You are on page 1of 2

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis menjadi penyebab penting morbiditas dan mortalitas di
dunia. Menurut WHO berdasarkan Annual Report on Global Control of
Tuberculosis yang ke 13, kira-kira 9,27 juta kasus tuberkulosis pada tahun 2007,
dengan jumlah kasus menunjukkan kecenderungan naik. Insidensi dan prevalensi
tuberkulosis tinggi pada negara berkembang. Morbiditas dan mortalitasnya tinggi
disebabkan keterlambatan pengobatan.
Meskipun manifestasi tuberkulosis biasanya terbatas pada paru-paru,
namun penyakit ini dapat mengenai organ lain terutama pada pasien yang
terinfeksi dengan virus immunodeficiency. Pada pasien dengan virus
immunodeficiency biasanya melibatkan beberapa tempat di luar paru termasuk
tulang dan sistem saraf pusat. Tuberkulosis yang melibatkan sistem saraf pusat
merupakan tipe tuberkulosis sistemik yang meyebabkan mortalitas yang tinggi,
umumnya menyebabkan komplikasi neurologis dan gejala sisa jika tidak diobati. 1,3
Presentase kejadian tuberkulosis yang melibatkan sistem saraf pusat 2 % - 5 %,
dan kejadian tuberkulosis sistem saraf pusat dengan AIDS 10%.
Tuberkulosis menyebar ke otak terutama melalui jalur hematogen.
Penyebaran contiguous atau penyebaran secara langsung dari regio yang
berdekatan pernah dilaporkan di beberapa kasus seperti dari rongga telinga tengah
dan tulang belakang, namun kasusnya jarang.
Tuberkulosis dapat mengenai semua orang dari bayi sampai dewasa.
Bayi merupakan individu yang mudah diserang. Penyebaran infeksi pada bayi
bisa ke paru, limfonodi, sistem saraf pusat sampai organ perut. Anak-anak dengan
malnutrisi dan berat kurang merupakan target dari infeksi ini. Kira-kira 5%
tuberkulosis dilaporkan dibawah umur 15 tahun, dengan 60% kasus anak diatas
umur 5 tahun.
Tuberkulosis menunjukkan berbagai ciri klinis dan radiologis sesuai
organ yang terlibat dan memiliki kecenderungan menyebar dari tempat utama.
Sehingga, tuberkulosis dapat meniru beberapa penyakit lainnya. Keterlibatan
intrakranial menjadi salah satu manifestasi yang umum pada tuberkulosis dengan
gejala bervariasi dari sakit kepala sederhana, leher kaku, disorientasi ringan,
kejang sampai tidak sadar. Sehingga penting memahami berbagai ciri radiologis
tuberkulosis untuk memastikan diagnosis awal yang akurat. Manifestasinya yang
bervariasi menimbulkan tantangan diagnostik bagi radiologis dan klinisi.3
Tuberkuloma merupakan salah satu gambaran tuberkulosis intrakranial. Gambaran
pencitraan CT dan MRI tergantung derajat penyakit dan karakter dari lesi.
Adannya kecurigaan dari klinis dan tampilan spesifik pada CT dan MRI terhadap
tuberkuloma intrakranial sangat penting untuk diagnosis dini dan inisiasi terapi
yang tepat. Namun gold standar penegakan diagnosis tuberkulosis intrakranial
adalah pemeriksaan cairan LCS (liquor cerebrospinal).4
Tuberkuloma intrakranial merupakan kasus yang jarang dan salah satu
penyebab lesi massa intrakranial. Dengan diagnosis yang cepat berdasarkan
temuan patologis dapat meningkatkan prognosisnya.
Penanganan tuberkuloma tergantung pada kondisi penderita dan lokasi
tuberkuloma. Bila kondisi penderita stabil dan tidak ada massa yang menonjol,
terapi konservatif sebaiknya dilaksanakan terlebih dahulu.

B. TUJUAN
Tujuan penyusunan laporan kasus ini adalah untuk menguraikan hal-hal
yang berkaitan dengan Tuberkulosis intrakranial terutama tuberkuloma sehingga
dapat menambah pengetahuan tentang tuberkuloma intrakranial. Karena terkadang
kita masih keliru dalam menegakkan diagnosis dan mengingat banyak penyakit
lain yang gambaran klinisnya mirip dan bentuk lesinya dengan tuberkuloma.
Dengan demikian, maka diharapkan kedepannya kita bisa cepat dan tepat dalam
mendiagnosis tuberkuloma serta bisa mendiagnosa dengan cepat.

You might also like