You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan

protein, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema dan serum

kolesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia).

Insidens lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan. Mortalitas dan

prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas

kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari, dan responnya trerhadap

pengobatan. Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun. Sindrom

nefrotik perubahan minimal ( SNPM ) menacakup 60 90 % dari semua kasus

sindrom nefrotik pada anak. Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 %

menjadi 5 % dengan majunya terapi dan pemberian steroid. Bayi dengan sindrom

nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi bilateral dan transplantasi ginjal.

Berdasarkan hasil penelitian univariat terhadap 46 pasien, didapatkan insiden

terbanyak sindrom nefrotik berada pada kelompok umur 2 6 tahun sebanyak 25

pasien (54,3%), dan terbanyak pada laki-laki dengan jumlah 29 pasien dengan rasio

1,71 : 1. Insiden sindrom nefrotik pada anak di Hongkong dilaporkan 2 - 4 kasus per

100.000 anak per tahun ( Chiu and Yap, 2005 ). Insiden sindrom nefrotik pada anak

dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan Inggris adalah 2 - 4 kasus baru per

100.000 anak per tahun. Di negara berkembang, insidennya lebih tinggi. Dilaporkan,

insiden sindrom nefrotik pada anak di Indonesia adalah 6 kasus per 100.000 anak per

tahun. (Tika Putri, http://one.indoskripsi.com ) Dengan adanya insiden ini, diharapkan

perawat lebih mengenali tentang penyakit nefrotik dan mengaplikasikan rencana

keperawatan terhadap pasien nefrotik.


1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada penderita sindrom

nefrotik.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengkajian sindrom nefrotik.


b. Menegakkan diagnosa keperawatan dengan sindrom nefrotik.
c. Membuat intervensi keperawatan.
d. Membuat implementasi keperawatan.
e. Membuat evaluasi keperawatan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Medik
2.1.1 Definisi
Sindrom Nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbunemia
dan hiperkolesterolemia (Rusepno, H, dkk. 2000, 832). Sindrom Nefrotik adalah
status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus
terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif
(Donna L. Wong, 2004). Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang
disebabkan oleh injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik;
proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi
dan Rita Yuliani, 2001). Sindrom nefrotik merupakan sekumpulan gejala yang terdiri
dari proteinuria masif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang
dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan
hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002).

2.1.2 Etiologi
Etiologi Sindrom Nefrotik Sebab pasti belum jelas. Saat ini dianggap sebagai suatu
penyakit autoimun. Secara umum etiologi dibagi menjadi : a. Sindrom nefrotik
bawaan. Gejala khas adalah edema pada masa neonatus. b. Sindrom nefrotik sekunder
Penyebabnya adalah malaria, lupus eritematous diseminata, GNA dan GNK, bahan
kimia dan amiloidosis. c. Sindrom nefrotikidiopatik d. Sklerosis glomerulus.

2.1.3 Gejala Klinis Sindrom Nefrotik


Edema, sembab pada kelopak mata Edema biasanya bervariasi dari bentuk ringan
sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan
umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah
genitalia dan ekstermitas bawah.
Rentan terhadap infeksi sekunder
Hematuria, azotemeia, hipertensi ringan
Kadang-kadang sesak karena ascites
Produksi urine berkurang
Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.
Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan
umumnyaterjadi.

2.1.4 Patofisiologi
Patofisiologi Sindrom Nefrotik Adanya peningkatan permiabilitas glomerulus
mengakibatkan proteinuria masif sehingga terjadi hipoproteinemia. Akibatnya
tekanan onkotik plasma menurun karean adanya pergeseran cairan dari intravaskuler
ke intestisial. Volume plasma, curah jantung dan kecepatan filtrasi glomerulus
berkurang mengakibatkan retensi natrium. Kadar albumin plasma yang sudah
merangsang sintesa protein di hati, disertai peningkatan sintesa lipid, lipoprotein dan
trigliserida.
a.Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari
proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan
osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke dalam
interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler
berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.
b.Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik
hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air.
Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan edema. c.Terjadi peningkatan
kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi
lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasma
d.Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam
hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak
dalam urin (lipiduria) e.Menurunya respon imun karena sel imun tertekan,
kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau
defesiensi seng. (Suriadi dan Rita yuliani, 2001 :217)

2.1.5 Pathway
2.1.6 Komplikasi Sindrom Nefrotik

a. Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat


hipoalbuminemia.

b. Syok : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang


menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan syok.

c. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga terjadi


peninggian fibrinogen plasma.

d. Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal. (Rauf, .2002:
.27-28).
2.1.7 Pemeriksaan Laboratorium

a. Laboratorium

1) Urine : Volume biasanya < dari 400 ml/ 24 jam (fase oliguri). Warna urine kotor,

sedimen kecoklatan menunjukkan adanya darah, hemoglobin, mioglobin, porfirin.

2) Darah, HB menurun karena adanya anemia. Hematokrit menurun. Natrium

meningkat tetapi dapat bervariasi. Kalium meningkat sehubungan dengan retensi.

b. Biopsi ginjal dilakukan untuk memperkuat diagnose

2.1.8 Penatalaksanaan Sindrom Nefrotik

Istirahat sampai edema tinggal sedikit

Diet protein 3 4 gram/kg BB/hari

Diuretikum : furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan


respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25 50
mg/hari), selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi,
alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.

