Professional Documents
Culture Documents
KEPALA)
Diposkan oleh heaven
A. PENGERTIAN
Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah
gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi
(migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart).
Identitas
Nama : Ny. W
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan
Masuk RS : 30-04-2014
No RM : 057536-2014
Keluhan Utama:
Sakit kepala
Sejak 1 bulan yang lalu penderita mengeluh sakit kepala, hilang timbul, frekuensi 2-3
kali dalam sehari, rasa sakit berdenyut-denyut pada bagian kiri atas kepala dan menjalar ke
dahi, dan terkadang menjalar sampai leher. Bertambah sakit apabila melakukan aktifitas rutin
dan merasa lebih baik saat beristirahat. Nyeri kepala ini dirasakan muncul sejak 3 tahun
terakhir, penderita sering mengeluh sakit kepala hilang timbul, keluhan dipengaruhi aktifitas
berat, sakit kepala hilang dengan diminumkan obat nyeri dari warung. Namun sejak 1 bulan
ini, keluhan dirasakan tidak berkurang walaupun penderita sudah minum obat.
Keluhan tambahan yang dirasakan, pasien mengeluh nyeri pada anggota gerak sebelah kiri.
Lokasi nyeri berpindah-pindah terkadang di tangan kiri, kaki sebelah kiri, leher dan pundak
kiri. Biasanya nyeri yang dirasakan tidak bersamaan tetapi lokasinya pada anggota tubuh
sebelah kiri. Skala nyeri sekitar 8 dari 10. Selain itu, pasien juga merasakan kemeng-kemeng,
kaku, dan kadang muncul kesemutan pada anggota tubuh sebelah kiri. Nyeri dirasakan sejak
1 tahun terakhir, awalnya nyeri hanya dirasakan hilang timbul, hanya pada salah satu bagian
tubuh, namun nyeri hanya sebentar kemudian sembuh sendiri tanpa diobati. Namun semenjak
dua bulan terakhir keluhan dirasakan semakin berat, keluhan semakin sering bahkan baru
hilang dalam waktu yang agak lama. Untuk mengatasi nyeri tersebut, dari klinik perusahaan
diberi obat, nama obat (pasien lupa?). Hingga kemarin siang saat ditempat kerja, sempat nyeri
pada kaki kirinya dan sulit menggerakkan kaki kirinya sehingga harus istirahat dan dirujuk
oleh klinik perusahaan untuk berobat ke IGD RSUD Ambarawa untuk pengobatan lebih
lanjut.
. Pasien tidak mengalami demam, mual dan muntah tidak ada, pandangan kabur tidak ada,
pandangan gelap tidak ada, pandangan ganda tidak ada, telinga berdengung tidak ada, Pasien
juga menyangkal pernah mengalami kejang, mulut mengot tidak ada, bicara pelo tidak ada.
Buang air kecil dan buang air besar tidak ada masalah, masih dalam batas normal.
Riwayat TB disangkal
Riwayat kontak dengan orang yang memiliki batuk lama juga disangkal
Riwayat TB disangkal
Riwayat kontak dengan orang yang memiliki batuk lama juga disangkal
Pasien tinggal serumah dengan suami dan kedua anaknya. Biaya pengobatan pasien memakai
Perusahaan.
Anamnesis Sistem:
Resume Anamnesa:
Ny. W, 23 tahun, sakit kepala, hilang timbul, frekuensi 2-3 kali dalam sehari, rasa sakit
berdenyut-denyut pada bagian kiri atas kepala dan menjalar ke dahi, dan terkadang menjalar
sampai leher. Keluhan disertai dengan nyeri pada anggota tubuh sebelah kiri disertai kemeng-
kemeng, kaku dan kadang-kadang kesemutan.
