Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
dengan peraturan Pemerintah RI No.33 tahun 2007 tentang Keselamatan
Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif.
Pada kongres Internasional Radiologi di Kopenhagen tahun 1953
dibentuk The Internasional Committee On Radiation Protection yang
menetapkan peraturan-peraturan lengkap untuk proteksi radiasi sehingga
diharapkan selama seorang mengindahkan semua petunjuk tersebut, maka
tidak perlu khawatir akan bahaya sinar roentgen. Diantara petunjuk
proteksi terhadap radiasi sinar roentgen tersebut adalah :
Menjauhkan diri dari sumber radiasi
Menggunakan alat proteksi jika harus berdekatan dengan sumber
radiasi
Mengadakan pengecekan berkala menggunakan personil monitoring
radiasi
Pemeriksaan kesehatan secara rutin khususnya sel darah putih
(leukosit)
Proteksi Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi
pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi. Keselamatan
Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pekerja,
anggota masyarakat dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi. Program
Proteksi dan Keselamatan Radiasi adalah rencana yang harus disusun dan
dilaksanakan oleh Pemegang Izin untuk mewujudkan hal tersebut. Dalam
peraturan pemerintah nomor 29 tahun 2008 pada pasal 10 menyebutkan
bahwa
Setiap orang atau badan yang akan melaksanakan pemanfaatan Sumber
Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir wajib memiliki izin dari Kepala
BAPETEN .
Selanjutnya pada pasal 11 disebutkan bahwa
Pemohon, untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam pasal
10 ayat (1) harus memenuhi persyaratan :
1.1.1 Administratif
Persyaratan administrasi yang dimaksud pada pasal 11 yaitu :
a. Identitas pemohon izin
b. Akta pendirian badan hukum atau badan usaha;
2
c. Izin dan/atau persyaratan yang ditetapkan oleh instansi lain
yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan
d. Lokasi Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan
Nuklir.
1.1.2 Teknis; dan/atau
Adapun persyaratan teknis yang dijelaskan pada pasal 14 sebagai
berikut :
a. Prosedur operasi
b. Spesifikasi teknis Sumber Radiasi Pengion atau Bahan Nuklir
yang digunakan, sesuai dengan standar keselamatan radiasi.
c. Perlengkapan proteksi radiasi dan/atau peralatan Sumber
Radioaktif.
d. Program proteksi keselamatan radiasi dan/atau program
keamanan Sumber Radioaktif.
e. Laporan verifikasi keselamatan radiasi dan/atau keamanan
Sumber Radioaktif.
f. Hasil pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi yang dilakukan
oleh dokter yang memiliki kompetensi, yang ditunjuk
pemohon izin, dan disetujui oelh instansi yang berwenang di
bidang ketenagakejaan; dan/atau
g. Data kualifikasi personil, yang meliputi:
a. Petugas proteksi radiasi dan personil lain yang memiliki
kompetensi;
b. Personil yang menangani Sumber Radiasi Pengion;
dan/atau
c. Petugas keamanan Sumber Radioaktif atau Bahan Nuklir
1.2 Tujuan
Tujuan utama program proteksi dan keselamatan radiasi adalah
menunjukkan tanggung jawab managemen dalam rangka proteksi dan
keselamatan radiasi melalui penerapan struktur management, kebijakan,
prosedur dan susunan rencana organisasi yang sesuai dengan sifat dan
tingkat resiko yang dapat ditimbulkan dalam pemanfaatan sumber
radiasi pengion (PP 29 Th 2008, Bab V pasal 66 ayat(1) tentang
Kewajiban Pemegang Izin )
1.3 Ruang Lingkup
3
Keselamatan radiasi pengion di bidang medik yang selanjutnya
disebut Keselamatan Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk
melindungi pasien, pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan hidup
(Perka BAPETEN No 8 Th 2011, Bab 1 pasal 1 tentang Ketentuan
Umum)
1.4 Definisi
Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi adalah rencana yang
harus disusun dan dilaksanakan oleh Pemegang Izin untuk mengurangi
pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi yang berlebih
sehingga terwujud keselamatan radiasi bagi pekerja, anggota
masyarakat dan lingkungan hidup. (Perka BAPETEN No 8 Th 2011,
Bab 1 pasal 1 tentang Ketentuan Umum).
BAB II
PENYELENGGARA PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI
2.1 Struktur Organisasi
Penyelenggara Proteksi dan Keselamatan Radiasi merupakan wadah
yang terdiri dari perwakilan setiap personil yang ada di fasilitas atau
instalasi yang memanfaatkan tenaga nuklir, dapat berbentuk orang
perorangan, komite atau organisasi, bertugas untuk membantu Pemegang
Izin dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Berikut susunan organisasi
penyelenggara program proteksi dan keselamatan radiasi.
