You are on page 1of 18

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi
1. Stroke non hemoragik adalah sindroma klinik yang awalnya timbul mendadak,

progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24

jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian yang disebabkan oleh

gangguan peredaran darah otak non straumatik. (Arif Masnjoer, 2000).


2. Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan

thrombosis serebral biasnya terjadi setelah lama beristrahat, baru bangun tidur

atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang

menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif

Muttaqin, 2008).
B. Klasifikasi Stroke
Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan manifestasi

klinik dan proses patologik (kausal), yaitu :


1. Berdasarkan manifestasi klinik
a. Serangan iskemik sepintas/TIAS (Trans Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja

dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)
Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam

waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.

c. Stroke in Volution
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul

semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam

beberapa jam atau beberapa hari.


d. Stroke Komplit
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent.
2. Berdasarkan kausal
a. Stroke trombotik

Nurhisanti,S.Kep (143145901106) Profesi Ners Stikes Mega Rezky Makassar


Terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak.

Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh

darah yang kecil. Pada pembuluh darah yang besar trombotik terjadi akibat

aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat.

Selain itu, trobotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat

atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah

yang kecil trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah aarteri

kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan

indikatorpenyakit aterosklerosis.
b. Stroke emboli/non trombotik
Terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak. Sehingga,

terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa

mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

C. Etiologi
Pada tingkay makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh

emboli entrakranial atau thrombosis intracranial. Selain itu , stroe non hemoragik

juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap

proses yang menggangu aliran darah menuju ke otak menyebabkan timbunya

kaskade iskemik yang berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri.
1. Emboli
a. Embolus yang dilepaskan oleh arteri karotis atau vertebralis, dapat berasal

dari plaque athersclerotique yang berulserasi atau dari thrombus yang

melekat pada intima arteri akibat trauma tumpul pada daerah leher.
b. Embolisasi kerdiogenik dapat terjadi pada :
1) Penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan

dan bagian kiri atrium atau ventrikel.

Nurhisanti,S.Kep (143145901106) Profesi Ners Stikes Mega Rezky Makassar


2) Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan

gangguna pada katup mitralis.


3) Fibrilasi atrium
4) Infarksio kardis akut
5) Embolus yang berasal dari vena pulmonal
6) Kadang-kadang pada kardiomiopati

c. Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai :


1) Embolia septik, misalnya pada abses paru atau bronkiektasis
2) Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru
3) Embolisasi lemak dan udara atau gas
2. Thrombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembulih darah besar

(termasuk system arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sikulus

willisi dan sikulus posterior). Tempat terjadinya thrombosis yang paling sering

adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari

arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya

turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan thrombus

aterosklerosis/ulserasi plak dan perlengketan platelet).

Ada beberapa factor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;

Hipertensi, dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini

dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus

sehingga dapat mengganggu aliran darah cerebral.


Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat

yang diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan

maneuver tertentu dapat menimbulkan perdarahan.


Kelainan jantung / penyakit jantung
Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis.

Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan

Nurhisanti,S.Kep (143145901106) Profesi Ners Stikes Mega Rezky Makassar


aliran darah ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang

bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah.


Diabetes mellitus (DM)
Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya

peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya

serebral dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap

kelainan yang terjadi pada pembuluh darah serebral.


Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh

darah otak.
Polocitemia
Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat

sehingga perfusi otak menurun.


Peningkatan kolesterol (lipid total)
Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan

terbentuknya embolus dari lemak.


Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol

sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya

pembuluh drah otak.


Perokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga

terjadi aterosklerosis.
Kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk

kelenturan pembuluh darah (pembuluh darah menjadi kaku), salah satunya

pembuluh darah otak.


D. Manifestasi Klinik
Stroke non-haemorrhagic (SNH) (iskemik), gejala utamanya adalah

timbulnya deficit neurologis secara mendadak/subakut, didahului gejala prodromal,

Nurhisanti,S.Kep (143145901106) Profesi Ners Stikes Mega Rezky Makassar


terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak

menurun, kecuali bila embolus cukup besar.


Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan

pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa :
Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul

mendadak.
Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan

hemisensorik).
Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, dan

koma).
Afasia (bicara tidak lancer, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami

ucapan).
Disartria (bicara pelo atau cadal)
Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia.
Ataksia (trunkal atau anggota badan)
Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala.

E. Patofisiolosi

Stroke

Non hemoragik

Emboli, trombusus, aterosklerosis

Oklusi/sumbatan aliran darah otak

Perfusi jaringan otak

Iskemia Pelebaran kolateral

Nurhisanti,S.Kep (143145901106) Profesi Ners Stikes Mega Rezky Makassar


Metabolisme anaerob Aktivitas elektrolit terganggu

As.laktat Pompa Na dan K gagal

Edema otak

Perfusi otak menurun / Nekrosis jaringan otak

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Scan tomografi komputer bermanfaat untuk membandingkan lesi

serebrovaskular, dan lesi non vaskuler, misalnya hemoragi subdural, abses otak,

tumor atau hemoragi intraserebral dapat dilihat pada CT scan.


2. Angiografi digunakan untuk membedakan lesi serebrovaskuler dengan lesi non

vaskuler. Penting untuk diketahui apakah terdapat hemoragi karena informasi ini

dapat membantu dokter memutuskan dibutuhkan pemberian antikoagulan atau

tidak.
3. Pencintraan resonan magnetik (MRI) dapat juga membantu dalam

membandingkan diagnosa stroke.


4. Pemeriksaan ultrasonografi atau doppler yang merupakan prosedur non invasif,

sangat membantu dalam mendiagnosa sumbatan arteri karotis.

Nurhisanti,S.Kep (143145901106) Profesi Ners Stikes Mega Rezky Makassar


5. Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) dapat membantu menentukan apakah

terdapat disritmia, yang dapat menyebabkan stroke, dimana ditemukannya

inversi gelombang T, depresi ST, dan kenaikan serta perpanjangan QT.


6. Laboratorium
o Peningkatan Hb & Ht terkait dengan stroke berat
o Peningkatan WBC indikasi adanya infeksi endokarditis bakterialis.
7. Analisa CSF (merah) perdarahan sub arachnoid
8. CT Scan
Untuk mengetahui lokasi perdarahan, infark dan bekuan darah di daerah sub

arachnoid.
9. EKG
T invertil, ST depresi dan QT elevasi dan memanjang.
G. Komplikasi
Hipoksia serebral
Diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak

tergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirim ke jaringan. Pemberian

oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada

tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi

jaringan.
Penurunan aliran darah serebral
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung dan

integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus

menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral,

hipertensi atau hipotensi eksterm perlu dihindari untuk mencegah perubahan

pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.


Embolisme serebral
Dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari

katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan

selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan

Nurhisanti,S.Kep (143145901106) Profesi Ners Stikes Mega Rezky Makassar


vurah jantung tidak konsisten dan penghentian thrombus local. Selain itu,

disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

H. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
a. Strategi kampanye nasional yang terintegrasi dengan program pencegahan

penyakit vascular lainnya.


b. Memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas strok :
Menghindari : rokok, stress mental, alcohol, kegemukan, konsumsi

garam berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain, dan

sejenisnya.
Mengurangi : kolesterol dan lemak dalam makanan.
Mengendalikan : hipertensi, diabetes mellitus , penyakit jantung

(misalnya fibrilasi atrium, infark miokard akut, penyakit jantung

reumatik), penyakit vascular aterosklerotik lainnya.


Menganjurkan : konsumsi gizi seimbang dan olahraga teratur.
2. Pencegahan sekunder
a. Modifikasi gaya hidup beresiko strok dan factor resiko lainnya.
b. Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin.
c. Obat-obatan yang digunakan : misalnya asetosal dan antikoagulan oral

(warfarin/dikumarol).
d. Tindakan invasive :
Flebotomi untuk polisitemia
Enerterektomi karotis hanya dilakukan pada pasien yang simptomatik

dengan stenosis 70-99% unilateral baru.


Tindakan bedah lainnya (reseksi artery vein malformation [AVM],

kliping aneurisme Berry).


