You are on page 1of 19

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK I

012014008
DIII KEPERAWATAN

STIKes Santa Elisabeth Medan


T.A 2014/2015

O L E H :

FENNY MARIANA HUTAGAOL


012014008
DIII KEPERAWATAN

STIKes Santa Elisabeth Medan


T.A 2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat
dan Hidayah-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan tugas kelompok II dengan judul Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan HIV AIDS
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
semester ganjil STIKES Darul Azhar Batulicin 2011.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak atas
segala bantuannya sehingga makalah ini dapat tersusun, semoga bermanfaat bagi para pembaca
sekalian. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam dunia pengetahuan
khususnya ilmu keperawatan.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangatlah penyusun harapkan demi
kesepurnaan makalah ini.

Medan, Februari 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
BAB II: LAPORAN PENDAHULUAN
2.1.1 Definisi.....................................................................................................1
2.1.2 Etiologi ....................................................................................................1
2.1.3 Patofisiologi ............................................................................................2
2.1.4 Tanda Dan Gejala.....................................................................................3
2.1.5 Komplikasi...............................................................................................9
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang .........................................................................11
2.1.7 Penatalaksanan.........................................................................................12
BAB III : TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian...............................................................................................21
3.2 Pemeriksaan Fisik....................................................................................28
3.3 Analisa Data.............................................................................................35
3.4 Diagnosa Keperawatan............................................................................38
3.5 Intervensi Keperawatan.............................................................................38
BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................39
4.2 Saran..........................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Definisi
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodeficiency virus (HIV). (Mansjoer, 2000:162)
AIDS adalah Runtuhnya benteng pertahanan tubuh yaitu system kekebalan alamiah
melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, yaitu dengan hancurnya sel limfosit T (sel-T).
(Tambayong, J:2000)
AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang
disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan
pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit.
(Carolyn, M.H.1996:601)
AIDS adalah penyakit defisiensi imunitas seluler akibat kehilangan kekebalan yang
dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu
yang bersifat oportunistik. ( FKUI, 1993 : 354)
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan AIDS adalah kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh
retrovirus (HIV) yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur,
parasit dan virus.

2.1.2 Etiologi
HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang melekat dan memasuki
limfosit T helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik lain
dan orang itu mengalami destruksi sel CD4+ secara bertahap (Betz dan Sowden, 2002). Infeksi
HIV disebabkan oleh masuknya virus yang bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus) ke
dalam tubuh manusia (Pustekkom, 2005).

