Professional Documents
Culture Documents
KATARAK
Disusun oleh :
Kelompok 5
Frischilla Tika Salawoba
Arsita Kakinsale
Tiffani Paath
Claudia Balo
Pristy Tias
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas tuntunannya kami
kelompok bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Semoga tugas yang kami buat ini bisa bermanfaat bagi kita semua untuk proses
belajar kita sebagai mahasiswa/I fakultas keperawatan.
Dalam pembuatan tugas ini kami berterimakasih bagi pihak-pihak yang sudah
membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Dalam tugas ini banyak kekurangan, dari pada itu kami mohon kritik dan saran
anda sekalian. Terimakasih
Penulis
Kelompok 5
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Katarak adalah terjadinya opositas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa,
sehingga menyebabkan penurunan atau gangguan penglihatan (KMB Vol. 3 Halaman
1996).
Katarak merupakan kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina (Istiqomah,2003).
Katarak sendiri diumpamakan seperti penglihatan yg tertutup air terjun akibat
keruhya lensa (Tamsuri,2004) biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan
progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, vaskular, tidak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Lensa tidak mempunyai asupan darah ataupun inervasi syaraf, dan
bergantung sepenuhnya pada akuos humor untuk metabolisme dan pembuangan. Lensa
terletak di belakang iris dan di depan korpus vitreous. Posisinya ditopang oleh Zonula
Zinni, terdiri dari serabut-serabut kuat yang melekat ke korpus siliaris.
Diameter lensa adalah 9-10 mm dan tebalnya bervariasi sesuai dengan umur,
mulai dari 3,5 mm (saat lahir) dan 5 mm (dewasa).
Lensa dapat membiaskan cahaya karena memiliki indeks refraksi, normalnya 1,4 di
sentral dan 1,36 di perifer. Dalam keadaaan nonakomodatif, kekuatannya 15-20 dioptri
(D)
Struktur Lensa terdiri dari Kapsul yang tipis, transparan, dikelilingi oleh
membran hialin yang lebih tebal pada permukaan anterior dibanding posterior. Lensa
disokong oleh serabut zonular berasal dari lamina nonpigmented epithelium pars plana
dan pars plikata daripada korpus siliaris. Zonular ini masuk ke dalam Lensa di regio
ekuator. Diameter serabut adlaah 5-30 m. Epitel berada tepat di belakang kapsul anterior
Lensa terdapat satu lapisan sel epitel. Di bagian ekuator, sel ini aktif membelah dan
membentuk serabut Lensa baru sepanjang kehidupan. Nukleus pada bagian sentralnya
terdiri serabut-serabut tua. Terdiri beberapa zona berbeda, yang menumpuk ke bawah
sesuai dengan perkembangannya. Korteks pada bagian perifer terdiri dari serabut-
serabut lensa yang muda.
Enam puluh lima persen Lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan
protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa
ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di
kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk
teroksidasi maupun tereduksi.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :
Kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung.
Terletak di tempatnya.
Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar
dan berat.
2.4 Etiologi
Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
- Usia lanjut dan proses penuaan
- Kongenital atau bisa diturunkan
- Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (DM dan obat-
obat tertentu, misalnya kortikosteroid)
- Pemajanan radiasi. Pemajanan yang lama sinar matahari (sinar UV) atau
kelainan mata lain seperti uveitis anterior
- Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan seperti merokok atau
bahan beracun lainnya (KMB Vol. 3)
2.5 Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada
korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan.
Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna,
nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalamui
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan
bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah
enzim akan menurun dengan 23 bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak.
Gejala Objektif
1. Penyembuhan seperti mutiara keabuan pada pupil
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih
2.7 Penatalaksanaan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kaca mata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang atau kaca mata yang
dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan oprasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata.
Ada beberapa jenis operasi yang dilakukan yaitu:
- ICCE (Intracapsular Cataract Extraction) yaitu dengan mengangkat semua lensa
termasuk kapsulnya
- ECCE (Ekstracapsular Cataract Exterction) terdiri dari 2 macam yaitu:
1. Standar ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara manual setelah
membuka kapsul lensa dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga
penyembuhan lebih lama.
2. Fekoemulsifikasi, bentuk ECCE yang menggunakan getaran ultrasonik
untuk menghancurkan nukleus sehingga material nukleus dan korteks dapat
diaspirasi melalui insisi 3 mm. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil
ini biasanya memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang
lebih cepat.
