You are on page 1of 20

FISIOLOGI NIFAS

1. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

kira-kira 6 minggu.

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-

alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas (puerperium) ini yaitu 6-8

minggu.

Nifas dibagi dalam 3 periode :


1. Puerperium dini
yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkam berdiri dan berjalan-

jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja

setelah 40 hari.

Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan serta

menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.

2. Puerperium intermedial
yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 8 minggu.

3. Remote puerperium
adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama

hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna

bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

2. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Nifas


1. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil sampai akhirnya kembali seperti

sebelum hamil.

2. Bekas implantasi uri / plasenta : plasenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol

ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada

minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih.

3. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6 7 hari.

4. Lochia adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa

nifas.

- Lochia rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel

desudua, verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum, selama 2 hari selama

persalinan.

- Lochia sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3

7 paska persalinan.

- Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari 7 14

paska persalinan.

- Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu.

- Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

- Lochiostatis : lochia tidak lancar keluarnya.

5. Serviks : setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna

merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan

kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa ke rongga rahim, setelah 2 jam dapat

dilalui oleh 2 3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

6. Ligamen-ligamen : ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembalisehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena

ligamentum rotundum menjadi kendor.

7. Miski : hendaknya kencing dapat dilakukan secepat mungkin, kadang-kadang wanita

sulit kencing karena spinter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.

Sphinterani selama persalinan juga oleh karena adanya oedema kandung kemih yang

terjadi selama persalinan.

8. Defekasi : buang air besar harus dilakukan 3 4 hari paska persalinan. Bila masih

sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat

laksans per oral atau per rectal.

A. Involusio Uteri
Adalah proses kembalinya uterus setelah melahirkan sampai menjadi kecil hingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusinya


Involusi Tinggi fundus uterus Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

B. Proses Laktasi
Menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamolan telah terjadi perubahan-

perubahan pada kelenjar mammae yaitu :

- Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah.

- Keluar cairan susu jolong dari ductus laktiferus disebut colostrums, berwarna kuning

putih susu.
- Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana vena-vena berdilatasi

sehingga tampak jelas.

- Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesterone hilang, maka timbul

pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu.

Disamping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio epitel kelenjar susu berkontraksi

sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2 3 hari paska persalinan.

- epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak
sesudah 2 3 hari paska persalinan.
Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang

secara reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise. Produksi air susu

ibu (ASI) akan lebih banyak. Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih

sempurna. Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada bandingannya.

Menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan

anaknya.

Dalam perawatan ibu dan bayi, dapat ditempatkan dalam satukamar (Rooming In) atau

pada tempat yang terpisah.

Keuntungan Rooming In yaitu :


- Mudah menyusukan bayi

- Setiap saat selalu ada kontak antara ibu dan bayi

- Sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya

C. PERUBAHAN DALAM SISTEM REPRODUKSI


Perubahan yang terjadi didalam tubuh seseorang sanagt menakjubkan. Uterus atau

rahim yang berbobot 60 gram sebelum kehamilan secara perlahan-lahan bertambah besar

hingga 1 Kg selama kehamilan, dan setelah persalinan akan kembali ke keadaan sebelum

hamil.
Adapun perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi, meliputi :

1. Perubahan dalam uterus rahim


a. Involusio
Involusio atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus

kembali kekondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram.

Proses involusio uterus adalah sebagai berikut :

Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot

uterus. Enzyme proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat

mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula

selama kehamilan.

Terdapat polymorph phagolitik dan marcophages didalam sistem limphatik

Efek oksitosin

Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengompres pembuluh darah dan oleh

karena itu akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini berguna bagi

pengurangan situs atau tempat implantasi placenta serta penguarangan perdarahan.

Tabel perubahan-perubahan yang normal di dalam uterus selama post partum.


Garis Tengah
Bobot Uterus Palpasi Cervix
Placenta
Pada akhir persalinan 900 gram 12,5 cm Lembut/lunak
Pada akhir minggu ke-1 450 gram 7,5 cm 2 cm
Pada akhir minggu ke-2 200 gram 5,0 cm 1 cm
Sesudah akhir 6 minggu 60 gram 2,5 cm Menyempit
Dengan involusio uterus ini, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi

situs placenta akan menjadi necrosic (layu/mati). Desidua yang mati akan keluar

bersama dengan sisa cairan, suatu campuran antara darah yang dinamakan lokhia,

yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat. Pengeluaran lokhia ini

biasanya berakhir dalam waktu 3 sampai 6 minggu.

b. Lokia
Lokhia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhia ini

mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih

cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhia mempunyai bau

amis (anyir), meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda, pada

setiap wanita lokhia mengalami perubahan karena proses involusio.

