You are on page 1of 11

PROSPEK LOGAM DASAR DI DAERAH RATENGGO KABUPATEN ENDE DAN

DAERAH WAI WAJO KABUPATEN SIKKA - PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh: Franklin
SUBDIT MINERAL LOGAM
ABSTRACT

The prospect area is located in Wai Wajo, Sikka district and Ratenggo, Ende district, East
Nusa Tenggara province, Republic of Indonesia. The prospect area was discovered as a result of a
systematic exploration program by Directorate of Mineral Resources (DMR) since 1999-2000 and
2002, and than proceed on the year 2003 2004 by DMRI KORES, focused on base metal and
precious metal mineralization.
The geology of the prospect area consists of Miocene volcanics of Kiro Formation and
Tanahau Formation and intrusive of granodiorite and Quaternary volcanics. From the chemical
analysis results of major elements of representative volcanics shows characteristic of toleiitic magma.
The predominant system of lineaments in the prospect area tends to be NE-SW trend. This fault system
appears to have a closed relationship with the mineralization in the prospect area.
Most of base metal mineralization were hosted by phyllic argillic andesitc to dacitic tuff of
Kiro Formation and Tanahau Formation and intrusive of granodiorite with the occurrences of
structure control of epithermal type or massive sulphide type. Rock samples indicate the
mineralization types are disseminated, fracture filling and quartz vein containing chalcopyrite,
galena, sphalerite, covellite and pyrite. The best grade revealed from these rocks of 6,980 ppm Cu
and 50 ppb Au, and from quartz vein of 4,868 ppm Cu and 57 ppb Au.
The geochemical anomaly zones are identifying two combined anomaly i.e. Au-Cu-Zn-Mo and
Ag-Pb-Zn. And those anomalies are concentrated in the phyllic and argillic andesitic tuff of Kiro
Formation. Further this anomaly area also occupied by base metal and gold mineralization outcrops.
Interesting IP anomalies are found in electrode separation index of n=5 and n=7 in line WA7
with chargeability value of 405.7 Msec and resistivity value of 37.7 Ohm-m. In general high
chargeability and low resistivity anomalies are developed of direction from southwest to northeast of
prospect area and these anomalies still open to the northeast. The high chargeability value lets to
predict presenting of blind copper deposits. Some bore holes will be proposed for the next survey to
confirm the present of blind ore deposit in the prospect area.