Kortikosteroid : Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60


mg/hari luas permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80 mg/hari. Kemudian
dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp,
setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat
respon selama pengobatan, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten
selama 4 minggu

Antibiotika bila ada infeksi

Punksi ascites

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu upaya pengumpulan data secara lengkap dan

sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan keperawatan yang

dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Tahapan

ini mencakup 3 kegiatan yaitu pengumpulan data, analisa data dan penentuan

masalah kesehatan serta keperawatan (Nur Salam, 2001 ).

Menurut Wong L Donna (2003) pengkajian data dasar yang dapat menunjang

dan didapatkan riwayat penyakit dengan cermat termasuk hal-hal berikut.

a. Lakukan pengkajian fisik, termasuk pengkajian luasnya edema.


b. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama yang berhubungan dengan

adanya peningkatan berat badan saat ini dan kegagalan fungsi ginjal.

c. Observasi adanya manifestasi dari sindrom nefrotik; kenaikan berat badan, edema

pada wajah (khususnya disekitar mata) yang timbul pada saat bangun pagi, berkurang

disiang hari, penglihatan kabur, pembengkakan abdomen (acites), kesulitan bernafas

(efusi pleura), pembengkakan labial atau skrotal, edema mukosa usus yang

menyebabkan diare, mual/ muntah, enoreksia, absorbsi usus buruk, kulit pucat, peka

rangsang, mudah lelah, letargi, tekanan darah normal atau sedikit menurun ,

kerentanan terhadap infeksi, perubahan pada urine (penurunan volume urine, gelap

dan berbau buah).

d. Pengkajian diagnositk dan pengujian misalnya analisa urine akan adanya protein,

silinder dan sel darah merah, analisa darah untuk protein serum (total, perbandingan

albumin), globulin kolesterol jumlah darah merah, natrium serum.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan tentang masalah

ketidaktahuan dan atau ketidakmampuan pasien atau klien baik dalam memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari maupun dalam penanggulangan masalah kesehatan

tersebut berhubungan dengan penyebab atau gejala (Nur Salam, 2001).

Menurut Wong L Donna (2003) diagnosa keperawatan pada kasus sindrom

nefrotik yang mungkin di dapatkan sebagai berikut :

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan

b. Risiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan

kehilangan protein dan cairan, edema.

c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya imunitas, kelebihan beban

cairan.

d. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan

pertahanan tubuh
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan

nafsu makan

f. Gangguan bodi image berhubungan dengan perubahan penampilan.

g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan

h. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit serius.

3. Perencanaan

Perencanaan adalah pengkajian yang sistematis dan identifikasi masalah dan

penentuan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian Asuhan Keperawatan pada pasien

berdasarkan analisis Pengkajian agar masalah kesehatan Keperawatan pasien dapat

diatasi (Nur salam, 2001).

Adapun perencanaan pasien dengan Sindrom Nefrotik menurut Wong L.

Donna (2004) adalah :

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dengan tujuan tidak

menunjukkan bukti-bukti akumulasi cairan atau bukti dan akumulasi cairan yang

ditunjukkan pasien minimum; Adapun intervensi yang direncanakan adalah sebagi

berikut :

1) Kaji masukan yang relatif terhadap keluarn

2) Kaji perubahan edema

3) Uji urine untuk berat jenis, albumin

4) Tampung spesimen untuk pemeriksaan laboratorium

5) Berikan kortikosteroid seusia indikasi

6) Berikan diuretik bila diinstruksikan

7) Batasi cairan sesuai indikasi

b. Risiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan

kehilangan protein dan cairan dengan tujuan tidak ada bukti kehilangan cairan

intravaskuler atau syok hipovolemia yang ditunjukkan anak; Adapun intervensi yang

direncanakan adalah sebagi berikut :

1) Pantau tanda-tanda vital


2) Kaji kulaitas dan frekuensi nadi

3) Laporkan adanya penyimpangan dari normal

4) Berikan albumin bergaram rendah

c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh menurun, kelebihan

beban cairan dengan tujuan anak tidak menunjukkan bukti-bukti/ tanda infeksi;

adapun intervensi yang direncanakan adalah sebagai berikut :

1) Lindungi anak dari kontak dengan individu yang terinfeksi

2) Observasi asepsis medis

3) Jaga anak agar tetap hangat dan kering

4) Pantau suhu untuk bukti awal infeksi

5) Ajari orang tua tentang tanda dan gejala infeksi

d. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan

pertahanan tubuh dengan tujuan kulit anak tidak menun- jukkan kemerahan atau

iritasi; adapun intervensi yang direncanakan adalah sebagai berikut :

1) Berikan perawatan kulit

2) Hindari pakaian ketat

3) Topang organ edema, seperti skrotum

4) Rubah posisi dengan sering

5) Gunakan penghilang tekanan atau matras atau tempat tidur penahan tekanan sesuai

kebutuhan.