Diskusi
Berdasarkan anamnesa pasien mengeluhkan nyeri kepala sebelah. Nyeri kepala adalah nyeri
yang berlokasi diatas garis orbitomeatal (Nuartha, 2000). Nyeri kepala timbul karena
perangsangan terhadap bangunan-bangunan peka didaerah kepala dan leher yang peka
terhadap nyeri. Bangunan-bangunan peka nyeri pada kepala dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu bangunan intracranial meliputi sinus venosus, arteri-arteri basalis, durameter, nervus V,
IX, X, dan bangunan ekstrakranial meliputi pembuluh darah dan otot kulit kepala, orbita,
membrane mukosa sinus nasalis dan paranasalis, telinga luar dan tengah, gigi dan gusi,
nervus cervical II dan III (Lindsay, 2002). Perangsangan bangunan-bangunan ekstrakranial
akan dirasakan pada umumnya sebagai nyeri pada daerah terangsang. Sedangkan nyeri kepala
sebagai akibat perangsangan bangunan intracranial akan diproyeksikan ke permukaan dan
dirasakan di daerah distribusi saraf yang bersangkutan (Nuartha, 2000).
Nyeri kepala dapat dikategorikan menjadi (1) nyeri kepala kronis berulang meliputi tipe
vascular (migrain) dan nyeri kepala tipe tegang; (2) nyeri kepala karena adanya proses
patologis yaitu patologis sistemik, patologis intracranial termasuk perdarahan subarachnoid,
peningkatan tekanan intracranial oleh berbagai sebab (tumor, hidrocefalus komunikan,
inflamasi, pseudotumor serebri), iritasi dan inflamasi selaput otak, tumor, (3) patologi lokal
pada mata, nasofaring jaringan ekstrakranial, (4) mengikuti trauma kepala, (5) mengikuti
kraniotomi (Greenberg, 2001). Penderita dengan nyeri kepala pertama kali yang didapat
adanya kelainan neurologis sangat dicurigai adanya penyakit intracranial, perdarahan
meningitis atau hidrocefalus akut (Weisberg, 2000).
Nyeri kepala pada pasien kemungkinan disebabkan oleh penyebab primer berupa migren,
nyeri kepala klaster, nyeri kepala tegang otot, ataupun bisa disebabkan oleh penyebab
sekunder, seperti neoplasma (primer/ sekunder), infeksi (akut/ kronis) virus, bakteri, jamur,
vaskuler.
Nyeri pada anggota gerak sebelah kiri yang dirasakan pasien, merupakan nyeri
neuromuskuloskeletal, yang terbagi atas dua bagian nyeri neuromuskuloskeletal non
neurogenik dan neurogenik. Pada neuromuskuloskeletal yang non neurogenik merupakan
nyeri yang terjadi pada anggota gerak diantaranya, artalgia (patologis pada persendian),
myalgia (otot), entesialgia (proses patologis pada tendon, fasia jaringan miofasial dan
periosteum). Umumnya disebabkan karena proses patologik setempat berupa peradangan
bacterial, imonologik, non infeksi atau perdarahan serta keganasan. Pada nyeri
neuromuskuloskeletal neurogenik, jenis nyeri ini terjadi akibat iritasi langsung terhadap
serabut sensoris perifer. Ciri khasnya adalah nyeri menjalar sepanjang kawasan distal saraf
dan perjalanan nyeri tersebut berpangkal pada bagian saraf yang mengalami iritasi. Nyeri
neurogenik yang terjadi akibat iritasi radiks posterior dinamakan nyeri radikular, pada medula
spinalis C3-C4 dan T3-T12, penataan dermatom lapis demi lapis sehingga menunjukkan
gambaran yang khas. Sementara itu pada C5-T2 dan L2-S3, penataan lamelar dermatom agak
kabur karena spinal tidak langsung menuju ekstermitas, melainkan membentuk fasikulus dan
pleksus terlebih dahulu. Penyebabnya bisa berupa herpes zoster, ostefit, penonjolan tulang
karena fraktur, nukleos pulposus atau serpihannya, tumor. Nyeri iritatif di radiks posterior
tingkat servikal disebut brakialgia karena nyeri dirasakan sepanjang lengan. Sementara itu,
nyeri radikular yang dirasakan sepanjang tungkai dinamakan iskialgia karena nyeri menjalar
sepanjang perjalanan n. iskiadikus dan lanjutan ke perifer. (Marjono, 2000)
Nyeri yang dirasakan pasien, menyebabkan awal saat dibawa ke IGD mengalami sakit
sehingga anggota gerak sebelah kiri mengalami kelemahan sementara. Kelemahan
(paresis/parese) adalah hilangnya tenaga otot sehingga gerak voluntar sukar tapi masih bisa
dilakukan walaupun dengan gerakan yang terbatas. Paresis (kelemahan otot pada lengan dan
tungkai) adalah kerusakan yang menyeluruh, tetapi belum meruntuhkan semua neuron
korteks piramidalis. Hemiparase yang terjadi memberikan gambaran bahwa adanya kelainan
atau lesi sepanjang traktus piramidalis. Lesi ini dapat disebabkan oleh berkurangnya suplai
darah, kerusakan jaringan oleh trauma atau infeksi, ataupun penekanan langsung dan tidak
langsung oleh massa hematoma, abses, dan tumor. Hal tersebut selanjutnya akan
mengakibatkan adanya gangguan pada tractus kortikospinalis yang bertanggung jawab pada
otot-otot anggota gerak atas dan bawah.
