You are on page 1of 3

1.

Ibu obesitas sebelum hamil

Berdasarkan penelitian ditemukan hubungan antara ibu yang memiliki berat badan lebih
sebelum hamil dengan anak yang obesitas. Hawkins et al menemukan bahwa anak yang lahir
dari ibu yang memiliki berat badan lebih sebelum hamil memiliki risiko 1.37 kali untuk obesitas
pada usia 3 tahun dibandingkan dengan anak yang lahir dari ibu dengan berat badan normal.
Reilly et al menemukan bahwa ibu yang memiliki berat badan lebih sebelum hamil memiliki
risiko 2.36 kali memiliki anak yang akan obesitas pada usia 9 sampai 14 tahun dibandingkan
dengan ibu yang tidak memiliki berat badan lebih. Berat badan ibu yang berlebih sebelum hamil
memiliki faktor risiko yang tinggi untuk terjadinya obesitas pada anak. Hal ini dipengaruhi oleh
genetik dan gaya hidup ibu sebelum hamil. Beberapa gen dapat mempengaruhi pengaturan
homeostatis dan keseimbangan energi yang menyebabkan terjadinya obesitas pada anak.
Meskipun, mekanisme bagimana lingkungan dapat mempengaruhi pengaturan homeostasis dan
pengaturan berat badan masih belum diketahui (Stephen et al, 2012).

2. Berat badan lebih saat lahir

Berdasarkan beberapa penelitian yang mengidentifikasi berat badan lebih saat lahir
memiliki faktor risiko untuk terjadinya obesitas pada anak. Secara keseluruhan, enam dari tujuh
penelitian menemukan hubungan yang kuat antara berat badan lebih saat lahir dengan obesitas
pada anak. Dubois dan Girard menemukan bahwa bayi baru lahir dengan berat 4000 g memiliki
risiko obesitas 2.3 kali pada usia 4.5 tahun dibandingkan dengan bayi baru lahir yang memiliki
berat 3000-4000 g. Rooney et al menemukan bahwa bayi baru lahir dengan berat 3600 g
memiliki risiko obesitas 2.17 kali pada usia 4 dan 5 tahun. Ye et al menemukan bahwa bayi baru
lahir dengan berat 4250 g memiliki risiko obesitas 2.17 kali pada usia 3-tahun. Hawkins et al
menemukan setiap peningkatan 1 unit Z-score berat badan bayi baru lahir, risiko untuk obesitas
pada usia 3 tahun meningkat 1.36 kali. Jones-Smith menemukan bahwa setiap 1 unit peningkatan
Z-score, risiko obesitas pada usia 4 dan 6 tahun meningkat menjadi 7.62 kali. Reilly et al
menemukan bahwa setiap peningkatan 100g berat badan bayi baru lahir, risiko obesitas pada usia
7 tahun meningkat 1.05 kali. Peningkatan berat badan bayi baru lahir yang cepat dipengaruhi
oleh nutrisi yang diberikan dan faktor lingkungan (Hong et al, 2012).
3. Peningkatan berat badan ibu yang berlebih selama hamil

Berdasarkan penelitian, bayi baru lahir dengan peningkatan berat badan yang tinggi per
bulan dari 0 sampai 5 bulan memiliki risiko obesitas 3.9 kali pada usia 4.5 tahun. Rooney et al
menemukan bahwa peningkatan berat badan yang tinggi dari lahir sampai usia 5 bulan
berhubungan dengan peningkatan risiko obesitas 1.63 kali pada usia 9 dan 14 tahun.

4. Ibu yang merokok selama hamil

Kebiasaan ibu saat hamil seperti merokok, dapat menyebabkan obesitas pada anak.
Berdasarkan metaanalisis dari 7 studi prospektif ditemukan bahwa merokok pada saat hamil
meningkatkan risiko obesitas pada anak sebanyak 47%. Hasil ini sebanding dengan metaanalisis
yang dilakukan sebelumnya pada 14 studi observasional yang dilakukan oleh Oken et al,
merokok pada saat hamil meningkatkan risiko obesitas pada anak sebanyak 50 %. Pajanan asap
rokok dapat meningkatkan risiko terganggunya perkembangan dan pertumbuhan janin. Meskipun
merokok pada saat hamil menyebabkan terganggunya pertumbuhan janin dalam rahim, beberapa
studi menemukan bahwa bayi tersebut dapat mengalami kenaikan berat badan yang cepat setelah
lahir (Oken et al, 2008).

5. Pemberian ASI

Berdasarkan metaanalisis pada 10 studi prospektif dilaporkan bahwa pemberian ASI


kapanpun pada tahun pertama kehidupan mengurangi risiko obesitas 22% dibandingkan dengan
anak tanpa pemberian ASI. Hal ini disebabkan karena di dalam ASI terdapat faktor bioaktif yang
tidak terdapat pada susu formula yaitu leptin dan glherin. Faktor bioaktif tersebut dapat
mempengaruhi proliferasi dan diferensiasi sel adiposit sehingga tidak terjadi penumpukan
jaringan lemak pada tubuh dan hal ini dapat mencegah terjadinya obesitas (Stephen et al, 2012).
Efek kardiovaskular

Berdasarkan penelitian terdapat hubungan antara anak obesitas dengan risiko penyakit
kardiovaskular seperti hipertensi, dyslipidemia dan resistensi insulin. Anak dengan obesitas
memiliki risiko yang tinggi untuk memiliki kadar profil lemak yang abnormal, terutama anak
dengan presentase lemak tubuh atau lingkar pinggang yang lebih. Profil lemak menunjukkan
kadar trigliserida yang tinggi dan kadar HDL yang rendah. LDL biasanya normal. Selain itu,
anak dengan obesitas memiliki risiko tiga kali lebih besar untuk menderita hipertensi
dibandingkan anak tanpa obesitas (Tracey 2009).

Berdasarkan laporan Bogalusa Heart Study anak yang berusia 5 sampai 17 tahun dengan
BMI yang lebih memiliki risiko yang tinggi terhadap penyakit kardiovaskular. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Bogalusa Heart Study, BMI merupakan faktor yang paling berhubungan
dengan kadar insulin. 40% anak dengan BMI lebih dari presentil 99 th memiliki kadar insulin
yang tinggi. Resistensi insulin dan hiperinsulinemia menjadi pemicu diabetes tipe 2. Hal ini
menyebabkan prevalensi diabetes tipe 2 meningkat secara drastis pada anak terutama anak
dengan obesitas (tracey, 2009).

You might also like