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kehilangan nafsu

makan dengan tujuan anak mengkonsumsi jumlah makanan bernutrisi yang adekuat;

adapun intervensi yang direnca- nakan adalah sebagai berikut :

1) Beri diit yang bergizi

2) Batasi natrium selama edema dan terapi steroid

3) Tuliskan bantuan anak, orang tua dan ahli gizi dalam formulasi diet

4) Beri lingkungan yang menyenangkan (bersih dan rileks pada saat makan)

5) Beri makanan yang spesial dan disukai anak


f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan dengan tujuan

anak mendiskusikan perasaan dan masalah dan anak mengikuti aktivitas yang sesuai

dengan kemampuan; adapun intervensi yang direncanakan adalah sebagai berikut :

1) Gali perasaan dan masalah mengenai penampilan

2) Dorong aktivitas dalam batas normal

3) Dorong sosialisasi dengan individu tanpa intoleransi

4) Gali area minat dan dorong kelanjutannya.

g. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan/ kelemahan dengan tujuan anak

melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan dan anak mendapatkan istirahat/

tidur yang adekuat; adapun intervensi yang direncanakan adalah sebagai berikut :

1) Pertahankan tirah baring awal bila terjadi edema hebat

2) Seimbangkan istirahat dan aktivitas

3) Rencanakan dan berikan aktivitas tenang

4) Instruksikan anak untuk istirahat bila ia mulai merasa lelah

5) Berikan periode tanpa gangguan.

h. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit serius

dengan tujuan keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit dan terapinya;

adapun intervensi yang direncanakan adalah sebagai berikut :

1) Kenali masalah keluarga dan kebutuhan akan informasi.

2) Tekankan dan jelaskan penjelasan professional kesehatan tentang kondisi anak.

3) Ulangi informasi sesering mungkin

4) Bantu keluarga menginterpretasikan perilaku bayi atau anak serta responnya.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan, untuk memperoleh perencanaan yang efektif dituntut pengetahuan dan


keterampilan yang luas dari tenaga perawat untuk memberikan keperawatan yang

baik dan bermutu yang telah ditentukan dan direncanakan.

a. Melaksanakan rencana keperawatan segala informasi yang tercakup dalam rencana

keperawatan merupakan dasar atau pedoman didalam intervensi keperawatan.

b. Mengidentifikasi reaksi tanggapan klien dituntun upaya yang baik tidak tergesa-gesa

cermat dan teliti agar menemukan reaksi klien sebagai akibat dari tindakan

keperawatan yang diberikan dengan melihat akan sangat membantu perawat dalam

mengidentifikasi reaksi klien yang mungkin menunjukkan adanya penyimpangan.

c. Mengevaluasi tanggapan dari reaksi klien dengan cara membandingkan terhadap

syarat-syarat dengan hasil yang diharapkan langkah ini merupakan langkah yagn

pertama terpenuhi bila perawat telah mencapai tujuan. Syarat yang kedua adalah

intervensi dapat diterima klien.

Adapun implementasi menurut Wong L. Donna (2003) pada kasus sindrom

nefrotik adalah :

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dengan

implementasi adalah sebagi berikut :

1) Ukur dan catat masukan dan haluaran dengan akurat

2) Timbang berat badan setiap hari

3) Ukur lingkar abdomen pada umbilikus

4) Pantau edema disekitar mata

5) Perhatikan derajat pitiing bila ada

6) Perhatikan warna dan tekstur kulit.

b. Risiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan

kehilangan protein dan cairan dengan implementasi sebagi berikut :

1) Kaji kulaitas dan frekuensi nadi

2) Ukur tekanan darah

3) Berikan albumin bergaram rendah

c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh menurun, kelebihan

beban cairan dengan implementasi sebagai berikut :


1) Tempatkan anak dalam ruang yang tidak terinfeksi

2) Batasi hubungan dengan individu yang mengalami infeksi

3) Ajari pengunjung tentang perilaku pencegahan infeksi yang tepat

4) Gunakan teknik mencuci tangan yang nbaik

d. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan

pertahanan tubuh dengan implementasi sebagai berikut :

1) Bersihkan dan bedaki permukaan kulit beberapa kali perhari

2) Bersihkan permukaan kulit dengan kapas halus

3) Bersihkan kelopak mata yang mengalami edema

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kehilangan nafsu

makan dengan implementasi sebagai berikut :

1) Beri suplemen vitamin dan besi sesuai indikasi

2) Beri makanan spesial dan disukai anak

3) Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya agar anak mau makan

4) Beri makanan dengan cara yang menarik.

f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan dengan

implementasi sebagai berikut :

1) Tunjukkan aspek positif dari penampilan dan bukti penurunan edema

2) Jelaskan pada anak dan orang tua bahwa gejala berhubungan dengan terapi steroid

akan berkurang bila obat berkurang.