BAB 3
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
INTERVENSI RASIONAL
1.Kaji keadaan umum pasien 1.Untuk mengetahui keadaan pasien
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat 1.Derajat kecemasan akan dipengaruhi
adanya tanda- tanda verbal dan bagaimana informasi tersebut diterima oleh
nonverbal. individu.
INTERVENSI RASIONAL
1.Kaji informasi tentang kondisi pasien, 1.Meningkatkan pemahaman dan kerjasama
prognosis, tipe prosedur/lensa dengan program pascaoprasi
2.Anjurkan pasien tidur terlentang, 2.Mencegah cedera kecelakaan pada mata
mengatur intensitaf lampu dan
menggunakan kacamata gelap bila keluar
3.Penurunan penglihatan perifer atau
atau dalam ruangan terang
3.Anjurkan mengatur posisi pintu sehingga gangguan pedalaman persepsi dapat
mereka terbuka atau tertutup penuh, menyebabkan pasien menabrak sebagian
pindahkan perabot dari lalu lalang jalan perabot
4. Dapat bereaksi silang/campur dengan
4. Informasikan pasien untuk menghindari
tetes mata yang dijual bebas. obat yang diberikan.
5. Anjurkan pasien menghindari membaca,
berkedip; mengangkat berat, mengejan saat 5. Aktivitas yang menyebabkan mata
defekasi, membongkok pada panggul, lelah/regang, manuver Valsalva, atau
meniup hidung. meningkatkan TIO dapat mempengaruhi
hasil bedah dan mencetuskan perdarahan
INTERVENSI RASIONAL
1. Diskusikan apa yang terjadi pada 1. Membantu mengurangi rasa takut dan
pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan meningkatkan kerja sama dalam
aktivitas, penampilan, balutan mata. pembatasan yang diperlukan.
2. Beri pasien posisi bersandar, kepala
tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit 2.Istirahat hanya beberapa menit sampai
sesuai keinginan. beberapa jam pada bedah rawat jalan atau
menginap semalam bila terjadi komplikasi.
Menurunkan tekanan pada mata yang sakit,
meminimalkan risiko perdarahan atau stres
pada jahitan/jahitan terbuka.
INTERVENSI RASIONAL
1.Beritahukan pentingnya mencuci tangan 1.Menurunkan jumlah bakteri pada tangan,
sebelum menyentuh atau mengobati mata mencegah kontaminasi area operasi
2.Gunakan atau tunjukan teknik yang tepat 2.Teknik aseptik menurunkan resiko
untuk membersihkan mata dari dalam ke penyebaran bakteri dan kontaminasi silang
luar dengan tissue basah atau bola kapas
untuk tiap usapan, ganti balutan dan
masukan lensa kontak bila menggunakan.
3.Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi
3.Tekankan pentingnya tidak menyentuh
operasi
atau menggaruk mata yang dioperasi
4.Observasi tanda terjadinya infeksi
4.Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah
(contoh: kemerahan, kelopak mata bengkak)
prosedur dan memerlukan upaya intervensi.
5. Kolaborasi pemberian obat sesuai
5. Sediaan topikal digunakan secara
indikasi
profilaksis, dimana terapi lebih diperlukan
bila terjadi infeksi.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Katarak sendiri diumpamakan seperti penglihatan yg tertutup air terjun akibat keruhya
lensa (Tamsuri,2004) biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: Usia lanjut dan proses penuaan, kongenital
atau bisa diturunkan, katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik
(DM dan obat-obat tertentu, misalnya kortikosteroid), pemajanan yang lama sinar
matahari (sinar UV) atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior dan pembentukan
katarak dipercepat oleh faktor lingkungan seperti merokok atau bahan beracun lainnya
(KMB Vol. 3).
Selanjutnya pada asuhan keperawatan dengan kasus sebelum operasi dan sesudah
operasi katarak hal yang perlu dilakukan sebelum operasi adalah menganjurkan pasien
untuk tidak sembarangan membeli obat tetes mata yang dijual sembarangan tanpa resep
dokter, karena akan berpengaruh pada proses persiapan operasi dengan obat-obatan
yang diberikna oleh dokter, selanjutnya setelah tindakan operasi adalah pentingnya
pemberian informasi tentang perawatan dirumah setelah dilakukan operasi. Hal ini
penting untuk diinformasikan karena sebagian besar masyarakat belum memahami hal
tersebut. Perawatan yang benar setelah operasi katarak dapat mencegah terjadinya
masalah setelah pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, S. 2003. Katarak. Jakarta: Universitas Indonesia
Istiqomah, IN. 2003. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta: EGC.