PEMEGANG IZIN
Ir. H. Soleh Yahya
4
DIREKTUR RS PKU
MUHAMMADIYAH WONOSOBO
dr. Bryan Prima Arta Sp.OG
KEPALA INSTALASI
RADIOLOGI
dr. Ana Majdawati, Sp.Rad
PETUGAS PROTEKSI
RADIASI
Umar Fauzi, Amd.Rad
PEKERJA RADIASI
Radiografer
1. Alan Maulana Akbar, Amd.Rad
2. Arief Rahman E, Amd.Rad
3. Ayu Ningtias P, Amd.Rad
Radiolog
dr. Ana Majdawati, Sp.Rad
5
1. Tanggung jawab pemegang izin sebagaimana yang
dimaksud Peraturan Pemerintah no. 33 tahun 2007 pasal 6
ayat(2)
a) Mewujudkan tujuan keselamatan radiasi sebagaimana
ditetapkan dalam peraturan pemerintah
b) Menyusun,mengembangkan,melaksanakan,danmendo
kumentasikan program proteksi dan keselamatan
radiasi, yang dibuat berdasarkan sifat dan resiko untuk
setiap pelaksanaan pemnafaatan tenaga nuklir
c) Membentuk dan menetapkan pengelola keselamatan
radiasi di dalam fasilitas atau instansi sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya
d) Menentukan tindakan dan sumber daya yang
diperlukan untuk mencapai tujuan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, dan memastikan bahwa
sumber daya tersebut memadai dan tindakan yang
diambil dapat dilaksanakan dengan benar.
e) Meninjau ulang setiap tindakan dan sumber daya
secara berkala dan berkesinambungan untuk
memastikan tujuan sebagaimana dimaksud pada huruf
a dapat dicapai.
f) Mengidentifikasi setiap kegagalan dan kelemahan
dalam tindakan dan sumber daya yang diperlukan
untuk mewujudkan keselamatan radiasi, serta
mengambil langkah perbaikan dan pencegahan
terhadap terulangnya keadaan tersebut
g) Membuat prosedur untuk memudahkan konsultasi dan
kerjasama antar semua pihak yang terkait dengan
keselamatan radiasi
h) Membuat dan memelihara rekaman yang terkait
dengan keselamatan radiasi
2. Kewajiban pemegang izin tertuang dalam pasal 7 s/d pasal
19 Peraturan Pemerintah no. 33 tahun 2007
a) Kewajiban pemegang izin :
6
1) Membuat standar operasi prosedur dan kebijakan
yang menempatkan Proteksi dan Keselamatan
Radiasi pada prioritas tertinggi
2) Mengidentifikasi dan memperbaiki faktor-faktor
yang mepengaruhi Proteksi dan Keselamatan
Radiasi sesuai tingkat potensi bahaya
3) Mengidentifikasi secara jelas tanggung jawab
setiap personil atas Proteksi dan Keselamatan
Radiasi
4) Menetapkan kewenangan yang jelas masing-
masing personil dalam setiap pelaksanaan
Proteksi dan Keselamatan Radiasi
5) Membangun jejaring komunikasi yang baik pada
seluruh tingkatan organisasi, untuk menghasilkan
arus informasi yang tepat mengenai Proteksi dan
Keselamatan Radiasi
6) Menetapkan kualifikasi dan pelatihan yang
memadai untuk setiap personil
b) Pemegang izin wajib menyelenggarakan
pemantauan kesehatan untuk seluruh pekerja
radiasi
c) Pemegang izin, dalam melaksanakan pemantauan
kesehatan, harus:
a) Melaksanakannya berdasarkan ketentuan umum
kesehatan kerja
b) Merancang penilaian terhadap kesesuaian
penempatan pekerja dalam melaksanakan
pekerjaan yang ditugaskan padanya
c) Menggunakan hasil pemantauan sebagai landasan
informasi pada:
Kasus munculnya penyakit akibat kerja setelah
terjadinya Paparan Radiasi berlebih
Saat memberikan konseling tertentu bagi
pekerja mengenai bahaya Radiasi yang
mungkin didapat
7
Penatalaksanaan kesehatan pekerja yang
terkena Paparan Radiasi berlebih
b) Pemantauan kesehatan dilaksanakan melalui:
1) Pemeriksaan kesehatan
2) Konseling dan/atau
3) Penatalaksanaan kesehatan pekerja yang
mendapatkan Paparan Radiasi berlebih
4) Pemegang izin harus menyimpan dan memelihara
hasil pemantauan kesehatan pekerja dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) tahun terhitung sejak
tanggal pemberhentian pekerja yang bersangkutan
5) Pemegang izin wajib melakukan pemeriksaan
kesehatan pekerja pada saat:
Sebelum bekerja
Selama bekerja
Akan memutuskan hubungan kerja
c) Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter yang
memiliki kompetensi yang ditunjuk oleh pemegang
izin, dan disetujui instansi berwenang di bidang
ketenagakerjaan
d) Pemeriksaan kesehatan untuk pekerja radiasi wajib
dilakukan secara berkala paling sedikit sekali dalam 1
(satu) tahun
e) Pemeriksaan kesehatan disesuaikan dengan jenis
pekerjaan yang dilakukan dan jika dianggap perlu,
pemeriksaan khusus dapat dilakukan terhadap pekerja
tertentu.