3) Beri umpan balik positif sehingga anak merasa diterima

4) Gali area minat dan dorong kelanjutannya

g. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan/ kelemahan dengan implementasi

sebagai berikut :

1) Pertahankan tirah baring awal bila terjadi edema hebat

2) Seimbangkan istirahat dan aktivitas

3) Rencanakan dan berikan aktivitas tenang

4) Instruksikan anak untuk istirahat bila ia mulai merasa lelah

5) Berikan periode tanpa gangguan.


h. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit serius

dengan sebagai berikut :

1) Kaji pemahaman keluarga tentang diagnosa dan rencana perawatan

2) Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman keluarga tentang

penyakit dan terapinya

3) HE tentang penyakit

5. Evaluasi

Merupakan hasil akhir dari proses keperawatan dimana membe- rikan

gambaran tentang hasil yang diharapkan telah tercapai atau tidak, proses yang

kontinu untuk menjamin kualitas dan ketetapan perawatan diberikan, dilakukan

dengan meninjau respon pasien untuk menentukan keefektifan rencana keperawatan

dalam memenuhi kebutuhan pasien (Nur Salam, 2001).

Adapun hasil akhir/ evaluasi yang diharapkan pada pasien sindrom nefrotik

menurut Wong L. Donna (2003) adalah :

a. Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti akumulasi atau bukti akumulasi cairan yang

ditunjukkan pasien minimum.

b. Bukti kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik yang ditunjukkan anak

minimum atau tidak ada

c. Anak dan keluarga menerapkan praktek sehat yang baik; anak tidak menunjukkan

bukti-bukti infeksi

d. Kulit anak tidak menunjukkan kemerahan atau iritasi

e. Anak mengkonsumsi sejumlah makanan bernutris yang adekuat

f. Anak mendiskusikan perasaan dan masalah, anak mengikuti aktivitas yang sesuai

dengan minat dan kemampuan.

g. Anak melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan, anak mendapatkan

istirahat yang adekuat

h. Keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit dan terapinya.


TINJAUAN KASUS
Skenario
An. A (6 tahun ), JK : laki-laki, datang dibawa ibunya kerumah sakit dengan
keluhan badan anaknya bengkak-bengkak di seluruh badan terutama dibagian wajah
dan mata. Ibunya mengatakan 5 hari SMRS saat bangun tidur pagi hari mata anaknya
sembab, namun sembab berkurang di sore hari, sembab juga menyebar dibagian perut
dan esoknya pada kedua kaki, sejak 4 hari yag lalu BAK berwarna merah tua dan
sedikit. Mual muntah (-), batuk pilek(-) dan sesak nafas (-). Pada saat dikaji terlihat
terdapat luka borok pada kulit An. A. Keadaan umum pasien tampak sakit sedang,
kesadaran kompos mentis, pada pemeriksaan TTV didapatkan nadi 112x/menit, RR :
44x/menit, suhu : 36,70C, dan tekanan darah 130/80mmHg. BB= 42kg, PB 136cm.
pada pemeriksaan lab darah rutin diperoleh HB : 10,9 g/dl, WBC : 5.900, trombosit :
398.00, Ht : 33%, kolesterol total 479 gr/dl, protein total 2,4 g/dl, albumin: 1,0 g/dl,
globulin : 1,46 g/dl, Ureum : 31mg/dl,. Pasien anoreksia (+), oedem priorbita (+),
hipoalbuminemia (+) dan pada ektstremitas pitting edema (+) dengan derajat II. Pada
pemeriksaan urin lengkap diperoleh warna : kuning, kejernihan :agak keruh, berat
jenis : 1,005, pH 5,5, glukosa (-), bilirubin (-),darah (+2), protein (+3) , urobilonogen
(+1), leukosit (+1). Th/ medikamentosa yg diberikan furosemid 2x30gr.

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : An. A
Umur : 6 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
An. A (6 tahun ), JK : laki-laki, datang dibawa ibunya kerumah sakit dengan
keluhan badan anaknya bengkak-bengkak di seluruh badan terutama dibagian wajah
dan mata.
b) Riwayat penyakit sekarang
Ibunya mengatakan 5 hari SMRS saat bangun tidur pagi hari mata anaknya
sembab, namun sembab berkurang di sore hari, sembab juga menyebar dibagian perut
dan esoknya pada kedua kaki, sejak 4 hari yag lalu BAK berwarna merah tua dan
sedikit. Pada saat dikaji terlihat terdapat luka borok pada kulit An. A. Keadaan umum
pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, pada pemeriksaan TTV
didapatkan nadi 112x/menit, RR : 44x/menit, suhu : 36,70C, dan tekanan darah
130/80mmHg. Pasien anoreksia (+), oedem priorbita (+), hipoalbuminemia (+) dan
pada ektstremitas pitting edema (+) dengan derajat II.
c) Riwayat penyakit dahulu
d) Riwayat penyakit keluarga

3. Pola fungsional
No Pola fungsional Hasil pasien
1 Pola Makan/cairan Pasien anoreksia (+)
2 Pola Aktivitas/latihan -
3 Pola Sirkulasi nadi 112x/menit, RR : 44x/menit, tekanan darah
130/80mmHg. badan anaknya bengkak-bengkak di
seluruh badan terutama dibagian wajah dan mata. Ibunya
mengatakan 5 hari SMRS saat bangun tidur pagi hari mata
anaknya sembab, namun sembab berkurang di sore hari,
sembab juga menyebar dibagian perut dan esoknya pada
kedua kaki, oedem priorbita (+), hipoalbuminemia (+) dan
pada ektstremitas pitting edema (+) dengan derajat II.
4 Pola Eliminasi sejak 4 hari yag lalu BAK berwarna merah tua dan
sedikit, Pada pemeriksaan urin lengkap diperoleh warna :
kuning, kejernihan :agak keruh, berat jenis : 1,005, pH
5,5, glukosa (-), bilirubin (-),darah (+2), protein (+3) ,
urobilonogen (+1), leukosit (+1).
5 Pola Nyeri/kenyamanan -
6 Pola Pernapasan RR : 44x/menit.
7 Pola Keamanan -
8 Pola Istirahat-tidur -
9 Penyuluhan / -
Pembelajaran
10 Persepsi dan Sensori -

4. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis,
b) Tb : 136 cm
c) BB: 42 kg
d) Tanda-tanda Vital

Tanda- Nilai Normal Nilai Ketera Abnormalitas


Tanda Pasien ngan
Vital pd
pasien
TD Bayi: 70-90/50 mmHg 130/80 normal
Meningkat: apabila terjadi Penyakit
Anak : 80-100/60 mmHg
ginjal, ketidakstabilan aorta, kelainan
mmHg
hormonal, dan arteri yang menyempit,
Remaja : 90-110/66
Keadaan emosi yang tak menentu
mmHg
Dewasa muda: 110- Penurunan: apabila terjadi
140/60-90 mmHg perubahan hormon, pelebaran
Dewasa tua : 130- pembuluh darah, efek samping
150/80-90 mmHg obat, anemia, hati & endokrin
bermasalah, Dehidrasi,
Pendarahan, Otot jantung lemah,
Detak jantung tidak normal,
kehamilan, kurang nutrisi, dan

Suhu 36,50C -37,50C 36,70C normal Meningkat: apabila terjadi


demam (infeksi bakteri atau virus
seperti influenza, pilek, HIV,
malaria, gastroenteritis; berbagai
radang kulit seperti borok, jerawat,
abses; penyakit-penyakit
imunologi seperti lupus
eritematosus, sarkoidosis;
kerusakan jaringan yang dapat
terjadi pada pembedahan,
hemolisis, perdarahan serebral;
obat-obatan baik secara langsung
seperti obat-obat progesteron,
kemoterapi atau sebagai efek
samping obat seperti obat
antibiotik, atau akibat penghentian
obat seperti pada orang yang
ketagihan heroin; kanker seperti
penyakit hodgkin; penyakit
metabolik seperti gout, forforia;
serta proses tromboemboli seperti
emboli paru dan trombosis vena
dalam (DVT).

Menurun: apabila terjadi akibat


penurunan produksi
panas, gangguan hormon tiroid
atau pituitary, gangguan
termoregulasi, gangguan di
hipotalamus, Kelelahan dan
Kurang tidur.
Nadi Bayi: 120-130 x/mnt 112x/ Tidak Meningkat: Pada waktu
Anak : 80-90 x/mnt menit normal melakukan aktivitas, kebugaran,
(terjadi
Dewasa: 70-100 x/mnt suhu, temperatur udara, posisi
Lansia: 60-70 x/mnt peningk tubuh, emosi, berat badan, obat-
atan) obatan. faktor risiko untuk stroke,
jantung.
RR Bayi: 30-40 x/mnt 44x/ Tidak Meningkat: apabila terjadi
Anak: 20-30 x/mnt menit normal susunan tulang yang abnormal,
Dewasa : 16-20 x/mnt (terjadi kekurangan cairan, emosi yang
peningk tidak stabil.
atan)
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeri Nilai Nilai Keteranga Abnormalitas
ksaan normal pasie n pd pasien
lab n
Hb Wanita : 10,9 Normal Penurunan: anemia penyakit ginjal, dan pemberian
12-14 gr/dl g/dl cairan intra-vena (misalnya infus) yang berlebihan.
Pria: 13-16 Selain itu dapat pula
gr/dL Disebabkan oleh
Anak- obat-obatan tertentu seperti antibiotika, aspirin, antineopla
anak: 10- (obat kanker), indometasin (obat antiradang).
16 gr/dL Peningkatan: dehidrasi, penyakit paru obstruktif
menahun (COPD), gagal jantung kongestif, dan luka bakar
Bayi baru
Obat yang dapat meningkatkan Hb yaitu metildopa
lahir: 12- (salah satu jenis obat darah tinggi) dan gentamicin
(Obat untuk infeksi pada kulit)
24gr/dL