I. Penatalaksanaan
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh

dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil

Nurhisanti,S.Kep (143145901106) Profesi Ners Stikes Mega Rezky Makassar


2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu

diberikan ogsigen sesuai kebutuhan

3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil

4. Bed rest

5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia

6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi

8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari

penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik

9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat

meningkatkan TIK

10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran

menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT

11. Penatalaksanaan spesifik berupa:

10. Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan, obat

hemoragik
11. Stroke hemoragik : mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan

pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi.

Nurhisanti,S.Kep (143145901106) Profesi Ners Stikes Mega Rezky Makassar


BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Aktifitas/ istirahat
Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan,

kehilangan sensasi atau paralysis.


Tanda : Gangguan tonus otot (flaksid, spastis), paralitik (hemiplegia), dan terjadi

kelemahan umum, gangguan penglihatan dan tingkat kesadaran


Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit gangguan jantung (MI, endokarditis, PJK, bakterial
Tanda : Hipertensi arterial, disritmia pada EKG, desiran pada karotis, femoralis

dan A. Iliaka
Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urin, anuria
Tanda : Distensi abdomen, bising usus negatif
Makanan/cairan
Gejala : Nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut, kehilangan sensasi

pada lidah, pipi, dispagia, adanya riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah
Tanda : Kesulitan menelan, obesitas
Neurosensori
Gejala : Sinkop/pusing, sakit kepala, kelemahan/kesemutan, penurunan fungsi

penglihatan, kehilangan rangsang sensorik kontralateral (pada sisi tubuh yang

berlawanan pada ekstremitas dan kadang-kadang pada ipsilateral (yang satu sisi)

pada wajah
Tanda : Tingkat kesadaran; biasanya terjadi koma pada tahap awal hemoragik,

gangguan tingkah laku; lethargi, kelemahan/paralysis, afasia

Nyeri / kenyamanan

Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda (karena a. carotis

yang terkena)

Nurhisanti,S.Kep (143145901106) Profesi Ners Stikes Mega Rezky Makassar


Tanda : Gelisah, ketegangan pada otot

Pernapasan

Gejala : Merokok (faktor risiko)

Tanda : Ketidakmampuan menelan/batuk/hambatan jalan napas, suara napas

terdengar/ronhki (aspirasi sekresi), napas tidak teratur

Keamanan

Tanda : Kesulitan dalam menelan, tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi sendiri, hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit

Interaksi Sosial

Tanda : Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi

Penyuluhan

Gejala : Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke (faktor risiko),

pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alcohol

B. Diagnosa Keperawatan, Rencana Dan Rasional


1. Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah;

gangguan oklusif, hemoragik,; vasospasme serebral, edema serebral


a. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan

keadaan/penyebab penurunan perfusi jaringan serebral


Rasional : Mempengaruhi penetapan intervensi dan sebagai acuan

kewaspadaan bila tiba-tiba terjadinya penurunan kesadaran


b. Pantau/ catat status neurologis sesering mungkin
Rasional : Mengetahui lokasi, luas dan resolusi kerusakan SSP.
c. Pantau tanda-tanda vital

Nurhisanti,S.Kep (143145901106) Profesi Ners Stikes Mega Rezky Makassar


Rasional : Bradicardi dapat terjadi sebagai akibat adanya kerusakan otak,

ketidak teraturan pernapasan dapat memberikan gambaran lokasi kerusakan

serebral/peningkatan TIK
d. Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi

anatomis Rasional : Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan

drainase dan meningkatkan sirkulasi serebral.


