You are on page 1of 11

KANKER SERVIKS

Definisi Kanker Serviks


Kanker serviks merupakan penyakit keganasan yang terjadi pada leher
rahim. Kanker serviks sering ini disebut juga dengan kanker leher rahim atau
kanker mulut rahim dimulai pada lapisan serviks. Leher rahim (serviks) adalah
bagian bawah uterus(rahim). Rahim memiliki dua bagian. Bagian atas , disebut
tubuh rahim, adalah tempat bayi tumbuh. Leher rahim di bagian bawah,
menghubungkan tubuh rahim ke vagina, atau disebut juga jalan lahir (Bosch
et.al,1992).
Kanker serviks terbentuk sangat perlahan dimulai beberapa sel berubah
dari normal menjadi sel-sel pra kanker dan kemudian menjadi sel kanker. Proses
ini dapat terjadi bertahun-tahun, tapi kadang-kadang terjadi lebih cepat. Perubahan
ini sering disebut dysplasia. Displasia ini dapat ditemukan dengan menggunakan
test pap smear dan dapat diobati untuk mencegah terjadinya kanker (Walboomers
et.al,1999).
Di Indonesia jumlah prevalensi penyakit ini cukup besar. Setiap hari
ditemukan 40-45 kasus baru dengan jumlah kematian mencapai 20-25 orang.
Diperkirakan 48 juta wanita beresiko mengidap penyakit ini. Kanker leher rahim
ini biasanya menyerang wanita yang berusia 35-55 tahun. Jarang terjadi pada usia
dibawah 20 tahun. Tetapi ketika wanita berada pada usia tua atau pada usia
sesudah menopause masih beresiko terkena penyakit ini. Oleh karena itu penting
bagi wanita lebih tua untuk tetap menjalani tes pap smear secara teratur(Koss,
1989). Sebanyak 90% kanker rahim ini berasal dari sel skuamosa yang melapisi
serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran
servikal yang menuju rahim.

Epidemiologi
Kanker leher rahim merupakan penyebab kematian nomor satu yang sering
terjadi pada wanita di Indonesia. Sekitar 80 % kasus kanker leher rahim atau
kanker serviks terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang. Di
Indonesia terdapat 90-100 kasus kanker leher rahim per 100.000 penduduk
(Swasono,2008).
Kasus penyakit kanker serviks lebih banyak disebabkan oleh infeksi yang
terus menerus dari Human Papiloma Virus(HPV) (Wijaya,2010). Infeksi virus ini
biasanya ditularkan melalui hubungan seks.
Di Negara berkembang penyakit ini lebih tinggi dibandingkan dengan di
negara yang lebih maju. Tingginya kasus di negara berkembang diakibatkan oleh
terbatasnya akses screening dan pengobatan, sehingga lebih banyak penderita
yang datang berobat sudah dalam kondisi kritis dan penyakitnya sudah dalam
stadium lanjut. Di Indonesia sendiri hambatan skrining cukup besar Karena test
skrining ini belum menjadi program wajib pelayanan kesehatan (Emilia, 2010).

Faktor Resiko Kanker Serviks


Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan peluang seorang wanita untuk
terkena kanker serviks. Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Infeksi Virus Human Papilloma (HVP)