Trombo Pria: 398.0 Normal Menurun: apabila terjadi demam berdarah, perdarahan
sit Trombosit : 0 dan hambatan perm- bekuan darah, adanya infeks
150.000 mielofibrosis, immunologic thrombocitopenia perpura (ITP
440.000 Meningkat: kelainan pada sumsum tulang dan DNA
(150.000 sebagai pemberi perintah, infeksi akut, perdarahan,
400.000) hemolisis, kanker, spelenektomi, dan penyakit sel
mm3 darah seperti leukemia serta TBC kronik.
Wanita:
Trombosit :
150.000
400.000
mm3
WBC pria: 4.000- 5.900 tdk normal Peningkatan : menunjukkan adanya proses infeksi atau
11.000 (terjadi radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-paru),
wanita: penurunan) meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usu
5.000- dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh
10.000 prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama
anak: ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin.
9.000- Penurunan : dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama
12.000 obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),
kemoterapi kanker, antidiabetika oral,
antibiotika (penicillin, cephalosporin, kloramfenikol),
sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang disebabkan
oleh bakteri).
Ht Wanita: 37 33% Normal Penurunan: terjadi pada pasien yang mengalami
45 % kehilangan darah akut (kehilangan darah secara
Pria: 40 mendadak, misal pada kecelakaan), anemia, leukemia,
50 % gagal ginjal kronik, malnutrisi, kekurangan vitamin B da
Anak: 33 (penyakit tukak lambung).
-38% Peningkatan: Ht terjadi pada dehidrasi, diare
berat,eklampsia (komplikasi pada kehamilan),
efek pembedahan, dan luka bakar.
kolester 150-270 479 Tdk normal Meningkat: jaundice obstruksi
ol total mg/dl gr/dl (terjadi Menurun: penyakit hati, sindrom malaborpsi
peningkatan
protein 6,5-8,8 2,4 Tdak Meningkat: penyakit hati, penyakit kolagen, infeksi kronis
total mg/dl gr/dl normal Menurun: penyakit hati lanjut/berat, alkoholik,
(terjadi penyakit ginjal, coliitis ulseratif, perdarahan hebat,
penurunan) gagal jantung tau immobilisasi.
albumi Dewasa: 1,0 Tdk normal Penurunan: malnutrisi, radang menahun, sindrom
n 3,8 5,1 g/dl (terjadi malabsorpsi, penyakit hati menahun, kelainan genetik,
gr/dl penurunan) Peningkatan ekskresi (pengeluaran); luka bakar luas,
Anak: 4,0 penyakit usus, nefrotik sindrom (penyakit ginjal).
5,8 gr/dl Meningkat: infeksi, rusaknya ginjal dan glomerulus,
Bayi: 4,4 glomerulonefritis, hepatitis, malaria, tubulointerstitisl
5,4 gr/dl disease (toxic, allergic, vasculer, infective, hereditary),
Bayi baru neoplasia, mieloma multipel (igG, IgA, IgD, IgE,
lahir: 2,9 dan rantai ringan bebas), limfoma.
5,4 gr/dl
Globuli 2.0 - 3.5 1,46 Tdk normal Meningkat: Infeksi kronis (Tuberculosis, Adrenal
cortical hypofunction , disfungsi hati, Collagen Vascular
n g/dL g/dl (terjadi
Disease (Rheumatoid Arthritis, Systemic Lupus,
penurunan) Scleroderma), Gejala Hipersensitivitas, Dehidrasi,
Gangguan respirasi, Hemolisis, Cryoglobulinemia,
Alcoholism, Leukimia
Menurun: Malnutrisi dan malabsorbsi Gangguan
produksi protein, Penyakit Liver, Diare,
Ketidakseimbangan hormone sehingga merusak jaringan,
Proteinuria, Kehamilan.
Ureum 20-40 mg 31mg/ Normal Peningkatan kadar ureum disebut uremia: gagal ginjal,
dl penurunan aliran darah ke ginjal seperti pada syok,
kehilangan darah, dan dehidrasi, peningkatan
katabolisme protein seperti pada perdarahan
gastrointestinal disertai pencernaan hemoglobin dan
penyerapannya sebagai protein dalam makanan,
perdarahan ke dalam jaringan lunak atau rongga tubuh
, hemolisis, leukemia (pelepasan protein leukosit),
cedera fisik berat, luka bakar, demam, obstruksi
saluran kemih di bagian bawah ureter, kandung kemih,
atau urethra yang menghambat ekskresi urin,
obat-obatan (nefrotoksik; diuretic (hidroklorotiazid,
asam etakrinat, furosemid, triamteren); antibiotic
(basitrasin, sefaloridin (dosis besar), gentamisin,
kanamisin, kloramfenikol, metisilin, neomisin, vankomisin
Penurunan : Pada nekrosis hepatik akut, sirosis hepatis,
karsinoma payudara, malnutrisi protein jangka
panjang, akhir kehamilan, dan obat fenotiazin.
6. Pemeriksaan lainnya
anoreksia (+), oedem priorbita (+), hipoalbuminemia (+) dan pada ektstremitas pitting edema (+)
dengan derajat II.
7. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan Nilai normal Nilai pasien Keterangan pd
urine pasien
Warna Kuning muda-kuning tua Kuning Normal
Kejernihan Jernih-agak keruh agak keruh Normal
Berat jenis 1.003-1.030 1,005 Normal
pH 4,6-8,5 5,5 Normal
Glukosa (-) (-) Normal
Bilirubin (-) (-) Normal
Darah (-) (+2) Tidak normal
Protein (-) (+3) Tidak normal
Urobilonogen (-) (+1) Tidak normal
Leukosit (-) (+1) Tidak normal

