You are on page 1of 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat
kesehatan bagi masyarakat.Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2010, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan sarana pelayanan kesehatan perorangan secara
keseluruhan yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat.Keselamatan pasien merupakan suatu variabel untuk mengukur dan
mengevaluasi fasilitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap
pelayanan kesehatan(Kemenkes, 2012).
The American Hospital Asosiation (AHA) Board of Trustees
mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient
safety) merupakan sebuah prioritas strategik. Mereka juga menetapkan
capaian-capaian peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai
target utamanya. Tahun 2000, Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam
TO ERR IS HUMAN, Building a Safer Health System melaporkan bahwa
dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit ada sekitar 3-16%
Kejadian Tidak Diharapkan (Adverse Event). Menindak lanjuti penemuan ini,
tahun 2004, World Health Organizationmencanangkan World Alliance for
Patient Safety, program bersama dengan berbagai negara untuk
meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.Pada tahun 2004, WHO
mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai negara ;
Amerika, Inggris, Denmark dan Australia, ditemukan Kejadian Tidak
Diharapkan dengan rentang 3,2-16,6%. Data-data tersebut menjadikan
pemicu berbagai negara untuk segera melakukan penelitian dan
pengembangan sistim keselamatan pasien.
Di Indonesia telah dikeluarkan pula Kepmen nomor
496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit,
yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di
rumah sakit yang jauh dari medical record dan memberikan keselamatan bagi
pasien.Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak
semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan pasien
di rumah sakit.Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk
mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien
mengharuskan rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai
bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan
system Patient Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang
ada(Kemenkes, 2012).
Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan
angka kejadian yang tidak diharapkan yang sering terjadi pada pasien selama
dirawat di rumah sakit.kejadiantidak diharapkan bisa disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain beban kerja perawat yang tinggi, alur komunikasi
yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat dan lain sebagainya
(Nursalam, 2011). Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah
sakit adalah untuk menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit,
meningkatkan akuntabilitas rumah sakit, menurunkan kejadian tidak
diinginkan di rumah sakit, terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan. Hampir setiap
tindakan medis menyimpan potensi risiko.Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang
cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis
(medical errors). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa
berupa Kejadian Tidak Diharapkan / kejadian tidak diharapkan (Kemenkes,
2012).
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman dan diharapkan dapat
mencegah terjadinya cidera. Termasuk di dalamnya: mengukur risiko;
identifikasi dan pengelolaan risiko terhadap pasien; pelaporan dan analisis
insiden; kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden serta
menerapkan solusi untuk mencegah, mengurangi serta meminimalkan risiko
(Jr Adji, 2012).
Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang sangat dibutuhkan
mengingat saat ini banyak pasien yang dalam penanganannya sangat
memprihatikan, dengan adanya sistem ini diharapkan dapat meminimalisir
kesalahan dalam penanganan pasien baik pada pasien UGD, rawat inap
maupun pada pasien poliklinik (PERSI 2006).Komitmen, kompeten dan etis
keperawatan diperlukan untuk menjaga keselamatan pasien (CAN, 2002).
Kemungkinan terjadinya risiko pelayanan bisa diperkecil dengan
mengatur berbagai hak dan kewajiban Rumah Sakit, manajer dan tenaga
kesehatan yang melayani (GNKP, 2005). Oleh karena itu, penerapan enam
sasaran keselamatan pasien langsung atau bertahap, sesuai dengan
kemampuan dan kondisi Rumah Sakit masing-masing (WHO for Patient
Safety Solutions With Joint Commission International, 2007) adalah salah
satu jalan keluarnya.
Sasaran Keselamatan Pasien berdasarkan standar internasional meliputi
tercapainya: (1) Ketepatan identifikasi pasien; (2) Peningkatan komunikasi
yang efektif; (3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai; (4)
Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi; (5) Pengurangan
risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan (6)Pengurangan risiko pasien
jatuh (Jr. Adji, 2012). Untuk mencapai sasaran keselamatan pasien
sebagaimana yang telah dicanangkan oleh Menteri Kesehatan tersebut,
manajemen ruangan harus menjalankan fungsi manajerial untuk patient
safety dengan optimal. Ada 7 langkah yang sudah menjadi standar untuk
menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit, yaitu : (1)membangun kesadaran
akan nilai keselamatan pasien; (2) memimpin dan mendukung staf;
(3) mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko; (4) mengembangkan
sistem pelaporan; (5) melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien; (6)
belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien; dan (7)
mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang merupakan salah satu
rumah sakit swasta di Kota Padang yang memiliki visi yaitu menjadikan RS
pilihan terbaik di Sumatera Barat dengan pelayanan yang islami. Misi RSI
Siti Rahmah dalam mewujudkan visi adalah 1.memberikan pelayanan yang
prima kepada pasien; 2.meningkatkan profesionalisme pegawai melalui
pendidikan berkelanjutan dan menyesuaikan perkembangan IPTEK terkini;
3.Melengkapi sarana dan prasarana RS; 4.mengadakan kerjasama dengan
institusi terkait; dan 5.meningkatkan mutu pelayanan RS.Untuk mencapai
pelayanan prima salah satunya haruslah didukung oleh fungsi manajemen
pelayanan yang baik termasuk manajemen keperawatan. Dengan demikian,
dibutuhkan adanya manajemen keperawatan untuk mencapai pelayanan yang
prima pada pasien karena perawatlah yang lebih lama berinteraksi dengan
pasien .
Dari hasil observasi pada tanggal 09 s/d 11Januari 2017 saat pemberian
obat-obatan baik tablet maupun pendelegasian injeksi, ataupun pemberian
intervensi keperawatan jarang dilakukannya identifikasi pasien dengan benar
oleh perawat ruangan.
Di ruangan Safa RSI Siti rahmah padang, terdapat handrub di tiap lorong
menuju kamar pasien. Selama observasi pada tanggal 09 s/d 11Januari 2017
ditemukan separuh dari perawat tidak melaksanakan hand hygiene sebelum
intervensi dengan pasien. Sebagian besar perawat tidak melaksanakan
prosedur hand hygiene sesuai SOP.
Selama observasi yang dilakukan pada tanggal 09 s/d 11Januari
2017,ditemukan kondisi ruangan pasien di ruang rawat Safa RSI Siti Rahmah
Padang adalah mampu menampung 4 pasien dalam 1 ruangan. Setiap ruangan
memiliki bed yang dibatasi oleh tirai. Pada masing-masing bed terdapat stop
kontak dan lampu pencahayaan. Kondisi pasien yang dirawat mulai dari
anak-anak sampai dengan lansia. Adapun tingkat ketergantungan pasien
mulai dari minimal care, parsial care dan total care. Sebagian besar pasien
terpasang infus. Hal ini meningkatkan resiko jatuh pada pasien.
Berdasarkan kondisi diatas kelompok mengangkat masalah belum
optimalnya pelaksanaan identifikasi pasien oleh perawat, belum optimalnya
pelaksanaan pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan oleh
perawat dan belum optimalnya pelaksanaan pengkajian dan
pendokumentasian resiko jatuh oleh perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI
Siti Rahmah Padang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas dapat ditetapkan permasalahan
yang akan di lokakarya kan yaitu tentang pelayanan pasien terkait belum
optimalnya pelaksanaan identifikasi pasien dengan benar oleh perawat,
belum optimalnya pelaksanaan pengurangan risiko infeksi hand hygiene
terkait pelayanan kesehatan oleh perawat dan belum optimalnya pelaksanaan
pengkajian pendokumentasian resiko jatuh oleh perawat merupakan topik
yang perlu di lokakarya kan pada lokakarya mini praktek profesi keperawatan
manajemen kelompok D di Ruangan Safa RSI Siti Rahmah Padang.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi masalah dan penyelesaian masalah (problem
solving) yang ada di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang.
2. Tujuan Khusus
Secara individu / kelompok mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan:
a. Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan keperawatan di
Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang.
b. Mengidentifikasi prioritas masalah manajemen pelayanan
keperawatan di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang.
c. Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah manajemen
pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti
Rahmah Padang.
d. Membuat planning of action (POA) bersama perawat ruangan
untuk pemecahan masalah manajemen pelayanan keperawatan di
Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang.
D. Manfaat
1. Untuk rumah sakit
Lokakarya ini menjadi bahan masukan dan referensi bagi pihak rumah
sakit untuk meningkatkan pencapaian sasaran mutu pelayanan
keperawatan dengan model asuhan keperawatan profesional dan
pendokumentasian yang baik sehingga dapat meningkatkan keselamatan
pasien di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang.
2. Untuk Institusi Pendidikan
Lokakarya ini menjadi tolak ukur bagi pihak akademik dalam
mengevaluasi tingkat kemampuan dan kemahiran mahasiswa dalam
menerapkan aplikasi ilmu manajemen pada situasi nyata di lapangan.
3. Untuk mahasiswa