Faktor resiko dari infeksi HPV adalah factor yang terpenting dalam
timbulnya penyakit kanker serviks ini. Human Papilloma Virus adalah
sekelompok lebih dari 100 virus yang berhubungan yang dapat menginfeksi
sel-sel pada permukaan kulit, ditularkan melalui kontak kulit seperti vaginal,
anal, atau oral seks(Bosch et.al,1995). Virus ini berasal dari familia
Papovaridaedan genus Papilloma virus. Virus
HPV berisiko rendah dapat menimbulkan penyakit kutil kelamin yang akan
dapat sembuh dengan sendirinya oleh karena kekebalan tubuh. Tetapi pada
virus yang beresiko tinggi(tipe 16,18,31,33 dan 45), maka virus ini dalam
jangka panjang dapat menyebabkan terbentuknya sel-sel pra kanker karena
virus ini dapat mengubah permukaan sel-sel vagina. Oleh karena itu bila tidak
terdeteksi secara dini dalam jangka waktu yang lama virus itu dapat
menyebabkan terbentuknya sel-sel pra kanker serviks.
Hubungan seks yang tidak aman terutama pada usia muda atau
melakukan hubungan seks dengan banyak pasangan, memungkinkan terjadinya
infeksi HPV. Infeksi virus HPV dapat terjadi dalam 2-3 tahun pertama mereka
aktif secara seksual (Bosch, et.al,1992).
Organ reproduksi wanita pada usia remaja (12-20 tahun) sedang aktif
berkembang. Bila terjadi rangsangan oleh penis/sperma dapat memicu
perubahan sifat sel menjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat
berhubungan seksual dan kemudian terjadi infeksi virus HPV. Saat ini sudah
ada beberapa vaksin yang dapat mencegah terjadinya infeksi dari beberapa
jenis HPV (Koss, 1989).

Sebenarnya sebagian besar HPV akan menghilang dengan sendirinya


oleh kekebalan tubuh alami, tetapi ada beberapa tipe HPV yang tidak hilang
oleh karena kekebalan tubuh alami dan justru menetap. Tipe inilah yang
menetap dan menyebabkan perubahan sel normal serviks menjadi tidak
normal. Perjalanan kanker serviks dari infeksi HPV, tahap pra kanker, hingga
menjadi kanker serviks memakan waktu sekitar 10-20 tahun.
b. Pasangan Seksual yang Berganti-ganti
Dari berbagai penelitian yang dilakukan timbulnya penyakit kanker
serviks berkaitan erat dengan perilaku seksual seperti mitra seks yang berganti-
ganti. Resiko kanker serviks lebih dari 10 kali bila berhubungan dengan 6 atau
lebih mitra seks (Mardiana,2004). Juga resiko akan meningkat bila
berhubungan seks dengan pria yang beresiko tinggi (laki-laki yang
berhubungan seks dengan banyak wanita atau mengidap kandiloma akuminata
(Aziz,2000)
c. Usia Pertama Melakukan Hubungan Seks
Wanita yang melakukan hubungan seks pertama sekali pada umur
dibawah 17 tahun hampir selalu 3x ;lebih mungkin terkena kanker serviks di
usia tuanya (Gant, 2010, Wijaya, 2010). Semakin muda seorang wanita
melakukan hubungan seks maka semakin besar resiko terkena kanker serviks.
Hal ini disebabkan karena alat reproduksi wanita pada usia ini belum matang
dan sangat sensitif.
d. Merokok
Tembakau atau rokok mengandung bahan-bahan karsinogenik baik
yang dikunyah atau dihisap sebagai rokok atau sigaret. Penelitian
menunjukkan lender serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-
zat lainnya terdapat di dalam rokok. Produk sampingan rokok seringkali
ditemukan pada mukosa serviks dari wanita perokok (Bosch et.al, 1992,
Wijaya, 2010)
e. Jumlah Anak
Wanita yang sering melahirkan mempunyai resiko 3-5 x lebih besar
terkena kanker leher rahim. Terjadinya trauma pada bagian leher rahim yang
tipis dapat merupakan penyebab timbulnya suatu peradangan dan selanjutnya
berubah menjadi kanker. Menurut berapa pakar, jumlah kelahiran yang lebih
dari 3 akan meningkatkan resiko wanita terkena kanker serviks (Wijaya, 2010).
f. Kontrasepsi
Pil KB yang dipakai dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan
resiko terkena kanker serviks.Dari beberapa penelitian menemukan bahwa
resiko kanker serviks meningkat berkaitan dengan semakin lama wanita
tersebut menggunakan pil KB, dan cenderung akan menurun pada saat pil
tersebut dihentikan(Bosch et.al,1992). Beberapa penelitian juga menunjukkan
bahwa pemakaian pil KB akan menyebabkan wanita lebih sensitive terhadap
HPV sehingga makin meningkatkan resiko terkena kanker serviks.
g. Riwayat Keluarga
Sama seperti jenis kanker lainnya, maka pada kanker leher rahim juga
akan meningkatkan resiko terkena pada wanita yang mempunyai keluarga (Ibu
atau kakak perempuan) terkena kanker leher rahim. Bila wanita mempunyai
Ibu atau kakak perempuan yang terkena kanker rahim, maka wanita
tersebut mempunyai resiko terkena kanker ini 2 atau 3 x lebih besar dari orang
lain yang tidak mempunyai riwayat keluarga.
h. Kekebalan Tubuh
Seseorang yang melakukan diet ketat, diet rendah sayuran dan buah-
buahan, rendahnya konsumsi vitamin A,C, dan E setiap hari dapat
menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh, sehingga oang tersebut gampang
terinfeksi oleh berbagai kuman, termasuk HPV. Penurunan kekebalan tubuh
dapat juga mempercepat pertumbuhan sel kanker dari noninvasive menjadi
invasif.

