Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat
kesehatan bagi masyarakat.Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2010, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan sarana pelayanan kesehatan perorangan secara
keseluruhan yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat.Keselamatan pasien merupakan suatu variabel untuk mengukur dan
mengevaluasi fasilitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap
pelayanan kesehatan(Kemenkes, 2012).
The American Hospital Asosiation (AHA) Board of Trustees
mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient
safety) merupakan sebuah prioritas strategik. Mereka juga menetapkan
capaian-capaian peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai
target utamanya. Tahun 2000, Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam
TO ERR IS HUMAN, Building a Safer Health System melaporkan bahwa
dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit ada sekitar 3-16%
Kejadian Tidak Diharapkan (Adverse Event). Menindak lanjuti penemuan ini,
tahun 2004, World Health Organizationmencanangkan World Alliance for
Patient Safety, program bersama dengan berbagai negara untuk
meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.Pada tahun 2004, WHO
mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai negara ;
Amerika, Inggris, Denmark dan Australia, ditemukan Kejadian Tidak
Diharapkan dengan rentang 3,2-16,6%. Data-data tersebut menjadikan
pemicu berbagai negara untuk segera melakukan penelitian dan
pengembangan sistim keselamatan pasien.
Di Indonesia telah dikeluarkan pula Kepmen nomor
496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit,
yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di
rumah sakit yang jauh dari medical record dan memberikan keselamatan bagi
pasien.Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak
semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan pasien
di rumah sakit.Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk
mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien
mengharuskan rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai
bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan
system Patient Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang
ada(Kemenkes, 2012).
Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan
angka kejadian yang tidak diharapkan yang sering terjadi pada pasien selama
dirawat di rumah sakit.kejadiantidak diharapkan bisa disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain beban kerja perawat yang tinggi, alur komunikasi
yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat dan lain sebagainya
(Nursalam, 2011). Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah
sakit adalah untuk menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit,
meningkatkan akuntabilitas rumah sakit, menurunkan kejadian tidak
diinginkan di rumah sakit, terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan. Hampir setiap
tindakan medis menyimpan potensi risiko.Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang
cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis
(medical errors). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa
berupa Kejadian Tidak Diharapkan / kejadian tidak diharapkan (Kemenkes,
2012).
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman dan diharapkan dapat
mencegah terjadinya cidera. Termasuk di dalamnya: mengukur risiko;
identifikasi dan pengelolaan risiko terhadap pasien; pelaporan dan analisis
insiden; kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden serta
menerapkan solusi untuk mencegah, mengurangi serta meminimalkan risiko
(Jr Adji, 2012).
Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang sangat dibutuhkan
mengingat saat ini banyak pasien yang dalam penanganannya sangat
memprihatikan, dengan adanya sistem ini diharapkan dapat meminimalisir
kesalahan dalam penanganan pasien baik pada pasien UGD, rawat inap
maupun pada pasien poliklinik (PERSI 2006).Komitmen, kompeten dan etis
keperawatan diperlukan untuk menjaga keselamatan pasien (CAN, 2002).
Kemungkinan terjadinya risiko pelayanan bisa diperkecil dengan
mengatur berbagai hak dan kewajiban Rumah Sakit, manajer dan tenaga
kesehatan yang melayani (GNKP, 2005). Oleh karena itu, penerapan enam
sasaran keselamatan pasien langsung atau bertahap, sesuai dengan
kemampuan dan kondisi Rumah Sakit masing-masing (WHO for Patient
Safety Solutions With Joint Commission International, 2007) adalah salah
satu jalan keluarnya.