Lokakarya ini bisa menjadi sarana untuk menerapkan ilmu manajemen


untuk memecahkan suatu masalah di lapangan sekaligus menjadi pedoman
dalam pembuatan laporan-laporan kasus manajemen selanjutnya

BAB II

ANALISA SITUASI RUANGAN

A. Gambaran Ruangan Safa

Ruangan Safa merupakan salah satu ruang inap di RumahSakit Islam


(RSI) Siti Rahmah.Ruangan Safa terletak di bagian paling belakang rumah sakit
dan berdekatan dengan Masjid RSI Siti Rahmah Padang. Bagian gedung yang
terdapat ruangan Safa memiliki 2 lantai, dimana lantai 1 merupakan ruangan Safa
dan lantai 2 merupakan ruangan Marwa. Lantai dari bahan keramik. Ruangan
Safa dibagi dalam 2 blok yang dipisahkan oleh lorong utama. Blok A di sebelah
kanan memiliki kapasitas 3 kamar pasien dengan 4 bed masing-masingnya
sehingga total bed pada blok A adalah 12 bed. Konter perawat, RuangKaru,
Apotik juga berada di Blok A.Pada blok B terdapat ruangan sebanyak 7 kamar
dengan masing-masingnya memiliki kapasitas 4 bed. Sehingga total blok B
mampu menampung pasien adalah 28 bed. Masing-masing kamar pasien memiliki
1 kamar mandi.

Jumlah perawat pelaksana di ruangan Safa RSI SIti Rahmah adalah


sebanyak 12 orang.1 orang dengan pendidikan terakhir S1 Ners dan 11 orang
tamatan D3.

Analisis terhadap pasien :

1. Karakteristik pasien
Karakeristik klien di RSI Siti RahamahPadang terdiri dari berbagai jenis
perawatan diantaranya interne, anak, bedah.
2. Tingkat ketergantungan
Tingkat ketegantungan diruangan Safa untuk 1 hari rawatan pada tanggal 11
Januari 2017 dari 16 pasien,terdapat 8 pasien dengan minimal care, 8 pasien
dengan parsial care.

