Professional Documents
Culture Documents
KOMINUSI
Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir atau proses meliberasi bijih. Yang
dimaksud dengan proses meliberasi bijih adalah proses melepaskan bijih tersebut dari
ikatnnya yang merupakan gangue mineral dengan menggunakan alat crusher atau
grinding mill. Kominusi terbagi dalam 3 tahap, yaitu primary crushing, secondary
crushing dan fine crushing.
A. Primary Crushing
Merupakan tahap penghancuran yang pertama, dimana umpan berupa bongkah-
bongkah besar yang berukuran +/- 84 x 60 inchi dan produkta berukuran 4 inchi.
Beberapa alat untuk primary crushing antara lain :
1. Jaw Crusher
Alat ini mempunyai dua jaw, yang satu dapat digerakkan (swing jaw) dan yang
lainnya tidak bergerak (fixed jaw). Berdasarkan porosnya jaw crusher terbagi dalam dua
macam :
a. Blake Jaw Crusher, dengan poros di atas
b. Dodge Jaw Crusher, dengan poros di bawah
Perbandingan Dodge dengan Blake Jaw Crusher, yaitu :
a. Ukuran produkta pada Blake Jaw lebih heterogen dibandingkan dengan Dodge Jaw
yang relatif seragam
b. Pada Blake Jaw porosnya di atas sehingga gaya yang terbesar mengenai partikel yang
terkecil
c. Pada Dodge Jaw porosnya di bawah sehingga gaya yang terbesar mengenai partikel
yang terbesar sehingga gaya mekanis dari Dodge Jaw lebih besar doibandingkan dengan
Blake Jaw
d. Kapasitas Dodge Jaw jauh lebih kecil dari Blake Jaw pada ukuran yang sama
e. Pada Dodge Jaw sering terjadi penyumbatan
Istilah-istilah pada Jaw Crusher, antara lain :
a. Setting Block, bagian dari jaw crusher untuk mengatur agar lubang ukuran sesuai
dengan yang dikehendaki. Bila setting block dimajukan, maka jarak antara fixed jaw
dengan swing jaw menjadi lebih pendek atau lebih dekat, dan sebaliknya.
b. Toggle, bagian dari jaw crusher yang berfungsi untuk mengubah gerakan naik turun
menjadi maju mundur
c. Pitman, berfungsi untuk merubah gerakan berputar dari maju mundur menjadi gerakan
naik turun
d. Swing Jaw, bagian dari jaw crusher yang dapat bergerak akibat gerakan atau dorongan
toggle
e. Fixed Jaw, bagian dari jaw crusher yang tidak bergerak/diam
f. Mouth, bagian mulut jaw crusher yang berfungsi sebagai lubang penerimaan umpan
g. Throat, bagian paling bawah yang berfungsi sebagai lubang pengeluaran
h. Gate, adalah jarak mendatar pada mouth
i. Set, adalah jarak mendatar pada throat
j. Closed Setting, adalah jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada saat swing jaw
ekstrim ke depan
k. Open Setting, adalah jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada saat swing jaw
ekstrim ke belakang
l. Throw, selisih jarak pelemparan antara open setting dengan close setting
m. Nip Angle, sudut yang dibentuk dengan garis singgung yang dibuat melalui titik
singgung antara jaw dengan batuan
Khusus untuk gape adalah jarak mendatar pada mouth yang diukur pada bagian
mouth dimana umpan yang dimasukkan bersinggungan dengan mouth. Jadi besarnya
gape selalu berubah-ubah menurut besarnya umpan.