I.1 CHEPALGIA
I.1.1. DEFINISI
Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada seluruh daerah kepala
dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah belakang kepala (daerah oksipital dan
sebahagian daerah tengkuk) (Sjahrir, 2008). Sedangkan, menurut Arif Mansjoer (2000) nyeri
kepala atau cephalgia adalah rasa nyeri atau rasa tidak enak di kepala, setempat atau
menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, gigi, rahang bawah dan leher.
I.1.2. ETIOLOGI
Hampir semua obat sakit kepala, termasuk dan penghilang migrain seperti acetaminophen
dan triptans, bisa membuat sakit kepala parah bila terlalu sering dipakai untuk jangka waktu
lama. Menggunakan terlalu banyak obat dapat menyebabkan kondisi yang disebut rebound
sakit kepala
2. Stres.
Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, termasuk sakit kepala kronis.
Selain itu, itu terkait dengan kecemasan dan depresi, yang juga faktor risiko untuk
berkembang menjadi sakit kepala kronis.
3. Masalah tidur
Kesulitan tidur merupakan faktor risiko umum untuk sakit kepala kronis. Mendengkur, yang
dapat mengganggu pernapasan di malam hari dan mencegah tidur nyenyak, juga merupakan
faktor risiko.
4. Obesitas.
Dokter tidak yakin persis mengapa, menjaga berat badan yang sehat tampaknya dapat
dihubungkan dengan penurunan risiko untuk sakit kepala kronis.
5. Kafein.
I.1.3. KLASIFIKASI
Menurut Arif Mansjoer (2000) nyeri kepala atau cephalgia dapat primer atau sekunder:
1. Primer berupa migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala tegang otot.
2. Sekunder berupa nyeri kepala pascatrauma, nyeri kepala organik sebagai bagian
penyakit lesi desak ruang (tumor otak, abses, hematoma subdural, dll), perdarahan
subaraknoid, neuralgia trigeminus/pascaherpetik, penyakit sistemik (anemia,
polisitemia, hipertensi atau hipotensi, dll), sesudah pungsi lumbal, infeksi
untrakranial/sistemik, penyakit hidung dan sinus paranasal, akibat bahan toksik dan
penyakit mata.
Ekstrakranial
Migren, sakit kepala tandan (cluster), sakit kepala post trauma, glaucoma, neuritis optika,
insufisiensi serebro-vaskuler.
Nyeri Lama
Sifat Nyeri Lokasi Frekuensi Gejala Ikutan
Kepala Nyeri
Sporadik
Unilateral
Migren Mual, muntah,
Berdenyut atau 6-48 jam Beberapa kali
umum malaise, fotobia
Bilateral sebulan
Sporadik
Prodroma visual,
Migren
Berdenyut Unilateral 3-12 jam Beberapa kali mual, muntah,
klasik
sebulan malaise, fotobia
Serangan Lakrimasi
Menjemu- Unilateral, 15-20 berkelompok ipsilateral, wajah
Klaster
kan, tajam orbita menit dengan remisi merah, hidung
lama tersumbat, horner
Tumpul, Difus, Terus
Tipe tegang Konstan Depresi, ansietas
ditekan Bilateral menerus
Neuralgia Ditusuk- Dermaton Singkat, Beberapa kali Zona pemicu
trigeminus tusuk saraf V 15-60 detik sehari nyeri
Unilateral
Terus Depresi, kadang-
Atipikal Tumpul atau Konstan
menerus kadang psikosis
Bilateral
Tumpul/ Di atas Sporadik atau
Sinus Bervariasi Rinore
tajam sinus konstan
Papiledema,
Unilateral defisit neurologik
Bervariasi,
Lesi desak (awal), Bervariasi, fokal, gangguan
bervariasi semakin
ruang Bilateral progresif mental atau
sering
(lanjut) perilaku, kejang,
dll
I.1.4. PATOFISIOLOGI
Menurut Arif Mansjoer (2000) pada nyeri kepala atau cephalgia struktur diwajah yang peka
terhadap rasa nyeri adalah kulit, fasia, otot-otot, arteri ekstra serebral dan intra serebral,
meningen, dasar fosa anterior, fosa posterior, tentorium serebri, sinus venosus, nervus V, VII,
IX, X, radiks posterior C2, C3, bola mata, rongga hidung, rongga sinus, dentin dan pulpa
gigi. Sedangkan otak tidak sensitif terhadap nyeri.