B. Hasil Winshield Survey


Pengkajian sistem manajemen di ruangan rawat inap Safa RSI Siti
Rahmah Padang pada tanggal 9-11 Januari 2017 dilakukan dengan metode
wawancara dan observasi pada karu, ketua tim dan perawat associate. Observasi
dilakukan mahasiswa profesi keperawatan manajemen meliputi observasi situasi,
kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan
prasarana, sistem kerja dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan.
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, maka
ditemukan beberapa masalah diantaranya adalah:
1. Identifikasi Pasien
Ruangan Safa RSI Siti RahmahPadang memiliki Standar Operasional
Prosedur (SOP) tindakan yang diletakan di dalam lemari dekat ruangan
perawat, sehingga mudah dijangkau dan dibaca oleh perawat. Berdasarkan
SOP RSI Siti RahmahPadang terkait identifikasi pasien dilaksanakan
pencatatan identitas diri pasien ucapkan salam dan perkenalkan diri petugas,
menjelaskan tujuan kedatagan petugas keruangan pasien (memberikan obat
/mengambil sampel darah/ sebelum pemberian tranfusi darah atau produk
darah/ sebelum mengambil spesimen yang lain/sebelum tindakan prosedur
asuhan keperawatan) kemudian melakukan identifikasi pasienuntuk pertemuan
pertama dengan meminta pasien menyebutkan 2 identitasnya yaitu nama dan
tanggal lahir sebelum tindakan dilakukan (memberikan obat/mengambil
sampel darah/sebelum mengambil spesimen yang lain/sebelum tindakan
prosedur dan asuhan keperawatan).
bapak/ibu sesuai dengan prosedur rumah sakit kami demi keselamatan
ibu/bapak silahkan ibu/bapak menyebutkan nama dan tanggal lahir
ibu/bapak. Identitas yang disebutkan pasien dengan melihat gelang
pasien.Untuk pertemuan kedua dan seterusnya cukup dengan melihat dengan
gelang pasien dan mencocokkan dengan data yang ada pada petugas. Bila
identitas sesuai lanjutkan dengan prosedur tindakan yang akan dilakukan pada
pasien. Setelah selesai ucapkan salam dan semoga lekas sembuh.
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan informasi bahwa
selama pemantauan oleh kepala ruangan perawat pelaksana telah
melaksanakan identifikasi pasien. Namun diluar pengawasan Karu masih ada
perawat pelaksana yang tidak melaksanakan identitifikasi pasien secara benar.
Sedangkan hasil dari observasi yang dilakukan mahasiswa di ruang rawat inap
Safa RSI Siti Rahmah Padang tanggal 9 - 11 Januari 2017 didapatkan data
bahwa 2 dari 3 perawat tidak melakukan identifikasi pasien seperti
menanyakan nama dan tanggal lahir pasien kemudian menyesuaikannya
dengan gelang pasien. Sedangkan untuk ketepatan identifikasi pasien sebelum
memberikan obat, darah, atau produk darah dan sebelum pemberian tindakan
atau prosedur tindakan perawat harus melakukan identifikasi pasien terlebih
dahulu.
Rumusan masalah: Pelaksanaan identifikasi pasien dengan benar belum
optimal oleh perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI
Siti Rahmah Padang
2. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan SOP RSI Siti Rahmah Padang terkait pengurangan risiko
infeksi dengan penerapan hand hygiene pada 5 momen, yaitu sebelum kontak
dengan pasien, sebelum tindakan aseptic, setelah terkena cairan tubuh pasien
beresiko, setelah kontak dengan pasien dan setelah kontak lingkungan pasien.
SOP pelaksanaan hand higiene di RSI Siti Rahmah Padang adalah Perawat
menggosokkan kedua telapak tangan secara memutar. Perawat menggosokkan
telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri dengan jari saling menyilang
secara maju mundur, dan sebaliknya.Kedua telapak tangan perawat saling
berhadapan dan jari-jari saling menyilang, gosok sela-sela pangkal jari dari dalam
ke arah luar.Kedua telapak tangan perawat saling menggenggam dengan jari-jari
saling mengunci, telapak tangan dan punggung jari saling menggosok.Perawat
menggosok sela ibu jari dan telunjuk kiri secara memutar, dan sebaliknya.Perawat
menggosokkan secara memutar ujung-ujung jari tangan kanan di telapak tangan
kiri, dan sebaliknya.
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan didapatkan informasi
bahwa selama pemantauan oleh kepala ruangan perawat telah melakukan
hand hygiene dalam lima momen. Namun diluar pengawasan Karu masih ada
perawat pelaksana yang tidak melaksanakan hand hygiene dalam lima momen
secara optimal. Dari hasil observasi yang dilakukan mahasiswa di ruang rawat
inap Safa RSI Siti Rahmah Padang pada tanggal 11-12 Januari 2017 terhadap
6 orang perawat, 4 orang diantaranya tidak melakukan tekhnik 6 langkah cuci
tangan dengan benar. 4 dari 6 orang perawat hanya melakukan tindakan
mencuci tangan pada langkah yang pertama (menggosok kedua tangan),
kelima (menggosok sela ibu jari dan telunjuk kiri secara memutar dan
sebaliknya), keenam (perawat menggosokkan secara memutar ujung-ujung jari
tangan kanan ditelapak tangan kiri dan sebaliknya). Untuk pelaksanaan 5
momen cuci tangan, didapatkan 3 dari 6 perawat tidak melakukan cuci tangan
sebelum melakukan tindakan ke pasien.
Hasil observasi diruang rawat inap Safa tersedia 2 buah washtafel dengan
air mengalir.Terdapat handwash 2 buah di 2washtafel yang terdapat di nurse
station yang dilengkapi dengan tissue. Jumlah kapasitas tempat tidur adalah 40
tempat tidur.
Rumusan masalah: Pelaksanaan pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan belum optimal oleh perawat
di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah
Padang