Sasaran Keselamatan Pasien berdasarkan standar internasional meliputi
tercapainya: (1) Ketepatan identifikasi pasien; (2) Peningkatan komunikasi
yang efektif; (3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai; (4)
Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi; (5) Pengurangan
risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan (6)Pengurangan risiko pasien
jatuh (Jr. Adji, 2012). Untuk mencapai sasaran keselamatan pasien
sebagaimana yang telah dicanangkan oleh Menteri Kesehatan tersebut,
manajemen ruangan harus menjalankan fungsi manajerial untuk patient
safety dengan optimal. Ada 7 langkah yang sudah menjadi standar untuk
menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit, yaitu : (1)membangun kesadaran
akan nilai keselamatan pasien; (2) memimpin dan mendukung staf;
(3) mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko; (4) mengembangkan
sistem pelaporan; (5) melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien; (6)
belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien; dan (7)
mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang merupakan salah satu
rumah sakit swasta di Kota Padang yang memiliki visi yaitu menjadikan RS
pilihan terbaik di Sumatera Barat dengan pelayanan yang islami. Misi RSI
Siti Rahmah dalam mewujudkan visi adalah 1.memberikan pelayanan yang
prima kepada pasien; 2.meningkatkan profesionalisme pegawai melalui
pendidikan berkelanjutan dan menyesuaikan perkembangan IPTEK terkini;
3.Melengkapi sarana dan prasarana RS; 4.mengadakan kerjasama dengan
institusi terkait; dan 5.meningkatkan mutu pelayanan RS.Untuk mencapai
pelayanan prima salah satunya haruslah didukung oleh fungsi manajemen
pelayanan yang baik termasuk manajemen keperawatan. Dengan demikian,
dibutuhkan adanya manajemen keperawatan untuk mencapai pelayanan yang
prima pada pasien karena perawatlah yang lebih lama berinteraksi dengan
pasien .
Dari hasil observasi pada tanggal 09 s/d 11Januari 2017 saat pemberian
obat-obatan baik tablet maupun pendelegasian injeksi, ataupun pemberian
intervensi keperawatan jarang dilakukannya identifikasi pasien dengan benar
oleh perawat ruangan.
Di ruangan Safa RSI Siti rahmah padang, terdapat handrub di tiap lorong
menuju kamar pasien. Selama observasi pada tanggal 09 s/d 11Januari 2017
ditemukan separuh dari perawat tidak melaksanakan hand hygiene sebelum
intervensi dengan pasien. Sebagian besar perawat tidak melaksanakan
prosedur hand hygiene sesuai SOP.
Selama observasi yang dilakukan pada tanggal 09 s/d 11Januari
2017,ditemukan kondisi ruangan pasien di ruang rawat Safa RSI Siti Rahmah
Padang adalah mampu menampung 4 pasien dalam 1 ruangan. Setiap ruangan
memiliki bed yang dibatasi oleh tirai. Pada masing-masing bed terdapat stop
kontak dan lampu pencahayaan. Kondisi pasien yang dirawat mulai dari
anak-anak sampai dengan lansia. Adapun tingkat ketergantungan pasien
mulai dari minimal care, parsial care dan total care. Sebagian besar pasien
terpasang infus. Hal ini meningkatkan resiko jatuh pada pasien.
Berdasarkan kondisi diatas kelompok mengangkat masalah belum
optimalnya pelaksanaan identifikasi pasien oleh perawat, belum optimalnya
pelaksanaan pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan oleh
perawat dan belum optimalnya pelaksanaan pengkajian dan
pendokumentasian resiko jatuh oleh perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI
Siti Rahmah Padang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas dapat ditetapkan permasalahan
yang akan di lokakarya kan yaitu tentang pelayanan pasien terkait belum
optimalnya pelaksanaan identifikasi pasien dengan benar oleh perawat,
belum optimalnya pelaksanaan pengurangan risiko infeksi hand hygiene
terkait pelayanan kesehatan oleh perawat dan belum optimalnya pelaksanaan
pengkajian pendokumentasian resiko jatuh oleh perawat merupakan topik
yang perlu di lokakarya kan pada lokakarya mini praktek profesi keperawatan
manajemen kelompok D di Ruangan Safa RSI Siti Rahmah Padang.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi masalah dan penyelesaian masalah (problem
solving) yang ada di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang.
2. Tujuan Khusus
Secara individu / kelompok mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan:
a. Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan keperawatan di
Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang.
b. Mengidentifikasi prioritas masalah manajemen pelayanan
keperawatan di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang.
c. Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah manajemen
pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti
Rahmah Padang.
d. Membuat planning of action (POA) bersama perawat ruangan
untuk pemecahan masalah manajemen pelayanan keperawatan di
Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang.
D. Manfaat
1. Untuk rumah sakit
Lokakarya ini menjadi bahan masukan dan referensi bagi pihak rumah
sakit untuk meningkatkan pencapaian sasaran mutu pelayanan
keperawatan dengan model asuhan keperawatan profesional dan
pendokumentasian yang baik sehingga dapat meningkatkan keselamatan
pasien di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang.