2.1.3 Patofisiologi
HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang bekerja
sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong dengan peran kritis
dalam mempertahankan responsivitas imun, juga meperlihatkan pengurangan bertahap
bersamaan dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan
penurunan sel CD4.
HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang
bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup linfosit penolong dengan
peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga memperlihatkan pengurangan
bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang
menyebabkan penurunan sel CD4 ini tidak pasti, meskipun kemungkinan mencakup infeksi litik
sel CD4 itu sendiri; induksi apoptosis melalui antigen viral, yang dapat bekerja sebagai
superantigen; penghancuran sel yang terinfeksi melalui mekanisme imun antiviral penjamu dan
kematian atau disfungsi precursor limfosit atau sel asesorius pada timus dan kelenjar getah
bening. HIV dapat menginfeksi jenis sel selain limfosit. Infeksi HIV pada monosit, tidak seperti
infeksi pada limfosit CD4, tidak menyebabkan kematian sel. Monosit yang terinfeksi dapat
berperang sebagai reservoir virus laten tetapi tidak dapat diinduksi, dan dapat membawa virus ke
organ, terutama otak, dan menetap di otak. Percobaan hibridisasi memperlihatkan asam nukleat
viral pada sel-sel kromafin mukosa usus, epitel glomerular dan tubular dan astroglia. Pada
jaringan janin, pemulihan virus yang paling konsisten adalah dari otak, hati, dan paru. Patologi
terkait HIV melibatkan banyak organ, meskipun sering sulit untuk mengetahui apakah kerusakan
terutama disebabkan oleh infeksi virus local atau komplikasi infeksi lain atau autoimun.
Stadium tanda infeksi HIV pada orang dewasa adalah fase infeksi akut, sering
simtomatik, disertai viremia derajat tinggi, diikuti periode penahanan imun pada replikasi viral,
selama individu biasanya bebas gejala, dan priode akhir gangguan imun sitomatik progresif,
dengan peningkatan replikasi viral. Selama fase asitomatik kedua-bertahap dan dan progresif,
kelainan fungsi imun tampak pada saat tes, dan beban viral lambat dan biasanya stabil. Fase
akhir, dengan gangguan imun simtomatik, gangguan fungsi dan organ, dan keganasan terkait
HIV, dihubungkan dengan peningkatan replikasi viral dan sering dengan perubahan pada jenis
vital, pengurangan limfosit CD4 yang berlebihan dan infeksi aportunistik.
Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir, meskipun priode
inkubasi atau interval sebelum muncul gejala infeksi HIV, secara umum lebih singkat pada
infeksi perinatal dibandingkan pada infeksi HIV dewasa. Selama fase ini, gangguan regulasi
imun sering tampak pada saat tes, terutama berkenaan dengan fungsi sel B;
hipergameglobulinemia dengan produksi antibody nonfungsional lebih universal diantara anak-
anak yang terinfeksi HIV dari pada dewasa, sering meningkat pada usia 3 sampai 6 bulan.
Ketidak mampuan untuk berespon terhadap antigen baru ini dengan produksi imunoglobulin
secara klinis mempengaruhi bayi tanpa pajanan antigen sebelumnya, berperang pada infeksi dan
keparahan infeksi bakteri yang lebih berat pada infeksi HIV pediatrik. Deplesi limfosit CD4
sering merupakan temuan lanjutan, dan mungkin tidak berkorelasi dengan status simtomatik.
Bayi dan anak-anak dengan infeksi HIV sering memiliki jumlah limfosit yang normal, dan 15%
pasien dengan AIDS periatrik mungkin memiliki resiko limfosit CD4 terhadap CD8 yang
normal. Panjamu yang berkembang untuk beberapa alasan menderita imunopatologi yang
berbeda dengan dewasa, dan kerentanan perkembangan system saraf pusat menerangkan
frekuensi relatif ensefalopati yang terjadi pada infeksi HIV anak.
2.1.4 Tanda Dan Gejala

Dengan sedikit pengecualian, bayi dengan infeksi HIV perinatal secara klinis dan imunologis
normal saat lahir. Kelainan fungsi imun yang secara klinis tidak tampak sering mendahului gejala-gejala
terkait HIV, meskipun penilaian imunologik bayi beresiko dipersulit oleh beberapa factor unik. Pertama,
parameter spesifik usia untuk hitung limfosit CD4 dan resiko CD4/CD8 memperlihatkan jumlah CD4
absolut yang lebih tinggi dan kisaran yang lebih lebar pada awal masa bayi, diikuti penurunan terhadap
pada beberapa tahun pertama. Selain itu, pajanan obat ini beresiko dan bahkan pajanan terhadap antigen
HIV tanpa infeksi dapat membingungkan fungsi dan jumlah limfosit. Oleh karena itu, hal ini peting untuk
merujuk pada standar yang ditentukan usia untuk hitung CD4, dan bila mungkin menggunakan parameter
yang ditegakkan dari observasi bayi tak terinfeksi yang lahir dari ibu yang terinfeksi.