3. Pengurangan risiko pasien cedera karena jatuh


Berdasarkan SOP RSI Siti Rahmah Padang terkait pengurangan risiko
pasien cedera karena jatuh terkait pelayanan kesehatan, perawat harus
melakukan penilaian dengan assasment resiko jatuh morse fall scale atau
Humpty Dumpty fall scale dalam waktu 4 jam sejak pasien masuk rumah sakit
dan menyimpan hasil penilaian dalam status rekam medik. Selanjutnya
assesment ulang dilakukan oleh perawat pelaksana sekali sehari sebaiknya
saat shift pagi, dan tindakan pencegahan umum dengan memberikan tulisan
dekat tempat tidur pasien RESIKO JATUH dan penanda berupa gelang
berwarna kuning di pergelangan tangan pasien..
Data hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan informasi bahwa
selama pengawasan oleh kepala ruangan perawat pelaksana telah
melaksanakan pencegahan resiko jatuh pada pasien. Namun diluar
pengawasan Karu masih ada perawat pelaksana yang tidak melaksanakan
pengkajian dan pendokumentasian resiko jatuh pada pasien secara optimal.
Berdasarkan hasil observasi yang telah kelompok lakukan, didapatkan data
bahwa dari 16 buah status pasien tidak terdapat format pengkajian resiko
jatuh secara khusus yaitu Morse untuk dewasa dan Humpty Dumpty untuk
anak-anak. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat asosiate tentang
pendokumentasian resiko jatuh, di dapatkan data bahwa belum terlaksananya
pengkajian terhadap resiko jatuh yang disebabkan karena format pengkajian
resiko jatuh secara khusus tidak nampak tersedia dalam status. Format
tersebut terletak di dalam lemari dan jarang digunakan, sedangkan untuk
penanda resiko jatuh stiker berwarna kuning untuk tempat tidur belum ada
digunakan secara optimal.

Rumusan Masalah :Pelaksanaan pengkajian pendokumentasian resiko


jatuh belum optimal oleh perawat di Ruang Rawat
Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang
C. Validasi Data
Untuk pelaksanaan validasi data mahasiswa melakukan wawancara, penyebaran kuesioner dan mengisi lembar observasi
dengan menggunakan instrument yang telah ditetapkan.

Instrumen Penelitian Sumber Data Ket

Dokumentasi
dokumentasi
Wawancara
Kuesioner
observasi

Ka. SPF
No

Pasien
Katim
Studi

Karu
Daftar Masalah

PA
.

1. Belum optimalnya identifikasi pasien


di ruang rawat inap Safa Rumah Sakit

Islam Siti Rahmah

2. Belum optimalnya penerapan hand


hygiene di Ruang rawat inap Safa

Rumah Sakit Islam Siti Rahmah

3. Belum optimalnya penerapan resiko


jatuh di rung rawat inap Safa Rumah

Sakit Islam Siti Rahmah
1. Hasil Validasi Data
Validasi data dilakukan dengan observasi yang dilakukan pada 12orang yang
berdinas di ruang Safa RSI Siti Rahmah Padang. Adapun data diambil dari 12
orang perawat pelaksana yang berada diruang Safa RSI Siti Rahmah Padang
selama masa pengumpulan data :

a. Karakteristik Umum Perawat Pelaksana


Tabel 1. Gambaran karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
dan pendidikan Perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti
Rahmah Padang

Karakteristik Umum %
Jenis Kelamin
Laki Laki 16,7
Perempuan 83,3
Jumlah 100
Pendidikan
D3 91,7
S1 8,3
Jumlah 100

Berdasarkan tabel diatas didapat data bahwa hampir seluruh (83,3%)


perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang adalah Wanita,
sedangkan 16,7 % perawat adalah laki-laki dan hampir seluruh (91,7%) perawat di
Ruang Rawat InapSafa RSI Siti Rahmah Padang berpendidikan Diploma (D3),
sedangkan (8,3%) berpendidikan S1 + Ners

b. Identifikasi Pasien
1) Pengetahuan Perawat tentang Identifikasi Pasien
120

100

80

60

40
Benar
20 Salah

Analisis Grafik:

1. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa seluruhnya (100%) perawat di


Ruang Rawat InapSafa RSI Siti Rahmah Padang menjawab benar tentang
tanda identitas yang digunakan perawat untuk mengidentifikasi pasien.
2. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa seluruhnya (100%) perawat di
Ruang Rawat InapSafa RSI Siti Rahmah Padang menjawab benar tentang
hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam mengidentifikasi pasien.
3. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir seluruhnya (91.7%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang kapan saja dilakukan identifikasi pada pasien, sedangkan 8.3 %
menjawab salah tentang kapan saja dilakukan identifikasi pada pasien.
4. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa seluruhnya (100%) perawat di
Ruang Rawat InapSafa RSI Siti Rahmah Padang menjawab benar tentang
cara yang benar dalam mengidentifikasi pasien sesuai dengan SOP
5. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa seluruhnya (100%) perawat di
Ruang Rawat InapSafa RSI Siti Rahmah Padang menjawab benar tentang
siapa saja yang harus melakukan identifikasi pasien
2). Lembar Observasi Tentang Identifikasi Pasien
70
60
50
40
30
20 Dilakukan
10 Tidak
0

Analisis Grafik :

1. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa separoh (50%) perawat di


Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang ada melakukan,
identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan pemberian obat,
sedangkan 50 % lagi tidak ada melakukan identifikasi pasien sebelum
melakukan tindakan pemberian obat.
2. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa separoh (50%) perawat di
Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang ada melakukan
identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan invasif, sedangkan 50 %
lagi tidak melakukan identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan
invasif .
3. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa lebih dari sebagian besar 60
% perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang ada
melakukan identifikasi pasien sebelum tindakan transfusi darah,
sedangkan 40 % lagi tidak melakukan identifikasi pasien sebelum tindakan
transfusi darah, .
4. Berdasarkan grafik diatas didapat data separoh (50%) perawat di Ruang
Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang ada melakukan identifikasi
pasien sebelum transfer pasien, sedangkan (50%) lagi tidak melakukan
identifikasi pasien sebelum pengambilan sampel (darah, tinja dan urine)
c. Hand Hygiene
1). Pengetahuan Perawat Tentang Hand Hygiene
120