2. Untuk Institusi Pendidikan
Lokakarya ini menjadi tolak ukur bagi pihak akademik dalam
mengevaluasi tingkat kemampuan dan kemahiran mahasiswa dalam
menerapkan aplikasi ilmu manajemen pada situasi nyata di lapangan.
3. Untuk mahasiswa
BAB II
1. Karakteristik pasien
Karakeristik klien di RSI Siti RahamahPadang terdiri dari berbagai jenis
perawatan diantaranya interne, anak, bedah.
2. Tingkat ketergantungan
Tingkat ketegantungan diruangan Safa untuk 1 hari rawatan pada tanggal 11
Januari 2017 dari 16 pasien,terdapat 8 pasien dengan minimal care, 8 pasien
dengan parsial care.
Dokumentasi
dokumentasi
Wawancara
Kuesioner
observasi
Ka. SPF
No
Pasien
Katim
Studi
Karu
Daftar Masalah
PA
.
Karakteristik Umum %
Jenis Kelamin
Laki Laki 16,7
Perempuan 83,3
Jumlah 100
Pendidikan
D3 91,7
S1 8,3
Jumlah 100
b. Identifikasi Pasien
1) Pengetahuan Perawat tentang Identifikasi Pasien
120
100
80
60
40
Benar
20 Salah
Analisis Grafik:
Analisis Grafik :
100
80
60
40
Benar
20 Salah
Analisis Grafik :
1. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir seluruh 91.7 %
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang pengertian hand higiene, sedangkan 8.3 % lagi menjawab
salah tentang pengertian hand higiene,.
2. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa sebagian besar (75%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang berapa moment hand higiene, sedangkan 25 % lagi
menjawab salah tentang berapa moment hand higiene .
3. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir seluruh (91.7%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang langkah hand hygiene yang terakhir, sedangkan 8.3 % lagi
menjawab salah tentang langkah hand hygiene yang terakhir.
4. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa seluruhnya (100%) perawat
di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab benar
tentang kapan saja dilakukan 5 moment hand hygiene yang seharusnya.
5. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa seluruhnya (100%) perawat
di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab benar
tentang berapa langkah cuci tangan yang benar
6. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa seluruhnya 100 % perawat
di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab benar
tentang manfaat penting hand higiene
7. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa seluruhnya (100%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk hand hygiene
dengan hand wash
8. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir seluruhnya (91.7%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk hand hygiene
dengan hand scrub, sedangkan 8.3% lagi menjawab salah tentang berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk hand hygiene dengan hand scrub .
9. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa seluruhnya (100%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang cara membilas tangan setelah hand hygiene dengan hand
wash
10. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir seluruhnya 83.3 %
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang akibat tidak melakukan hand hygiene sebelum melakukan
tindakan pada pasien, sedangkan 16.7 % lagi menjawab salah tentang
akibat tidak melakukan hand hygiene sebelum melakukan tindakan pada
pasien.
70
60
50
40 Melakukan
Tidak
30
20
10
0
Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6
Analisis Grafik :
1. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir separoh 41,7
% perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang ada
melakukan langkah pertama dari hand hygiene yaitu meratakan
sabun dengan menggosokkan pada kedua telapak tangan,
sedangkan 58,3 % lagi tidak melakukan langkah pertama dari hand
hygiene yaitu meratakan sabun dengan menggosokkan pada kedua
telapak tangan,
2. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir separoh 41,7
% perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang
ada melakukan langkah kedua dari hand hygiene yaitu menggosok
puggung tangan dan sela-sela jari, dan melakukan pada kedua
tangan, sedangkan 58,3% lagi tidak melakukan langkah kedua dari
hand hygiene yaitu menggosok puggung tangan dan sela-sela jari,
dan melakukan pada kedua tangan.
3. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir separoh
(33,3%) perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah
Padang ada melakukan langkah ketiga dari hand hygiene yaitu
menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari kedua tangan,
sedangkan 66,7 % lagi tidak melakukan langkah ketiga dari hand
hygiene yaitu menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
kedua tangan.
4. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir separoh 33,3
% perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang
ada melakukan langkah keempat menggosok punggung jari kedua
tangan dengan posisi tangan saling mengunci, sedangkan 66,7 %
lagi tidak melakukan langkah keempat menggosok punggung jari
kedua tangan dengan posisi tangan saling mengunci.
5. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa sebagian kecil
(25%) perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang
ada melakukan langkah kelima yaitu menggosok ibu jari kiri
dengan diputar dalam genggaman tangan kanan, dan lakukan juga
pada tangan pada tangan satunya, sedangkan 75 % lagi tidak
melakukan langkah kelima yaitu menggosok ibu jari kiri dengan
diputar dalam genggaman tangan kanan, dan lakukan juga pada
tangan pada tangan satunya
6. Berdasarkan grafik diatas didapat data bahwa hampir setengah
33,3% perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang
ada melakukan langkah keenam yaitu mengusapkan ujung kuku
tangan kanan dengan diputar di telapak tangan kiri, dan lakukan
juga pada tangan satunya kemudian bilas , sedangkan 66,7 % lagi
tidak melakukan langkah keenam yaitu mengusapkan ujung kuku
tangan kanan dengan diputar di telapak tangan kiri, dan lakukan
juga pada tangan satunya kemudian bilas.
100
80
60 Melakukan
Tidak Melakukan
40
20
0
Moment 1 Moment 2 Moment 3 Moment 4 Moment 5
Analisis Grafik :
d. Resiko Jatuh
120
100
80
60
40 Benar
Salah
20
Analisis Grafik :
1. Berdasarkan grafik diatas didapat data seluruh(100 %) perawat di Ruang
Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab benar tentang
pemakaian gelang pada pasien laki - laki.
2. Berdasarkan diagram diatas didapat data hampir seluruhnya (91.7%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang saat dilakukannya penilaian resiko jatuh, sedangkan 8.3%
menjawab salah tentang saat dilakukannya penilaian resiko jatuh.
3. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa hampir seluruhnya
(83.3%) perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang
menjawab benar tentang alat ukur yang digunakan untuk menilai kejadian
resiko jatuh pada pasien anak-anak , sedangkan 16.7 % menjawab salah
tentang alat ukur yang digunakan untuk menilai kejadian resiko jatuh pada
pasien anak-anak.
4. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa hampir seluruhnya (75%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang alat ukur yang digunakan untuk menilai kejadian resiko
jatuh pada pasien dewasa, sedangkan 25% menjawab salah tentang alat
ukur yang digunakan untuk menilai kejadian resiko jatuh pada pasien
dewasa.
5. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa sebagian besar (66.7 %)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang kategori pengkajian pasien jatuh sedangkan 33.3 %
menjawab salah tentang kategori pengkajian pasien jatuh.
6. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa hampir seluruh (83,3 %)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang tindakan keperawatan untuk pasien resiko jatuh ringan,
sedangkan 16,7 % menjawab salah tentang tindakan keperawatan untuk
pasien resiko jatuh ringan.
7. Berdasarkan diagram diatas didapat data hampir seluruhnya (83,3%)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang tindakan keperawatan untuk pasien resiko jatuh tinggi,
sedangkan 16.7 % menjawab salah tentang tindakan keperawatan untuk
pasien resiko jatuh tinggi.
8. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa hampir seluruhnya (91,7
%) perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang
menjawab benar tentang saat dilakukannya pengkajian ulang resiko jatuh,
sedangkan 8,3 % menjawab salah tentang saat dilakukannya pengkajian
ulang resiko jatuh.
9. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa sebagian besar (58,3 %)
perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang menjawab
benar tentang skor pada pengkajian resiko jatuh untuk geriatri, sedangkan
41,7 % menjawab salah tentang skor pada pengkajian resiko jatuh untuk
geriatri.
10. Berdasarkan diagram diatas didapat data bahwa hampir seluruhnya (91,7
%) perawat di Ruang Rawat Inap Safa RSI Siti Rahmah Padang
menjawab benar tentang lamanya riwayat jatuh sebelumnya yang perlu
dikaji pada pengkajian geriatri, sedangkan 8,3 % menjawab salah tentang
lamanya riwayat jatuh sebelumnya yang perlu dikaji pada pengkajian
geriatri.
