Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
2015.1321
SURAKARTA
2016
LAPORAN PENDAULUAN
A. Pengertian
Ilius paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan
keadaan klinis akibat kegawatan dirongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri
sebagai keluhan utama.
Ilius paralitik adalah keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus karena
usus tidak dapat bergerak (mengalami dismolititas).
B. Etiologi
1. Mekanik
a. Adhesion atau perlengketan
b. Tumor atau abses
c. Hernia strangulata
d. Volvulus
e. Intussusepsi
f. Obstipasi
g. Strikture
h. Penyakit-penyakit crohns, radiasi dan congenital
2. Non Mekanik / fungsional
a. Ilieus paralitik / gangguan peristaltik usus
b. Spinal cord lession atau kecelakaan tulang belakang
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit
d. Infeksi saluran cerna kronis
e. Benda asing ( biji buah-buahan, bau emepedu, cacing )
E. Pathway
Adhesi,
Distensi Reaksi
abdomen dan Perut hospitalisasi
retensi cairan Menekan Ansiet
Absorpsi berkurang diafragma
Ketidakseimban as
sekresi lambung Ekspansi
meningkat gan nutrisi: paru
Tekanan kurang dari
intralumen Terasa Pola
meningkat napas
Nyeri Penurunan tekanan
akut kapiler vena dan
Ketidak
Edema, efektifan pola
Mu napas
kongesti,
munta Reptur atau
perforasi dinding
Resiko
kekuranga peritonitas
n volume
cairan
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : perut distensi, dapat ditemukan darm kontur dan darm steifung. Benjolan
pada inguinal, femoral cdan scrotum menunjukan suatu hermia inkarserata. Pada
invaginasi daoat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat
dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya
b. Auskultasi : Hiperperistaltik, bisisng usus bernada tinggi. Pada fase lanjut bising usus
dan peristatik melemah sampaihilang
c. Perkusi : Hipertimpani
d. Palpasi : Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.
Rectal Toucher
a. Isi rektum menyemprot: Hirschprung disease
b. Darah (+): srangulasi, neoplasma
c. Feses yang mengeras: skibala
d. Feses negatif: obstruksi usus letak tinggi
e. Ampula rekti kolaps: curiga obstruksi
f. Nyeri tekan: lokal atau general peritonitis
2. Pemeriksaan Sinar X : Otot polos
Menunjukan kuantias abnormal dari gas dan cairan dalam usus dan menunjukan adanya
udara di diagfragma dan terjadi perforasi usus.
3. Pemeriksaan laboratorium
Misalnya:
a) Pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap
b) Akan menunjukan adanya dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan
infeksi.
4. Enema barium: diindikasikan untuk invaginasi
5. Endoskopi abdomen: diindikasikan bila dicurigai adanya volvulus
G. Penatalaksanaan
1. Intravenous fluids and electrolyte
a. Terapi Na+, K+, komponen darah
b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
c. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
2. Puasa
3. Penghisapan nasointestinal
4. Indikasi intervensi bedah
a. Obstruksi usus dengan prioritas tinggi adalah strangulasi, volvulus, dan jenis
obstruksi kolon.
b. Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah
sepsis sekunder atau rupture usus.
c. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi.
5. Decompresi usus melalui selang nasogastik (NGT)
6. Analgetik bila terjadi nyeri
7. Antibiotik untuk bakteri aerob dan an aerob
H. Komplikasi
1. Nekrosis usus
2. Perforasi usus
3. Sepsis
4. Syok-dehidrasi
5. Abses abdomen usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi
6. Pneumonia aspirasi dari proses muntah
7. Gangguan elektrolit
8. Meninggal
I. Fokus Pengkajian
Riwayat keperawatan : pengkajian fisik ini di fokuskan pada sistem pencernaan, trauma pada
obstruksi usus.
1. Pengkajian fisik meliputi pengkajian secara khusus ;
Pada usus halus ditemukan nyeri abdomen seperti : kram, peningkatan
distensi, distensi ringan, mual, muntah : pada awal mengandung makanan
tidak dicerna cepat dan selanjutnya muntah air dan mengandung empedu,
hitam dan fekal,dehidrasi cepat : Asidosis.
Pada usus besar, ditemukan ketidaknyamanan abnormal ringan, distensi
berat, muntah, fekal, laten, dehidrasi laten.
2. Pengkajian secara umum ditemukan, anoreksia, malaise, demam, takikardi,
diaforesia, pucat kekakuan abdomen, kegagalan untuk mengeluarkan feses atau
flatus secara rectal atau perostomi, peningkatan bisisng usus (awal obstruksi),
penurunan bisisng usus, retensi perkemihan, leukositosis dan pemeriksaan objektif
turgor kulit buruk. (Tucker, 1998 : 325)
3. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan distensi, perut abdomen, (yang
menggambarkan pelekatan pasca bedah), hernia, auskultasi, gambaran dalam
obstruksi usus mekanik adalah kehadiran episodik gemerincing, logam bernada tinggi
dan gelora (rush) di antara masa tenang, tidak ada bising usus/menurun.
4. Bagian yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rektum dan pelvis,
ditemukan massa atau tumor serta tak adanya feses didalam kubah rectum,
mrnggambarkan obstruksi proksimal. Jika darah makroskopik atau feces positif
guaiak ditemukan didalam rektum, mata obstruksi didasarkan atas lesi instrinsik
didalam usus.
J. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri dan distensi abdomen
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorpsi
K. Fokus Intervensi
a. Ketidakseimbangan pola napas berhubungan dengan nyeri dan distensi abdomen ditandai
dengan nafas pendek dan dangkai
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pola napas
klien kembali efektif
Intervensi:
1) Pantau frekuensi dan kedalaman pernapasan pasien
Rasional: distensi abdomen dan nyeri dapat menyebabkan perubahan pada frekuasi
dan kedalaman pernapasan. Distensi abdomen dapadt menekan diafragma sehingga
menghambat ekspansi paru.
2) Kaji tanda-tanda vital
Rasional: peningkatan RR dan takikardia merupakan indikasi adanya penurunan
fungsi paru.
3) Berikan posisi semi fowler
Rasional: posisi semi fowler memngkinkan organ abdomen menjauhi diafragma
sehingga ekspansi paru optimal.
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kekurangan
voume cairan dapat dicegah
Intervensi:
1) Pantau frekuensi kehilangan cairan pasien
Rasional: sebagaidata dasar untuk melakukan intervensi selanjutnya
2) Kaji pasien adanya rasa haus, kelelahan, nadi cepat, turgor kulit jelek, membran
mukosa kering
Rasional: mengidentifikasikan berlanjutnya hipovolemik dan mempengaruhi
kebutuhan volume pengganti.
3) Berikan perawatan mulut secara teratur
Rasional: membantu menurunkan rasa tidak nyaman dan mempertahankan
membran mukosa dari kerusakan.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorpsi ditandai dengan nyeri abdomen, cepat sekali kenyang setelah makan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nutrisi klien
seimbang
Intervensi:
1) Kaji kebutuhan nutrisi klien
Rasional: dengan mengetahui kebutuhan nutrisi klien dapat diamati sejauh mana
kekurangan nutrisi pada klien dan tindakan selanjutnya
2) Observasi tanda-tanda vital
Rasioanl: untuk mengetahui sejauh mana kekurangan nurisi akibat muntah yang
berlebihan
3) Anjurkan pembatasan akivitas selama fase akut
Rasional: menurunkan kebutuhan metabolik ntuk mencegah penurunan kalori dan
simpanan energi.
DAFTAR PUSTAKA
http://nurseberaksi.blogspot.co.id/2014/04/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html