f) Pemegang izin wajib menyediakan konseling untuk
memberikan konsultasi dan informasi yang lengkap
mengenai bahaya radiasi kepada pekerja
g) Pemegang Izin wajib melakukan penatalaksanaan
pekerja yang mendapatkan Paparan Radiasi berlebih
melalui pemeriksaan kesehatan dan tindak lanjuti,
konseling, dan kajian terhadap Dosis yang diterima
h) Pemegang izin bertanggung jawab menanggung biaya
pemantauan kesehatan
8
i) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemantauan
kesehatan diatur dengan peraturan Kepala BAPETEN
j) Pemegang izin wajib menyediakan personil yang
memiliki kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan
jenis Pemanfaatan Tenaga Nuklir
k) Personil yang dimasud paling sedikit terdiri dari:
1) Petugas Proteksi Radiasi
2) Pekerja Radiasi
3) Tenaga Ahli
4) Operator dan/atau
5) Tenaga medik atau paramedik
l) Ketentuan lebih lanjut mengenai kualifikasi dan
kompetensi personil diatur dengan Peraturan Kepala
BAPETEN
m) Pemegang izin wajib meningkatkan kemampuan
personil yang bekerja di fasilitas atau instalasi melalui
pendidikan dan pelatihan untuk menumbuhkan
pemahaman yang memadai tentang:
1) Tanggung jawab dalam Proteksi dan Keselamatan
Radiasi
2) Pentingnya menerapkan Proteksi dan Keselamatan
Radiasi selama melaksanakan pekerjaan yang
terkait dengan Radiasi
n) Pendidikan dan pelatihan sekurang-kurangnya harus
disesuaikan dengan:
1) Potensi Paparan Kerja
2) Tingkat pengawasan yang diperlukan
3) Kerumitan pekerjaan yang akan dilaksanakan
4) Tingkat pelatihan yang telah diikuti oleh personil
o) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendidikan dan
pelatihan diatur dengan Peraturan Kepala BAPETEN
p) Pemegang Izin wajib membuat, memelihara dan
menyimpan rekaman
q) Rekaman yang dimaksud meliputi rekaman teknis dan
rekaman mutu yang harus ditunjukkan pada saat
BAPETEN melakukan Inspeksi
r) Pemegang izin wajib membuat Rekaman Paparan
Radiasi yang mengakibatkan terjadinya Dosis yang
9
melebihi Nilai Batas Dosisi dan melaporkan segera
secara lisan kepada BAPETEN
s) Pemegang izin wajib menyampaikan laporan tertulis
mengenai terjadinya Paparan Radiasi yang melebihi
Nilai Batas Dosis kepada BAPETEN paling lambat 3
(tiga) hari kerja terhitung sejak diterimanya
pemberitahuna lisan.
2.1.3 Tanggung jawab pihak lain
a. Petugas Proteksi Radiasi (PPR)
1. Petugas Proteksi Radiasi adalah petugas yang ditunjuk
oleh Pemegang izin dan oleh BAPETEN dinyatakan
mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan
dengan Proteksi Radiasi
2. Berdasarkan SK Kepala BAPETEN No. 01/Ka-
BAPETEN/V-99 menyebutkan bahwa Petugas Proteksi
Radiasi berkewajiban membantu pengusaha instalasi
dalam melaksanakan tanggung jawabnya di bidang
Proteksi Radiasi
3. Berdasarakan Peraturan Kepala BAPETEN no 8 tahun
2011 Pasal 21, Petugas Proteksi Radiasi diberi
wewenang untuk mengambil tindakan-tindakan sebagai
berikut:
a) Membuat dan memutakhirkan program proteksi dan
keselamatan radiasi
b) Memantau aspek operasional program proteksi dan
keselamatan radiasi;
c) Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan
proteksi radiasi, dan memantau pemakaiannya;
d) Meninjau secara sistematik dan periodik, program
pemantauan di semua tempat dimana pesawat sinar-X
digunakan;
e) Memberikan konsultasi yang terkait dengan proteksi
dan keselamatan radiasi;
f) Berpartisipasi dalam mendesain fasilitas radiologi;
g) Memelihara rekaman;
10
h) Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi
kegiatan pelatihan;
i) Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian
fakta dalam hal paparan darurat;
j) Melaporkan kepada pemegang izin setiap kejadian
kegagalan operasi yang berpotensi menimbulokan
kecelakaan radiasi; dan
k) Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan
program proteksi dan keselamatan radiasi, dan
verifikasi keselamatan.
2.1.4 Pekerja Radiasi
a. Pekerja Radiasi adalah setiap orang yang bekerja di Instalasi
Radiologi Diagnostik dan Intervensional yang diperkirakan
dapat menerima Dosis Radiasi tahunan melebihi Dosis untuk
masyarakat umum.
b. Berdasarkan SK Kepala BAPETEN No. 01/Ka-
BAPETEN/V-99 menjelaskan bahwa seorang pekerja radiasi
ikut bertanggung jawab terhadapkeselamatan radiasi di
daerah kerjanya, dengan demikian iamempunyai kewajiban
sebagai berikut:
1. Mengetahui memahami dan melaksanakan semua
ketentuankeselamatan kerja radiasi.
