You are on page 1of 10

Dalam Islam, najis merupakan benda yang dianggap kotor.

Najis adalah apa saja yang keluar


dari dua lubang manusia berupa tinja, urin, air madzi dan wadyu. Kotoran dari semua hewan
yang dagingnya tidak boleh dimakan. Darah, nanah dan air muntah yang telah
berubah.Begitu juga semua bangkai dan organ tubuhnya kecuali kulitnya (Jabir Al-Jazairi,
2009). Oleh karena itu, wajib dibersihkan
. Hal ini
karena
najis menghalangi
seseorang
untuk
beribadah
kepada Allah S
WT
.
Dari
uraian tentang hal
-
hal yang menjadi najis, s
alah satu
yang menjadi kontroversi di
masyarakat adalah
urin
bayi.
Urin
bayi menjadi kontroversi karena terdapat perbedaan
perlakuan antara cara membersihkan najis pada
urin
bayi perempuan dan
urin
bayi laki
-
laki
.
Urin
bayi perempuan yang baru lahir langsung dikelompokkan ke dalam najis mutawasith
sedangkan
urin
bayi la
ki
-
laki merupakan najis mukhofafah.
Najis mukhofafah merupakan
najis ringan, dimana cara mensucikannya adalah dengan memercikkan air bersih pada be
nda
yang terkena najis tersebut. Sedangkan najis mutawasith
digolongkan
ke dalam najis sedang,
cara membersihkannya harus
lah dengan
dicuci
, sehingga hilang bau, warna dan rasanya
.
Dengan adanya perbedaan perlakuan dari najis
urin
bayi ini, hal ini menjadi kontroversi
di masyarakat seperti adanya perbedaan gender antara laki
-
laki dan perempuan. Hal ini akan
mengakibatkan adanya pandangan bahwa
I
slam tidak adil. Ketentuan perbedaan perlakuan
najis ini tentu ada maksud yang terkandun
g di dalamnya. Hal ini seperti najis yang terkena
jilatan anjing. Cara menghilangkan najis ini adalah dengan tanah dan kemudian
membasuhnya dengan air. Berdasarkan penelitian ilmiah diperoleh bahwa dengan
penggunaan tanah dapat mematikan bakteri yang terda
pat pada air
liur anjing. Sedangkan
dengan si
stem yang
lain, bakteri tersebut tidak bi
s
a
mati.
Ada beberapa fakta yang mengungkapkan terdapatnya perbedaan perlakuan ini karena
adanya perbedaan
urin
bayi laki
-
laki dan perempuan. Dalam
Tu
h
fat al
-
Mawdd
karya Ibn al
-
Qayyim (1292

1349 M) (Arifin, 2013) kata Ibn al


-
Qayyim,
urin
bayi perempuan relatif lebih
padat daripada
urin
bayi laki
-
laki, karena suhu panas pada alat kelamin bayi laki
-
laki relatif
lebih tinggi daripada perempuan. Dan itu berpengaruh ju
ga meringkankan bau
urin
bayi laki
-
laki lebih ringan daripada bau
urin
bayi perempuan. Selain dari itu,
perbedaan antara
urin
bayi
lelaki dengan
urin
bayi wanita adalah
urin
bayi wanita baunya menyengat, jauh lebih kuat
2
baunya dari bayi lelaki yang hampir
tidak berbau, sehingga dibedakan cara pembersihannya
(Antoro, 2012

Annonimous. 2012. Najis dan Cara Mensucikan.


www.alkhoirot.net/2012/05/najis.html
.
[8
Mei 2014]

Tuasikal
, M.A. 2010. Macam
-
Macam Najis.
muslim.or.id/fiqh
-
dan
-
muamalah/
macam
-
macam
-
najis.html
. [8 Mei 2014]
Tuasikal
, M.A. 2010. Cara Membersihkan Najis.
muslim.or.id/fiqh
-
dan
-
muamalah/cara
-
membersihkan
-
najis.html
. [8 Mei 2014]
Adapun dalil khusus yang menunjukkan air kencing bayi najis diantaranya adalah hadis
berikut;

(12 /56)

dari Ummu Kurz Al Khuzaiyyah dia berkata, Nabi shallallahu alaihi wasallam ditangankan
kepada beliau seorang bayi laki laki yang kemudian mengencinginya, beliau lalu
memerintahkan untuk memercikinya, lantas sisa kencingnya itu pun diperciki air. Dan
didatangkan kepada beliau pula seorang bayi perempuan, ketika bayi itu mengencinginya,
beliau memerintahkan untuk mencucinya,. (H.R.Ahmad)
A. Konsep Tumbuh Kembang Pada Anak Usia Prasekolah

1. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek fisik

Pada akhir tahun ke 2, pertumbuhan tubuh dan otak lambat, dengan penurunan yang
seimbang pada kebutuhan nutrisi dan nafsu makan antara usia 2 dan 5 tahun, rata-rata
pertambahan berat badan anak kira-kira 2 kg dan tinggi 7 cm. Setiap tahun bagian utama
perut anak menjadi rata dan tubuh menjadi lebih langsing. Puncak energi fisik dan kebutuhan
tidur menurun sampai 11-13 jam/24 jam, biasanya termasuk sekali tidur siang. Ketajaman
penglihatan mencapai 20/30 pada usia 3 tahun. 20 gigi primer telah muncul pada usia 3 tahun
(Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal 60-69).

Proporsi fisik tidak lagi menyerupai anak todler dalam posisi jongkok dan perut yang
gembung. Postur tubuh anak prasekolah lebih langsing tetapi kuat, anggun, tangkas dan
tegap. Hanya ada sedikit perbedaan dalam karakteristik fisik sesuai dengan jenis kelamin,
kecuali yang ditentukan oleh faktor lain seperti pakaian dan potongan rambut. Sebagaian
sistem tubuh telah matur dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan stres dan perubahan
yang moderat. Selama periode ini sebagaian anak sudah menjalani toilet training. Seluruh
gigi desidua yang berjumlah 20 harus lengkap pada usia 3 tahun. Perkembangan motorik
halus pada usia prasekolah memungkinkan anak mampu menggunakan sikat gigi dengan
baik, anak harus menggosok giginya dua kali sehari (poter dan perry,2005 hal 663).

2. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek psikososial

Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiativeguilty. Pada
masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia
terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih
terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan
dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau
berbuat (poter dan perry,2005 hal 665).

Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage)
atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak
menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang anak pada
masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan
kesalahan. Masa-masa bermain merupakan masa di mana seorang anak ingin belajar dan
mampu belajar terhadap tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan
baru juga merasa memiliki tujuan. Indikator positif pada masa ini mempelajari tingkat
ketegasan dan tujuan mempengaruhi lingkungan. Mulai mengevaluasi kebiasaan (perilaku)
diri sendiri. Sedangkan indikator negatifnya adalah kurang percaya diri, pesimis, takut salah.
Pembatasan dan kontrol yang berlebihan terhadap aktivitas pribadi. Inisiatif, mencoba hal-hal
baru, perilaku kuat, imajinatif dan intrusif, perkembangan perasaan bersalah dan identifikasi
dengan orang tua yang berjenis kelamin sama. Pembatasan akan mencegah anak dari
perkembangan inisiatif. Rasa bersalah mungkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang
berlawanan dengan orang tua. Anak perlu belajar untuk memulai aktivitas tanpa merusak
hak-hak orang lain (poter dan perry,2005 hal 665).

3. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek motorik


Aspek motorik anak usia prasekolah lebih berkembang dari usia sebelumnya. Keterampilan
motorik kasar dan halus bertambah baik. Ketrampilan motorik kasar pada anak usia 3 tahun
anak adalah dapat mengendarai sepeda roda tiga, menaiki tangga menggunakan kaki
bergantian, berdiri satu kaki selama beberapa menit dan melompati sesuatu. Pada anak usia 4
tahun anak mampu melompat dengan satu kaki, menangkap bola dan menuruni tangga
dengan kaki bergantian. Pada anak usia 5 tahun anak dapat melompat dengan kaki bergantian,
melempar dan menangkap bola, melompati tali, dan berdiri seimbang satu kaki bergantian
dengan mata tertutup (poter dan perry,2005 hal 665).

Sedangkan motorik halus pada anak usia 3 tahun anak dapat membangun menara 9 atau 10
balok, membuat jembatan dari 3 balok, meniru bentuk lingkaran, dan menggambar tanda
silang. Pada anak usia 4 tahun anak dapat merekatkan sepatu, meniru gambar bujur sangkar,
menjiplak segilima dan menambahkan 3 bagian ke dalam gambar garis. Pada anak usia 5
tahun anak dapat mengikat tali sepatu, menggunakan gunting dengan baik, meniru gambar
segilima dan segitiga, menambahkan 7 sampai 9 bagian pada gambar garis dan menulis
beberapa huruf dan angka serta nama depan (poter dan perry,2005 hal 665)

4. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek bahasa

Perkembangan bahasa terjadi paling cepat antara usia 2 dan 5 tahun. Pembendaharaan kata
bertambah dari 50-100 kata sampai 2000 lebih. Perbedaan yang penting antara percakapan,
produksi suara yang dapat dimengerti, dan bahasa, mendasari tindakan tindakan mental.
Bahasa mencakup fungsi pengungkapan maupun penilaian. Pada umumnya, masalah
percakapan lebih dapat dinilai untuk terapi dari pada masalah bahasa (Behrmaan dan
Kliegman, 2000 hal 60-69)

Bahasa adalah barometer yang kritis dari perkembangan kognitif maupun emosi. Anak yang
diperlakukan dengan kejam dan diacuhkan, dapat dikorelasikan dengan bahasa yang tertunda,
terutama kemampuan untuk menyampaikan keadaan emosi. Sebaliknya, penundaan demikian
dapat turut menimbulkan masalah perilaku, sosialisasi dan pelajaran. Bahasa memainkan
peran penting dalam pengaturan perilaku mula-mula melalui pemahaman anak terhadap
permintaan dan batas-batas orang dewasa dan kemudian melalui percakapan pribadi
dimana anak mengurangi larangan-larangan orang dewasa yang pertama kali didengar dan
kemudian dijiwai. Bahasa juga memungkinkan anak mengungkapkan perasaan, seperti marah
atau frustasi tanpa melampiaskannya; oleh karena itu, penundaan berbicara anak-anak
menunjukkan tingkat kemarahan yang lebih tinggi dan tingkah laku luar yang lain (Behrmaan
dan Kliegman, 2000 hal 60-69).

Buku-buku bergambar berperan khusus bukan saja dalam mengenalkan anak-anak tentang
kata-cetak, tetapi juga perkembangan bahasa lisan. Membaca dengan keras dengan anak
merupakan proses interaktif dimana orang tua memfokuskan perhatian anak pada gambar
tertentu, menayakan tanggapan (dengan bertanya Apa itu?), dan kemudian memberikan
jawaban (Benar, itu anjing.). tanya jawab yang rutin ini diulang berkali-kali dalam latihan
membaca buku. Seiring pertumbuhan pengalaman anak, orang tua menambah pertanyaan
lebih kompleks, meminta penggambaran (Apa warna ajing itu?) dan kemudian proyeksi
(apa yang akan dilakukan oleh anjing?). Unsur-unsur pembagian perhatian, partisipasi
aktif, tanya jawab segera, pengulangan dan penyelesaian kesukaran membuat kerutinan untuk
belajar bahasa (Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal 60-69)

5. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek kognitif


Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoperasional piaget (pralogika),
ditandai oleh pemikiran ajaib, egosentris dan pemikiran yang didominasi pleh kesadaran.
Pemikiran ajaib meliputi kerancuan dari kejadian yang kebetulan untuk sebab dan akibat,
animisme (menghubungan motivasi kepada benda mati dan kejadian) dan kepercayaan yang
tidak realistis mengenai kekuatan hasrat contoh dari pemikiran ajaib anak adalah anak
percaya bahwa orang-orang membuat hujan dengan membawa payung, bahwa matahri turun
karena lelah. (Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal 60-69)

Piaget menunjukan dominasi persepsi di atas logika dengan urutan yang terkenal dari uji coba
pengawetan dalam salah satu uji coba, air dituangkan bolak- balik dalam pot yang tinggi
dan kecil ke piring lebar yang lebih rendah. Dan anak-anak ditanya mana yang berisi lebih
banyak. Mereka selalu memilih yang lebih besar (biasanya pot yang tinggi), bahkan ketika
peneliti menunjukan bahwa tidak ada air yang telah diambil atau ditambah pada pot ataupun
piring. Salah pengertian demikian menggambarkan hipotesis perkembangan anak tentang
sifat alamiah dunia, juga kesulitan mereka dalam menyelesaikan berbagai situasi secara
serentak (Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal 60-69).

Pengetahuan anak prasekolah tentang dunia tetap berhubungan secara erat pada pengalaman
konkret (dirasa dengan perasaan). Bahkan kehidupaan mereka kaya akan fantasi didasarkan
pada pandangan tentang realistis. Pada anak usia prasekolah ditandai dengan pemikiran
perseptual yang terbatas, dimana anak menilai orang, benda dan kejadian dari penampilan
luar mereka atau apa yang tampak terjadi (poter dan perry,2005 hal 664)

B. Penyakit Dan Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah

Anak usia prasekolah kurang dapat membedakan antara diri sendiri dan orang lain. Mereka
memiliki pemahaman bahasa yang terbatas dan hanya dapat melihat satu aspek dari suatu
objek atau situasi pada satu waktu (Mary E Muscari, 2002 hal 67-69).