B. Data Fokus
Data subjektif Data objektif
1. datang dibawa ibunya kerumah sakit dengan 1. Pada saat dikaji terlihat terdapat luka borok
keluhan badan anaknya bengkak-bengkak di pada kulit An. A.
seluruh badan terutama dibagian wajah dan 2. nadi 112x/menit,
mata. 3. RR : 44x/menit,
2. Ibunya mengatakan 5 hari SMRS saat 4. tekanan darah 130/80mmHg
5. kolesterol total 479 gr/dl,
bangun tidur pagi hari mata anaknya sembab,
6. wbc 5.900
namun sembab berkurang di sore hari, 7. Protein total 2,4 g/dl,
sembab juga menyebar dibagian perut dan 8. Albumin: 1,0 g/dl,
esoknya pada kedua kaki, 9. globulin : 1,46 g/dl,
3. sejak 4 hari yag lalu BAK berwarna merah 10. Pasien anoreksia (+),
tua dan sedikit. 11. oedem priorbita (+),
12. hipoalbuminemia (+)
13. pada ektstremitas pitting edema (+)
dengan derajat II.
14. darah (+2),
15. protein (+3) ,
16. urobilonogen (+1),
17. leukosit (+1).
C. Analisa data
Nama : An. A
Umur : 6 tahun
Diagnosa medis : sindrom nefrotik
Data etiologi masalah
Ds: Kehilangan Kelebihan
An. A (6 tahun ), JK : laki-laki, datang dibawa ibunya protein volume cairan
kerumah sakit dengan keluhan badan anaknya bengkak- sekunder
bengkak di seluruh badan terutama dibagian wajah dan terhadap
mata. peningkatan
Ibunya mengatakan 5 hari SMRS saat bangun tidur pagi permeabilitas
hari mata anaknya sembab, namun sembab berkurang di sekunder
sore hari, sembab juga menyebar dibagian perut dan
esoknya pada kedua kaki.
sejak 4 hari yag lalu BAK berwarna merah tua dan sedikit.
Do:
oedem priorbita (+)
pada ektstremitas pitting edema (+) dengan derajat II.
nadi 112x/menit
RR : 44x/menit
tekanan darah 130/80mmHg
darah (+2)
urobilonogen (+1)
leukosit (+1)
Ds: Pasien anoreksia (+) Anoreksia ketidakseimba
Do: ngan nutrisi
kolesterol total 479 gr/dl kurang dari
Protein total 2,4 g/dl, kebutuhan
Albumin: 1,0 g/dl,
tubuh.
globulin : 1,46 g/dl,
hipoalbuminemia (+)
protein (+3)
An. A (6 tahun ), JK : laki-laki, datang dibawa ibunya Edema Kerusakan
kerumah sakit dengan keluhan badan anaknya bengkak- integritas kulit
bengkak di seluruh badan terutama dibagian wajah dan
mata.
Ibunya mengatakan 5 hari SMRS saat bangun tidur pagi
hari mata anaknya sembab, namun sembab berkurang di
sore hari, sembab juga menyebar dibagian perut dan
esoknya pada kedua kaki.
DO:
Pada saat dikaji terlihat terdapat luka borok pada kulit An.
A.
oedem priorbita (+)
pada ektstremitas pitting edema (+) dengan derajat II.
Ds: kerusakan resiko infeksi
Do: jaringan
Pada saat dikaji terlihat terdapat luka borok pada kulit An.
A.
Wbc 5.900

D. Diagnosa keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b.d Kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan permeabilitas
sekunder
2. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Anoreksia
3. kerusakan integritas kulit b.d edema
4. resiko infeksi b.d kerusakan jaringan
E. Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional
volume cairan b.d Tujuan : Dalam waktu 3x24 jamh. Kaji masukan yang relatif h. perlu untuk menentukan fungsi
protein sekunder pasien tidak menunjukkan bukti- terhadap keluaran secara ginjal, kebutuhan penggantian c
peningkatan bukti akumulasi cairan (pasien akurat. dan penurunan resiko kelebihan
i. Timbang berat badan setiap
as sekunder mendapatkan volume cairan yang cairan.
hari (ataui lebih sering jika i. Mengkaji retensi cairan
tepat)
j. Untuk mengkaji ascites dan kar
diindikasikan).
j. Kaji perubahan edema : ukur merupakan sisi umum edema.
k. Agar tidak mendapatkan lebih d
lingkar abdomen pada
Kriteria hasil: jumlah yang dibutuhkan
umbilicus serta pantau edema
Penurunan edema, ascites l. Untuk mempertahankan masuk
sekitar mata.
Kadar protein darah meningkat yang diresepkan
k. Atur masukan cairan dengan
Output urine adekuat 600 700 m. Untuk menurunkan ekskresi
cermat.
ml/hari proteinuria
l. Pantau infus intra vena
Tekanan darah dan nadi dalam m. Kolaborasi : Berikan n. Untuk memberikan penghilang

batas normal. sementara dari edema.


