You are on page 1of 2

Abu Ayyub al-Ansari

Abu Ayyub al-Ansari (Bahasa Arab: ) adalah Sahabat Nabi Muhammad


SAW. Ia bernama asli Khalid bin Zaid bin Kulayb.

Abu Ayyub al-Ansari berasal dari Bani an-Najjar, Ia mendapatkan kehormatan


menjadi tuan rumah Rasulullah ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke
Madinah. Ia mengikuti setiap pertempuran dalam membela Islam. Sampai pada
zaman Muawiyah bin Abu Sufyan, Ia ikut bertempur melawan kekaisaran Romawi. Ia
dimakamkan di Konstantinopel. Pada zaman pemerintahan Muhammad al-Fatih
memerintah Kesultanan Utsmaniyah, Ia dijadikan idola sebagai pahlawan yang
membebaskan kota Konstantinopel.

Ketika Rasulullah SAW memasuki Madinah, setiap orang berlomba-lomba agar dia
berhenti di rumahnya. Namun, Rasulullah shallallahu SAW menunjuk ke arah
untanya dan berkata, Biarkanlah unta ini. Sesungguhnya unta ini telah
diperintahkan. Di depan rumah Malik bin Najjar, duduklah unta tersebut di dekat
rumah Abu Ayub al-Anshari, Khalid bin Zaid. Selama membangun masjid dan rumah,
Rasulullah SAW menetap di kediamannya dan Abu Ayub sungguh-sungguh
memuliakan kunjungan Rasulullah SAW. Ia bersama istrinya melayani dia dengan
pelayanan sebaik-baiknya. Abu Ayub Al-Anshar juga salah seorang yang turut serta
dalam baiat Aqabah kedua. Istrinya adalah teman dekat Sayidah Aisyah. Tatkala
penduduk Mekah membicarakan berita bohong yang menuduh Aisyah berselingkuh
dengan pria yang bernama Shafwan bin Muatthal, ia bertanya kepada Abu Ayub,
suaminya, Wahai Abu Ayub, apakah engkau sudah mendengar pembicaraan orang
tentang Aisyah? Abu Ayub menjawab, Ya, demi Allah itu adalah dusta. Lalu Abu
Ayub balik bertanya, Wahai Ummu Ayub, apakah engkau melakukan perbuatan
yang mereka tuduhkan kepada Aisyah itu? la pun menyahut, Demi Allah, aku
tidak melakukan perbuatan itu. Abu Ayub kembali berkata, Demi Allah,
sesungguhnya Aisyah lebih suci dan lebih bertakwa daripada dirimu. Suatu ketika,
pada saat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjadi tamu di rumah Abu Ayub
dan tinggal di ruang bawah, secara tidak disengaja air tumpah ke atas lantai. Ummu
Ayub pun takut kalau air itu akan mengenai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
namun ia tidak menemukan selain sepotong kain sutera yang mahal harganya.
Maka, Ummu Ayub pun segera mengambilnya untuk mengeringkan air itu.

Semoga Allah meridhai Abu Ayub dan istrinya. Abu Ayub tidak pernah absen dalam
satu peperangan pun. Ia memegang teguh firman Allah SWT, Berangkatlah kalian
dalam keadaan ringan maupun berat dan berjihadlah dengan harta dan jiwa kalian
di jalan Allah. (QS. a t-Taubah: 41) Abu Ayub bergabung dengan Ali bin Abi Thalib
untuk menghadapi Muawiyah karena Ali pada saat itu adalah Imam kaum Muslimin.
Pada saat Muawiyah berkuasa, ia rindu untuk ikut berperang, sekalipun usianya
telah lanjut. Karenanya, ia pun berangkat bersama pasukan Yazid menuju
Kostantinopel. Ketika ajal akan menjemputnya, Abu Ayub meminta agar pasukan
Muslimin mendekati benteng Konstantinopel bersamanya. Kemudian tentara Islam
berperang di hadapannya sampai mereka berhasil meraih apa yang mereka cita-
citakan. Abu Ayub pun akhirnya gugur sebagai syahid dan dimakamkan di sana,
yang kemudian kuburannya diziarahi oleh orang-orang Romawi seperti menziarahi
kuburan seseorang yang dianggap suci oleh mereka.

You might also like