Pada struktur yang disebutkan sebelumnya terdapat ujung saraf nyeri yang mudah dirangsang
atau etiologinya oleh :
3. Traksi, pergeseran atau penyakit yang mengenai saraf kranial dan servikal.
5. Penyakit jaringan kulit kepala, wajah, mata, hidung, telinga dan leher.
Menurut Arif Mansjoer, dkk (2000) manifestasi klinis adanya nyeri kepala atau cephalgia
memerlukan anamnesis khusus yaitu:
3. Lokalisasi nyeri
5. Prodromal
6. Gejala penyerta
7. Faktor presipitasi
9. Pola tidur
13.Riwayat penyakit medik; peradangan selaput otak, hipertensi, demam tifoid, sinusitis,
glaukoma, dsb.
14. Riwayat operasi
Lebih lanjut menurut Arif Mansjoer, dkk, (2000) pemeriksaan khusus pada cephalgia meliputi
palpasi pada tengkorak untuk mencari kelainan bentuk, nyeri tekan dan benjolan. Palpasi
pada otot untuk mengetahui tonusdan nyeri tekan daerah tengkuk. Perabaan arteri temporalis
superfisialis dan arteri karotis komunis. Pemeriksaan leher, mata, hidung, tenggorok,
telingan, mulut dan gigi geligi perlu dilakukan. Pemeriksaan neurologis lengkap, ditekankan
pada fungsi saraf otak termasuk funduskopi, fungsi motorik, sensorik serta koordinasi.
Beberapa nyeri kepala menunjukkan tanda bahaya dan memerlukan evaluasi penunjang
adalah:
3. Nyeri kepala yang berat progresif selama beberapa hari atau minggu
4. Nyeri kepala yang timbul bila latihan fisik, batuk, bersin, membungkuk atau nafsu
seksual meningkat
5. Nyeri kepala yang disertai penyakit umum atau demam, mualo, muntah atau kaku
kuduk
6. Nyeri kepala yang disertai gejala neurologis seperti afasia, koordinasi buruk,
kelemahan fokal atau rasa baal, mengantuk, fungsi intelek menurun, perubahan
kepribadian dan penurunan visus.
1. CT-Scan atau resonansi magnetik (MRI) otak hanya dilakukan pada nyeri kepala yang
menunjukkan kemungkinan penyakit intrakranial, seperti tumor, perdarahan
subaraknoid, AVM, dll.
2. Elektroensefalogram dilakukan bila ada riwayat kejang, kesadaran menurun, trauma
kepala atau presinkop.
3. Foto sinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis dan foto servikal untuk
menetukan adanya spondiloartrosis dan fraktur servikal.