Pertumbuhan Kanker Serviks dan Gejalanya


Pertumbuhan Kanker Serviks
Pertumbuhan kanker serviks tumbuh dan berkembang secara bertahap
dimulai dari lesi pra kanker yang disebut dysplasia (CIN/Cervical Intraephitel
Neoplasm). Perubahan morfologi berupa gambaran sel-sel imatur, inti sel yang
atipik, perubahan rasio inti/sitoplasma dan kehilangan polaritas yang normal adalah
ciri dari dysplasia. Displasia bukan merupakan suatu bentuk kanker tetapi akan
mengganas menjadi kanker bila tidak diatasi (Hacker, 2005).
Interval waktu yang dibutuhkan antara timbulnya lesi pra kanker dan
terjadinya kanker leher rahim membutuhkan waktu yang cukup panjang.
Diperkirakan 80% dari dysplasia akan menjadi karsinoma in situ dalam waktu 10-
15 tahun(Robbins dan Kumar, 1995). Dalam waktu yang panjang tersebut
dapat dilakukan berbagai upaya pencegahan berupa pemeriksaan dan pemberian
terapi secara dini ( Husain&Hoskin,2002).

Stadium Kanker Leher Rahim


Stadium Kanker Leher Rahim dapat dibagi menjadi beberapa tahap menurut
Federation International of Gynecology and Obstetricts(FIGO) yaitu:
1. Stadium 0
Stadium ini disebut jugaCarsinoma in-situ yang berarti kanker yang berada di
tempatnya belum menyerang bagian lain. Perubahan yang tidak wajar hanya
ditemukan pada permukaan serviks. Ini termasuk kondisi pra-kanker yang bisa
diobati dengan tingkat kesembuhan mendekati 100%. Namun bila dibiarkan, maka
pra- kanker ini dapat berkembang menjadi kanker setelah beberapa tahun. Pap
smear dapat menemukan karsinoma in-situ dan dapat disembuhkan dengan
mengambil daerah permukaan serviks yang sel-selnya mengalami perubahan tidak
wajar.
Stadium 1
Stadium 1 berarti bahwa kanker baru berada di leher rahim. Stadium ini dibagi
menjadi:
- Stadium 1A 1: pertumbuhannya begitu kecil sehingga kanker hanya bisa
dilihat dengan sebuah mikroskop atau kolposkop. Pada stadium ini, kanker
telah tumbuh kurang dari 3 mm ke dalam jaringan serviks, dan lebarnya
kurang dari 7 mm
- Stadium 1A 2: Kanker telah tumbuh antara 3-5 mm ke dalam jaringan-
jaringan serviks, tetapi lebarnya masih kurang dari 7mm.

