You are on page 1of 7

6 Keunikan Tari Saman yang Menciptakan Daya Tarik

Tersendiri bagi Banyak Orang

Indonesia dikenal memiliki beraneka ragam jenis budaya, salah satunya adalah tarian. Berbagai jenis
tarian dari setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki ciri khas dan keunikan yang berbeda. Masing-
masing tarian tersebut memiliki daya tarik tersendiri.
Aceh merupakan salah satu daerah yang memiliki jenis tarian unik yang disebut tari saman. Tari saman
ini adalah tarian yang berasal dari Suku Gayo, Aceh yang mulai dikenal sejak abad ke-14. Tari saman ini
sering pula disebut tari tangan seribu.
Tari saman memiliki beberapa keunikan ditinjau dari beberapa aspek. Keunikan tari saman tersebut antara
lain:
1. Tari saman adalah salah satu tarian yang dimaksudkan sebagai media dakwah karena tarian ini
mencerminkan
keagamaan, pendidikan,
sopan santun,
kekompakan
dan kebersamaan.
2. Tari saman umumnya
ditampilkan tanpa
iringan musik. Tarian ini
menggunakan suara dari
para penari dan gerakan
yang dilakukan penari
seperti tepuk tangan,
memukul dada maupun
paha.
3. Gerakan tari saman
menggunakan dua unsur
gerak yakni tepuk tangan
dan tepuk dada. Uniknya tarian ini dikarenakan hanya menampilkan gerakan tepung tangan dan
gerakan lain seperti gerak guncang, kirep lingan, dan lain-lain.
4. Tari saman biasanya dimainkan oleh para kaum laki-laki, akan tetapi seiring perkembangan zaman
mulai banyak wanita yang memainkan tarian ini. Jumlah penari bervariasi umumnya antara 8 orang
bahkan lebih.
5. Kostum yang digunakan untuk penari sama terbagi atas tiga bagian yakni pada kepala berupa bulung
teleng, pada badan berupa baju pokok atau baju kerawang, cela dan kain sarung serta pada tangan berupa
topeng gelang, sapu tangan.
6. Syair yang digunakan dalam tarian saman menggunakan bahasa Arab dan Aceh yang memuat pesan
dakwah, nasihat maupun sindiran.
Beberapa hal diatas adalah sekian dari banyak keunikan tari saman. Bukan hanya unik dari segi gerakan
yang dimainkan, akan tetapi tarian ini memiliki banyak keunikan baik dari segi kostum, penari, maupun
paduan suaranya. Semoga kebudayaan Indonesia ini tetap terjaga dengan segala keunikannya.
Tarian Persembahan Melayu Kepulaun Riau