2. Gyratory Crusher
Crusher jenis ini mempunyai kapasitas yang lebih besar jika dibandingkan
dengan jaw crusher. Gerakan dari gyratory crusher ini berputar dan bergoyang sehingga
proses penghancuran berjalan terus menerus tanpa selang waktu. Berbeda dengan jaw
crusher yang proses penghancurannya tidak continue, yaitu pada waktu swing jaw
bergerak ke belakang sehingga ada material-material yang tidak mengalami penggerusan.
dimana :
T = kapasitas, ton/jam
G = gape, inch
So = open set,
a. sifat alamiah material yang dihancurkan, seperti kekerasan, keliatan dan kerapuhan
b. permukaan concave dan crushing head terhadap umpan akan mempengaruhi gesekan
antara material dengan bagian pemecah (concave dan head)
c. Kandungan air, seting, putaran dan gape
Perbedaan antara gyratory dan jaw crusher adalah :
a. Pemasukan umpan, jaw crusher pemasukannya tidak kontinyu sedangkan gyratory
kontinyu
b. Gyratory alatnya lebih besar dan bagian-bagiannya tidak mudah dilepas
c. Kapasitas gyratory lebih besar dari jaw crusher, karena pemasukan umpan dapat
kontinyu dan penghancurannya merata
d. Pemecahan pada jaw lebih banyak tekanan, tetapi pada gyratory crusher gaya geseknya
lebih besar walaupun ada gaya tekannya. Pada gyratory kalau berputarnya cepat,
produkta yang dihasilkan relatif kecil.
B. Secondary Crushing
Merupakan tahap penghancuran kelanjutan dari primary crushing, dimana
umpan berukuran lebih kecil dari 6 inchi produkta berukuran 0.5 inchi. Beberapa alat
untuk secondary crushing antara lain :
1. Jaw Crusher (kecil)
2. Gyratory Crusher (kecil)
3. Cone Crusher
Alat ini merupakan secondary crusher yang penggunaannya lebih ekonomis.
Cone crusher hampir sama dengan gyratory crusher, perbedaannya terletak pada :
a. crushing surface terluar bekerja sedemikian rupa sehingga luas lubang pengeluaran
dapat bertambah
b. crushing surface terluar bagian atasnya dapat diangkat sehingga material yang tidak
dapat dihancurkan dapat dikeluarkan
Macam-macam cone crusher :
Hammer mill dipakai dalam secondary crusher untuk memperkecil produk dari
primary crushing dengan ukuran umpan yang diperbolehkan adalah kurang dari satu inch.
Alat ini merupakan satu-satunya alat yang berbeda cara penghancurannya dibandingkan
alat secondary crushing lainnya. Pada hammer mill proses penghancuran menggunakan
shearing stress, sedangkan pada secondary crushing lainnya menggunakan compressive
stress.
5. Roll Crusher
Alat ini terdiri dari dua silinder baja dan masing-masing dihubungkan pada as
(poros) sendiri-sendiri. Silinder ini hanya satu saja yang berputar dan lainnya diam, tapi
karena adnya material yang masuk dan pengaruh silinder lainnya maka silinder ini ikut
berputar juga. Putaran masing-masing silinder tersebut berlawanan arah sehingga
material yang ada diatas roll akan terjepit dan hancur.
Bentuk dari roll crusher ada dua macam, yaitu :
a. Rigid Roll
Alat ini pada porosnya tidak dilengkapi dengan pegas, sehingga kemungkinan
patah pada poros sangat besar. Roll yang berputar hanya satu saja, tapi ada juga yang
keduanya berputar.
b. Spring Roll
Alat ini dilengkapi dengan pegas sehingga kemungkinan porosnya patah sangat
kecil sekali. Dengan adanya pegas maka roll dapat mundur dengan sendirinya bila ada
material yang sangat keras, sehingga tidak dapat dihancurkan dan material itu akan jatuh.
Dari gambar diatas diketahui diameter roll (D) dan diameter material (d), gaya
normal (N), gaya tangensial (T) dan resultante (R) dari gaya normal dan gaya tangensial,
nip angle (n), setting (s). Jika resultan arahnya ke bawah maka material akan dapat
dihancurkan karena terjepit oleh roll.
Persamaan komponen-komponen vertikal dari gaya normal dan gaya tangensial
menggambarkan batas kondisi untuk crushing.
atau,
adalah koefisien gesek , maka agar terjadi crushing harus lebih kecil atau sama
dengan .
Hubungan antara n, s, d dan D :
atau
dari hubungan formula diatas dengan koefisien gesek akan dapat menentukan diameter
roller.