- Stadium 1B : Area kanker lebih luas, tetapi kanker masih berada dalam
jaringan serviks dan biasanya belum menyebar. Kanker ini bisa dilihat tanpa
menggunakan mikroskop, tetapi kadang tidak selalu demikian.
- Stadium 1B 1: kanker tidak lebih besar dari 4 cm
- Stadium 1B2: kanker lebih besar dari 4 cm(ukuran horizontal)
2. Stadium 2
Kanker mulai menyebar ke luar dari leher rahim menuju ke jaringan-
jaringan di sekitarnya. Tetapi kanker belum tumbuh ke dalam otot-otot atau
ligament dinding panggul atau menuju ke vagina bagian bawah. Stadium 2 dibagi
menjadi 2 yaitu:
- Stadium 2A: kanker telah menyebar ke vagina bagian atas. Dapat diobati
dengan gabungan radioterapi atau pembedahan atau keduanya.
- Stadium 2A 1: kanker berukuran 4 cm atau kurang
- Stadium 2A 2: kanker berukuran lebih dari 4 cm
- Stadium 2B: ada penyebaran ke dalam jaringan sekitar serviks. Dapat
diobati dengan gabungan radioterapi dan kemoterapi.
3. Stadium 3
Pada stadium 3, kanker servisk telah menyebar jauh dari serviks menuju ke
dalam struktur di sekitar daerah panggul. Kanker mungkin telah tumbuh ke dalam
vagina bagian bawah dan otot-otot serta ligament yang melapisi dinding panggul.
Dan kemungkinan juga kanker telah tumbuh memblokir saluran kencing. Stadium
ini dibagi menjadi :

- Stadium 3A: kanker telah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina tetapi
masih belum ke dinding panggul
- Stadium 3B: kanker telah tumbuh menuju ke dinding panggul atau
memblokir satu atau kedua saluran pembuangan ginjal
Stadium ini biasanya bisa diobati dengan radioterapi dan kemoterapi.
4. Stadium 4
Kanker serviks stadium 4 adalah kanker yang paling parah. Kanker telah
menyebar ke organ-organ tubuh di luar serviks dan rahim. Stadium ini dibagi
menjadi:
- Stadium 4A: kanker telah menyebar ke organ-organ seperti kandung kemih
dan dubur
- Stadium 4B: kanker telah menyebar ke organ tubuh yang sangat jauh
misalnya paru-paru.
Pada stadium ini kanker diobati dengan pembedahan, radioterapi, dan
kemoterapi atau kombinasi segalanya.

Gejala Kanker Leher Rahim


Menurut Sukaca (2009) gejala penderita kanker serviks diklasifikasikan
menjadi dua yaitu gejala pra kanker serviks dan gejala kanker serviks.
Gejala pra kanker serviks ditandai dengan gejala :
1. Keluar cairan encer dari vagina(keputihan)
2. Pendarahan setelah sanggama yang kemudian dapat berlanjut menjadi
pendarahan yang abnormal.

3. Pada fase invasive dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan
dapat bercampur dengan darah.
4. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi pendarahan kronis
5. Timbul nyeri panggul(pelvis) atau diperut bagian bawah bila ada radang panggul

Gejala Kanker Serviks:


Bila sel-sel tidak normal ini berkembang menjadi kanker serviks, maka
muncul gejala-gejala sebagai berikut:
1. Pendarahan pada vagina yang tidak normal. Ditandai dengan pendarahan
diantara periode menstruasi yang regular, periode menstruasi yang lebih lama
dan lebih banyak dari biasanya, pendarahan setelah hubungan seksual.
2. Rasa sakit saat berhubungan seksual
3. Bila kanker telah berkembang makin lanjut maka dapat timbul gejala-gejala
seperti penurunan berat badan, nyeri panggul, kelelehan, berkurangnya nafsu
makan, keluar tinja dari vagina, dll.