e. Pertahankan tirah baring
Rasional : Aktifitas/stimulasi yang kontinyu dapat meningkatkan TIK
f. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi

serebral dan tekanan meningkat/terbentuknya udema

g. Berikan obat sesuai indikasi


Rasional : Secara umum fungsi farmakologis dari obat yang diberikan pada

kasus stroke berfungsi untuk meningkatkan aliran darah cerebral misalnya

dengan mencegah pembentukan emboli, mengurangi udema dan hipertensi


2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, paraestesia;

flaksid/paralysis spastis, kerusakan perceptual


a. Kaji kemampuan secara fungsional/luasnya kerusakan awal
Rasional : Memberikan informasi mengenai derajat pemulihan yang klien

lalu dan membantu dalam menentukan intervensi selanjutnya


b. Ubah posisi minimal setiap 2 jam (terlentang, miring)
Rasional : Menurunkan risiko terjadinya trauma/iskemia jaringan
c. Lakukan latihan gerak aktif/pasif secara bertahap
Rasional : Meminimalkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi dan mencegah

kontraktur.
d. Tinggikan tangan dan kepala
Rasional : Mempengaruhi penetapan intervensi dan sebagai acuan

kewaspadaan bila tiba-tiba terjadinya penurunan kesadaran.


e. Konsultasikan dengan ahli fisoterapi secara aktif, latihan dan

ambulasi pasien

Nurhisanti,S.Kep (143145901106) Profesi Ners Stikes Mega Rezky Makassar


Rasional : Program khusus dapat dikembangkan dalam menjaga

keseimbangan, koordinasi dan kekuatan

3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi

serebral; kerusakan neuromuscular, kehilangan tonus/kontrol otot, kelelahan

umum
a. Kaji tipe/derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami

kata atau mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian


Rasional : Membentu menemukan daerah dan derajat kerusakan serebral

yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa tahap proses komunikasi
b. Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti buka

mata atau tunjuk pintu) ulangi dengan kalimat/ kata yang sederhana
Rasional : Melakukan penilaian terhadap kerusakan sensorik (afasia

sensorik).
c. Tunjukkan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda
Rasional : Melakukan penilaian terhadap kerusakan motorik (afasuia

motorik).

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral;

keruskan neuromuscular, kehilangan tonus/kontrol otot, kelelahan umum,

nyeri, depresi

a. Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan (dengan menggunakan

skala 0-4) untuk melakukan kebutuhan sehari hari


Rasional : Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan

kebutuhan secara individual


b. Hindari melakukan sesuatu untuk klien, yang dapat dilakukan klien

sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan

Nurhisanti,S.Kep (143145901106) Profesi Ners Stikes Mega Rezky Makassar


Rasional : Pasien mungkin terjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung

dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi

adalah penting bagi pasien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri

sendiri untuk mempertahankan diri sendiri dan meningkatkan pemulihan


c. Sadari prilaku/ aktifitas impulsif karena gangguan dalam

mengambil keputusan
Rasional : Dapat menunjukkan kebutuhan intervensi dan pengawasan

tambahan untuk meningkatkan keamanan klien


d. Pertahankan dukungan, sikap yang tegas. Beri klien waktu yang

cukup untuk mengerjakan tugasnya


Rasional : Pasien memerlukan empati tapi perlu untuk mengetahui pemberi

asuhan yang akan membantu pasien secara konsisten

5. Risiko tinggi terhadap/kerusakan menelan berhubungan dengan kerusakan

neuromuscular/perseptual

a. Tinjau ulang kemampuan menelan klien secara individual, catat

luasnya paralysis fasial, gangguan lidah, kemampuan untuk melindungi jalan

napas. Rasional : Pilihan rute makanan ditentukan oleh faktor ini


b. Letakkan pasien pada posisi duduk/tegak selama makan
Rasional : Menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses menelan dan

menurunkan risiko terjadinya aspirasi


c. Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual

dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika diperlukan


Rasional : Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan

kontrol muskuler
d. Berikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang
Rasional : Pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya

distraksi/gangguan dari luar

Nurhisanti,S.Kep (143145901106) Profesi Ners Stikes Mega Rezky Makassar


e. Anjurkan pasien untuk menggunakan sedotan untuk meminum

cairan Rasional : Menguatkan otot fasial dan otot menelan dan menurunkan

risiko tersedak
f. Kolaborasi tentang pemberian cairan melalui IVFD dan/atau

makanan melalui selang


Rasional : Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga

makanan jika pasien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu

melalui mulutnya

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan

dengan kurang pemajanan, keterbatasan kognitif, kesalahan interpretasi,

tidak mengenal sumber-sumber informasi

a. Evaluasi tipe/derajat dari gangguan persepsi sensori


Rasional : Defisit mempengaruhi pilihan metode pengajaran dan

isi/kompleksitas instruksi
b. Kaji tingkat pengetahuan pasien/orang terdekat tentang : Faktor