Diagnosa Sementara
Diagnose etiologi :
Chepalgia Primer
Chepalgia Sekunder
Vaskuler
Status Generalis
Nadi : 86x/menit
Tanda Vital :
Nafas : 18x/menit
Suhu : 36,7oC
Jantung:
Status Psikiatrik
: normoaktif
Tingkah laku
: normotimik
Perasan hati
: dalam batas normal
Orientasi
: dalam batas normal
Kecerdasan
: dalam batas normal
Daya ingat
Status Neurologis:
1. Kaku Kuduk :
2. Tanda Kernig :
3. Buzinsky 1 :
4. Buzinsky 2 :
B B 5/5/5 5/5/5 + +
RP Tn + + Tr E E Cl /
+ + E E
1 Mei 2014
Darah Rutin Kimia Klinik
Hematokrit : 39,2
Trombosit : 233
Creatinin : 0, 62
MCV : 95,1
Kolesterol : 1,33
MCH : 31,5
Trigliserida : 77
MCHC : 34,4
HDL Kolesterol : 27
RDW : 12,6
LDL Kolesterol : 99
MPV : 8,2
SGOT : 18
Limfosit : 3,5
SGPT : 38
Monosit : 9,4
Imunologi
Granulosit : 9,9
HbsAg : Negatif
Limfosit% : 0,9
Monosit% : 3,1
Granulosit% : 50,2
7 Mei 2014
Darah Rutin Eosinofil : 0,0
Kesan :
Diskusi II :
Dari anamnesis diperoleh keterangan sakit kepala, hilang timbul, frekuensi 2-3 kali dalam
sehari, rasa sakit berdenyut-denyut pada bagian kiri atas kepala dan menjalar ke dahi, dan
terkadang menjalar sampai leher. Nyeri pada anggota gerak sebelah kiri. Lokasi nyeri
berpindah-pindah terkadang di tangan kiri, kaki sebelah kiri, leher dan pundak kiri, nyeri
yang dirasakan tidak bersamaan tetapi lokasinya pada anggota tubuh sebelah kiri. Skala nyeri
sekitar 8 dari 10, kemeng-kemeng, kaku, dan kadang muncul kesemutan pada anggota tubuh
sebelah kiri.
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan berarti. Pada pemeriksaan penunjang
tanggal 1 mei pada pemeriksaan lab ditemukan peningkatan leukosit yang menunjukkan
adanya infeksi. Pada pemeriksaan ct-scan didapatkan gambaran sulcus corticalis dan fisurre
sylvii kanan kiri menyempit, diferensiasi substansi alba grisea mulai kabur, post injeksi
kontras tampak gyral ennancement, sistem vertikal lateral kanan kiri dan III tampak sempit.
Hasilnya mendukung gambaran meningoencephalitis, tak tampak infark, perdarahan maupun
SOL intrakranial saat ini. Tampak tanda awal peningkatan tekanan intrakranial saat ini.
Semua hasil pemeriksaan klinis dan penunjang tersebut dapat mendukung diagnosis adanya
infeksi intracranial yang masih memiliki kemungkianan penyebabnya oleh virus ataupun
bakteri.
Diagnosa Akhir
PLANNING
1. Meningitis serosa : Tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah putih meningkat,
glukosa dan protein normal, kultur (-)
2. Meningitis purulenta : Tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah putih dan
protein meningkat, glukosa menurun kultur (+) beberapa jenis bakeri.
2. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah
putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya
negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri)
7. Rontgen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
8. TORCH
9. EEG
PENATALAKSANAAN :
Ceftiaxone 2 x 3 gr
Dexamethasone 3 x 1 amp
Sohobion 1 x 1
Teranol 2 x 35 mg
Ranitidin 2 x 1
Kalmeco 1 x 1
Mertigo 31
Imunos 2 x 1
Bumgeton 2 x 200
Anxiblox 2 x 5 g
Diskusi III
Pada kasus ini belum diketahui secara pasti penyebab utama penyakit disebabakan oleh
bakteri atau virus, maka untuk penanganan yang cepat dan tepat diberikan terapi antibotik
yang diberikan segera setelah terdapat pemeriksaan penunjang ct-scan yang mengarah kearah
meningitis yang lebih banyak disebabkan oleh bakteri, sementara untuk encephalitis yang
lebih banyak disebabkan oleh virus, maka diberikan obat untuk meningkatkan sistem
kekebalan tubuh. Pada pemberian obat pasien ini, diantaranya :
Injeksi Ceftriaxone 2 X 3 gr
Ceftriaxone merupakan golongan sefalosporin yang mempunyai spektrum luas dengan waktu
paruh eliminasi 8 jam. Efektif terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif.