kortikosteroid sesuai ketentuan.
n. Berikan diuretik bila
diinstruksikan.
mbangan nutrisi kurang Tujuan : Dalam waktu 2x24 jami. Catat intake dan output i. Monitoring asupan nutrisi bagi
utuhan tubuh b.d kebutuhan nutrisi akan terpenuhi makanan secara akurat tubuh
j. Kaji adanya anoreksia, j. Gangguan nuirisi dapat terjadi
hipoproteinemia, diare. secara perlahan. Diare sebagai r
Kriteria Hasil :
k. Pastikan anak mendapat
edema intestinalMencegah statu
Napsu makan baik makanan dengan diet yang
Tidak terjadi hipoprtoeinemia nutrisi menjadi lebih buruk.
Porsi makan yang dihidangkan cukup. k. membantu pemenuhan nutrisi a
l. Beri diet yang bergizi
dihabiskan dan meningkatkan daya tahan tu
m. Batasi natrium selama edema
Edema dan ascites tidak ada. anak
dan trerapi kortikosteroid
l. asupan natrium dapat memperb
n. Beri lingkungan yang
edema usus yang menyebabkan
menyenangkan, bersih, dan
hilangnya nafsu makan anak
rileks pada saat makan
m. agar anak lebih mungkin untuk
o. Beri makanan dalam porsi
makan
sedikit pada awalnya dan Beri
n. untuk merangsang nafsu makan
makanan dengan cara yang
anak
menarik o. untuk mendorong agar anak ma
p. Beri makanan spesial dan
makan
disukai anak p. untuk menrangsang nafsu maka
anak
integritas kulit b.d Tujuan : g. Berikan perawatan kulit f. memberikan kenyamanan pada
h. Hindari pakaian ketat
Kulit anak tidak menunjukkan dan mencegah kerusakan kulit
i. Bersihkan dan bedaki
g. dapat mengakibatkan area yang
adanya kerusakan integritas :
permukaan kulit beberapa kali
menonjol tertekan
kemerahan atau iritasiKerusakan
sehari h. untuk mencegah terjadinya irita
integritas kulit tidak terjadi j. Topang organ edema, seperti
pada kulit karena gesekan deng
Kriteria hasil: skrotum alat tenun
k. Ubah posisi dengan sering ; i. untuk menghilangkan aea tekan
Menunjukkan perilaku untuk j. karena anak dengan edema mas
pertahankan kesejajaran tubuh
mencegah kerusakan kulit. selalu letargis, mudah lelah dan
Turgor kulit bagus dengan baik
Edema tidak ada. l. Gunakan penghilang tekanan saja
k. untuk mencegah terjadinya ulk
atau matras atau tempat tidur
penurun tekanan sesuai
kebutuhan
eksi b.d kerusakan Tujuan : dalam waktu 2x24 jam a. Lindungi anak dari orang- i. Meminimalkan masuknya
Tidak terjadi infeksi orang yang terkena infeksi organisme. Mencegah terjadiny
Kriteria hasil : melalui pembatasan infeksi nosokomial.
j. Mencegah terjadinya infeksi
Tanda-tanda infeksi tidak ada pengunjung.
Tanda vital dalam batas normal b. Tempatkan anak di ruangan nosokomial.
Ada perubahan perilaku keluarga k. Membatasi masuknya bakteri k
non infeksi.
dalam melakukan perawatan c. Cuci tangan sebelum dan dalam tubuh. Deteksi dini adany
sesudah tindakan. infeksi dapat mencegah sepsis.
d. Lakukan tindakan invasif l. Untuk meminimalkan pajanan
secara aseptik organisme infektif
e. Gunakan teknik mencuci m. Untuk memutus mata rantai
tangan yang baik penyebaran infeksi
f. Jaga agar anak tetap hangat n. Karena kerentanan terhadap inf
dan kering pernafasan
g. Pantau suhu. o. Indikasi awal adanya tanda infe
h. Ajari orang tua tentang tanda p. Memberi pengetahuan dasar ten
dan gejala infeksi tanda dan gejala infeksi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi hal-

hal: Proteinuria masif> 3,5 gr/hr, Hipoalbuminemia, Edema, Hiperlipidemia.

Manifestasi dari keempat kondisi tersebut yang sangat merusak membran kapiler

glomelurus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus. (Muttaqin,


Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan protein,

penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema dan serum kolesterol

yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). (Brunner & Suddarth,

2001).
Etiologi nefrotik sindrom dibagi menjadi 3, yaitu primer (Glomerulonefritis dan

nefrotik sindrom perubahan minimal), sekunder (Diabetes Mellitus, Sistema Lupus

Erimatosis, dan Amyloidosis), dan idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).Tanda

paling umum adalah peningkatan cairan di dalam tubuh. Sehingga masalah

keperawatan yang mungkin muncul adalah kelebihan volume cairan berhubungan,

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, resiko kehilangan volume cairan

intravaskuler, dan kecemasan.


3.2 Saran

Demikian makalah yang kami sampaikan. Kami berharap agar makalah yang

kami buat ini dapat bermanfaat bagi para dosen, teman-teman dan pembaca sekalian.

DAFTAR PUSTAKA
Berhman & Kliegman (1987), Essentials of Pediatrics, W. B Saunders, Philadelphia.

Doengoes et. al, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Made Kariasa,
EGC, Jakarta

Matondang, dkk. (2000), Diagnosis Fisis Pada Anak, Sagung Seto, Jakarta

Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Rusepno, Hasan, dkk. (2000), Ilmu Kesehaatan Anak 2, Infomedica, Jakarta

Tjokronegoro & Hendra Utama, (1993), Buku Ajar Nefrologi, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.

-, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo-Lab/UPF IKA,


Surabaya.

You might also like