2. Memanfaatkan sebaik-baiknya peralatan keselamatan
radiasi yangtersedia, bertindak hati-hati, serta bekerja
secara aman untukmelindungi baik dirinya maupun
pekerja lain.
3. Melaporkan setiap kejadian kecelakaan bagaimanapun
kecilnyakepada Petugas Proteksi Radiasi.
4. Melaporkan setiap gangguan kesehatan yang dirasakan,
yang didugaakibat penyinaran lebih atau masuknya zat
radioaktif ke dalamtubuhnya
11
Pemegang
Izin
Direktur RS PKU
Muhammadiyah Wonosobo
Petugas Proteksi
Radiasi
Pekerja Radiasi/
Radiografer
Keterangan :
1. Panah Hitam : Garis Komando
12
Tempat Tanggal Lahir :
Pendidikan :
2.1.6 Pelatihan
1. Lulus mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Petugas
Proteksi Radiasi
2. Lulus mengikuti ujian Surat Ijin Bekerja sebagai
Petugas Proteksi Radiasi bidang medik tingkat 2
3. Lulus mengikuti ujian kompetensi dan Sertifikat
Tanda Registrasi Radiografer
13
BAB III
DESKRIPSI FASILITAS, PESAWAT SINAR-X DAN PERALATAN
PENUNJANG, DAN PERLENGKAPAN PROTEKSI RADIASI
Pasal 57
(1) Setiap perencanaan pesawat sinar-X harus mempertimbangkan
beban kerja maksimum, faktor guna penahan radiasi dan faktor
penempatan daerah sekitar fasilitas
(2) Setiap perencanaan fasilitas pesawat sinar-X harus
mempertimbangkan kemungkinan perubahan di masa mendatang
dalam setiap parameter atau semua parameter yang meliputi
penambahan tegangan tabung, beban kerja, modifikasi teknis yang
14
mungkin memerlukan tambahan pesawat sinar-X, dan
bertambahnya tingkat pempatan daerah sekitar fasilitas
(3) Fasilitas pesawat sinar-X sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling kurang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Ukuran ruangan pesawat sinar-X dan mobile station harus
sesuai dengan spesifikasi teknik peswat sinar-X dari pabrik
atau rekomendasi standart international atau memiliki ukuran
sebagaimana yang tercantum pada lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala
BAPETEN
b) Jika ruangan memiliki jendela, maka jendela paling kurang
terletak pada ketinggian
c) m (dua meter) dari lantai
d) Dinding ruangan untuk semua jenis pesawat sinar-X terbuat
dari bata merah ketebalan 25 cm (dua puluh lima centimeter)
atau beton dengan kerapatan jenis 2,2 g/cm3(dua koma dua
gram persentimeter kubik) dengan ketebalan 20 cm (dua puluh
centimeter) atau setara dengan 2mm (dua millimeter) timah
hitam (pb), dan pintu ruang pesawat sinar-X harus dilapisi
dengan timah hitam dengan ketebalan tertentu
e) Kamar gelap atau pengolahan film
f) Ruang tunggu pasien
g) Ruang ganti pakaian
a. Tanda radiasi, poster peringatan bahaya radiasi dan lampu merah
(4) Tanda radiasi dan poster peringatan bahaya radiasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf g tercantum dalam lampiran V yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala BAPETEN
ini.
15
BAPETEN No. 8 tahun 1997 pasal 2 ayat 1 yaitu: a. diagnostic, b.
intervensional, c. penunjang radioterapi, d. penunjang kedokteran
nuklir.
3.2 Deskripsi pesawat Sinar X
Pesawat Sinar-X
Perka BAPETEN No 8 Th 2011 tentang Keselamatan Radiasi
Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan
Intervensional, Paragraf 1
Pasal 42
1) Pemegang Izin hanya boleh menggunakan pesawat sinar-X
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf a yang memenuhi
ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain
yang tertelusur yang diterbitkan oleh lembaga akreditasi atau
sertifikat yang dikeluarkan oleh pabrikan.
2) Pesawat sinar-X sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
kurang terdiri atas komponen utama:
a. tabung;
b. pembangkit tegangan tinggi;
c. panel kontrol; dan/atau
d. perangkat lunak.
Pasal 43
(1) Pesawat sinar-X untuk pemeriksaan umum secara rutin harus
mempunyai spesifikasi:
a. daya generator paling rendah 5 kW (lima kilowatt);
b. kuat arus tabung paling rendah 50 mA (limapuluh
miliamper); dan
c. tegangan tabung dapat dioperasikan hingga 100 kV (seratus
kilovolt).
(2) Spesifikasi kuat arus tabung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b tidak berlaku untuk jenis pesawat sinar-X:
a. Radiologi Kedokteran Gigi;
b. Mamografi;
16
c. Fluoroskopi; dan
d. Pengukur Densitas Tulang.
(3) Spesifikasi tegangan tabung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c tidak berlaku untuk jenis pesawat sinar-X:
a. Radiologi Kedokteran Gigi;
b. Mamografi; dan
c. Pengukur Densitas Tulang.
(4) Pengukur densitas tulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d dan ayat (3) huruf c dapat berupa pesawat C-arm digital.