Dengan menghambat pembentukan dinding kuman. Dosis IV pada dewasa 0,5-2g. Efek
bakterisida ceftriaxone dihasilkan akibat penghambatan sintesis dinding kuman.Ceftriaxone
mempunyai stabilitas yang tinggi terhadap beta-laktanase, baik terhadap penisilinase maupun
sefalosporinase yang dihasilkan oleh kuman gram-negatif, gram-positif. Pada pasien ini
diberikan antibiotik ceftriaxone karena antibiotik ini efektif terhadap bakteri gram positif
maupun negatif, dan belum ada penelitian di Indonesia yang menunjukan tingkat
keresistensian.
Injeksi Sohobion 1 x 1
Sohobion merupakan vitamin B complex yang terdiri dari vitamin B1 100 mg, vitamin B6
100mg, vitamin B12 5000 mcg. Indikasi pemberian sohobion untuk terapi defisiensi vitamin
B1, B6 dan B12 misalnya beri-beri, neuritis perifer dan neuralgia.
Injeksi Teranol 2 x 35 mg
Injeksi Ranitidin 2 x 1
Ranitidin diberikan sebagai gastroprotektor dan mencegah efek samping dan interaksi dari
obat lain. Ranitidin bekerja dengan menghambat reseptor H2 sehingga sekresi asam lambung
dapat dihambat.
Kalmeco 1 x 1
Mecobalamin merupakan bentuk vitamin B12 dengan gugus metil aktif yang berperan dalam
reaksi transmetilasi dan merupakan bentuk paling aktif dibandingkan dengan homolog
vitamin B12 lainnya dalam tubuh, dalam hal kaitannya dengan metabolisme asam nukleat,
protein dan lemak. Mecobalamin/methylcobalamin meningkatkan metabolisme asam nukleat,
protein dan lemak. Mecobalamin bekerja sebagai koenzim dalam sintesa metionin.
Mecobalamin terlibat dalam sintesis timidin pada deoksiuridin dan mempercepat sintesis
DNA dan RNA. Pada penelitian lain ditemukan mecobalamin mempercepat sintesis lesitin,
suatu komponen utama dari selubung mielin. Mecobalamin diperlukan untuk kerja normal sel
saraf. Bersama asam folat dan vitamin B6, mecobalamin bekerja menurunkan kadar
homosistein dalam darah. Homosistein adalah suatu senyawa dalam darah yang diperkirakan
berperan dalam penyakit jantung. Indikasi: Neuropati Perifer, Anemia Megaloblastik.
Mertigo 31
Imunos 2 x 1
Golongan suplemen gizi untuk merangsang sistem kekebalan tubuh selama infeksi akut dan
kronis.
Bumgeton 2 x 200
Anxiblox 2 x 5 g
Merupakan Clobazam dengan indikasi ansietas dan kondisi psikoneurotik yang berhubungan
dengan ansietas. Efek sampingnya, lelah, mulut kering, konstipasi, kehilangan nafsu makan,
mual, pusing, atau tremor halus jari tangan. Kadang-kadang: gelisah, iritabel dan otot lemah.
Dosisnya Dewasa 20-30 mg/hr, dalam dosis terbagi.
Prognosis
Bamgetol 2 x 100 mg
Ket Lab darah lengkap
TTV : TD : 110/ 80, RR 20x/menit, T : 36,5oC, HR : TTV : TD : 120/ 80, RR 18x/menit, T : 36oC,
76x/menit HR : 80 x/menit
7 April 2014
S Kepala pusing berputar setelah pemberian obat,
beberapa jam kemudian baikan, kaki masih sedikit
kemeng-kemeng
B
B
B
B
G
K
O 5/5/5
5/5/5
5/5/5
5/5/5
A Meningoencephlitis
Clinolelc/RL/clinimix
Mertigo 3 x 1
Injeksi Ceftriaxone 2 x 2 gr
Injeksi Teranol 2 x 35 mg
Injeksi Ranitidin 2 x 1
P
Injeksi Kalmezo 1 x 1
Injeksi Suhobion 1 x 1
Anxiblox 2 x 5 mg
Bamgetol 2 x 200 mg
Imunos 2 x 1
Daftar Pustaka
Adams, RD, Victor, M Rpper, AH, 2000. Principles of Neurology, 6th ed., McGraw- Hill,
New York.