Untuk anak prasekolah, hospitalisasi dan penyakit merupakan pengalaman yang penuh
tekanan, utamanya karena perpisahan dengan lingkungan dimana orang lain berarti, seleksi
perilaku koping terbatas, dan perubahan status kesehatan. Tujuan utama yang penting dari
keperawatan adalah membuat suatu pengalaman yang positif (poter dan perry,2005 hal 665).
Dibawah ini merupakan reaksi anak terhadap penyakit dan hospitalisasi

1. Reaksi terhadap penyakit

Anak usia prasekolah merasa fenomena nyata yang tidak berhubungan sebagai
penyebab penyakit.

Cara berpikir magis menyebabkan anak usia prasekolah memandang penyakit sebagai
suatu hukuman. Selain itu, anak usia prasekolah mengalami konflik psikoseksual dan
takut terhadap mutilasi, menyebabkan anak terutama takut terhadap pengukuran suhu
rektal dan kateterisasi urine.

2. Reaksi terhadap hospitalisasi

Mekanisme pertahanan utama anak usia prasekolah adalah menolak.


Mereka akan bereaksi terhadap perpisahan dengan menolak untuk bekerja sama.

Anak usia prasekolah merasa kehilangan kendali karena mereka mengalami


kehilangan kekuatan mereka sendiri.
Takut terhadap cedera tubuh dan nyeri mengarah kepada rasa takut terhadap mutilasi
dan prosedur menyakitkan.
Keterbatasan pengetahuan mengenai tubuh meningkatkan rasa takut yang khas.
sebagai contoh, takut terhadap kateterisasi (dicetuskan oleh pengukuran suhu rektal,
dan kateter) dan takut bahwa kerusakan kulit (misalnya jalur intravena dan prosedur
pengambilan darah) akan menyebabkan dalam tubuhnya menjadi bocor.
Anak usia prasekolah menginterpretasikan hospitalisasi sebagai hukuman dan
perpisahan dengan orang tua sebagai kehilangan kasih sayang.

3. Penatalaksanaan Hospitalisasi

Teknik dalam melakukan intervensi umum

1) Gunakan boneka tangan atau boneka untuk mendemonstrasikan prosedur.

2) Gunakan istilah yang sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman anak (mis, menyatakan
memperbaiki daripada memotong).

3) Gunakan balutan berperekat setelah memberi injeksi.

4) Anak didampingi orang tua selama prosedur.

5) Hindari melakukan prosedur invasif, bila memungkinkan.

6) Berikan bintang, bet dan bentuk penghargaan lainnya.

7) Bermain dengan pengalaman di rumah sakit (misalnya: improvisasi dengan peralatan


dokter dan perawat).

8) Yakinkan kembali pada anak usia prasekolah bahwa ia tidak bertanggungjawab terhadap
penyakitnya.

9) Tingkatan perawatan diri anak

Teknik melindungi anak dari rasa bersalah

1) Katakan pada anak bahwa tidak ada seorangpun yang disalahkan atas penykit atau
hospitalisasi

2) Jelaskan prosedur dengan bahasa yang dipahaminya

Teknik melindungi anak dari rasa takut

1) Gunakan permainan teraupeutik


2) Jangan membicarakan hal-hal yang tidak di mengerti anak

3) Gunakan pakaian yang tidak menbuat anak takut atau trauma

Teknik meningkatkan penggunaan bahasa

1) Anjurkan anak bertanya

2) Berikan anak membuat beberapa keputusan

3) Ajarkan anak kata-kata baru

4) Berikan intervensi emosional dan psikososial

Teknik mendorong kemandrian anak

1) Perbolehkan perawatan diri

2) Biarkan anak membuat beberapa keputusan

3) Beri pujian atas kemampuan anak

4) Hormati pendapat anak

Teknik meningkatkan keamanan anak

5) Jelaskan peraturan untuk keamanan kepada anak dan orang tua

6) Ikuti peraturan di rumah apabila memungkinkan

7) Biarkan aktivitas ritual anak terus dilakukan, asalkan tidak bertentangan dengan
penyakitnya

Teknik meningkatkan identitas seksual

1) Terangkan kembali anak mengenai genitalia

2) Gunakan tangan anak ketika mengkaji genitalia

Hindari prosedur yang menyakitkan.

You might also like