mineral tembaga beserta mineral ikutannya di


Pendahuluan
daerah-daerah lainnya.
Makalah ini merupakan penjabaran serta
Daerah penyelidikan terletak pada
interpretasi data lapangan yang mencakup data
koordinat 121 47 09 122 06 05 Bujur
geologi, geokimia dan geofisika di daerah
Timur dan 8 34 07 8 44 21 Lintang
Ratenggo Kabupaten Ende dan Wai Wajo
Selatan dengan luas kurang lebih 36.380
Magepanda Kabupaten Sikka Flores Nusa
hektar (Gb.1). Penerbangan domestik tersedia
Tenggara Timur yang di duga merupakan
dari Bandung/Jakarta ke ibukota kabupaten
daerah potensi endapan tembaga serta mineral
yaitu Maumere, dan dilanjutkan dengan
ikutannya, terutama di lokasi Wolo Deba
kendaraan roda empat kurang lebih 45 menit
(Blok A) serta Lia Kutu Ghera (Blok C).
ke arah baratdaya Kecamatan Mego.
Hasil penyelidikan ini didasarkan pada
Hasil Penyelidik Terdahulu
study quantitatif pada batuan dan karateristik
mineral seperti misalnya melalui pemetaan Daerah Ratenggo dan Wai Wajo telah
geologi, petrografi, mineragrafi, inklusi fluida, diselidiki secara sistematik oleh Direktorat
geokimia batuan dan data geokimia serta data Sumber Daya Mineral sejak tahun 1999
geofisika. 2000 dan 2002 dan dilanjutkan pada tahun
2003 2004 atas dasar kerjasama bilateral
Penyelidikan yang telah dihasilkan ini
antara Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
bukan dimaksudkan untuk dipakai sebagai
Mineral (DIM) dengan Korea Resources
perbandingan dengan keterdapatan endapan
Corporation (KORES) Korea Selatan yang
Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005
5-1
difokuskan pada penyelidikan logam dasar Hasil Penyelidikan
dan logam mulia.
Geologi Survei
Tahun 1999, di daerah Wai Wajo, tim
Dari enam formasi batuan dan batuan
eksplorasi menemukan adanya tempat
terobosan yang menyusun daerah
kedudukan tembaga sulfida tersebar pada
penyelidikan, ditemukan empat jenis batuan
batuan gunungapi Tersier, intrusi granitik dan
yang memegang peranan penting sebagai
urat kuarsa. Hasil penyontoan geokimia
tempat kedudukan mineralisasi dan zona
sedimen sungai aktif dan penyontoan batuan
prospek endapan logam dasar beserta mineral
apungan pada daerah ini menunjukkan adanya
ikutannya.
beberapa daerah anomali tembaga termasuk
emas. Analisis batuan apungan dari Sungai Keempat jenis batuan tersebut adalah tufa
Mego menghasilkan kandungan tembaga 10 % andesitik Formasi Kiro, tufa lapili dasitik
dan emas 520 ppb. Formasi Tanahau, batuan gunungapi Formasi
Gunungapi Tua dan batuan terobosan
Penyelidikan lanjutan pada tahun 2000
granodiorit, diorit/diorit kuarsa (Gb.2 dan 3).
oleh tim geofisika telah mengidentifikasi
adanya zona anomali Di daerah Wai Wajo (Wolo Deba dan Lia
geomagnetik/mineralisasi mengikuti arah Kutu Ghera, Franklin, dkk, Fase I), tufa