Gejala terkait HIV yang paling dini dan paling sering pada masa bayi jarang diagnostic. Gejala
HIV tidak spesifik didaftar oleh The Centers For Diseasen Control sebagai bagian definisi mencakup
demam, kegagalan berkembang, hepatomegali dan splenomegali, limfadenopati generalisata
(didefinisikan sebagai nodul yang >0,5 cm terdapat pada 2 atau lebih area tidak bilateral selama >2
bulan), parotitis, dan diare. Diantara semua anak yang terdiagnosis dengan infeksi HIV, sekitar 90% akan
memunculkan gejala ini, kebergunaannya sebagai tanda awal infeksi dicoba oleh studi the European
Collaborativ pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi. Mereka menemukan bahwa dua pertiga bayi
yang terinfeksi memperlihatkan tanda dan gejala yang tidak spesifik pada usia 3 bulan, dengan angka
yang lebih rendah diantara bayi yang tidak terinfeksi. Pada penelitian ini, kondisi yang didiskriminasi
paling baik antara bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi adalah kandidiasis kronik, parotitis, limfadenopati
persistem, hepatosplenomegali. Otitis media, tinitis, deman yang tidak jelas, dan diare kronik secara tidak
nyata paling sering pada bayi yang terinfeksi daripada bayi yang tidak terinfeksi.
2.1.5 Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat
badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis oral ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim dalam
rongga mulut. Jika tidak diobati, kandidiasis oral akan berlanjut mengeni esophagus dan
lambung. Tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit dan rasa sakit
di balik sternum (nyeri retrosternal).
2. Neurologik
ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS (ADC; AIDS dementia
complex). Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan
berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik, apatis dan ataksia. stadium lanjut
mencakup gangguan kognitif global, kelambatan dalam respon verbal, gangguan efektif seperti
pandangan yang kosong, hiperefleksi paraparesis spastic, psikosis, halusinasi, tremor,
inkontinensia, dan kematian.
Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit kepala, malaise, kaku kuduk,
mual, muntah, perubahan status mental dan kejang-kejang. diagnosis ditegakkan dengan analisis
cairan serebospinal.
3. Gastrointestinal
Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui untuk
penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB > 10% dari BB awal, diare yang
kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis, dan demam yang kambuhan atau
menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini.
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan
anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat
infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-gatal dan diare.

4. Respirasi
Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea), batuk-batuk,
nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai pelbagi infeksi oportunis, seperti
yang disebabkan oleh Mycobacterium Intracellulare (MAI), cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi
sekunder dan sepsis. Infeksi oportunis seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan disertai
dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas kulit. moluskum kontangiosum
merupakan infeksi virus yang ditandai oleh pembentukan plak yang disertai deformitas.
dermatitis sosoreika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit
kepala serta wajah.penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang
disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atopik seperti ekzema
dan psoriasis.
6. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata : retinitis sitomegalovirus
berefek kebutaan
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek
nyeri yang berhubungan dengan mielopati, meningitis, sitomegalovirus dan reaksi-reaksi obat.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Hidayat (2008) diagnosis HIV dapat tegakkan dengan menguji HIV. Tes ini
meliputi tes Elisa, latex agglutination dan western blot. Penilaian Elisa dan latex agglutination
dilakukan untuk mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila dikatakan positif HIV
harus dipastikan dengan tes western blot. Tes lain adalah dengan cara menguji antigen HIV, yaitu
tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR. Bila pemeriksaan pada kulit, maka
dideteksi dengan tes antibodi (biasanya digunakan pada bayi lahir dengan ibu HIV.
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)
Western blot (positif)
P24 antigen test (positif untuk protein virus yang bebas)
Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi enzim reverse
transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat)
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)
CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi terhadap antigen)
Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya penyakit).
Kadar immunoglobulin (meningkat)

1.7 Penatalaksanaan
1) Perawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:
Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah kemungkinan
terjadi infeksi
Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada
Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan dideosinukleotid, yaitu
azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke DNA virus,
sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
Mengatasi dampak psikososial
Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan prosedur yang
dilakukan oleh tenaga medis
Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu memperhatikan
perlindungan universal (universal precaution)

BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Idensitas klien meliputi: nama/nama panggilan,tempat tanggal lahir/usia, jenis kelamin, agama,
paendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian.
2. Identitas penanggungjawab
3. Keluhan Utama
Orangtua klien mengeluhkan anaknya batuk- batuk disertai sesak napas.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien terus batuk batuk sejak satu minggu yang lalu, kemudian dua hari yang lalu mulai disertai sesak
napas.klien juga terkena diare dengan frekuensi BAB cukup tinggi.sejak semalam klien demam dan di
perparah lagi klien tidak mau menyusu, karena itu orang tua klien membawanya ke rumah sakit.
b. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak 0-5 tahun)
a) Prenatal Care
Pemeriksaan kehamilan
Keluhan selama hamil
Riwayat terkena sinar tidak ada
Kenaikan berat badan selama hamil
Imunisasi
b) N a t a l
Tempat melahirkan
Lama dan jenis persalinan
Penolong persalinan
komplikasi selama persalinan ataupun setelah persalinan (sedikit perdarahan daerah vagina).
c) Post Natal
Kondisi Bayi : BB lahir.. kg, PB.. cm
Kondisi anak saat lahir: baik/tidak
Penyakit yang pernah dialami setelah imunisasi
Kecelakaan yang pernah dialami: ada/tidak ada
Imunisasi
Alergi
Perkembangan anak dibanding saudara-saudara
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang mengidap HIV : missal, ibu.
6. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi apa saja yang pernah diberikan, waktu pemberian dan reaksi setelah pemberian. Missal;
imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
a) Tinggi Badan : PB lahir .. cm, PB masuk RS :.. Cm
b) Perkembangan tiap tahap ( berapa bulan)
Berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain, bicara pertama kali,
berpakaian tanpa bantuan .
8. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
1. Pertama kali di susui : berapa jam setelah lahir
2. Cara Pemberian : Setiap Kali menangis dan tanpa menangis
3. Lama Pemberin : berapa menit
4. Diberikan sampai usia berapa
b. Pemberian Susu Formula :missal; SGM
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
4. Riwayat Psiko Sosial
a) Anak tinggal di mana, keadaan Lingkungan, fasilitas rumah
b) Hubungan antar anggota kelurga baik
c) Pengasuh anak adalah orang tua, pengasuh,dll
9. Riwayat spiritual
Kegiatan ibadah, tempat ibadah.
10. Reaksi Hospitalisasi
a) Pengalaman Keluarga tentang Sakit dan rawat inap
b) Pemahaman anak tentang sakit dan rawat Inap
11. Aktivitas sehari-hari
Kaji sebelum sakit dirumah dan selama dirawat dirumah sakit tentang: nutrisi, cairan, eliminasi,
istirahat/tidur, personal hygiene, aktivitas/mobilisasi, rekreasi.
12. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: composmetis, stupor, semi koma, koma.
Ekspresi wajah, penampilan ( berpakaian)
b. Tanda-tanda vital meliputi: suhu, nadi, pernapasan. Tekanan darah
c. Antropometri meliputi: panjang badan, berat badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada,
lingkar abdomen.
d. Head To Toe
1) Kulit : Pucat dan turgor kulit agak buruk
2) Kepal dan leher : Normal tidak ada kerontokan rambut, warna hitam dan tidak ada peradangan
3) Kuku : Jari tabuh
4) Mata / penglihatan :Sklera pucat dan nampak kelopak mata cekung
5) Hidung :Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi, tidak ada polip, dan fxungsi penciuman
normal
6) Telinga :Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan
7) Mulut dan gigi: Terjadi peradangan pada rongga mulut dan mukosa, terjadi Peradangan dan
perdarahan pada gigi ,gangguan menelan(-), bibir dan mukosa mulut klien nampak kering dan bibir
pecah-pecah.
8) Leher: Terjadi peradangan pada eksofagus.
9) Dada : dada masih terlihat normal
10) Abdomen : Turgor jelek ,tidak ada massa, peristaltik usus meningkat dan perut mules dan mual.