Tari persembahan merupakan salah satu tari yang menjadi kebanggaan bagi masyarakat Bintan,
tari ini sesuai dengan namanya yaitu persembahan adalah satu tarian yang gunanya untuk
mempersembahkan satu penghormatan kepada tamu yang datang. Tarian ini biasanya ditampilkan pada
acara-acara tertentu dan ditampilkan untuk menghormati dan menyambut tamu yang datang. Tari
persembahan ini identik dengan pengajuan tepak sirih kepada orang yang dihormati dan meminta untuk
mencoba sirih yang telah diberikan. Ini merupakan tradisi yang turun menurun dalam rakyat Melayu
Bintan.
Tarian ini merupakan cirri khas dari daerah Bintan dan umumnya tersebar di daerah Melayu
lainnya di Kepulauan Riau. Mengenai asal usul dan sejak kapan ditemukan tarian ini sulit diketahui
namun dipastikan tarian ini telah ada sejak masa zaman kerajaan Melayu Berjaya dan menjadi tari
persembahan kepada setiap tamu yang datang berkunjung.
Sebagai tarian persembahan dan digunakan atau ditampilkan pada saat menyambut tamu, maka
tampilan tarian ini dilakukan pada saat pertama kali tamu tersebut datang atau sebelum rangkaian acara di
mulai. Pada saat tarian dilakukan para penari menyuguhkan tepak sirih untuk dicicipi oleh sang tamu
sebagai penghormatan.
Dalam perkembangannya saat ini, setelah melalui proses panjang dan melibatkan ahli tari dan
budayawan Kepri, Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepri akhirnya mengukuhkan tari persembahan
menjadi tarian khas Kepulauan Riau. Tari dan tepuk tepung tawar ini akan digunakan menyambut tamu
kehormatan pada setiap acara. Sesuai tari persembahan yang dikukuhkan menjadi ciri khas Kepulauan
Riau itu hanya satu tamu yang akan menerima pemberian sirih. Tidak seperti selama ini hampir semua
yang duduk di kursi paling depan, termasuk tuan rumah, mendapatkan sirih dari penari persembahan. Tari
persembahan yang ditetapkan LAM akan menjadi acuan di seluruh Kepri, dan akan menjadi salah satu
kearifan lokal.
Dengan dasar pemikiran untuk mengungkapkan rasa suka cita dan hati yang tulus untuk
menyambut tamu yang datang berkunjung ke Riau, maka sebuah tari yang dipersembahkan pada
penyambutan tamu yang dihormati dengan diberi nama Tari Makan Sirih, yang beberapa kurun waktu
kemudian nama tari Makan Sirih diganti dengan nama Tari Persembahan sampai saat ini.
Tari yang diciptakan pada tahun 1957 ini sangat dilestarikan sebagai ciri khas dari Provinsi Riau.
Penyajian Tari Persembahan di setiap Kabupaten Kota di Provinsi Riau memilki beberapa perbedaan.
Oleh karena itu ada beberapa peneliti penyajian Tari Persembahan PekanbaruPembakuan Tari
Persembahan, yang bertujuan agar tidak ada lagi perbedaan dalam penyajian tari persembahan di setiap
daerah yang ada di Provinsi Riau, yang sebelumnya memiliki banyak perbedaan di setiap daerah, mulai
dari ragam gerak, properti, busana, serta cara penyuguhan tepaksirih yang tidak sesuai dengan aturan
yang diciptakan oleh sang pencipta Tari Persembahan ini dirangkai dengan gerak Lenggang Melayu
patahsembilan dan mempergunakan rentak langgam Melayu dengan lagu MakanSirih. Tari
persembahan dipersembahkan untuk tamu yang dihormati dengan maksud untuk menyampaikan ucapan
terima kasih serta memberikan kehormatan dengan ikhlas sambil membawa tepak sirih, lengkap dengan
sirih adatnya, yang merupakan simbol keterbukaanmasyarakat Melayu Riau kepada tamu
yangdihormati.Tari persembahan memiliki simbol dan makna yang tidak terpisahkan dariadat istiadat,
kepercayaan serta kebiasaan sehari-hari masyarakat Melayu Riau.
Bentuk dan simbol terang-teranganmemasukkan pakaian, bahasa, musik, tipe rumah dan agama.
Samahalnya dengan simbol dan maknaTari Persembahan yang dapat dilihat dari pola penyajian, mulaidari
gerak seperti :
1.gerakan selembayung yang merupakan bentuk dari atap rumah masyarakat melayu Riau
2.gerakan dari balam dua sekawan yang mengandung makna kesetiaan dan kebersamaan.
3.gerakan lenggang melayu patah sembilan dipersembahkan untuk tamu yang dihormati dengan maksud
untuk menyampaikan ucapan terimakasih.
KEUNIKAN TARI PIRING

Tari piring...mendengar namanya pasti sudah banyak yang mengenal tari ini tapi sudahkah anda
mengenal lebih jauh tari piring.

Tari piring dalam bahasa minangkabau disebut tari piriang merupakan salah satu tarian tradisional
di minangkabau yang berasal dari kota solok,provinsi sumatera barat.
tari ini menggunakan alat piring sebagai media penarinya.kemudian piring tersebut digerakkan dengan
cepat dan di ayunkan tanpa terjatuh sama sekali dari genggaman para penarinya.