Pasal 44
(1) Pesawat Sinar-X Kedokteran Gigi Intraoral harus dilengkapi
dengan konus.
(2) Konus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya boleh
digunakan dengan spesifikasi:
a. panjang konus tidak boleh kurang dari 20 cm (duapuluh
sentimeter) untuk tegangan
b. operasi di atas60 kV (enampuluh kilovoltage);
c. panjang konus tidak boleh kurang dari 10 cm (sepuluh
sentimeter) untuk tegangan 60 kV (enampuluh kilovoltage);
dan
d. diameter konus tidak boleh lebih dari 6 cm (ena sentimeter).
Pasal 45
Pesawat Sinar-X Fluoroskopi harus dilengkapi dengan system
pencitraan, paling kurang meliputi:
a. clossed circuit television (CCTV); atau.
b. charge coupled device (CCD).
Pasal 46
(1) Pesawat Sinar-X Mobile hanya boleh digunakan untuk
pemeriksaan rutin di:
a. instalasi gawat darurat;
b. instalasi perawatan intensif;
17
c. ruang radiologi apabila Pesawat Sinar-X Terpasang Tetap
mengalami kerusakan;
d. mobile station;
e. klinik;
f. puskesmas; atau
g. praktek dokter.
(2) Dalam hal Penggunaan Pesawat Sinar-X Mobile dalam mobile
station sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, persyaratan
ukuran ruangan mobile station harus sesuai sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Kepala BAPETEN ini.
Pasal 47
Pesawat Sinar-X Portabel dilarang digunakan untuk pemeriksaan
rutin.
Pasal 48
(1) Dalam hal tertentu, ketentuan ruangan mobile station sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2) dan ketentuan pelarangan
Pesawat Sinar-X Portabel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
dapat dikecualikan.
(2) Hal tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
Penggunaan pada:
a. Daerah Terpencil;
b. daerah bencana;
c. daerah konflik; dan
18
(2) Dalam hal pemeriksaan dental victim identification untuk
kepentingan forensik, Pesawat Sinar-X Kedokteran Gigi Portabel
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) boleh digunakan dengan
memperhatikan Keselamatan Radiasi.
Pasal 50
Pesawat Sinar-X Fluoroskopi tanpa tabir penguat citra (image
intensifier) dan Mass Chest Survey (MCS) dilarang untuk digunakan.
Pasal 51
(1) Pesawat Sinar-X harus dioperasikan oleh Radiografer, kecuali
Pesawat Sinar-X Fluoroskopi.
(2) Dalam hal pengoperasian Pesawat Sinar-X Mammografi,
Radiografer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan
perempuan.
Pasal 52
Pesawat Sinar-X Fluoroskopi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
harus dioperasikan oleh Dokter Spesialis Radiologi atau Dokter yang
Berkompeten.
Pasal 53
Citra Radiografi yang dihasilkan pesawat sinar-X harus diinterpretasi
oleh Dokter Spesialis Radiologi atau Dokter yang Berkompeten.
Pasal 54
(1) Citra Radiografi yang dihasilkan pesawat sinar-X kedokteran gigi
harus diinterpretasi oleh Dokter Gigi Spesialis Radiologi
Kedokteran Gigi, Dokter Gigi yang Berkompeten, atau Dokter
Spesialis Radiologi.
(2) Dalam hal Citra Radiografi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk proyeksi periapikal dapat diinterpretasi oleh dokter gigi.
Peralatan Penunjang Pesawat Sinar-X
Pasal 55
(1) Pemegang Izin hanya boleh menggunakan peralatan penunjang
pesawat sinar-X sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf b
19
yang memenuhi ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau
standar lain yang tertelusur yang diterbitkan oleh lembaga
akreditasi atau sertifikat yang dikeluarkan oleh pabrikan.
(2) Peralatan penunjang pesawat sinar-X sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling kurang terdiri atas komponen:
a. tiang penyangga tabung;
b. kolimator; dan
c. instrumentasi tegangan.
20
1) Merek : DRGEM
2) Tipe :
3) Seri :
4) Kondisi Max :
Alat penunjang meliputi:
1) Kaset radiologi semua ukuran
2) Automatic prosesing
3) Tabung oksigen
4) Viewing box
21
Perka BAPETEN No 8 Th 2011 tentang Keselamatan Radiasi Dalam
Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan
Intervensional,
Pasal 35
(1) Perlengkapan Proteksi Radiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33 huruf c harus disediakan oleh Pemegang Izin untuk setiap
Pekerja Radiasi.
(2) Perlengkapan Proteksi Radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus sesuai dengan ketentuan Standar Nasional Indonesia
(SNI) atau standar lain yang tertelusur yang diterbitkan oleh
lembaga akreditasi atau sertifikat yang dikeluarkan oleh pabrikan.
(3) Perlengkapan Proteksi Radiasi meliputi:
a. peralatan pemantau Dosis perorangan; dan
b. peralatan protektif Radiasi.
(4) Perlengkapan Proteksi Radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) harus digunakan oleh setiap Pekerja Radiasi.