NW-SE, N-S, and NE-SW searah dengan andesitik dominan menutupi daerah tersebut
struktur patahan. dan umumnya telah mengalami ubahan serta
pemineralan. Hasil studi petrografi
Sedangkan untuk daerah Ratenggo,
menunjukkan batuan ini telah mengalami
berdasarkan hasil penyelidikan tahun 2000
gejala deformasi yang diduga akibat tektonik
disimpulkan adanya indikasi mineralisasi dan
atau disebabkan oleh terobosan batuan beku
anomali logam dasar dan emas berdasarkan
granitik granodioritik, sehingga beberapa
hasil analisis kimia dari conto endapan sungai
mineral menunjukkan gejala retakan-retakan
aktif dan batuan serta conto tanah yang
yang diisi oleh mineral mineral lain seperti
diambil pada punggungan dan spur-spurnya di
karbonat dan aktinolit serta beberapa mineral
sejumlah tempat seperti di Wologai, Lowo
telah terubah antara lain plagioklas terubah
Lise, Kogogamba dan Keli Ndati.
menjadi karbonat lempung serisit dan opak
Pada tahun 2002 Direktorat Inventarisasi mineral (LP 16/12R).
Sumber Daya Mineral melanjutkan
Di daerah Ratenggo (Keli Ndati, Gb.4),
penyelidikan yang difokuskan pada daerah
dijumpai mineralisasi pada lava andesitik dan
Lowo Mego dan cabang sungainya dan hasil
dasitik yang terbreksikan dengan diameter 25
penyelidikan menunjukkan adanya zona
30 meter dan panjangnya 150 200 meter.
anomali yang kuat dari Cu-Pb-Mn-Mo pada
Zona mineralisasi ini mengandung dominan
ubahan pilik argilik lanjut di batuan tufa
pirit dan bercak-bercak kalkopirit serta galena
gunungapi Tersier dan dari paritan uji
seperti yang ditemukan pada conto batuan KN
menunjukkan mineralisasi yang potensil pada
21/6R dan KN 14/16R. Sementara itu di
andesitik tersilisifikasi. Analisis batuan
daerah Kogogamba (Gb.5) tebalnya lapisan
menghasilkan 4.980 ppm Cu and 45 ppb Au.
penutup menyulitkan untuk menemukan
Berdasarkan data dan informasi tersebut, singkapan batuan termineralisasi, namun
maka pada tahun 2003 kembali dilakukan demikian beberapa conto batuan yang
penyelidikan lanjutan pada daerah-daerah dianalisis (KG 18/18R dan KG 9/12R)
mineralisasi seperti di Lowo Deba, Lia Kutu menunjukkan kandungan logam yang kurang
Ghera, Lowo Polut, Keli Ndati dan berarti demikian juga logam mulianya.
Kogogamba dengan metoda pemetaan alterasi,
Di Lowo Polut (Magepanda, Gb.6), tufa
paritan uji, geokimia tanah grid sistem yang
lapili dasitik yang telah diterobos oleh
hasilnya semakin memperjelas tempat
granodiorit, diorit/diorit kuarsa dan diterobos
kedudukan mineralisasi tembaga dan mineral
lagi oleh retas andesit telah menghasilkan
ikutannya di sejumlah tempat.
zona mineralisasi yang intensif dan zona
tersebut juga terbentuk akibat dipengaruhi
oleh dua struktur patahan geser sinistral yang
membentuk jog-jog dilasi.

Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005


5-2
Granodiorit dan diorit/diorit kuarsa yang terbreksikan. Mineral kalkopirit terdapat
ditemukan di daerah Lowo Polut dan Keli sedikit dan umumnya terbentuk bersama pirit,
Ndati umumnya telah terubah dan pada bagian sfalerit, terlihat berupa bintik-bintik berwarna
yang mengalami ubahan ditemukan mineral coklat semi transparen.
serisit, kaolinit dan klorit serta dipotong oleh
Di Sungai Keli Ndati yang juga
urat kuarsa magnetit kalkopirit. Ubahan
merupakan patahan utara selatan, mineral
serta pemineralan yang terjadi
pirit terdapat dominan, tersebar pada batuan
kemungkinannya disebabkan oleh retas-
tufa lapili dan tufa breksi Formasi Kiro, yang
andesit yang menerobos batuan granodiorit
tersingkap karena adanya erosi jendela. Urat
diorit/diorit kuarsa ini.
kuarsa bersama pirit, sedikit ditemukan.
Zona Mineralisasi
Kogogamba (Ratenggo)
Blok A Wolo Deba dan Blok C Lia Kutu
Zona ubahan klorit epidot kuarsa
Ghera
hanya berkembang pada batuan tufa andesitik
Pada fase kedua, hasil dari pembuatan di bagian utara sementara zona ubahan argilik
parit uji (Foto 1) di blok A dan Blok C ini terdapat secara setempat-setempat pada batuan
memperlihatkan zona mineralisasi dan ubahan tufa dasitik, sedangkan zona ubahan pilik
yang lebih jelas lagi seperti yang diperlihatkan (dominan serisit, kuarsa) berkembang tidak
pada Gb.7,8 dan 9. luas, terbatas di sekitar mineralisasi pada
batuan tufa lapili dasitik.Minaral pirit terdapat
Histogram dan kumulatif probabiliti dari
tersebar pada batuan tufa dasitik yang
unsur Cu dan Au di paritan uji blok A
tersilisifikasi, sedangkan kalkopirit terdapat
mencerminkan bahwa kedua polulasi unsure
sebagai bercak-bercak (Gb.5).
yang tergambar menunjukkan sebaran yang
log normal artinya kedua unsur tersebut tidak Geokimia Survei
berasal dari satu sumber mineralisasi.
Berdasarkan data geokimia tanah daerah
Lowo Polut (Magepanda) Keli Ndati, Kogogamba (Ratenggo) dan Lowo
Polut (Magepanda) yang telah diolah
Mineralisasi pirit dominan bersama
menunjukkan adanya dua kelompok anomali
magnetit sekunder, diikuti kalkopirit dan
yaitu logam dasar dan logam emas.
sedikit galena terdapat menyebar pada batuan
dioritik.Sedangkan pada batuan sampingnya Di daerah Keli Ndati, Kelompok Au
yaitu tufa dasitik mineral pirit sangat dominan Mo, terkonsentrasi pada tufa dasitik
terdapat secara menyebar dan mengisi terbreksikan dan lava dasitik Formasi Tanahau
rekahan/retakan dengan sedikit kalkopirit, yang telah mengalami ubahan argilik,
terutama yang kontak langsung dengan batuan propilitik dan pilik. Kelompok kedua Cu Pb
terobosan dioritik (Gb.6) Zn Ag, tersebar mengelilingi kelompok
pertama dan terbentuk pada lava dasitik, tufa
Hasil analisis mineragrafi dari conto batu
dasitik terbreksikan dan tufa lapili dasitik
LP 12/12 R1 dan LP 1/11 R menunjukkan
Formasi Tanahau dan tufa lapili andesitik
hadirnya mineral magnetit, pirit, arsenopirit
Formasi Gunungapi Tua yang seluruhnya
disertai dengan tembaga sulfida yang sebagian
telah terubah menjadi argilik propilitik.
telah mengalami ubahan menjadi oksida besi
Demikian juga yang ditemukan di daerah
dan azurit.
Kogogamba. Kelompok-kelompok tersebut
Keli Ndati (Ratenggo) terkonsentrasi di bagian baratdaya pada lava
andesitik dan tufa breksi andesitik Formasi
Zona ubahan propilitik berkembang pada Gunungapi Tua yang telah mengalami ubahan
batuan tufa lapili andesitik breksi andesitik argilik dan di bagian baratlaut hingga ke utara
Formasi Kiro (Gb.4), sedangkan zona ubahan
selatan menempati batuan tufa lapili dasitik
argilik berkembang pada batuan tufa lapili Formasi Tanahau yang telah mengalami
dasitik dan tufa breksi dasitik Formasi ubahan. Kelompok-kelompok tersebut
Tanahau. Zona ubahan pilik terutama
tersebar di bagian baratlaut timurlaut
berkembang pada batuan lava dasitik diikuti menempati tufa lapili dasitik terbreksikan
oleh pemineralan yang intensif. Mineralisasi Formasi Tanahau yang telah terpropilitkan
sulfida (pirit) sangat dominan yang terdapat
terargilikan dan sedikit terubah menjadi