11) Perineum dan genitalia : Pada alat genital terdapat bintik-bintik radang
12) Extremitas atas/ bawah : Extremitas atas dan extremitas bawah tonus otot lemah akibat tidak ada
energi karena diare dan proses penyakit.
e. Sistem Pernafasan
- Hidung : Simetris, pernafasan cuping hidung : ada, secret : ada
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe di sub mandibula.
- Dada :
o Bentuk dada : Normal
o Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal : 1 : 1
o Gerakan dada : simetris, tidak terdapat retraksi
o Suara nafas : ronki
o Suara nafas tambahan : ronki
o Tidak ada clubbling finger
f. Sistem kardiovaskuler :
- Conjungtiva : Tidak anemia, bibir : pucat/cyanosis, arteri carotis : berisi reguler , tekanan vena
jugularis : tidak meninggi
- Ukuran Jantung : tidak ada pembesaran
- Suara jantung : Tidak ada bunyi abnormal
- Capillary refilling time > 2 detik
g. Sistem pencernaan:
- Mulut : terjadi peradangan pada mukosa mulut
- Abdomen : distensi abdomen, peristaltic meningkat > 25x/mnt akibat adanya virus yang menyerang
usus
- Gaster : nafsu makan menurun, mules, mual muntah, minum normal,
- Anus : terdapat bintik dan meradang gatal
h. Sistem indra
1) Mata : agak cekung
2) Hidung : Penciuman kurang baik,
3) Telinga:
- Keadaan daun telinga : kanal auditorius kurang bersih akibat benyebaran penyakit
- Fungsi pendengaran kesan baik
i. Sistem Saraf
1. Fungsi serebral:
- Status mental : Orientasi masih tergantung orang tua
- Bicara : -
- Kesadaran : Eyes (membuka mata spontan) = 4, motorik (bergerak mengikuti perintah) = 6, verbal
(bicara normal) = 5
2. Fungsi kranial :
Saat pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda kelainan dari Nervus I Nervus XII.
3. Fungsi motorik : Klien nampak lemah, seluruh aktifitasnya dibantu oleh orang tua
4. Fungsi sensorik : suhu, nyeri, getaran, posisi, diskriminasi (terkesan terganggu)
5. Fungsi cerebellum : Koordinasi, keseimbangan kesan normal
6. Refleks : bisip, trisep, patela dan babinski terkesan normal.
j. Sistem Muskulo Skeletal
1) Kepala : Betuk kurang baik, sedikit nyeri
2) Vertebrae: Tidak ditemukan skoliosis, lordosis, kiposis, ROM pasif, klien malas bergerak, aktifitas
utama klien adalah berbaring di tempat tidur.
3) Lutut : tidak bengkak, tidak kaku, gerakan aktif, kemampuan jalan baik
4) Tangan tidak bengkak, gerakan dan ROM aktif
k. Sistem integumen
- warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan gatal, turgor menurun > 2 dt,
- suhu meningkat 39 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time
memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
l. Sistem endokrin
- Kelenjar tiroid tidak nampak, teraba tidak ada pembesaran
- Suhu tubuh tidak tetap, keringat normal,
- Tidak ada riwayat diabetes
m. Sistem Perkemihan
- Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam), frekuensi berkurang.
- Tidak ditemukan odema
- Tidak ditemukan adanya nokturia, disuria , dan kencing batu
n. Sistem Reproduksi
Alat genetalia termasuk glans penis dan orificium uretra eksterna merah dan gatal
o. Sistem Imun
- Klien tidak ada riwayat alergi
- Imunisasi lengkap
- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca tidak ada
- Riwayat transfusi darah ada/tidak ada
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
2. Pola napas tidk efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
3. Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus sekunder terhadap reaksi antigen
dan antibody
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan dan pengeluaran sekunder karena kehilangan
nafsu makan dan diare
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekambuhan penyakit, diare,
kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral
3.3 Intervensi Keperawatan