100

80

60

40
Benar
20 Salah

Analisis Grafik :
1. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir seluruh 91.7 %
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang pengertian hand higiene, sedangkan 8.3 % lagi menjawab
salah tentang pengertian hand higiene,.
2. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa sebagian besar (75%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang berapa moment hand higiene, sedangkan 25 % lagi
menjawab salah tentang berapa moment hand higiene .
3. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir seluruh (91.7%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang langkah hand hygiene yang terakhir, sedangkan 8.3 % lagi
menjawab salah tentang langkah hand hygiene yang terakhir.
4. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa seluruhnya (100%) perawat
di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab benar
tentang kapan saja dilakukan 5 moment hand hygiene yang seharusnya.
5. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa seluruhnya (100%) perawat
di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab benar
tentang berapa langkah cuci tangan yang benar
6. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa seluruhnya 100 % perawat
di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab benar
tentang manfaat penting hand higiene
7. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa seluruhnya (100%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk hand hygiene
dengan hand wash
8. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir seluruhnya (91.7%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk hand hygiene
dengan hand scrub, sedangkan 8.3% lagi menjawab salah tentang berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk hand hygiene dengan hand scrub .
9. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa seluruhnya (100%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang cara membilas tangan setelah hand hygiene dengan hand
wash
10. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir seluruhnya 83.3 %
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang akibat tidak melakukan hand hygiene sebelum melakukan
tindakan pada pasien, sedangkan 16.7 % lagi menjawab salah tentang
akibat tidak melakukan hand hygiene sebelum melakukan tindakan pada
pasien.

2). Lembar Observasi Tentang Hand Hygiene


a). Enam Langkah Hand Hygiene
80

70

60

50

40 Melakukan
Tidak
30

20

10

0
Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6

Analisis Grafik :
1. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir separoh 41,7
% perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang ada
melakukan langkah pertama dari hand hygiene yaitu meratakan
sabun dengan menggosokkan pada kedua telapak tangan,
sedangkan 58,3 % lagi tidak melakukan langkah pertama dari hand
hygiene yaitu meratakan sabun dengan menggosokkan pada kedua
telapak tangan,
2. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir separoh 41,7
% perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang
ada melakukan langkah kedua dari hand hygiene yaitu menggosok
puggung tangan dan sela-sela jari, dan melakukan pada kedua
tangan, sedangkan 58,3% lagi tidak melakukan langkah kedua dari
hand hygiene yaitu menggosok puggung tangan dan sela-sela jari,
dan melakukan pada kedua tangan.
3. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir separoh
(33,3%) perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah
Padang ada melakukan langkah ketiga dari hand hygiene yaitu
menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari kedua tangan,
sedangkan 66,7 % lagi tidak melakukan langkah ketiga dari hand
hygiene yaitu menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
kedua tangan.
4. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir separoh 33,3
% perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang
ada melakukan langkah keempat menggosok punggung jari kedua
tangan dengan posisi tangan saling mengunci, sedangkan 66,7 %
lagi tidak melakukan langkah keempat menggosok punggung jari
kedua tangan dengan posisi tangan saling mengunci.
5. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa sebagian kecil
(25%) perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang
ada melakukan langkah kelima yaitu menggosok ibu jari kiri
dengan diputar dalam genggaman tangan kanan, dan lakukan juga
pada tangan pada tangan satunya, sedangkan 75 % lagi tidak
melakukan langkah kelima yaitu menggosok ibu jari kiri dengan
diputar dalam genggaman tangan kanan, dan lakukan juga pada
tangan pada tangan satunya
6. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir setengah
33,3% perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang
ada melakukan langkah keenam yaitu mengusapkan ujung kuku
tangan kanan dengan diputar di telapak tangan kiri, dan lakukan
juga pada tangan satunya kemudian bilas , sedangkan 66,7 % lagi
tidak melakukan langkah keenam yaitu mengusapkan ujung kuku
tangan kanan dengan diputar di telapak tangan kiri, dan lakukan
juga pada tangan satunya kemudian bilas.

b). Lima Moment Hand Hygiene


120

100

80

60 Melakukan
Tidak Melakukan

40

20

0
Moment 1 Moment 2 Moment 3 Moment 4 Moment 5

Analisis Grafik :

1. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa sebagian besar (58,3)


perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang ada
melakukan tindakan moment satu yaitu hand hygiene sebelum kontak
dengan pasien, sedangkan 41,7 % tidak melakukan hand hygiene sebelum
kontak dengan pasien.
2. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa sebagian besar (58,3%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang ada
melakukan tindakan moment 2 yaitu hand hygiene sebelum tindakan
asepsis, sedangkan 41,7 % tidak melakukan hand hygiene sebelum
tindakan asepsis .
3. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa seluruhnya (100 %) perawat
di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang ada melakukan
tindakan moment 3 yaitu hand hygiene setelah terkena cairan tubuh
pasien.
4. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa sebagian besar (66,7 %)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang ada
melakukan tindakan moment 4 yaitu hand hygiene setelah kontak dengan
pasien, sedangkan 33,3 % tidak melakukan hand hygiene setelah kontak
dengan pasien.
5. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir separoh (33,3%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang ada
melakukan tindakan moment 5 yaitu hand hygiene setelah kontak dengan
lingkungan sekitar pasien, sedangkan (66,7%) tidak melakukan hand
hygiene setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