secara tersebar pada batuan lava dasitik
Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005
5-3
potasik serta di bagian selatan dan setempat di berdasarkan pengamatan di permukaan dan
bagian utara juga barat, menempati tufa breksi hasil dari pengamatan paritan uji serta
dasitik Formasi Tanahau, lava andesitik pengukuran geofisika polarisasi induksi
Formasi Gunungapi Tua dan batuan terobosan seperti di daerah
diorit/diorit kuarsa yang telah mengalami
Gn. Keli Ndati, Wolo Desa, Lia Kutu,
ubahan propilitik argilik Formasi Tanahau
Magepanda (Lowo Polut) yang perlu
yang telah mengalami bahan Kelompok-
ditindaklanjuti penyelidikannya ke arah yang
kelompok tersebut tersebar bi bagian baratlaut
lebih rinci seperti misalnya di Wolo Desa
timurlaut menempati tufa lapili dasitik
dengan pemboran, Keli Ndati dengan
terbreksikan Formasi Tanahau yang telah
geofisika prospeksi dan paritan uji serta di
terpropilitkan terargilikan dan sedikit
Lowo Polut dengan geofisika dan paritan uji,
terubah menjadi potasik serta di bagian selatan
sehingga diperoleh data tambahan baru
dan setempat di bagian utara juga barat,
mengenai luas penyebaran zona mineralisasi
menempati tufa breksi dasitik Formasi
ke arah bawah permukaan, struktur bawah
Tanahau, lava andesitik Formasi Gunungapi
permukaan, kadar logam dan perkiraan bentuk
Tua dan batuan terobosan diorit/diorit kuarsa
endapan. Sesuai dengan hasil yang telah
yang telah mengalami ubahan propilitik
dicapai pada penyelidikan tahap kedua ini,
argilik (Gb.10, 11 dan 12).
maka disarankan untuk tahap selanjutnya
Geofisika Survei dilakukan pemboran geologi di Blok A dan
blok C masing-masing sebanyak lima titik dan
Hasil penyelidikan geofisika polarisasi
dua titik dengan kedalaman tiap titiknya
induksi di Blok A Lowo Deba dan Blok C Lia
minimal 150 200 meter. Untuk pengukuran
Kutu Ghera Wai Wajo (Gb.13) telah
geofisika di Keli ndati dan Lowo Polut
memberikan gambaran tentang zona
sebaiknya dilakukan titik pengukuran
mineralisasi mineral logam di bawah
geofisika induksi polarisasi dengan metoda
permukaan terutama hasil pengukuran pada
kombinasi (N1=25 m, N3=50, N5 =100 m).
indeks polarisasi n5 dan n7.
Pada daerah yang sama juga disarankan
Di Lowo Deba sedikitnya ditemukan 5
untuk dibuat paritan uji masing-masing satu
lokasi anomali mineral logam yang cukup
parit dengan panjang 50 meter.
potensil. Kelima titik lokasi tersebut adalah
lintasan WA4 pada titik 7, WA7 pada titik 11 Daftar pustaka
dan 14, WA9 antara titik10 dan 11 serta
Ahrens, L.H., 1954. Lognormal distributions
WA11 antara titik 16 dan 17. Titik-titik
of the elements. Geochim. Cosmochim.
tersebut mempunyai nilai chargeability yang
Acta 5, p. 49 73.
tinggi dan resisitivity yang rendah sehingga
Bandi, S.Djaswadi, S.L.Gaol. 1994, Laporan
diperkirakan lokasi tersebut merupakan
Pendahuluan Penyelidikan Mineral
tempat-tempat kedudukan tubuh endapan
Logam di Daerah Wolowaru Kab. Ende,
mineral logam.
Flores - Nusa Tenggara Timur. Proyek
Di Lia Kutu - Ghera sedikitnya ditemukan Eksplorasi Bahan Galian Logam,
2 lokasi anomali mineral logam yang cukup SubDirektorat Eksplorasi Mineral
potensil. Kedua titik lokasi tersebut adalah Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral
lintasan WC7 antara titik 9 dan titik 10 serta Bandung.
WC8 pada titik 9. Titik-titik tersebut Budhi Priatna, et.al, 2000, Laporan Eksplorasi
mempunyai nilai chargeability yang tinggi dan Geofisika Mineral Logam di Daerah
resisitivity yang rendah sehingga diperkirakan Wai Wajo, Kabupaten Sikka, Flores,
lokasi tersebut merupakan tempat-tempat Nusa Tenggara Timur, TA. 2000,
kedudukan tubuh endapan mineral logam. Direktorat Sumber Daya Mineral
Bandung.
4. Kesimpulan
Franklin dkk, 1999, Eksplorasi Logam Mulia
Temuan beberapa mineral logam dasar dan Logam Dasar di Daerah Wai Wajo
(Cu, Pb, Zn) beserta mineral ikutannya (Au, dan Sekitarnya Kabupaten SIKKA
Ag) di daerah penyelidikan telah memberikan Nusa Tenggara Timur. Proyek
gambaran adanya beberapa zona mineralisasi Eksplorasi Bahan Galian Mineral
yang prospek dan cukup luas penyebarannya Indonesia. SubDirektorat Eksplorasi

Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005


5-4
Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya J.C, Carlile; A.H.G.Mitchelle, 1994, Journal of
Mineral, Bandung. Geochemical Exploration 50. 91 - 142
Franklin dkk, 2002, Inventarisasi Endapan pp.
Molibdenum dan Logam Dasar Serta N.Suwarna,S.Santosa, Koesoemadinata., 1990,
Mineral Logam Ikutannya di Daerah Geologi Lembar Ende 1:250.000, Nusa
Wai Wajo Kabupaten SIKKA Provinsi Tenggara Timur., Pusat Penelitian dan
Nusa Tenggara Timur, Proyek Pengembangan Geologi Bandung.
Eksplorasi Bahan Galian Mineral PT.Nusa Lontar Mining, 1987, Contract of
Indonesia. SubDirektorat Eksplorasi Work, First Relinquishment Report,
Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Mineral, Bandung. (9757).
Franklin dkk, 2003, Inventarisasi dan Sumpena, A. dkk, 2000, Eksplorasi Mineral
Eksplorasi Mineral logam di Kabupaten Logam Mulia dan Logam Dasar Daerah
Sikka dan Kabupaten Ende - Provinsi Rotenggo dan Sekitarnya Kabupaten
Nusa Tenggara Timur. Kerjasama DIM Ende Nusa Tenggara Timur. Proyek
KORES Tahap I, Tahun Anggaran Eksplorasi Bahan Galian Mineral
2003. Indonesia, SubDirektorat Eksplorasi
Hamilton, W.B., 1979, Tectonics of the Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya
Indonesian region. Prof.Paper 1078, Mineral, Bandung.
U.S.Geol.Surv. Washington, DC, 345 Tudor, A, 1999, First Relinguishment Report
pp. and Upgrade from general Survey
Hendaryono, 1999, Geologie de Iile de Flores Period to Exploration Period, Internal
. Apports a letude de la geodynamique Flores Barat Mining (FBM) report.
de larchipel indonesien oriental. 200 p. Tukey, J.W., 1977. Exploratory Data Analysis.
ISBN 2-904431-21-7. Resume Addison-Wesley, Reading, Mass. 506
Francais, indonesien. pp.
Katili.J.A., 1975, Volcanism and plate Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of
tectonics in the Indonesia Island arc, Indonesia. Vol.IA, 1st Edition.
Tectonophysics, 26,p 165 188. Govt.Printing office, The Hague, pp
104-136.

Gambar 1. Peta lokasi daerah penyelidikan

Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005


5-5
Gambar 2 Peta geologi daerah Ratenggo dan Wai Wajo

Gambar 3. Kolom stratigrafi daerah Ratenggo - Wai Wajo

Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005


5-6
Gambar 4. Peta geologi, ubahan dan mineralisasi daerah Keli Ndati

Gambar 5. Peta geologi ubahan dan mineralisasi daerah Kogogamba

Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005


5-7
Gambar 6. Peta geologi, ubahan dan mineralisasi daerah Lowo Polut (Magepanda)

Foto 1 Lokasi Paritan uji

Gambar 7. Penampang parit uji di blok A Wolo Deba Wai Wajo

Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005


5-8
Foto 2. Lokasi paritan uji 1
di Diang Gajah Blok C

Gambar 8. Penampang paritan uji 1 di Blok C

Foto 3. Lokasi paritan uji 2


di Diang Gajah Blok C

Gambar 9. Penampang paritan uji 2 di Blok C

Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005


5-9
Gambar 10. Zona anomali gabungan unsur-unsur daerah Keli Ndati
(Ratenggo)

Gambar 11. Peta zona anomali gabungan unsur-unsurdaerah


Kogogamba (Ratenggo)

Gambar 12. Peta zona anomali gabungan-unsur-unsur daerah Lowo


Polut (Magepanda)

Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005


5-10
700 700
625 625 220 Msec 650 650
WA4-3 BH-1 180 Msec BH-5
WA4-4
675 WA11-1 675 200 Msec
600 WA4-2 600 WA7-3
WA4-5 625 WA7-1WA7-2 625 360 Msec
650 WA11-2 650 180 Msec WA7-4
WA4-1 WA4-6 150 Msec
575 WA4-21 575 WA11-3 600 WA7-5
600
625 160 Msec 300 Msec
WA4-7 WA4-20 WA11-21 625 BH-2 BH-3
WA4-19 WA11-4 WA7-6
550 WA4-18 550 575 WA7-21
575
WA4-8 WA11-20 WA7-7

E le v a tio n ( m )
140 Msec

E l ev a tio n ( m )
120 Msec
600 WA11-5 600 WA7-18 WA7-20
WA4-17 WA11-19 240 Msec