Barret KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Review of Medical Properties of Sensory
Receptors. Amerika Serikat: Mc Graw Hill. P. 149-50.
Budiman G. Basoc Neuroanatomical Pathways: Somatic Nervous System. 2nd ed. Jakarta:
Penerbit FKUI: 2009.p. 4-13.
Greenberg, R, Singh, SN., Handbook of Neurosurgery, 5th ed., Greenberg Graph. Inc.,
Lakeland, Florida.
Lindsay, KW., Bone I., Callander, R., 2001. Neurology and Neurosurgery Illustrated, 33th
ed., Churcill, Livingstone.
Markam, S, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Harsono (ed), Gajah Mada Universitas Press,
Yogyakarta.
Mardjono, M. Sidharta.P. 2000 Neurologi Klinis Dasar, edisi keenam, PT. Angkasa Pura II
Dian Rakyat, Jakarta.
Nuartha, A., 2000, Nyeri kepala dan wajah, dalam Harsono (editor ), Kapita Selekta
Neurologi, Edisi kedua , Gadjah Mada University Press, New York.
Sidharta, priguna. 2000. Neurologi Klinis Dasar Ganongs. Dian Rakyat : Jakarta
Zuger, A, Lowy, FD, 2000. Tuberculose of the Central Nervus Sistem, in Scheld, WM,
Withly, RJ, Durack, DT, 2000, Invection of the Central Nervus System, Raven Press, New
York.
DAFTAR PUSTAKA
Harsono, 1999, Buku Ajar Neurologi Klinis, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Underwood, J.C.E, 2000, Patologi Umum dan Sistemik, Penerbit buku kedokteran
EGC, Jakarta
No Intervensi Rasional
1 Pantau dan catat tanda- Adanya tanda awal nyeri
tanda awal nyeri kepala, sering terjadi pada
penurunan, lokasi, pasien migren sehingga
lamanya, dan tanda-tanda dapat diidentifikasi
lainnya upaya pencegahan
2 Anjurkan pasien untuk Mengetahui reaksi
mencatat perkembangan pemberian obat apakah
tingkat nyeri ada perubahan
penurunan tingkat nyeri
3 Anjurkan pada klien Menghindari stimulus
untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan
aktivitas yang berat dan rasa nyaman.
menambah waktu
istirahat
4 Massage kepala dan leher Meningkatkan relaksasi
dan menurunkan
ketegangan otot
5 Kompres hangat atau Kompres dingin dapat
dingin pada daerah mengakibatkan
kepala vasodilatasi, sehingga
dapat menurunkan nyeri
kepala. Kompres hangat
dapat meningkatkan
sirkulasi darah dan
menurunkan tegangan
otot
6 Kolaborasi pemberian Mengurangi rasa nyeri
obat: skala ringan hingga
aspirin dengan sedang dan rasa mual
metoklopramid
No Intervensi Rasional
1 Observasi perilaku pasien dan Pasien dengan nyeri kepala akan
perubahan yang terjadi saat nyeri terjadi perubahan prilaku, seperti
sensitive, marah, depresi
2 Pantau mekanisme koping pasien saat Menentukan efektifitas koping
terjadi serangan
3 Dorong pasien untuk mengekspresikan Menyampaikan perasaan dapat
masalah yang dihadapi sekarang seperti mengurangi masalah
rasa takut
4 Berikan support dan berikan informasi Membangkitkan kemampuan untuk
yang realistik mengurangi rasa nyeri
No Intervensi Rasional
1 Rancang jadwal harian pasien Mencegah aktivitas pasien yang
berlebihan
2 Tingkatkan aktifitas secara Meningkatkan tingkat toleransi
bertahap dengan periode istirahat aktivitas pasien
diantara dua aktifitas misalnya
duduk dulu sebelum berjalan
setelah tidur
3 Observasi respon individu Evaluasi kelemahan dan tingkat
terhadap aktivitas toleransi aktivitas pasien
4 Bantu aktivitas dan motivasi Motivasi dapat meningkatkan
klien untuk melakukan aktivitas keinginan sehingga pasien lebih
sesuai kemampuan percaya diri dalam
melaksanakan aktivitasnya
secara mandiri.