Sejarah singkat
pada awalnya tarian ini digunakan sebagai wujud rasa syukur masyarakat kepada dewa-dewa
setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah.ritual ini dilakukan dengan membawa sesaji dalam
bentuk makanan adat dengan bunga-bunga dan diletakkan didalam piring sembari melangkah dengan
gerakan yang dinamis.setelah ajaran islam memasuki pulau minangkabau,tradisi tari piring tidak lagi
digunakan sebagai ritual-ritual rasa syukur kepada dewa-dewa.melainkan tari tersebut digunakan sebagai
sarana hiburan masyarakat dan banyak ditampilkan pada acara keramaian

GERAKAN
untuk gerakan tari piring umumnya adalah dengan meletakkan kedua buah piring di atas telapak
tangan yang kemudian digerakkan dengan diayunkan cepat secara teratur,dan diselingi dentingan piring
atau dentingan cincin di jari masing-masing penari yang di ketukkan ke piring.pada akhir tarian,biasanya
para penari melempar piring ke lantai dan menari di atas pecahan piring tersebut

MUSIK
alat yang digunakan untuk
mengiringi tari ini adalah talempong dan
saluang.jumlah penarinya biasa ganjil terdiri
dari 3 sampai 7 orang.kombinasi musik yang
cepat dipadukan dengan gerak para
penari yang lincah membuat orang yang
melihatnya terpesona.semoga
bermanfaat.

Keunikan Kesenian Tari


Topeng Jawa Barat
Tari topeng merupakan tarian yang dikenal di seluruh penjuru
dunia. Di berbagai Negara ada banyak tari topeng. Namun antara
Negara/daerah satu dengan lainya memiliki ciri dan karakteristik yang
berbeda-beda pula.

Sesuai namanya tari topeng merupakan tarian yang menggunakan


topeng sebagai penutup muka/wajah. Topeng sendiri telah ada di dunia
sejak zaman pra-sejarah. Secara luas digunakan dalam tari yang menjadi
bagian
dari upacara
adat atau

penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur. Diyakini bahwa


topeng berkaitan erat dengan roh-roh leluhur yang dianggap sebagai
interpretasi dewa-dewa. Pada beberapa suku, topeng masih menghiasi
berbagai kegiatan seni dan adat sehari-hari.

Cerita klasik Ramayana dan cerita Panji yang berkembang sejak


ratusan tahun lalu menjadi inspirasi utama dalam penciptaan topeng di
Jawa. Topeng-topeng di Jawa dibuat untuk pementasan sendratari yang
menceritakan kisah-kisah klasik tersebut.
Tari Lumense Tarian Daerah Bombana Sulawesi Tenggara

Pengertian Tari Lumengse Tarian Yang Berasal Dari Daerah Bombana Sulawesi Tenggara

Tari ini tepatnya berasal dari Tokotu'a, Kabupaten Bombana kecamatan Kabaena Sulawesi Tenggara. Arti
kata lumense berasal dari bahasa daerah setempat yang terdiri dari dua kata yakni lume artinya terbang
dan mense artinya tinggi. Sehingga lumense dapat diartikan terbang tinggi.

Asal-usul

Awalnya Tari Lumense dilakukan dalam upacara ritual pe-olia. Ritual penyembahan roh halus yang
disebut kowonuano (penguasa negeri) dengan menyajikan aneka jenis makanan. Ritual ini dimaksudakan
agar kowonuano berkenan mengusir segala macam bencana. Penutup dari ritual tersebut adalah dengan
menebang pohon pisang.

Selain di bombana tarian ini juga sering ditampilkan pada masa kekuasaan Kesultanan Buton. Dan seiring
perkembangan jaman fungsi tari Lumense pun mulai bergeser. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
makna dari tari Lumense menceritakan tentang kondisi sosial masyarakat Kabaena saat ini. Dengan corak
produksi bercocok tanam atau bertani. Masyarakat masih melakukan pola tradisional yaitu membuka
hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Sementara parang yang dibawa oleh para pria menggambarkan
para pria yang berprofesi seorang petani.