E l e v a tio n ( m )
WA7-17 WA7-19
525 WA4-9 525 120 Msec 550 WA7-8
550
WA4-16 575 WA11-6 WA11-18 575
WA11-17 WA7-9 WA7-16
WA4-10 90 Msec WA11-13 180 Msec
500 WA4-15 500 WA11-7 WA11-14 WA11-16 100 Msec
525 525
550 WA11-8 WA11-12
WA11-11 550 WA7-10 WA7-15
WA11-9
WA11-10 WA11-15
WA4-11 WA4-14 80 Msec
475 475 500 500 120 Msec
WA4-12 60 Msec 525 525 WA7-11 WA7-14
WA4-13 60 Msec
450 450 500 500 475
WA7-13
WA7-12 475
40 Msec 60 Msec
30 Msec
425 425 475 475 450 450
20 Msec
0 Msec
400 400 450 450 0 Msec 425 425
0 Msec

375 375 425 425 400 400


392750 392800 392850 392900 392950 393000 393050 393100 393150 393200 393250 392750 392800 392850 392900 392950 393000 393050 393100 393150 393200 393250 392750 392800 392850 392900 392950 393000 393050 393100 393150 393200 393250
Scale : Scale : Scale :

0m 50 m 100 m 150 m 200 m


0m 50 m 100 m 150 m 200 m 0m 50 m 100 m 150 m 200 m

700 700 W E W E
220 Msec Res -
BH-5 60 Lintasan WC7 7 75
675 WA11-1 675
Res - n7 60
550 7 70
55
6 65

Resistivity (Ohm-m)
200 Msec 50
50 6 60

Chargeability
45
5 55

Resistivity (Ohm-m)
45 40
650 WA11-2 650 180 Msec 40 5 Lintasan WC8 50
0
4 45

Chargeability (Msec)
WA11-3 35 40
30 4
625 WA11-21 625 160 Msec 30
3 35
WA11-4 25 25
3 30
WA11-20 20 Chg - n7 20
2 Chg - 25
600 WA11-5 600 E le v a tio n ( m ) 140 Msec
15
15
2 20
WA11-19 0
1 15
120 Msec
10 10
1 10
575 WA11-6 WA11-18 575 5 5
5 5
WA11-13
WA11-17 0 0
0 0
WA11-7 WA11-14 WA11-16 100 Msec 39545 39550 39555 39560 39565 39570 39575 39580 39585 39590 39595
550 WA11-8
WA11-9 WA11-12
WA11-11 WA11-15 550 395 395 395 395 395 395 395 395 395 395 395
WA11-10
80 Msec
525 525 575 m WC7-10
575 m
100
5 5
WC WCWCWC WC 60
60 Msec
550 m WC7-9
WC7-11
WC7-12 550 m 5 5
WC WC WC
WC7-4
WC
WC7-3
500 500 WC 50
WC WC WC WC
WC7-5 WC7-13
80
5 5
WC7-8 WC7-14
WC7-2 WC7-6
40 Msec 525 m 525 m WCWC WC
WC7-21
WC7-7 WC7-15 WC7-20
)m WC WC WC 40
5 m
WC7-1 WC7-16

5 WC
WC7-19
WC7-17 60
475 475 500 m WC7-18 500 m (
20 Msec 30
475 m
n
475 m o 40 4 4 20
a
450 450 0 Msec v
450 m e 4 4
4 E
450 m 10
E 20

425 425 425 m 425 m 4 0


392750 392800 392850 392900 392950 393000 393050 393100 393150 393200 393250 400 m 400 m
0
4 4
Scale :
3 3
395450 395500 395550 395600 395650 395700 395750 395800 395850 395900 395950
Scale
395 395 395 395 395 395 395 395 395 395 395
Scal
0m 50 m 100 m 150 m 200 m 0m 50 m 100 m 150 m 200 m
0 50 10 15 20

Gambar 13. Zona anomali IP di Wolo Deba dan Lia Kutu Ghera

Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005


5-11

You might also like