Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sepsis dapat mengenai berbagai kelompok umur, pada dewasa, sepsis umumnya
terdapat pada orang yang mengalami immunocompromised yang disebabkan karena
adanya penyakit kronik maupun infeksi lainnya. Mortalitas sepsis di negara yang sudah
berkembang menurun hingga 9% namun, tingkat mortalitas pada negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia masih tinggi yaitu 50-70% dan apabila terdapat syok
septik dan disfungsi organ multiple, angka mortalitasnya bisa mencapai 80%.
Pada satu penelitian, insiden dari sepsis bakterimia (baik garam negatif maupun
positif) meningkat dari 3,8/1000 pada tahun 1970 menjadi 8,7/1000 pada tahun 1987.
Antara tahun 1980 dan 1992, peningkatan insiden infeksi nosokomial meningkat 6,7
kasus per 1000 menjadi 18,4/1000. Peningkatan jumlah pasien yang mengalami
immunocompromised dan peningkatan dari penggunaan diagnsosis invasif dan
teraupeutik merupakan salah satu faktor predisposisi dalam meningkatnya insiden sepsis
yang apabila telat ditangani dapat menjadi sepsis berat dan menjadi syok sepsis yang
sebagian besar berujung pada kematian. 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
SIRS adalah suatu bentuk respon inflamasi terhadap infeksi atau non-
infeksi yang ditandai oleh gejala : 6
A. ETIOLOGI
Tabel 3. Faktor predisposisi, infeksi, respon klinis, dan disfungsi organ pada
sepsis 10
A. PATOGENESIS
Sepsis dikatakan sebagai suatu proses peradangan intravaskular yang berat. Hal
ini dikatakan berat karena sifatnya yang tidak terkontrol dan berlangsung terus
menerus dengan sendirinya, dikatakan intravaskular karena proses ini
menggambarkan penyebaran infeksi melalui pembuluh darah dan dikatakan
peradangan karena semua tanda respon sepsis adalah perluasan dari peradangan
biasa.
Jika penyebabnya adalah bakteri gram positif, virus atau parasit. Mereka
dapat berperan sebagai superantigen setelah difagosit oleh monosit atau
makrofag yang berperan sebagai antigen processing cell yang kemudian
ditampilkan sebagai APC (Antigen Presenting Cell). Antigen ini membawa
muatan polipeptida spesifik yang berasal dari MHC (Major Histocompatibility
Complex). Antigen yang bermuatan MHC akan berikatan dengan CD 4+
(Limfosit Th1 dan Limfosit Th2) dengan perantara T-cell Reseptor. 10
Sebagai usaha tubuh untuk bereaksi terhadap sepsis maka limfosit T akan
mengeluarkan substansi dari Th1 dan Th2. Th1 yang berfungsi sebagai
immodulator akan mengeluarkan IFN-, IL2 dan M-CSF (Macrophage Colony
Stimulating Factor), sedangkan Th2 akan mengekspresikan IL-4, IL-5, IL-6, IL-
10, IFN-g, IFN 1 dan TNF yang merupakan sitokin proinflamantori. IL-1
yang merupakan sebagai imuno regulator utama juga memiliki efek pada sel
endothelial termasuk didalamnya terjadi pembentukkan prostaglandin E2 (PG-
E2) dan merangsang ekspresi intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1) yang
menyebabkan neutrofil tersensitisasi oleh GM-CSF mudah mengadakan
adhesi.10 Neutrofil yang beradhesi akan mengeluarkan lisosim yang
menyebabkan dinding endotel lisis sehingga endotel akan terbuka dan
menyebabkan kebocoran kapiler. Neutrofil juga membawa superoksidan yang
termasuk kedalam radikal bebas (nitrat oksida) sehingga mempengaruhi
oksigenisasi pada mitokondria sehingga endotel menjadi nekrosis dan terjadilah
kerusakan endotel pembuluh darah. Adanya kerusakan endotel pembuluh darah
menyebabkan gangguan vaskuler dan hipoperfusi jaringan sehingga terjadi
kerusakan organ multipel.10
Hipoksia sendiri merangsang sel epitel untuk melepaskan TNF-, IL-8,
IL-6 menimbulkan respon fase akut dan permeabilitas epitel. Setelah terjadi
sebagai hasil metabolisme xantin dan hipoxantin oleh xantin oksidase, dan hasil
penting artinya bagi kesehatan dan fungsi tubuh yang normal dalam memerangi
seluler, maka dia akan menyerang isi sel itu sendiri sehingga menambah
kerusakan jaringan dan bisa menjadi disfungsi organ multipel yang meliputi
tissue factor, dia juga menggangu proses fibrinolisis melalui pengaktifan IL-1
dan TNF dan memproduksi suatu plasminogen activator inhibitor-1 yang kuat
zimogen yang inaktif tetapi karena adanya thrombin dan trombomodulin, dia
menjadi fibrin. Semua proses ini menyebabkan kelainan faktor koagulasi yang
diseminata yang merupakan salah satu kegawatan dari sepsis yang mengancam
jiwa. 14
A. GEJALA KLINIS
Umumnya klinis pada sepsis tidak spesifik, biasanya hanya didahului oleh
tanda-tanda non spesifik seperti demam, menggigil dan gejala konstitutif seperti
lelah, malaise, gelisah dan tampak kebingungan. Tempat infeksi yang paling
lunak dan sistem saraf pusat. Gejala sepsis tersebut akan semakin berat pada
pendeita usia lanjut, penderita diabetes, kanker, gagal organ utama yang sering
menyeluruh.
Tabel 4. Sepsis menurut Society of Critical Care Medicine 7
B. DATA LABORATORIUM
Tabel. 5. Data laboratorium yang merupakan indikator pada sepsis
C. PENATALAKSANAAN
circulation
o Terapi cairan
Bila cairan tidak dapat mengatasi cardiac output (arterial pressure dan
o Terapi inotropik
Antibiotik
Hilangkan benda asing yang menjadi sumber infeksi. Angkat organ yang
terinfeksi, hilangkan atau potong jaringan yang menjadi gangrene, bila perlu
kematian akibat sepsis dengan disfungsi organ akut yang terkait sebesar
D. KOMPLIKASI
o ARDS
o Gastrointestinal :
Pada pasien sepsis di mana pasien dalam keadaan tidak sadar dan
terpasang intubasi dan tidak dapat makan, maka bakteri akan
berkembang dalam saluran pencernaan dan mungkin juga dapat
menyebabkan suatu pneumonia nosokomial akibat aspirasi. Abnormalitas
sirkulasi pada sepsis dapat menyebabkan penekanan pada barier normal
dari usus, yang akan menyebabkan bakteri dalam usus translokasi ke
dalam sirukulasi (mungkin lewat saluran limfe).