d. Resiko Jatuh

1). Pengetahuan Perawat Tentang Resiko Jatuh

120

100

80

60

40 Benar
Salah
20

Analisis Grafik :
1. Berdasarkan grafik diatas didapat data seluruh(100 %) perawat di Ruang
Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab benar tentang
pemakaian gelang pada pasien laki - laki.
2. Berdasarkan diagram diatas didapat data hampir seluruhnya (91.7%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang saat dilakukannya penilaian resiko jatuh, sedangkan 8.3%
menjawab salah tentang saat dilakukannya penilaian resiko jatuh.
3. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa hampir seluruhnya
(83.3%) perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang
menjawab benar tentang alat ukur yang digunakan untuk menilai kejadian
resiko jatuh pada pasien anak-anak , sedangkan 16.7 % menjawab salah
tentang alat ukur yang digunakan untuk menilai kejadian resiko jatuh pada
pasien anak-anak.
4. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa hampir seluruhnya (75%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang alat ukur yang digunakan untuk menilai kejadian resiko
jatuh pada pasien dewasa, sedangkan 25% menjawab salah tentang alat
ukur yang digunakan untuk menilai kejadian resiko jatuh pada pasien
dewasa.
5. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa sebagian besar (66.7 %)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang kategori pengkajian pasien jatuh sedangkan 33.3 %
menjawab salah tentang kategori pengkajian pasien jatuh.
6. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa hampir seluruh (83,3 %)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang tindakan keperawatan untuk pasien resiko jatuh ringan,
sedangkan 16,7 % menjawab salah tentang tindakan keperawatan untuk
pasien resiko jatuh ringan.
7. Berdasarkan diagram diatas didapat data hampir seluruhnya (83,3%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang tindakan keperawatan untuk pasien resiko jatuh tinggi,
sedangkan 16.7 % menjawab salah tentang tindakan keperawatan untuk
pasien resiko jatuh tinggi.
8. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa hampir seluruhnya (91,7
%) perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang
menjawab benar tentang saat dilakukannya pengkajian ulang resiko jatuh,
sedangkan 8,3 % menjawab salah tentang saat dilakukannya pengkajian
ulang resiko jatuh.
9. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa sebagian besar (58,3 %)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang skor pada pengkajian resiko jatuh untuk geriatri, sedangkan
41,7 % menjawab salah tentang skor pada pengkajian resiko jatuh untuk
geriatri.
10. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa hampir seluruhnya (91,7
%) perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang
menjawab benar tentang lamanya riwayat jatuh sebelumnya yang perlu
dikaji pada pengkajian geriatri, sedangkan 8,3 % menjawab salah tentang
lamanya riwayat jatuh sebelumnya yang perlu dikaji pada pengkajian
geriatri.

2). Lembar Observasi Resiko Jatuh


120
100
80
60
40
20
Dilakukan
0
Tidak

Analisis Grafik :

1. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa separoh (50 %) perawat di


Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang ada melakukan
pengkajian resiko pasien jatuh 4 jam setelah pasien masuk, sedangkan 50 %
tidak melakukan pengkajian resiko pasien jatuh 4 jam setelah pasien masuk.
2. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa hampirseparoh (41.7 %)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang ada melakukan
tentang penilaian ulang pada pasien yang beresiko jatuh, sedangkan 58.3 %
tidak melakukan penilaian ulang pada pasien yang beresiko jatuh
3. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa hampir separoh (41.7 %)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang ada melakukan
tindakan pencegahan umum resiko jatuh, sedangkan 58.3 % tidak
melakukan tindakan pencegahan umum resiko jatuh.
4. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa hampir separoh (33.3 %)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang ada melakukan
pemakaian gelang bewarna kuning pada pasien resiko tinggi jatuh,
sedangkan 66.7 % tidak melakukan pemakaian gelang bewarna kuning pada
pasien resiko tinggi jatuh.
5. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa seluruh (100 %) perawat di
Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang tidak ada melakukan
pemberian tulisan/tanda (RESIKO JATUH) didekat tempat tidur pasien
resiko tinggi jatuh.
6. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa lebih dari sebagian (58.3
%) perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang ada
melakukan penilaian pasien yang beresiko jatuh pada lembar pengkajian,
sedangkan 41.7 % tidak melakukan.
7. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa sebagian kecil (25 %)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang ada melakukan
pendokumentasian resiko jatuh secara lengkap sesuai dengan format morse
pada pasien dewasa dan humpty dumpty pada pasien anak-anak, sedangkan
75 % tidak melakukan pendokumentasian resiko jatuh secara lengkap sesuai
dengan format morse pada pasien dewasa dan humpty dumpty pada pasien
anak-anak.

2. Perumusan Masalah

No Data Pengkajian Masalah


.

1. Kuesioner : Pelaksanaan identifikasi


pasien belum optimal
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 8.3%
oleh perawat di Ruang
perawat Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti
Rawat Inap Safa RSI Siti
Rahmah Padang belum mengetahui
Rahmah Padang
tentang kapan saja dilakukan identifikasi
pasien

Lembar Observasi
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
50% perawat di Ruang Rawat Inap belum
melakukan identifikasi data pada saat
pemberian obat
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
50% perawat di Ruang Rawat Inap belum
mengidentifikasi pasien pada saat
dilakukan tindakan invasif
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
40% perawat di Ruang Rawat Inap belum
mengidentifikasi pasien dengan lengkap
sebelum transfuse darah
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
50% perawat di Ruang Rawat Inap belum
mengidentifikasi pasien dengan lengkap
sebelum melakukan transfer pasien