Simbol pohon pisang dalam tarian ini bermakna bencana yang bisa dicegah. Oleh karena itu klimaks dari
tarian ini adalah menebang pohon pisang. Saat ini tari lumense bukan lagi dianggap sebagai ritual. Akan
tetapi, tari Lumense masih dianggap memiliki nilai spiritual. Masyarakat setempat menganggap tari
lumense adalah tari penyembuh.

Penari
Tari ini ditarikan secara berkelompok oleh kelompok perempuan yang berjumlah 12 orang, 6 orang
berperan sebagai laki-laki dan 6 lainnya berperan sebagai perempuan.

Kostum
Kostum yang digunakan penari menggunakan busana adat Tokotu'a atau Kabaena. Penari yang berperan
sebagai perempuan memakai rok berwarna merah maron dan atasan baju hitam. Baju ini disebut dengan
taincombo dengan bagian bawah baju mirip ikan duyung. Sedangkan penari yang berperan sebagai laki-
laki memakai taincombo yang dipadukan dengan selendang merah dan memakai korobi (sarung parang
dari kayu) yang disandang di pinggang sebelah kiri.

Tari Topeng Klana

Tari Topeng Cirebon adalah salah satu tarian di tatar Parahyangan. Kesenian ini merupakan
kesenian asli daerah Cirebon, termasuk Indramayu, Jatibarang, Losari, dan Brebes. Di Cirebon, tari
topeng ini sendiri banyak sekali jenisnya, dalam hal gerakan maupun cerita yang ingin disampaikan.
Terkadang tari topeng dimainkan oleh saru penari tarian tunggal, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa
orang.
Salah satu jenis tari topeng yang berasal dari Cirebon adalah Tari Topeng Klana. Tarian ini
merupakan semacam bagian lain dari tari topeng cirebon lainnya yaitu Tari Topeng Kencana Wungu.
Adakalanya kedua tari Topeng ini disajikan bersama, biasa disebut dengan Tari Topeng Klana Kencana
Wungu.
Tari Topeng Klana merupakan rangkaian gerakan tari yang menceritakan Prabu Minakjingga
(Klana) yang tergila-gila pada kecantikan Ratu Kencana Wungu, hingga kemudian berusaha mendapatkan
pujaan hatinya. Namun upaya pengejarannya tidak mendapat hasil.
Kemarahan yang tak bisa lagi disembunyikannya kemudian membeberkan segala tabiat
buruknya. Inilah kiranya yang menginspirasi Nugraha Soeradiredja ketika menciptakan Tari Klana.
Pada dasarnya, bentuk dan warna topeng mewakili karakter atau watak tokoh yang dimainkan.
Klana, dengan topeng dan kostum yang didominasi warna merah mewakili karakter yang tempramental.
Dalam tarian ini, Klana yang merupakan orang yang serakah, penuh amarah, dan tidak bisa menjaga hawa
nafsu divisualisasikan dalam gerakan langkah kaki yang panjang-panjang dan menghentak. Sepasang
tangannya juga terbuka, serta jari-jari yang selalu mengepal.
Sebagian gerak tarinya menggambarkan seseorang yang gagah, mabuk, marah, atau tertawa
terbahak-bahak. Tarian ini biasa dipadukan dengan irama Gonjing yang dilanjutkan dengan Sarung Ilang.
Pola pengadegan tarinya sama dengan topeng lainnya, terdiri atas bagian baksarai (tari yang belum
memakai kedok) dan bagian ngedok(tari yang memakai topeng).
Tepat sebelum bagian akhir tarian ini, penari biasanya berkeliling kepada tamu yang datang untuk
meminta uang. Ia berkeliling dengan mengasonkan topeng yang dipakainya sebagai wadah uang
pemberian penonton. Bagian ini disebut dengan Ngarayuda atau Nyarayuda, simbol dari raja kaya raya
yang masih tidak merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, hingga terus merampas sebanyak-
banyaknya harta rakyat kecil tanpa mempeduikan hak-haknya.
Tari Topeng Klana kadang disebut Tari Topeng Rowana, mengacu pada tokoh Rahwana dalam
cerita Ramayana yang memiliki kesamaan karakter. Tetapi ini jelas berbeda, karena tokoh Rowana ada
dalam Tari Topeng Panji.

You might also like