Upaya Pencegahan Kanker Leher Rahim


Pada umumnya kanker serviks berkembang dari sebuah keadaan pra kanker
maka tindakan pencegahan terpenting yang bisa dilakukan adalah menghindari
factor- faktor risiko yang telah diuraikan di atas.
Faizah(2010) menyatakan pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan tiga
strategi antara lain:

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah sebuah pencegahan awal kanker yang utama. Hal ini
untuk menghindari factor resiko yang dapat dikontrol(Sukaca, 2009). Pencegahan
primer diperlukan pada semua populasi yang memiliki resiko terkena kanker
serviks. Cara-cara pencegahan primer adalah:
a.Penyuluhan tentang kanker serviks
b. Menurunkan factor resiko
c.Nutrisi
Faizah(2010) menyatakan gizi yang bagus lebih mudah mencegah serangan
penyakit kanker servik, karena kekurangan gizi dapat menyebabkan system
kekebalan tubuh menjadi lemah dn tidak dapat melawan virus.Makanan yang
mengandung Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, dan makanan yang mengandung
bahan-bahan antioksidan seperti advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur,
bawang, bayam dan tomat.
d. Vaksinasi
Nurwijaya(2010) mengatakan, vaksin HPV dapat merangsang pembentukan
antibody dan dapat mematikan virus penyebab penyakit yang mengandung
DNA- HPV. Vaksin pencegahan terbagi menjadi 2 yaitu : vaksin yang diberikan
kepada orang sehat dan bertujuan untuk membentuk antibody, dan vaksin
pengobatan yang diberikan pada orang yang sudah terinfeksi HPV. WHO
merekomendasikan, vaksin sebaiknya diberikan pertama kali dalam lima
tahun setelah berhubungan seksual atau usia 25 sampai 65 tahun, Frekuensi
vaksinasi dilakukan 2-3 tahun sekali dengan catatan dua kali berturut-turut hasil
negative.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan kasus-kasus kanker
serviks dengan skrining dan deteksi dini sehingga kemungkinan sembuh pada
penderita dapat ditingkatkan. Deteksi dini atau skrining dapat dilakukan dengan
Pap smear, IVA, Pap net( dengan komputerisasi).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier kanker serviks bertujuan untuk mencegah komplikasi
klinik dan kematian awal. Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan cara
memberikan pengobatan yang tepat baik berupa operasi, kemoterapi, dan
radioterapi.
Deteksi Dini dengan Pap Smear
Gejala awal kanker serviks sebenarnya dapat diketahui bila dilakukan
deteksi dini terhadap penyakit tersebut, sehingga bila diketahui secara dini maka
akan dapat disembuhkan (Wijaya, 2010). Saat ini telah dikenal beberapa metode
untuk deteksi dini kanker serviks diantaranya pap smear.
Pap smear test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari
leher rahim dan kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat perubahan-
perubahan yang terjadi pada sel (Raiano, 2006). Pap smear adalah metode skrining,
ditemukan pertama kali oleh seorang dokter yaitu George N Papinakolau pada tahun
1928 . Pap smear dipakai untuk mendeteksi proses-proses pra keganasan
dan keganasan di ektoserviks (leher rahim bagian luar) dan infeksi dalam
endoserviks (serviks bagian dalam) an endometrium.
Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi untuk mengetahui ada tidaknya
proses infeksi, kelainan pra kanker, dan kanker serviks. Pap smear merupakan suatu
skrining untuk mencari abnormalitas dari wanita yang tidak mempunyai keluhan
sehingga dapat mendeteksi perubahan sel sebelum berkembang menjadi kanker atau
kanker stadium dini. Menurut Depkes (2007) , test papsmear dapat dilakukan
dengan mudah, cepat dan tidak atau relative kurang rasa nyerinya. Deteksi dini
dengan papsmear telah dianjurkan oleh para ahli karena dapat sedini mungkin
mengetahui keadaan/perubahan pada leher rahim dan bila ada perubahan/ kelainan
dapat segera dilakukan tindakan. Test papsmear dapat dilakukan pada wanita yang
telah aktif berhubungan seks dan disarankan dilakukan rutin setiap 1 tahun sekali
(Nurcahyo, 2010).
Pemeriksaan pap smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali masa haid atau
memang dilarang atas petunjuk dokter. Bila wanita hamil, tidak menghalangi untuk
melakukan papsmear, karena test ini dapat dilakukan dengan aman. Ada beberapa
syarat yang harus dipatuhi oleh seorang wanita agar hasilnya valid, yakni test
dilakukan pada masa subur, dua minggu sebelum dan sesudah haid. Selama 1x24
jam wanita tidak boleh berhubungan seksual dan mencuci vaginanya dengan
antiseptic. Demikian juga dengan jenis obat yang dimakan dalam 24 jam
terakhir.Pasein harus mematuhi nasehat dokter sebab pada tahap awal sel kanker
tidak bisa dideteksi dengan mudah (Nurcahyo, 2010).