(5) Peralatan pemantau Dosis perorangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a meliputi film badge atau TLD badge, dan/atau
dosimeter perorangan pembacaan langsung.
(6) Peralatan protektif Radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b meliputi:
a. apron;
b. tabir yang dilapisi Pb dan dilengkapi kaca Pb;
c. kacamata Pb;
d. sarung tangan Pb;
e. pelindung tiroid Pb;
f. pelindung ovarium; dan/atau
g. pelindung gonad Pb.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai perlengkapan Proteksi Radiasi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala BAPETEN ini
3.5.1 Instalasi Radiologi RS PKU Muhammadiyah Wonosobo
Yang perlu diperhatikan dalam Instalasi ruangan pesawat Sinar X
diagnostic sebelu didirikan, yaitu lokasi bangunan, letak bangunan,
disain ruangan dan tebal dinding maupun perisai pintu.ruangan Sinar X
harus dibangun dengan cukup kuatuntuk menahan beban peralatan
yang ada. Dan harus sesuai dengan PerKa Bapeten No. 8 Tahun 1997.
22
No Jenis Pesawat Ukuran Ukuran di Keterangan
Standar Instalasi
dengan tebal Radiologi
dinding RSPKUWSB
1 Pesawat Sinar X 4x 3x 2,8 4,5x 4,2x 3 Standar
Tebal dinding Tebal dinding 30
Mobile diruangan BAPETEN
20cm beton cm batu bata +
atau 25 cm beton
batu bata atau
setara 2 mm
Pb
2 Pesawat Sinar X CT 6x 4x 2,8 5,8x 5,5x 3 Standar
Tebal dinding Tebal dinding 30
Scan BAPETEN
20cm beton cm batu bata +
atau 25 cm beton + 2mm Pb
batu bata atau
setara 2 mm
Pb
3 Ruangan Kamar 3x 2x 2,8 3x 2x 3 Standar
Sirkulasi Sirkulasi udara
gelap BAPETEN
udara dan dan tersedia air
tersedia air bersih
bersih
23
Pintu ruang pesawat Sinar X harus diberi penahan radiasi yang
cukup sehingga terproteksi dengan baik. Pintu terbuat dari tripleks
dengan tebal tertentu yang ditambah lempengan Pb setebal 1-1,5 mm
3.5.4 Tanda Radiasi
Tanda-tanda peringatan. Persyaratan untuk tanda-tanda peringatan
terletak di posisi yang tepat dan memperlihatkan
a. Peruntukan daerah
b. Sifat dari sumber radiasi
c. Risiko yang ditimbulkan
d. Tanda bagi ibu hamil
24
Keselamatan radiasi adalah tindakan yang dilakukan
untuk melindungi pasien, pekerja, anggota masyarakat, dan
lingkungan hidup dari bahaya radiasi.
Proteksi radiasi adalah tindakan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang
merusak akibat paparan radiasi.
Tujuan Keselamatan Radiasi adalah:
4.1.1 Mencegah terjadinya efek non stokastik yang membahayakan dan
membatasi peluang terjadinya efek stokastik pada suatu nilai yang
dapat diterima oleh masyarakat.
4.1.2 Untuk menyakinkan bahwa pekerjaan atau kegiatan yang berkaitan
dengan panyinaran radiasi dapat dibenarkan.
Prosedur Kerja
1. Komisioning
Apabila suatu pesawat sinar X diagnostic yang baru dipasang atau
pemasangan kembali di lokasi yang baru atau pesawat Sinar X yang
mengalami perbaikan besar atau dilakukan modifikasi struktur yang
dilakukan pada Instalasi, maka instalasi tersebut tidak boleh dilakukan
komisioning tanpa pemeriksaan radiologi oleh petugas proteksi radiasi
atau orang lain, yang oleh instansi berwenang dianggap mampu dalam
proteksi dan keselamatan operasional pada Instalansi Sinar X. laporan
hasil pemeriksaan tersebut harus disimpan untuk diberikan pada saat
inspeksi oleh instansi yang berwenang.
2. Inspeksi Periodik
Inspeksi secara periodic terhadap peralatan sinar X, baju pelindung
Pb(apron) dan hal yang menyangkut keselamatan atau penahan radiasi
ruangan pesawat sinar X harus dilakukan perbaikan dalam hal adanya
komponen yang rusak atau hal yang berhubungan dengan keselamatan
radiasi. Laporan hasil inspeksi tersebut harus disimpan.
3. Operasi Peralatan Sinar X
a. Peralatan Sinar X harus dioperasikan dengan radiasi primer (berkas
utana) diarahkan ke daerah dengan factor penempatan minimum.
b. Peralatan Sinar X yang lebih dari satu 1 dalam satu ruangan yang
sama harus memperhatikan hal diatas.
25
c. Hanya pasien yang mendapatkan oenyinaran radiologi boleh
berada dalam ruangan, kecuali dalam hal yang disebutkan poin
pembantu pasien.