Contoh :
Diketahui : koefisien gesek = 0,4, mereduksi 1,5 menjadi 0,5
Ditanya : diameter minimum roll (Dm)
Jawab : = 0,4
:
jadi :
: D = 12,5 inchi
Kapasitas roller tergantung pada kecepatan roler, lebar permukaan roller, diameter
dan jarak antara roller yang satu dengan lainnya. Roller biasanya digunakan untuk batuan
lunak seperti shale, lempung dan material lengket sampai setengah keras.
Kapasitas roller dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
C = 0,0034 N x D x W x G x s
dimana :
N = jumlah putaran, rpm
D = diameter roll, inchi
W = lebar permukaan roll, inchi
G = berat jenis material
s = jarak antar roll, inchi
Hancurnya material dalam roll crushing dibedakan menjadi :
a. Choke Crushing
Penghancuran material tidak hanya dilakukan oleh permukaan roll tetapi juga aoleh
sesama material
b. Free Crushing
Yaitu material yang masuk langsung dihancurkan oleh roll.
Kecepatan crushing tergantung pada kecepatan pemberian umpan (feed rate) dan macam
reduksi yang diinginkan.
Roll Crusher
Pada bagian (A) terlihat penyebaran material itu teratur dari besar di sebelah kiri
dan yang kecil disebelah kanan. Pada bagian (B) penyebaran partikel ini acak-acakan ada
yang besar
Ball Mill
dan ada yang kecil, tetapi di sini dapt dilihat bahwa partikel yang relatif besar
saja yang mengalami penghancuran sampai akhirnya berukuran relatif sama sehingga
tidak akan terjadi over grinding. Pada bagian (C) terlihat pada bagian kiri terdapat
partikel yang besar (terlalu besar) sedangkan disebelah kanan partikelnya kecil. Hal ini
menyebabkan timbulnya cataracting dan dapat menyebabkan patahnya rod.
3. Cara Memasukkan Umpan
a. Scoop Feeder
b. Drum Feeder
c. Scoop and Drum Feeder
Cara pemasukan umpan melalui kombinasi antara scoop dan drum.
4. Lubang Pengeluaran
a. Grate Discharge
Proses penghancurannya dilakukan dalam keadaan basah dan pada lubang
pengeluaran diberi saringan sehingga diharapkan hasilnya seragam. Kelemahanya
kemungkinan grinding media yang kecil menutupi lubang saringan sehingga saringan
tersumbat.
b. Overflow Discharge
Mill jenis ini mirip dengan grate mill diatas, hanya saja pada mill ini tidak dilengkapi
dengan saringan sehingga hasilnya tidak seragam.
dimana :
N = putaran, rpm
D = diameter cell mill, ft
r = jari-jari mill, ft
S = diameter mill, ft
s = diameter bola baja/grimding media, ft
Setiap mill bagian dari cell dilapisi oleh liner. Hal ini berguna untuk melindungi
cell agar tidak aus dan rusak, selain itu juga membantu kerja dari grinding media. Liner
ini jika sudah aus harus diganti dengan yang baru agar tidak merusak bagian mill.
Lapisan pengganti (liner) biasanya terbuat dari baja campuran dan terdapat dalam
beberapa tipe, yaitu ; shiplap. wedge bar dan ribbed plate.
Dalam pemakaian mill perlu diperhatikan kekerasan material yang akan
dihancurkan karena liner yang dipasang harus lebih keras dari material yang akan
dihancurkan. Operasi mill dapat dilakukan secara tertutup maupun terbuka. Untuk yang
tertutup biasanya diombinasikan dengan classifier. Pada operasi ini terdapat istilah-istilah
sebagai berikut :
- Circulating Load Ratio
yaitu perbandingan antara material yang dikembalikan dari classifier ke mill dengan
umpan yang masuk ke mill.
dimana :
d = persen berat kumulatif yang ada pada ukuran tertentu yang ada pada umpan
o = persen berat kumulatif yang ada dalam overflow pada classifier
s = persen berat kumulatif dalam underflow pada classifier