Manfaat Pap Smear


Menurut Sumaryati(2003) pap smear adalah untuk mendeteksi dini tentang
adanya radang pada leher rahim, dan tingkat peradangannya, adanya kelainan
degenerative pada rahim, ada /tidaknya kelainan pada leher rahim,ada tidaknya
keganasan pada rahim. Dengan demikian dapat diupayakan penanganan dan
pengobatan (Emilia, 2010).

Pedoman Deteksi Dini Kanker Serviks


Yang perlu melakukan test pap smear adalah :
a.Wanita menikah atau melakukan hubungan seks pada usia<20 tahun
b. Wanita muda memiliki mulut rahim yang belum matang, ketika melakukan
hubungan seksual terjadi gesekan yang dapat menimbulkan luka kecil, yang
dapat mengundang masuknya virus.
c.Wanita yang sering berganti-ganti pasangan seks, akan menderita infeksi di daerah
kelamin, sehingga dapat ,mengundang virus HPV
d. Wanita perokok, memiliki resiko dibandingkan dengan wanita tidak merokok,
karena rokok akan menghasilkan zat karsinogen yang menyebabkan turunnya
daya tahan di daerah serviks
e.Wanita yang sering melahirkan, kanker serviks banyak dijumpai pada wanita yang
sering melahirkan disebabkan oleh trauma persalinan, perubahan hormonal, dan
nutrisi selama melahirkan.

Dari rekomendasi yang dikeluarkan oleh Bosch (1992) terdapat beberapa


pedoman deteksi dini kanker serviks :
1. Wanita yang harus melakukan test pap smear sekitar 3 tahun setelah mereka
mulai melakukan hubungan seks.
2. Dimulai pada usia 30 tahun, para wanita yang mempunyai hasil test normal
sebanyak 3 x berturut-turut, mugkin dapat menjalani test pap smear setiap 2
sampai 3 tahun sekali. Untuk wanita diatas 30 tahun adalah menjalani test Pap
smear setiap 3 tahun sekali plus test HPV DNA.
3. Wanita yang memiliki factor resiko tertentu (seperti infeksi HPV atau punya
imunitas lemah) harus mendapatkan test Pap smear setiap tahun.
4. Wanita yang berusia 70 tahun atau lebih tua dengan hasil test Pap Normal selama
2 tahun berutut-turut ( dan tidak mempunyai test abnormal dalam 10 tahun
terakhir) dapat memilih untuk berhenti melakukan test. Tetapi wanita yang telah
menderita kanker serviks atau yang memiliki factor resiko lain , harus tetap
melakukan test ini.
5. Wanita yang pernah mengalami total histerektomi juga dapat memilih untuk
berhenti melakukan test kecuali telah melakukan pembedahan untuk mengobati
kanker serviks atau pra-kanker. Wanita yang pernah menjalani histerektomi
sederhana(leher rahim tidak dihapus) harus tetap mengikuti pedoman di atas.
Bahan pemeriksaan terdiri atas secret vagina, secret servikal,(eksoserviks),
secret endo servikal, secret endometrial, secret fornik posterior( Depkes, 2007).

You might also like