4. Penel Kontrol
Apabila panel control dalam satu ruangan dengan pesaawat Sinar x
itu sendiri maka panel control harus ditempatkan sejauh mingkin dari
pesawaat sinar x itu dan diberi perisai proteksi ( tabir operator)
5. Perabotan dan Peralatan Lain
a. Agar ruangan pesawat Sinar X hanya diisi dengan perabotan yang
penting saja dan fasilitas yang di perlukan untuk pemeriksaan,
sedemikinan sehingga tidak diperkenankan orang yang tidak
berkepentingan atau pasien dalam ruangan.
b. Ruangan pesawat Sinar X tidak boleh digunakan sebagai kantor
atau tujuan lain selain untuk pemeriksaan radiologi.
6. Pembatasan Arah Sinar X
Arah berkas sinar utama dari pesawat Sinar X tidak boleh
diarahkan ke panel control atau daerah lain yang tidak cukup penahan
radiasi atau yang hanya dipersiapkan untuk radiasi hambur.
7. Pembantu Pasien
a. Untuk membantu memengang pasien anak-anak atau orang yang
lemah pada saat penyinaran harus dilakukan oleh orang dewasa
sebagai keluarga bukan oleh petugas.
b. Apron dan sarung tangan harus dikenakan pada mereka, peralatan
imobilisasi sebaiknya digunakan untuk menghindari pergerakan anak
selama penyinaran.
c. Dalam kasus apaun maka film atau tabung tidak boleh dipegang.
8. Keselamatan Petugas
Semua usaha harus dilakukan dalam melaksanakan penyinaran
sinar X sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang baik dengan
paparan minimum pada pasien dan petugas.
9. Petugas Operasional
a. Selama penyinaran, tidak seorangpun kecuali petugas yang
berhubungan dan pasien berada dalam ruang penyinaran.
b. Pesawat Sinar X dilarang dioperasikan oleh petugas yang tidak
berwenang.
10. Peralatan Mobil
26
Peralatan Sinar X Mobil agar digunakan dengan peralatan
keselamatan yang cukup untuk melindungi pasien dan
sekitarnya.Untuk mencapai hal tersebut yaitu dengan fakor
penempatan yang minimum, jarak maksimum dari daerah kerja dan
penahan radiasi temporer harus digunakan untuk tujuan ini.
11. Unit Perbaikan
a. Perbaikan pesawat Sinar X harus dilakukan oleh teknisi yang telah
diberi mandate oleh penguasa yang berwenang. Teknisi tersebut
mempunyai keahlian dan latar belakang proteksi radiasi untuk
mengerjakan pekerjaan dengan aman.
b. Sebagai tambahan dengan peralatan monitoring personil, petugas
tersebut harus menggunakan surveymeter radiasi yang sesuai dan
dosimeter bacaan langsung untuk verifikasi dari kondisi kerjanya.
27
berlaku untuk pekerja radiasi dan anggota masyarakat.Nilai NBD
tidak berlaku untuk pasien dan pendamping pasien.
Ya
AaphjklhkjgApakah ada pekerja yang
dapat menerima dosis radiasi
28
orang yang berada dekat dengan daerah tersebut tetap menjaga
jarak tertentu.
29
minimum, waktu dan arus minimum serta pengalaman dalam adaptasi
terhadap kegelapan.
30
Pembantu atau pendamping Pasien bertugas:
a. Untuk membantu memengang pasien anak-anak atau orang yang
lemah pada saat penyinaran harus dilakukan oleh orang dewasa
sebagai keluarga bukan oleh petugas.
b. Apron dan sarung tangan harus dikenakan pada mereka, peralatan
imobilisasi sebaiknya digunakan untuk menghindari pergerakan anak
selama penyinaran.
c. Dalam kasus apaun maka film atau tabung tidak boleh dipegang.
31
a. tindakan protektif untuk mencegah terulangnya Paparan Darurat,
paling kurang melalui:
1. uji kesesuaian dan perbaikan pesawat sinar-X; dan/atau
2. perbaikan perangkat lunak.
b. penanganan dan pemulihan pasien atau pekerja yang mendapat
Paparan Radiasi berlebih.
(4) Rencana penanggulangan keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), harus disusun dalam program proteksi dan keselamatan
radiasi sesuai dengan yang tercantum dalam Lampiran I yang tidak
terpisahkan dalam Peraturan Kepala BAPETEN ini.
Pasal 63
(1) Pemegang Izin harus melaksanakan pencarian fakta segera setelah
terjadinya Paparan Darurat.
(2) Pencarian fakta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. analisis penyebab kejadian;
b. perhitungan atau kajian Dosis yang diterima; dan
c. tindakan korektif yang diperlukan untuk mencegah terulangnya
kejadian serupa.
(3) Hasil pencarian fakta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
dicatat di dalam logbook
Kecelakaan radiasi adalah kejadian tak terduga yang mengakibatkan
seseorang atau lebih menerima dosis penyinaran yang melebihi NBD
1. Penyinaran khusus direncanakan
Penyinaran yang dapat melebihi salah satu NBD untuk pekerja radiasi,
yang secara khusus dibolehkan untuk diterima dalam situasi tertentu
dalam operasi normal, apabila alternative lain secara teknis yang tidak
mengakibatkan penyinaran lebih tersebut tidak dapat digunakan.
