
bahan makanan. Sifat meracun ini bukan disebabkan karena nilai pH, tetapi merupakan akibat
langsung dari molekul asam organik tersebut terhadap gugusan didalam sel.

b. Tegangan permukaan
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaannya akan menyerupai membran yang
elastis, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan mikroorganisme. Protoplasma mikroorganisme
terdapat didalam sel yang dilindungi dinding sel. Dengan adanya perubahan bahan pada
tegangan muka dinding sel, akan mempengaruhi permukaan protoplasma, yang akibatnya dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perubahan bentuk morfologinya. Bakteri yang hidup didalam
alat pencernaan dapat berkembangbiak didalam medium yang mempunyai tegangan permukaan
relatif rendah. Tetapi kebanyakan lebih menyukai tegangan permukaan yang relatif tinggi.

a. Tekanan hidrostatik dan mekanik


Beberapa jenis mikroorganisme dapat hidup didalam samudra pasifik dengan tekanan lebih
dari 1208 kg tiap cm persegi, dan kelompok ini disebut barofilik. Selain itu tekanan yang tinggi
akan menyebabkan meningkatnya beberapa reaksi kimia, sedang tekanan diatas 7500 kg tiap cm
persegi dapat menyebabkan denaturasi protein. Perubahan-perubahan ini mempengaruhi proses
biologi sel jasad hidup.

b. Kebasahan dan kekeringan


Bakteri sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air.
Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur; hal ini di sebabkan karena
kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup basah baiklah bagi kehidupan bakteri. Banyak
bakteri menemui ajalnya, jika kena udara kering. Meningococcus, yaitu bakteri yang
menyebabkan meningitis, itu mati dalam waktu kurang daripada satu jam, jika digesekkan di atas
kaca obyek. Sebaliknya,spora-spora bakteri dapat bertahan beberapa tahun dalam keadaan kering
Pada proses pengeringan, air akan menguap dari protoplasma. Sehingga kegiatan
metabolisme berhenti. Pengeringan dapat juga merusak protoplasma dan mematikan sel. Tetapi
ada mikrobia yang dapat tahan dalam keadaan kering, misalnya mikrobia yang membentuk spora
dan dalam bentuk kista. Adapun syarat-syarat yang menentukan matinya bakteri karena
kekeringan itu ialah:
Bakteri yang ada dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan lebih lama
daripada di dalam gesekan pada kaca obyek. Demikian pula efek kekeringan kurang terasa,
apabila bakteri berada di dalam sputum ataupun di dalam agar-agar yang kering.
Pengeringan di dalam terang itu pengaruhnya lebih buruk daripada pengeringan di dalam
gelap.Pengeringan pada suhu tubuh (37C) atau suhu kamar (+ 26 C) lebih buruk daripada
pengeringan pada suhu titik-beku. Pengeringan di dalam udara efeknya lebih buruk daripada
pengeringan di dalam vakum ataupun di dalam tempat yang berisi nitrogen. Oksidasi agaknya
merupakan faktor-maut.

a. Ketersediaan Oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya akan oksigen.
Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan menjadi :
1) Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.
2) Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas
3) Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen bebas.
4) Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.

A. Faktor biotik
Faktor-faktor biotik ialah faktor-faktor yang disebabkan jasad (mikrobia)
atau kegiatannya yang dapat mempengaruhi kegiatan (pertumbuhan) jasad atau mikrobia lain.
Faktor-faktor tersebut antara lain ialah adanya asosiasi atau kehidupan bersama diantara jasad.
Asosiasi dapat dalam bentuk komensalisme, mutualisme, parasitisme, simbiose, sinergisme,

You might also like