Analisis Grafik :
2. Perumusan Masalah
Lembar Observasi
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
50% perawat di Ruang Rawat Inap belum
melakukan identifikasi data pada saat
pemberian obat
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
50% perawat di Ruang Rawat Inap belum
mengidentifikasi pasien pada saat
dilakukan tindakan invasif
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
40% perawat di Ruang Rawat Inap belum
mengidentifikasi pasien dengan lengkap
sebelum transfuse darah
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
50% perawat di Ruang Rawat Inap belum
mengidentifikasi pasien dengan lengkap
sebelum melakukan transfer pasien
2. Kuesioner : Pelaksanaan
Pengurangan Risiko
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 8.3%
Infeksi Terkait
perawat belum mengetahui pengertian dari
Pelayanan Kesehatan
hand hygiene
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 25% belum optimal oleh
perawat salah dalam menjawab berapa perawat di Ruang
moment yang terdapat dalam pelaksanaan Rawat Inap Safa RSI
hand hygiene Siti Rahmah Padang
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 8,3%
perawat salah dalam menjawab tentang 5
momen hand hygiene.
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 8,3%
perawat salah dalam menjawab tentang
waktu yang dibutuhkan untuk hand
hygiene dengan handrub
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 16,7%
perawat salah dalam menjawab tentang
akibat tidak melakukan hand hygiene
sebelum tindakan pada pasien
Lembar Observasi
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
58.3% perawat di Ruang Rawat Inap
belum melakukan langkah 1 untuk hand
hygiene yaitu meratakan sabun dengan
menggosokkan pada kedua telapak tangan.
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
58.3% perawat di Ruang Rawat Inap
belum melakukan langkah 2 untuk hand
hygiene yaitu menggosok punggung tangan
dan sela-sela jari, lakukan pada kedua tangan
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
66.7% perawat di Ruang Rawat Inap
belum melakukan langkah 3 untuk hand
hygiene yaitu menggosok kedua telapak
tangan dan sela-sela jari kedua tangan
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
66.7% perawat di Ruang Rawat Inap
belum melakukan langkah 4 untuk hand
hygiene yaitu menggosok punggung jari
kedua tangan dengan posisi tangan saling
mengunci
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
75% perawat di Ruang Rawat Inap belum
melakukan langkah 5 untuk hand hygiene
yaitu menggosok ibu jari kiri dengan diputar
dalam genggaman tangan kanan, lakukan
juga pada tangan satunya
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
66.7% perawat di Ruang Rawat Inap
belum melakukan langkah 6 untuk hand
hygiene yaitu mengusapkan ujung kuku
tangan kanan dengan diputar di telapak
tangan kiri, lakukan juga pada tangan satunya
kemudian bilas.
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
41.7% perawat di Ruang Rawat Inap
belum melakukan hand hygiene pada
momen 1 yaitu sebelum kontak dengan
pasien
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
41.7% perawat di Ruang Rawat Inap
belum melakukan hand hygiene pada
momen 2 yaitu sebelum tindakan asepsis
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
33.3% perawat di Ruang Rawat Inap
belum melakukan hand hygiene pada
momen 4 yaitu setelah kontak dengan pasien.
- Dari 12 orang yang dilakukan observasi
66.7% perawat di Ruang Rawat Inap
belum melakukan hand hygiene pada
momen 5 yaitu setelah kontak dengan
lingkungan sekitar pasien.
-
3. Kuesioner : - Pelaksanaan
pengkajian
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 8.3%
pendokumentasian
perawat salah dalam menjawab tentang
resiko jatuh belum
waktu penilaian resiko pasien jatuh
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 16,7% optimal oleh perawat
perawat salah dalam menjawab tentang di Ruang Rawat Inap
skala ukur untuk menilai kejadian resiko Safa RSI Siti
jatuh pada anak-anak Rahmah Padang
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 25%
perawat salah menjawab skala yang
digunakan dalam pengkajian resiko jatuh
pasien dewasa
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 33.3%
perawat salah menjawab pengkategorian
skala morse
- Dari 12 Kuesioner yang diberikan 16,7%
perawat salah menjawab tentang tindakan
keperwatan pada pasien risiko jatuh ringan
erikan obat, tindakan invasif seperti pemasangan infus, sebelum pemberian produk darah, sebelum pengam
tersosialisas
SOP di ruan
MAN MATERIAL
Perawat sering lupa dalam mengaplikasikan Hand Hygiene dalam lima moment
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Permenkes Nomor 147 Tahun 2010 tentang
perijinan rumah sakit.
Swansburg, R. (2001). Management and leadership for nurse managers (2nd ed.).
Sudbury, MA: Jones and Barlett.