Lokhia Rubra/ merah (kruenta)

Lokhia ini muncul pada hari pertama sampai ke-empat masa post partum. Sesuai

dengan namanya, warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari

perobekan/luka pada placenta dan serabut dari desidua dan chorion.

Lokhia Serosa

Lokhia ini warnanya kecoklatan, muncul pada hari kelima sampai kesembilan hari

berikutnya. Lokhia ini mengandung lebih sedikit darah dan lebih banyak serum,

juga terdiri dari lekosit dan robekan/laserasi placenta.

Lokhia Alba/Lokhia putih

Warnanya lebih pucat, putih kekuningan dan mengandunglekosit, selaput lendir

serviks dan serabut jaringan yang mati.

2. Perubahan pada perineum, vagina dan vulva


Berkurangnya sirkulasi progesteron mempengaruhi otot-otot pada panggul,

perineum, vagina dan vulva. Proses ini membantu pemulihan kearah tonisitas/elastisitas

normal dari ligamentum otot rahim. Ini merupakan ambulasi dini, latihan masa nifas dan

mencegah timbulnya konstipasi. Progesteron juga meningkatkan pembuluh darah pada

vagina dan vulva selama kehamilan dan persalian biasanya menyebabkan timbulnya

beberapa hematoma atau edema pada jaringan ini dan pada perineum.

3. Tujuan Asuhan Masa Nifas


a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas.
Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk menghindarkan/ mendeteksi adanya

kemungkinan perdarahan post partum, dan infeksi, dalam hal ini penolong persalinan

tetap waspada, sekurang-kurangnya satu jam post partum untuk mengatasi

kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat lemah

setelah melahirkan, lebih-lebih bila partus berlangsung lama.

b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya.


Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik, harus

diberikan oleh petugas/penolong persalinan. Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan

seluruh tubuh, mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah

kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan

daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang dan baru

membersihkan daerah sekitar anus. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun

dan air, sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai

luka episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari/menyentuh daerah luka.

c. Melaksanakan skrining secara komprehensif.


Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah,

mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Di sini

seorang bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang meliputi

pemeriksaan placenta, pengawasan tingginya fundus uteri, pengawasan perdarahan

dari vagina, pengawasan konsistensi rahim dan pengawasan keadaan umum ibu. Bila

ditemukan permasalahan maka harus segera melakukan tindakan sesuai dengan

standar pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.

d. Memberikan pendidikan kesehatan diri.


Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, KB,

menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. Ibu-ibu

post partum harus diberikan pendidikan pentingnya gizi, antara lain kebutuhan gizi

ibu menyusui (post partum):

- Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

- Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan

protein, mineral, dan vitamin yang cukup.

- Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu

untuk minum setiap kali menyusui).

e. Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara.


Laktasi dan perawatan payudara:

- Menjaga payudara tetap bersih dan kering.

- Menggunakan BH yang menyokong payudara.

- Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI

yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai

menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting

susu yang tidak lecet.


- Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadi

bendungan ASI.

- Menyusui harus dilakukan (dalam 2 jam pertama)

memberikan pelayanan KB.

f. Konseling tentang KB.


- Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2

tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus

menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin

merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada

mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak

diinginkan.

- Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi sebelum ia

mendapatkan lagi haidnya setelah persalinan. Oleh karena

itu penggunaan KB dibutuhkan sebelum haid pertama

kembali untuk mencegah kehamilan baru.pada umumnya

metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.

- Sebelum menggunakan KB sebaiknya dijelaskan

efektivitas, efek samping, untung dan ruginya, dan kapan

metode itu dapat digunakan.

- Jika ibu/pasangan telah memilih metode KB tertentu,

dalam 2 minggu ibu dianjurkan untuk kembali, hal ini

untuk melihat apakah metode tersebut bekerja dengan

baik.

4. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam


Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini, karena merupakan masa kritis

baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu termasuk kehamilan

terjadi setelah persalinan dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.

Maka itu peran dan tanggung jawab bidan untuk memberkan asuhan kebidanan ibu nifas

dengan pemantauan melekat mencegah beberapa kematian ini.