No Dx. Kep Tujuan dan Intervensi Rasional


criteria hasil

1 Bersihan jalan Tujuan: 1. Auskultasi area


1. Penurunan aliran
Jalan nafas kembali
nafas tidak paru,catat area udara terjadi pada
efektif/normal
efektif penurunan/tidak area konsolidasi
Setelah dilakukan
berhubungan ada aliran udara dan dengan cairan.
tindakan selama 1x24
2.
dengan bunyi napas
jam anak menunjukan
akumulasi adventisius Pernapasan
yang efektif dengan
2. kaji ulang tanda-
secret dangkal dan
criteria hasil:
tanda vital (irama
- 1.Mempertahankan gerakan dada
dan frekuensi, serta
kepatenan jalan napas tidak simetris
gerakan dinding
dengan bunyi napas terjadi karena
dada)
bersih/jelas. ketidaknyaman
- 2.Klien merasa nyaman
gerakan dinding
ketika bernapas
- Tidak ada sekret 3. Bantu pasien dada.
3. Napas dalam
latihan napas
memudahkan
sering.
ekspansi
maksimum
paru/jalan napas
lebih kecil

4. Penghisapan
sesuai indikasi
4. Merangsang
batuk atau
pembersihan jalan
napas secara
mekanik

5.
Cairan (khususnya
5. Berikan cairan yang hangat)
sedikitnya 2500 memobilisasi dan
ml/hari (kecuali mengeluar-kan
kontraindikasi) secret

6.
6. berikan obat yang alat untuk
dapat meningkatkan menurunkan
efektifnya jalan spasme bronkhus
nafas (seperti dengan
bronchodilator memobilisasi
sekret.

2. pola Tujuan : 1. Kaji frekuensi


1. Kecepatan
kedalaman biasanya
napas tidak Pola napas kembali
pernapasandan meningkat.
efektif efektif 2. Dispnue dan
ekpansi paru.
berhubungan 2. Catat upaya terjadi
Setelah dilakukan
dengan pernapasan peningkatan kerja
tindakan selama 2x24 3. Auskuttsi bunyi
penurunan nafas.
jam pola napas napas dan catat 3. Bunyi nafas
ekspansi paru
kembali norma l, adanya bunyi menurun / tidak
dengan criteria hasil: seperti ronkhi. ada bila jalan
4. Tinggikan kepala
1. klien Menunjukan nafas obstruktif
dan bantu
pola nafas efektif sekunder terhadap
mengubah posisi
dengan frekuensi dan pendarahan
5. Observasi pola
4. Duduk tinggi
kedalaman dalam batuk dan karaktrer
memungkinkan
rentang normal secret
2. klien mengatakan ekspansi paru
6. Berkan oksigen
tidak sesak lagi. memudahkan
tambahan
pernafasan
5. Kongesti alveolar
mengakibatkan
batuk kering /
iritasi.
6. Memaksimalkan
bernafas dan
menurunkan kerja
nafas.

3 Hipertermi Tupan : suhu tubuh


1. Pertahankan1. Lingkungan yang
berhubungan klien kembali normal lingkungan sejuk, sejuk membantu
dengan dengan menurunkan suhu
Tupen : setelah
menggunakan tubuh dengan cara
pelepasan dilakukan tindakan
piyama dan selimut radiasi.
pyrogen dari selama 1x24 jam suhu 2. Peningkatan suhu
yang tidak tebal.
hipotalamus tubuh menurun dengan
2. Pantau suhu tubuh secara tiba-tiba
sekunder criteria; anak setiap 1-2 jam, akan mengakibat
terhadap reaksi bila terjadi
antigen dan- Anak akanpeningkatan secara an kejang
3. Antimikroba
antibody mempertahankan tiba-tiba
3. Beri mungkin
suhu tubuh yang
antimikroba/antibio disarankan untuk
normal
- Klien mampu tik jika disaranka. mengobati
4. Berikan kompres
menunjukkan TTV organismo
dengan suhu 37 oC
yang normal : penyebab
- suhu 3650C, pada anak 4. Kompres hangat
- Nadi : 80x/m, 5. Kolaboratif
efektif
- P : 20x / m dn Beri antipiretik
- TD : 110/80 mmHg mendingin-kan
sesuai petunjuk
tubuh melalui
cara konduksi
5. Antipiretik
seperti
asetaminofen
(Tylenol), efektif
menurunkan
demam