2. Penyinaran akibat kecelakaan
Penyinaran yang diterima secara tidak sengaja dan dapat melebihi
salah satu NBD untuk pekerja radiasi.
3. Penyinaran dalam keadaan darurat
Penyinaran yang dapat dibenarkan diterima dalam keadaan darurat,
yang dimaksud untuk memberikan pertolongan terhadap seseorang
yang terancam keselamatannya, mencegah terjadinya penyinaran
terhadap sejumlah besar orang, atau menyelamatkan instalasi berharga,
dimana salah satu NBD untuk pekerja radiasi dapat dilampaui, dan
batas penyinaran khusus yang direncanakan mungkin juga terlampaui,
32
penyinaran dalam keadaan darurat tersebut hanya dibolehkan untuk
para sukarelawan.
4.5.1 Penyinaran radiasi terhadap pekerja akibat kecelakaan atau
keadaan darurat
1. Besarnya dosis yang diterima akibat kecelakaan dan dalam
keadaan darurat harus dimasukan dalam kartu kesehatan
2. Harus diusahakan agar dosis dan dosis terikat yang diterima
akibat kecelakaan dan yang diterima dalam keadaan darurat
dicatat terpisah pada pencatatan dosis
3. Penanggulangan keadaan darurat harus dilaksanakan oleh
pekerja yang bersedia sukarela, setelah diberi petunjuk dan
mengetahui tentang resiko yang mungkin terjadi.
BAB V
REKAMAN DAN LAPORAN
33
(1) Pemegang Izin harus membuat, memelihara dan menyimpan Rekaman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) yang terkait dengan
proteksi dan keselamatan radiasi.
(2) Rekaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. data inventarisasi pesawat sinar-X;
b. catatan dosis yang diterima personil setiap bulan;
c. hasil pemantauan laju Paparan Radiasi di tempat
b. kerja dan lingkungan;
a. uji kesesuaian pesawat sinar-X;
b. kalibrasi dosimeter perorangan pembacaan langsung;
c. hasil pencarian fakta akibat Kecelakaan Radiasi;
d. penggantian komponen pesawat sinar-X;
e. pelatihan yang paling kurang memuat informasi:
nama personil;
tanggal dan jangka waktu pelatihan;
topik yang diberikan; dan
fotokopi sertifikat pelatihan atau surat keterangan.
i. hasil pemantauan kesehatan personil.
(3) Rekaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dicantumkan dengan
jelas di dalam program proteksi dan keselamatan radiasi.
Pasal 66
Laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) meliputi laporan
mengenai pelaksanaan:
a. program proteksi dan keselamatan radiasi, verifikasi keselamatan; dan
b. Intervensi terhadap Paparan Darurat.
Pasal 67
(1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 huruf a harus
disampaikan secara tertulis oleh Pemegang Izin kepada Kepala
BAPETEN.
(2) Laporan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang
meliputi:
a. hasil pemantauan Dosis untuk Radiologi Intervensional;
b. hasil uji kesesuaian pesawat sinar-X; dan
34
c. perbaikan dan/atau penggantian komponen pesawat sinar-X, yang
paling kurang meliputi:
1. panel kontrol;
2. filter;
3. kolimator; dan
4. lampu kolimator
(3) Laporan tertulis untuk hasil pemantauan Dosis untuk Radiologi
Intervensional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a harus
dilaporkan kepada Kepala BAPETEN paling kurang sekali dalam 1 (satu)
tahun.
(4) Laporan tertulis untuk hasil uji kesesuaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b dan perbaikan dan/atau penggantian komponen pesawat
sinar-X sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diatur dengan
Peraturan Kepala Bapeten tersendiri.
35
b. Radiasi pesawat sinar X tidak berhenti setelah penyinaran selesei
c. Pesawat sinar X menyala secara tidak sengaja
d. Operator gagal menghentikan penyinaran pesawat yang dikendalikan
secara manual
e. Terjadi kegagalan atau kerusakan lainnya yang mengakibatkan
terjadinya penyinaran sinar X secara tidak terkendali.
5.2.2 Rencana penanggulangan untuk setiap kemungkinan keadaan darurat.
Rencana penanggulangan ini harus bersifat fleksibel, mengingat kondisi
lapangan bervariasi terutama pada radiografi fasilitas terbuka. Rencana
ini harus memuat sekurang-kurangnya:
a. Kapan rencana penanggulangan dijalankan , parameter keselamatan
apa yang dipantau dan kriteria untuk mengaktifkan rencana
penganggulangan
b. Peralatan penganggulangan yang digunakan
c. Personil yang melaksanakan sesuai dengan kompetensi dan pelatihan
yang telah diterima
d. Identifikasi kontak tanggap darurat yang harus dihubungi (mulai dari
manajer, PI, BAPETEN.)
5.2.3 Mekanisme dan jangka waktu pelaporan kepada pihak yang terkait
(PI,Klien radiografi, BAPETEN) jika terjadi keadaan darurat. Laporan
pencarian keterangan mengenai paparan darurat harus disampaikan
secara tertulis kepada kepala BAPETEN paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah terjadinya keadaan darurat.
36