Peran bidan antara lain:


Melakukan pemeriksaan awal post partum.

Catatan perkembangan antepartum dan intrapartum.

Berapa lama (jam/hari) pasien post partum.

Pesanan sebelumnya dan catatan perkembangan.

Suhu, denyut nadi, pernafasan, dan TD post partum.

Pemeriksaan laboratorium.

Catatan obat-obatan/catatan bidan.

Menanyakan riwayat kesehatan dan keluhan ibu.

Mobilisasi, buang air kecil, buang air besar.

Nafsu makan, ketidaknyamanan/rasa sakit.

Makanan bayi/reaksi pada bayi.

Melakukan pemeriksaan fisik.

TD, suhu, denyut nadi.

Tenggorokan, buah dada, dan puting susu.

Lochea : warna, jumlah, bau.

Perineum : edema, hematoma, pus, abses bekas luka episiotomi.


5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Pada kebijakan program nasional pada masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan

yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk

mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Antara lain:

1. 6 8 jam setelah persalinan, tujuan :


Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk bila

perdarahan berlanjut.

Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga, bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri.

Pemberian ASI awal.

Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

Menjaga bayi tetap sehat, dengan cara mencegah hipotermia.

Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi

baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam

keadaan stabil.

2. 6 hari setelah persalinan.


Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau.

Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan

abnormal.
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan

istirahat.

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi

sehari-hsri.

3. 2 minggu setelah persalinan.


Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur

dan meraba bagian rahim.

4. 6 minggu setelah persalinan.

Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau

bayi alami.

Memberikan konseling untuk KB secara dini.

PERUBAHAN FISIOLOGIS NIFAS

Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. (agvddagagafg). Masa nifas
( puerperium ) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil.( Ilmu Kebidanan, Sarwono, 2002 ). Masa nifas dibagi
dalam 3 (tiga) periode :
Puerperium dini : Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
Puerperium Intermedial : Kepulihan menyeluruh alat-alatb genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
Remote Puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil/ waktu persalinan
mempunyai komplikasi.
Perubahan fisiologis pada masa ini sangat jelas yang merupakan kebalikan dari proses
kehamilan.Pada masa nifas tejadi perubahan-perubahan fisiologis terutama pada alat-alat
genitalia eksterna maupun interna, dan akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil.
Perubahan yang terjadi pada masa nifas ini adalah:
1. Perubahan Sistem Reproduksi,
2. Perubahan Sistem Pencernaan,
3. Perubahan Sistem Perkemihan,
4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal,
5. Perubahan Sistem Endokrin,
6. Perubahan Tanda-tanda Vital,
7. Perubahan Sistem Kardiovaskuler,
8. Perubahan Sistem Hematologi,

URAIAN MATERI

A. PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI


Perubahan pada sistem reproduksi secara keseluruhan disebut proses involusi dimana
proses ini di mulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot uterus. Organ
dalam system reproduksi yang mengalami perubahan yaitu:
1. Uterus
Uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan besar karena telah
mengalami perubahan besar selama masa kehamilan dan persalinan.
Pembesaran uterus tidak akan terjadi secara terus menerus, sehingga adanya janin dalam
uterus tidak akan terlalu lama. Bila adanya janin tersebut melebihi waktu yang seharusnya,
maka akan terjadi kerusakan serabut otot jika tidak dikehendaki.
Proses katabolisme akan bermanfaat untuk mencegah terjadinya masalah tersebut.
Proses katabolisme sebagian besar disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
1) Ischemia Myometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus dari uterus setelah
pengeluaran plasenta, membuat uterus relatif anemi dan menyebabkan serat otot atropi.
2) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim
proteolitik dan makrofag akan memendekan jaringan otot yang sempat mengendur hingga 10
kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai 1 cm di atas umbilicus dan dalam
beberapa hari kemudian perubahan involusi berlangsung cepat. Fundus turun 1 - 2 cm
setiap 24 jam sehingga uterus secara berangsur-angsur akan menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali pada keadaan seperti sebelum hamil.