risiko, faktor pencetus, perawatan tindak lanjut dirumah


Rasional : Perlu untuk pembuatan rencana instruksi individu,

mengidentifikasi secara verbal kesalahpahaman dan memberikan penjelasan


c. Berikan informasi dalam bentuk belajar yang bervariasi misalnya

leaflet tentang : Faktor risiko, Faktor pencetus, Perawatan tindak lanjut

dirumah Rasional : Penggunaan metode belajar yang bermacam-macam

meningkatkan penyerapan materi


d. Dorong penguatan faktor risiko, pembatasan diet, aktifitas seksual

dan gejala yang memerlukan perhatian medis


Rasional : Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mencakup

informasi dan mengasumsi kontrol/partisipasi dalam program rehabilitasi

Nurhisanti,S.Kep (143145901106) Profesi Ners Stikes Mega Rezky Makassar


e. Identifikasi sumber-sumber yang ada dimasyarakat seperti klub

jantung sehat atau program pendukung lainnya


Rasional : Meningkatkan kemampuan koping dan meningkatkan

penanganan dirumah dan penyesuaian terhadap kerusakan


7. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis/stress

psikologis
a. Evaluasi adanya gangguan penglihatan
Rasional : Munculnya gangguan penglihatan dapat bertambah negatif

terhadap kemampuan klien untuk menerima lingkungan dan mempelajari

kembali keterampilan motorik dan meningkatkan risiko terjadinya cedera


b. Ciptakan lingkungan yang aman, pindahkan perabot yang membahayakan

Rasional : Menurunkan/membatasi jumlah stimulasi penglihatan yang

mungkin dapat menimbulkan kebingungan terhadap interpretasi

lingkungan : menurunkan risiko terjadinya kecelakaan


c. Kaji kesadaran sensorik seperti membedakan panas dingin, tajam tumpul,

posisi bagian tubuh, rasa persendian


Rasional : Penurunan kesadaran terhadap sensorik fan kerusakan perasaan

kinetik berpengaruh buruk terhadap keseimbangan/poisis tubuh dan

kesesuaian gerakan yang mengganggu ambulasi, meningkatkan risiko

terjadinya trauma
d. Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan, seperti berikan pasien suatu benda

untuk menyentuh, meraba. Biarkan pasien menyentuh dinding/batas-batas

yang lainnya
Rasional : Membantu melatih kembali jaras sensorik untuk

mengintegrasikan persepsi dan interpretasi stimulasi. Membantu pasiuen

untuk mengorientasikan bagian dirinya dan kekuatan pengunaan dari daerah

yang terpengaruh

Nurhisanti,S.Kep (143145901106) Profesi Ners Stikes Mega Rezky Makassar


e. Hilangkaan kebisingan/stimulasi eksternal yang berlebihan sesuai kebutuhan

Rasional : Menurunkan ansietas dan respon emosi yang

berlebihan/kebingungan yang berhubungan sensori yang berlebihan


f. Bicara dengan tenang, perlahan dengan menggunakan kalimat yang pendek,

pertahankan kontak mata


Rasional : Pasien mungkin mengalami keterbatasan dalam rentang

perhatian atau masalah pemahaman. Ini dapat membantu pasien untuk

berkomunikasi

DAFTAR PUSTAKA

Kumar, Vinay. Et.al. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Vol.2 Ed. 7. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta :

EGC.

N. Richard. Mitchell. Et.al. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins dan

Coutran. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Reevers, Charlene J, et all. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medica.

http://www.google.com. Asuhan Keperawatan Stroke. Diakses pada Kamis, 1 Mei 2012.

Nurhisanti,S.Kep (143145901106) Profesi Ners Stikes Mega Rezky Makassar


Nurhisanti,S.Kep (143145901106) Profesi Ners Stikes Mega Rezky Makassar

You might also like