2. Kuesioner : Pelaksanaan
Pengurangan Risiko
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 8.3%
Infeksi Terkait
perawat belum mengetahui pengertian dari
Pelayanan Kesehatan
hand hygiene
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 25% belum optimal oleh
perawat salah dalam menjawab berapa perawat di Ruang
moment yang terdapat dalam pelaksanaan Rawat Inap Safa RSI
hand hygiene Siti Rahmah Padang
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 8,3%
perawat salah dalam menjawab tentang 5
momen hand hygiene.
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 8,3%
perawat salah dalam menjawab tentang
waktu yang dibutuhkan untuk hand
hygiene dengan handrub
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 16,7%
perawat salah dalam menjawab tentang
akibat tidak melakukan hand hygiene
sebelum tindakan pada pasien
Lembar Observasi
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
58.3% perawat di Ruang Rawat Inap
belum melakukan langkah 1 untuk hand
hygiene yaitu meratakan sabun dengan
menggosokkan pada kedua telapak tangan.
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
58.3% perawat di Ruang Rawat Inap
belum melakukan langkah 2 untuk hand
hygiene yaitu menggosok punggung tangan
dan sela-sela jari, lakukan pada kedua tangan
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
66.7% perawat di Ruang Rawat Inap
belum melakukan langkah 3 untuk hand
hygiene yaitu menggosok kedua telapak
tangan dan sela-sela jari kedua tangan
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
66.7% perawat di Ruang Rawat Inap
belum melakukan langkah 4 untuk hand
hygiene yaitu menggosok punggung jari
kedua tangan dengan posisi tangan saling
mengunci
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
75% perawat di Ruang Rawat Inap belum
melakukan langkah 5 untuk hand hygiene
yaitu menggosok ibu jari kiri dengan diputar
dalam genggaman tangan kanan, lakukan
juga pada tangan satunya
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
66.7% perawat di Ruang Rawat Inap
belum melakukan langkah 6 untuk hand
hygiene yaitu mengusapkan ujung kuku
tangan kanan dengan diputar di telapak
tangan kiri, lakukan juga pada tangan satunya
kemudian bilas.
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
41.7% perawat di Ruang Rawat Inap
belum melakukan hand hygiene pada
momen 1 yaitu sebelum kontak dengan
pasien
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
41.7% perawat di Ruang Rawat Inap
belum melakukan hand hygiene pada
momen 2 yaitu sebelum tindakan asepsis
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
33.3% perawat di Ruang Rawat Inap
belum melakukan hand hygiene pada
momen 4 yaitu setelah kontak dengan pasien.
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
66.7% perawat di Ruang Rawat Inap
belum melakukan hand hygiene pada
momen 5 yaitu setelah kontak dengan
lingkungan sekitar pasien.
-

3. Kuesioner : - Pelaksanaan
pengkajian
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 8.3%
pendokumentasian
perawat salah dalam menjawab tentang
resiko jatuh belum
waktu penilaian resiko pasien jatuh
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 16,7% optimal oleh perawat
perawat salah dalam menjawab tentang di Ruang Rawat Inap
skala ukur untuk menilai kejadian resiko Safa RSI Siti
jatuh pada anak-anak Rahmah Padang
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 25%
perawat salah menjawab skala yang
digunakan dalam pengkajian resiko jatuh
pasien dewasa
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 33.3%
perawat salah menjawab pengkategorian
skala morse
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 16,7%
perawat salah menjawab tentang tindakan
keperwatan pada pasien risiko jatuh ringan

- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 16,7%


perawat salah menjawab tindakan resiko
jatuh berat pasien dewasa.
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 8,3%
perawat salah menjawab tentang
pengkajian ulang resiko jatuh.
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 41.7%
perawat salah menjawab tentang scoring
pengkajian Resiko Jatuh pada Geriatri
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 8,3%
perawat salah menjawab tentang riwayat
jatuh pengkajian Resiko Jatuh
Lembar Observasi

- Dari 12 orang yang dilakukan observasi


50% perawat di Ruang Rawat Inap tidak
melakukan pengkajian risiko pasien jatuh 4
jam setelah pasien masuk
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
58.3% perawat di Ruang Rawat Inap tidak
melakukan penilaian ulang pada pasien yang
beresiko jatuh.
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
58.3 % perawata di ruang rawat inap tidak
melakukan tindakan pencegahan umum
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
66.7 % perawatan di ruang rawat inap
tidak melakukan pemasangan gelang
resiko jatuh

- Dari 12 orang yang dilakukan observasi


100 % perawatan di ruang rawat inap tidak
memberikan tulisan didekat tempat tidur
pasien resiko jatuh
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
41.7% perawat di Ruang Rawat Inap tidak
melakukan pendokumentasian hasil
penilaian pasien pada lembar pengkajian
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
75% perawat di Ruang Rawat Inap tidak
melakukan pendokumentasian secara
lengkap sesuai pada pasien yang beresiko
jatuh sesuai dengan format morse pada pasien
dewasa dan humpty dumpty pada pasien
anak-anak

No Masalah Strength (S) Weakness (W) Oppo


. Keperawatan
1. Pelaksanaan 1. Tersedia SOP di 1. Perawat jarang 1. Adany
identifikasi pasien CounterPerawat yang melakukan kepala
oleh perawat dalam terletak di dalam satu identifikasi pasien melaku
pemberian obat, MAP besar 2. Tidak seimbangnya pada p
melakukan tindakan 2. Memilikitenaga jumlah tenaga 2. Adany
invasif (memasang keperawatan : perawat F.KEP
infus), transfusi - S1 Kep : 1 orang dibandingkan dengan praktek
darah, dan transfer - D3 Kep : 11 orang tingkat manaje
3. Telah dilaksanakannya ketergantungan kepera
pasien belum optimal
pelatihan patient safety pasien di ruang Safa.
di Ruang Rawat Inap
Safa RSI Siti Rahmah 3. Kurangnya reward
bagi perawat
4. Belum optimalnya
controling
dalamevaluasi
identifikasi pasien
oleh perawat