4 Kekurangan Tupan: keseimbangan 1. Ukur dan catat


1. dokumentasi yang
volume cairan pemasukan dan akurat akan
pengeluaran. Tinjau membantu dalam
cairan tubuh adekuat
ulang catatan intra mengidentifikasi
berhubungan
Tupen : operasi. pengeluaran
dengan 2. Pantau tanda-tanda
cairan. hipotensi,
sekunder setelah dilakukan
vital.
takikardia,
karena tindakan selama 1x24 3. Letakkan pasien
peningkatan
kehilangan jam kebutuhan cairan pada posisi yang
pernapasa
nafsu makan dapat terpenuhi dengan sesuai, tergantung
2. mengindikasikan
dan diare criteria: pada kekuatan
kekurangan
pernapasan.
cairan.
- Tidak ada tanda-tanda 4. Pantau suhu kulit,
3. Elevasi kepala
dehidrasi. palpasi denyut
dan posisi miring
- turgor kulit normal, perifer.
akan mencegah
membran mukosa 5. Kolaborasi, berikan
terjadinya aspirasi
lembab cairan parenteral,
- dan pengeluaran urine produksi darah dan dari muntah.
4. Kulit yang
yan sekunder atau plasma dingin/ lembab,
ekspander. denyut yang
lemah
mengindikasikan
penurunan
Sirkulasi perifer.
5. Gantikan
kehilangan cairan
yang telah
didokumen-
tasikan

5 Perubahan Tupan: Pasien1. Berikan makanan1. Untuk memenuhi


nutrisi kurang mendapatkan nutrisi dan kudapan tinggi kebutuhan tubuh
2. Untuk
dari kebutuhan yang Optimal kalori dan protein
2. Beri makanan mendorong agar
tubuh
Tupen: setelah yang disukai anak anak mau makan
berhubungan
dilakukan tindakan3. Perkaya makanan 3. Untuk
dengan
selama 1x24 jam dengan suplemen memaksimalkan
kekambuhan
kebutuhan nutrisi klien nutrisi. kualitas asupan
penyakit, diare, 4. Berikan makanan
terpenuhi. dengan makanan
kehilangan ketika anak sedang4. Ketika anak mau
kriteria hasil:
nafsu makan, mau makan dengan makan adalah
kandidiasis oral - anak mengkonsumsi baik kesempatan yang
5. Gunakan
jumlah nutrien yang berharga bagi
kreativitas untuk
cukup perawat maupun
- Nafsu menyusu mendorong anak orang tua.
6. Pantau berat badan
meningkat 5. Dapat menarik
- BB meningkat atau dan Pertumbuha minat anak untuk
7. Kolaboratif : obat
normal sesuai umur makan dan
anti jamur sesuai
menghabis-kan
instruksi
porsi makanan
6. Pemantauan berat
badan dilakukan
sehingga
intervensi
terpenuhi
7. Untuk mengobati
kandidiasis oral

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang disebabkan oleh
retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan pasien memerlukan
perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit. (Carolyn, M.H.1996:601)
Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok retrovirus yang
biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini dapat ditularkan
melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam darah, dan penularan masa perinatal.
Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan pada anak adalah pneumonia interstisialis limfositik,
yaitu kelainan yang mungkin langsung disebabkan oleh HIV pada jaringan paru.
Komplikasi Oral Lesi: Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat
badan, keletihan dan cacat. Pemeriksaan peniunjang seperti; Tes untuk diagnose infeksi HIV

1. ELISA, latex agglutination

2. Western blot ( positif)

3. Tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR

4. Kultur HIV

4.2 Saran
1. Memberikan support kepada penderita HIV agar tidak putus asa dalam menjalani hidup.
2. Mencegah penyebaran HIV dengan pemeriksakan kesehatan anda dan anak secara rutin.
3. Dan kita sebagai perawat terus memberikan asuhan keperawatan kepada penderita agar cepat sembuh
dalam pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B.
Lippincott Company, London.

Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition, Mosby
Year Book, Toronto

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S,
EGC, Jakarta

Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St. Louis.

Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta.
http://ayanurse38.blogspot.co.id/2013/05/askep-hiv-pada-anak.html Rabu, 01 Mei 2013

You might also like