Professional Documents
Culture Documents
Epidemiologi
Kanker leher rahim merupakan penyebab kematian nomor satu yang sering
terjadi pada wanita di Indonesia. Sekitar 80 % kasus kanker leher rahim atau
kanker serviks terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang. Di
Indonesia terdapat 90-100 kasus kanker leher rahim per 100.000 penduduk
(Swasono,2008).
Kasus penyakit kanker serviks lebih banyak disebabkan oleh infeksi yang
terus menerus dari Human Papiloma Virus(HPV) (Wijaya,2010). Infeksi virus ini
biasanya ditularkan melalui hubungan seks.
Di Negara berkembang penyakit ini lebih tinggi dibandingkan dengan di
negara yang lebih maju. Tingginya kasus di negara berkembang diakibatkan oleh
terbatasnya akses screening dan pengobatan, sehingga lebih banyak penderita
yang datang berobat sudah dalam kondisi kritis dan penyakitnya sudah dalam
stadium lanjut. Di Indonesia sendiri hambatan skrining cukup besar Karena test
skrining ini belum menjadi program wajib pelayanan kesehatan (Emilia, 2010).
- Stadium 1B : Area kanker lebih luas, tetapi kanker masih berada dalam
jaringan serviks dan biasanya belum menyebar. Kanker ini bisa dilihat tanpa
menggunakan mikroskop, tetapi kadang tidak selalu demikian.
- Stadium 1B 1: kanker tidak lebih besar dari 4 cm
- Stadium 1B2: kanker lebih besar dari 4 cm(ukuran horizontal)
2. Stadium 2
Kanker mulai menyebar ke luar dari leher rahim menuju ke jaringan-
jaringan di sekitarnya. Tetapi kanker belum tumbuh ke dalam otot-otot atau
ligament dinding panggul atau menuju ke vagina bagian bawah. Stadium 2 dibagi
menjadi 2 yaitu:
- Stadium 2A: kanker telah menyebar ke vagina bagian atas. Dapat diobati
dengan gabungan radioterapi atau pembedahan atau keduanya.
- Stadium 2A 1: kanker berukuran 4 cm atau kurang
- Stadium 2A 2: kanker berukuran lebih dari 4 cm
- Stadium 2B: ada penyebaran ke dalam jaringan sekitar serviks. Dapat
diobati dengan gabungan radioterapi dan kemoterapi.
3. Stadium 3
Pada stadium 3, kanker servisk telah menyebar jauh dari serviks menuju ke
dalam struktur di sekitar daerah panggul. Kanker mungkin telah tumbuh ke dalam
vagina bagian bawah dan otot-otot serta ligament yang melapisi dinding panggul.
Dan kemungkinan juga kanker telah tumbuh memblokir saluran kencing. Stadium
ini dibagi menjadi :
- Stadium 3A: kanker telah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina tetapi
masih belum ke dinding panggul
- Stadium 3B: kanker telah tumbuh menuju ke dinding panggul atau
memblokir satu atau kedua saluran pembuangan ginjal
Stadium ini biasanya bisa diobati dengan radioterapi dan kemoterapi.
4. Stadium 4
Kanker serviks stadium 4 adalah kanker yang paling parah. Kanker telah
menyebar ke organ-organ tubuh di luar serviks dan rahim. Stadium ini dibagi
menjadi:
- Stadium 4A: kanker telah menyebar ke organ-organ seperti kandung kemih
dan dubur
- Stadium 4B: kanker telah menyebar ke organ tubuh yang sangat jauh
misalnya paru-paru.
Pada stadium ini kanker diobati dengan pembedahan, radioterapi, dan
kemoterapi atau kombinasi segalanya.
3. Pada fase invasive dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan
dapat bercampur dengan darah.
4. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi pendarahan kronis
5. Timbul nyeri panggul(pelvis) atau diperut bagian bawah bila ada radang panggul
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah sebuah pencegahan awal kanker yang utama. Hal ini
untuk menghindari factor resiko yang dapat dikontrol(Sukaca, 2009). Pencegahan
primer diperlukan pada semua populasi yang memiliki resiko terkena kanker
serviks. Cara-cara pencegahan primer adalah:
a.Penyuluhan tentang kanker serviks
b. Menurunkan factor resiko
c.Nutrisi
Faizah(2010) menyatakan gizi yang bagus lebih mudah mencegah serangan
penyakit kanker servik, karena kekurangan gizi dapat menyebabkan system
kekebalan tubuh menjadi lemah dn tidak dapat melawan virus.Makanan yang
mengandung Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, dan makanan yang mengandung
bahan-bahan antioksidan seperti advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur,
bawang, bayam dan tomat.
d. Vaksinasi
Nurwijaya(2010) mengatakan, vaksin HPV dapat merangsang pembentukan
antibody dan dapat mematikan virus penyebab penyakit yang mengandung
DNA- HPV. Vaksin pencegahan terbagi menjadi 2 yaitu : vaksin yang diberikan
kepada orang sehat dan bertujuan untuk membentuk antibody, dan vaksin
pengobatan yang diberikan pada orang yang sudah terinfeksi HPV. WHO
merekomendasikan, vaksin sebaiknya diberikan pertama kali dalam lima
tahun setelah berhubungan seksual atau usia 25 sampai 65 tahun, Frekuensi
vaksinasi dilakukan 2-3 tahun sekali dengan catatan dua kali berturut-turut hasil
negative.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan kasus-kasus kanker
serviks dengan skrining dan deteksi dini sehingga kemungkinan sembuh pada
penderita dapat ditingkatkan. Deteksi dini atau skrining dapat dilakukan dengan
Pap smear, IVA, Pap net( dengan komputerisasi).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier kanker serviks bertujuan untuk mencegah komplikasi
klinik dan kematian awal. Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan cara
memberikan pengobatan yang tepat baik berupa operasi, kemoterapi, dan
radioterapi.
Deteksi Dini dengan Pap Smear
Gejala awal kanker serviks sebenarnya dapat diketahui bila dilakukan
deteksi dini terhadap penyakit tersebut, sehingga bila diketahui secara dini maka
akan dapat disembuhkan (Wijaya, 2010). Saat ini telah dikenal beberapa metode
untuk deteksi dini kanker serviks diantaranya pap smear.
Pap smear test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari
leher rahim dan kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat perubahan-
perubahan yang terjadi pada sel (Raiano, 2006). Pap smear adalah metode skrining,
ditemukan pertama kali oleh seorang dokter yaitu George N Papinakolau pada tahun
1928 . Pap smear dipakai untuk mendeteksi proses-proses pra keganasan
dan keganasan di ektoserviks (leher rahim bagian luar) dan infeksi dalam
endoserviks (serviks bagian dalam) an endometrium.
Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi untuk mengetahui ada tidaknya
proses infeksi, kelainan pra kanker, dan kanker serviks. Pap smear merupakan suatu
skrining untuk mencari abnormalitas dari wanita yang tidak mempunyai keluhan
sehingga dapat mendeteksi perubahan sel sebelum berkembang menjadi kanker atau
kanker stadium dini. Menurut Depkes (2007) , test papsmear dapat dilakukan
dengan mudah, cepat dan tidak atau relative kurang rasa nyerinya. Deteksi dini
dengan papsmear telah dianjurkan oleh para ahli karena dapat sedini mungkin
mengetahui keadaan/perubahan pada leher rahim dan bila ada perubahan/ kelainan
dapat segera dilakukan tindakan. Test papsmear dapat dilakukan pada wanita yang
telah aktif berhubungan seks dan disarankan dilakukan rutin setiap 1 tahun sekali
(Nurcahyo, 2010).
Pemeriksaan pap smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali masa haid atau
memang dilarang atas petunjuk dokter. Bila wanita hamil, tidak menghalangi untuk
melakukan papsmear, karena test ini dapat dilakukan dengan aman. Ada beberapa
syarat yang harus dipatuhi oleh seorang wanita agar hasilnya valid, yakni test
dilakukan pada masa subur, dua minggu sebelum dan sesudah haid. Selama 1x24
jam wanita tidak boleh berhubungan seksual dan mencuci vaginanya dengan
antiseptic. Demikian juga dengan jenis obat yang dimakan dalam 24 jam
terakhir.Pasein harus mematuhi nasehat dokter sebab pada tahap awal sel kanker
tidak bisa dideteksi dengan mudah (Nurcahyo, 2010).