2. Pelaksanaan hand 1. Perawat sudah memiliki 1. Ketidaktepatan 1. Adany


hygiene belum kemampuan dalam perawat dalam yang
optimal oleh perawat melakukan hand melakukan prosedur ruanga
di Ruang Rawat Inap hygiene dengan handrub hand hygiene dalam 2. Tersed
Safa RSI Siti Rahmah dan handwash lima momen cuci dan p
2. Perawat sudah tangan. hygien
mengetahui 5 moment 2. Perawat jarang Safa.
cuci tangan mengaplikasikan lima
3. Terdapat poster hand momen cuci tangan
hygiene di counter khususnya sebelum
perawat dan lorong kontak dengan
kamar pasien pasien.
4. Tersedia sarana dan 3. Kurangnyacontrollin
prasarana hand hygiene g penerapan hand
handrub dan handwash hygiene bagi perawat
di ruang Safa RSI Siti
Rahmah

3. Pelaksanaan 1. Terdapat lembar 1. Perawat tidak 1. Adany


pengkajian resiko pengkajian resiko jatuh memberikantulisan yang
jatuh belum optimal (MORSE, Humty atau tanda resiko ruang
oleh perawat di Dumty, Pengkajian jatuh pada tempat 2. Tersed
Ruang Rawat Safa Geriatri). tidur pasien. dan
RSI Siti Rahmah 2. Terdapat perawat yang 2. Tidak adanya mema
memiliki kemampuan pengkajian ulang 3. Adany
dalam melakukan proses resiko jatuh pada yang
keperawatan yang pasien kinerj
komprehensif 3. Kurang denga
3. Terdapat SOP pengkajian maksimalnya
resiko jatuh di Map biru penggunaan lembar
besar di counter perawat pengkajian resiko
jatuh berdasarkan
rentang usia pasien

3.Analisa Masalah (SWOT)


Adapun prioritas masalah adalah sebagai berikut :

4. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH (FISH BONE)

1. Belum Optimalnya ketepatan Identifikasi pasien

erikan obat, tindakan invasif seperti pemasangan infus, sebelum pemberian produk darah, sebelum pengam

tersosialisas
SOP di ruan

MAN MATERIAL
Perawat sering lupa dalam mengaplikasikan Hand Hygiene dalam lima moment

Sarana hand hygiene berupa handrub

Belum optimalnya penerapan k


MAN MATERIAL
an RS dalamketepatan
ntifikasi pasien perawatidentifikasi pasien menanyakan nama , tanggal lahir, dan no mr pasien serta
sebelum tindakan

2. Belum Optimalnya Penerapan Hand Hygiene dalam lima moment


Belum optimalnya penerapan

Tidak dilakukan identifikasi pasie


MARKET
METHOD
an RS dalam peningkatan patient safety

Jarang dilakukan penerapan hand hygieneda


MARKET
METHOD
3. Belum Optimalnya pengkajian Pengurangan Resiko Jatuh pada pasien.

Perawat tidak melakukan pencegahan


umum resiko jatuh (pemantauan sisi
pegangan tidur) kepada pasien, dan
penanda di tempat tidurbagi pasien
MAN dengan resiko tinggi jatuh MATERIAL
Belum tersosialisanya
SOP di ruangan

Belum optimalnya penerapan


pengurangan resiko jatuh
Adanya tuntutan RS Adanya tuntutan
dalam peningkatan masyarakat dalam
keamanaan pasien peningkatan resiko jatuh
(patient safety) Belum terlaksana pencegahan
MARKET resiko jatuh terhadap pasien
di ruangan seperti
METHOD pemberian
5. POA (PLANNING OFACTION) ataupenulisan tanda di
tempat tidur pasien dengan
resiko tinggi jatuh
No Masalah RencanaKegi Tujuan Sasaran Waktu/Tg
atan
DAFTAR PUSTAKA

Cecep Tribowo. (2013). Manajemen Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit.


Cetakan Pertama. Jakarta: Cv Trans Medika
Friesen, M.A., White, S.V., Byers, J.F. (2009). Handoffs :Implications for nurses.
America: Floridanurse. Org. Diakses pada tanggal 23 Juli 2016 pada jam
20:10 di http://www.ncbi.nml.nih.gov/books/NBK2649/.

Kementerian Kesehatan RI. (2010). Permenkes Nomor 147 Tahun 2010 tentang
perijinan rumah sakit.

Marelli, TM. ( 2007 ). Buku Saku Dokumentasi Keperawatan Edisi 3. Jakarta :


EGC

Marquis, B.L & Huston, Carol.J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen


keperawatan : Teori & aplikasi edisi 4 (Widyawati, WE. Handayani dan
Ns. F. Ariani, Penerjemah). Jakarta: ECG.
Nursalam (2008). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek Keperawatan
Profesional. Edisi 2. Jakarta. Salemba Medika

Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Edisi ke-2. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. (2005). Fundamental keperawatan : konsep, proses &praktik.


Edisike-4. Volume 2.Jakarta : ECG.

Studer Group (2007). Hourly Rounding Supplement.Diakses melalui


http://www.mc.vanderbilt.edu/root/pdfs/nursing/hourly_rounding_supple
ment-studer_group.pdf pada 26 Juli 2016.

Sugiharto, A.S., Budi, A.K., Tutik, S.H. (2012). Manajemen keperawatan:


aplikasi mpkp di rumah sakit. Jakarta: EGC.
Sumarwan, Ujang. (2003). Perilaku Konsumen. Jakarta: Penerbit Ghalia
Indonesia.

Swanburg, Russel C. (2000). Pengantar kepemimpinan dan manajemen


keperawatan / russel c. swanburg ; alih bahasa, suharyati samba ; editor,
Monica Ester. Jakarta : ECG.

Swansburg, R. (2001). Management and leadership for nurse managers (2nd ed.).
Sudbury, MA: Jones and Barlett.

Tribowo, C. (2013). Manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit.Jakarta:


Trans Info Media.

You might also like