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada table
berikut :
No Waktu Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
.
1. Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gram

2. Plasenta lahir Dua jari bawah pusat 750 gram

3. 1 Minggu Pertengahan pusat-simfisis 500 gram

4. 2 Minggu Tidak teraba di atas Simfisis 350 gram

5. 6 Minggu Bertambah kecil 50 gram

6. 8 Minggu Sebesar normal 30 gram


Gambar Proses Involusi Uterus

Fundus Uteri kira-kira sepusat dalam hari pertama bersalin. Penyusutan antara 1-1,5
cm atau sekitar 1 jari per hari. Dalam 10-12 hari uterus tidak teraba lagi di abdomen karena
sudah masuk di bawah simfisis. Pada buku Keperawatan maternitas pada hari ke-9 uterus
sudah tidak teraba.

2. Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap
kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan biasa
menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri setelah
melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang
(misalnya, pada bayi besar, dan kembar). Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya
meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang kontraksi uterus.
3. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa
nifas. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu menyengat dan
volumenya berbeda pada setiap wanita. Lochea biasanya berlangsung kurang lebih selama 2
minggu setelah bersalin, namun penelitian terbaru mengindikasikan bahwa lochea menetap
hingga 4 minggu dan dapat berhenti atau berlanjut hingga 56 hari setelah bersalin. Lochea
juga mengalami perubahan karena proses involusi. Perubahan lochea tersebut adalah :
a). Lochea rubra (Cruenta)
Muncul pada hari 1-2 pasca persalinan, berwarna merah mengandung darah dan sisa-
sisa selaput ketuban, jaringan dari decidua, verniks caseosa, lanugo dan mekoneum.
b). Lochea Sanguinolenta
Muncul pada hari ke 3-7 pasca persalinan, berwarna merah kuning dan berisi darah
lendir.
c). Lochea Serosa
Muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan, berwarna kecoklatan mengandung lebih
banyak serum, lebih sedikit darah juga leukosit dan laserasi plasenta.
d). Lochea Alba
Muncul sejak 2 -6 minggu pasca persalinan, berwarna putih kekuningan mengandung
leukosit, selaput lendir serviks.

e). Lochea Purulenta


Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.
f). Lochiostatis
Lochea yang tidak lancar keluarnya.
4. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi sedangkan serviks tidak
berkontraksi. Warna cerviks merah kehitam-hitaman karena pembuluh darah. Konsistensinya
lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih
bisa masuk rongga rahim, Setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari dapat
dilalui oleh 1 jari.
5. Perineum, Vagina, Vulva, dan Anus
Berkurangnya sirkulasi progesteron membantu pemulihan otot panggul, perineum,
vagina, dan vulva kearah elastisitas dari ligamentum otot rahim. Pada awal masa nifas, vagina
dan muara vagina membentuk suatu lorong luas berdinding licin yang berangsur-angsur
mengecil ukurannya tapi jarang kembali ke bentuk nulipara. Rugae mulai tampak pada
minggu ketiga. Himen muncul kembali sebagai kepingan-kepingan kecil jaringan, yang
setelah mengalami sikatrisasi akan berubah menjadi caruncule mirtiformis. Estrogen
pascapartum yang munurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae.
Mukosa vagina tetap atrofi pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai
menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi
ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan
penipisan mukosa vagina. Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus (dispareunia)
menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai lagi. Mukosa vagina
memakan waktu 2-3 minggu untuk sembuh tetapi pemulihan luka sub-mukosa lebih lama
yaitu 4-6 minngu. Beberapa laserasi superficial yang dapat terjadi akan sembuh relatif lebih
cepat. Laserasi perineum sembuh pada hari ke-7 dan otot perineum akan pulih pada hari ke5-
6.

Pada anus umumnya terlihat hemoroid (varises anus), dengan ditambah gejala seperti
rasa gatal, tidak nyaman, dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu defekasi.
Ukuran hemoroid biasanya mengecil beberapa minggu postpartum.

B. PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN


Ibu menjadi lapar dan siap untuk makan pada 1-2 jam setelah bersalin. Konstipasi
dapat menjadi masalah pada awal puerperium akibat dari kurangnya makanan padat dan
pengendalian diri terhadap BAB. Ibu dapat melakukan pengendalian terhadap BAB karena
kurang pengetahuan dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila BAB.
Dalam buku Keperawatan Maternitas(2004), buang air besar secara spontan bisa
tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan
karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum,
diare sebelum persalinan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu seringkali sudah menduga nyeri
saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episiotomi, laserasi, atau
hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali
ke normal.

C. PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN


Terjadi diuresis yang sangat banyak dalam hari-hari pertama puerperium. Diuresis
yang banyak mulai segera setelah persalinan sampai 5 hari postpartum. Empat puluh persen
ibu postpartum tidak mempunyai proteinuri yang patologi dari segera setelah lahir sampai
hari kedua postpartum, kecuali ada gejala infeksi dan preeklamsi.
Dinding saluran kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia. Kadang-kadang
oedema dari trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine.
Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga
kandung kencing poenuh atau sesudah kencing masih tinggal urine residual.
Sisa urine ini dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan
terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali dalam waktu 2 minggu.
D. PERUBAHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL
Adaptasi system muskuluskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang dapat
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu ke-6 sampai ke-8
setelah wanita melahirkan.
Dinding abdominal lembek setelah proses persalinan karena peregangan selama
kehamilan. Semua wanita puerperal mempunyai beberapa derajat tingkat diastasis recti, yang
merupakan separasi dari otot rectus abdomen. Berapa parah diastasis ini adalah tergantung
pada sejumlah factor termasuk kondisi umum wanita dan tonus otot, apakah wanita berlatih
dengan setia untuk memperoleh kembali kesamaan otot abdominalnya, pengaturan jarak
kehamilan (apakah dia mempunyai waktu untuk memperoleh kembali tonus ototnya sebelum
kehamilan selanjutnya) dan apakah kehamilannya mengalami overdistensi abdomen seperti
kehamilan ganda.
E. PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN
a). Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitary posterior dan bekerja terhadap otot
uterus dan jaringan payudara. Oksitosin di dalam sirkulasi darah menyebabkan kontraksi otot
uterus dan pada waktu yang sama membantu proses involusi uterus.
b). Prolaktin
Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan oleh glandula pituitary
anterior bereaksi terhadap alveoli dari payudara sehingga menstimulasi produksi ASI. Pada
ibu yang menyusui kadar prolaktin tetap tinggi dan merupakan permulaan stimulasi folikel di
dalam ovarium ditekan.
c). HCG, HPL, Estrogen, dan progesterone
Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat hormone HCG, HPL,
estrogen, dan progesterone di dalam darah ibu menurun dengan cepat, normalnya setelah 7
hari.

- Tabel Perubahan Sistem Endokrin pada Masa Nifas


Hormon Perubahan Yang Terjadi Keadaan Terendah
Hormon Placental Lactogen Menurun 24 jam
Estrogen Menurun Hari ke-7
Progesteron Menurun Hari ke-7
FSH Menurun Hari ke 10-12
LH Menurun Hari ke 10-12
Prolaktin Menurun Hari ke-14

F. PERUBAHAN TANDA-TANDA VITAL


Table perubahan tanda-tanda vital sebagai berikut :

No. Tanda Tanda Vital


1. Temperatur
Temperatur kembali ke normal dari sedikit peningkatan selama periode
intrapartum dan menjadi stabil dalam 24 jam pertama postpartum Selama
24 jam pertama dapat meningkat sampai 38 derajat celsius sebagai akibat
efek dehidrasi persalinan. Setelah 24 jam wanita tidak harus demam.
2. Denyut nadi
Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali karena pengaruh
partus lama, persalinan sulit dan kehilangan darah yang berlebihan. Setiap
denyut nadi di atas 100 x/menit selama masa nifas adalah abnormal dan
mengindikasikan pada infeksi atau haemoragic post partum. Denyut nadi
dan curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir.
Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui. Pada
minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke
frekuensi sebelum hamil.
3. Pernapasan
Pernapasan harus berada dalam rentang normal sebelum melahirkan.
4. Tekanan Darah
Seharusnya stabil dalam kondisi normal, sedikit berubah atau menetap.
G. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa factor, misalnya kehilangan
darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema
fisiologis ). Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat
tapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan volume
darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume
darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil.

H. PERUBAHAN SISTEM HEMATOLOGI


Lekositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12.000/mm3. Selama 10 12
hari pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20.000/mm 3 dan 25.000/mm3 merupakan
hal yang umum. Sel darah putih sampai berjumlah 15.000/mm 3 selama persalinan dan tetap
meningkat pada beberapa hari pertama post partum. Jumlah sel darah putih dapat meningkat
lebih lanjut sampai 25.000-30.000 di luar keadaan patologi jika ibu mengalami partus lama.

You might also like