You are on page 1of 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rheumatoid arthritis merupakan penyakit multi sistem kronik yang di tandai

oleh berbagai manifestasi klinis, dengan awitan penyakit umumnya pada usia 35

dan 50 tahun. Gambaran utama adalah sinovitas inflamatorik yang biasanya

mengenai sendi perifer. Penyakit ini memiliki kecenderungan merusak tulang

rawan, menyebabkan erosi tulang, dan menimbulkan kerusakan sendi. Tangan,

pergelangan tangan, dan kaki sering terkena. Timbul nyeri yang di perburuk oleh

gerakan di sertai pembengkakan dan nyeri tekan.selain itu gejalah sinovitis,

sebagian pasien memperlihatakan rasa lelah, anoreksia,lemah otot,penurunan

berat badan dan gejalah tulang otot yang samar. Kelainan di luar sendi adalah

nodus rheumatoid vaskulitis, dan gejalah pleuropulmoner (Isselbacher, et all.,

1998).

Di Indonesia, prevalensi AR hanya 0,1-0,3 persen di kelompok orang dewasa

dan 1:100 ribu jiwa dikelompok anak-anak. Total, diperkirakan hanya terdapat

360 ribu pasien di Indonesia. Walau prevalensi rendah, penyakit ini sangat

progresif dan paling sering menyebabkan cacat, ujar Prof DR dr Harry Isbagio,

SpPD-KR, Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia (Price. A Sylvia, Wilson M. Lorraine, 2003)


Wanita tiga kali lebih sering menderita rheumatoid artritis (radang sendi)

dibanding dengan laki-laki (3:1). Penyakit ini menyerang semua etnis, dengan

insiden pada orang berusia di atas 18 tahun berkisar 0,1 persen sampai 0,3 persen,

sedangkan pada anak-anak dan remaja yang berusia kurang dari 18 tahun

1/100.000 orang.Prevelensi diperkirakan kasus RA diderita pada usia di atas 18

tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% dari jumlah penduduk Indonesia.

Berdasarkan studi, RA lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan

rasio kejadian 3 : 1. Penyakit ini 75 % diderita oleh kaum wanita, bisa menyerang

semua sendi. Prevalensi meningkat 5 % pada wanita diatas usia 50 tahun (Padip

R. Patel, 1990).

Onsetnya biasa perlahan namun bisa menjadi penyakit relaps akut atau kronis

di tandai dengan keadaan umum sakit berat. Manifestasi ekstraartikuler sangat

penting untuk menentukan morbiditas penyakit ini. Sering ditemukannya adanya

riwayat penyakit serupa dalam keluarga. Prevalensi meningkat 5 % wanita di atas

usia 50 tahun (Padip R. Patel, 1990).

Membran sinovial membungkus sendi dan menahan cairan, sedangkan sinovial

sebagai pelumas. Permukaan sendi adalah tulang rawan sendi, yaitu

bahan/struktur halus yang seperti karet dan melekat ke tulang. Permukaan tulang

rawan sendi tidak semulus bantalan poros buatan manusia. Di perkirakan bahwa

kekasaran tulang rawan ini berperan dalam pelumasan sendi dengan menangkap
sebagian dari cairan sinovial. Dan juga di perkirakan sifat tulang rawan sendi

yang berpori berperan dalam pelumasan sendi (Mansjoer A., et all., 2000).

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep medic dari penyakit artritis rheumatoid?

b. Bagaimana konsep keperawatan klien dengan arthritis rheumatoid?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Mahasiswa mengetahui konsep medic dari penyakit arthritis rheumatoid.

b. Mahasiswa mengetahui konsep keperawatan dari penyakit arthritis


rheumatoid.
BAB II

KONSEP MEDIK

2.1 Definisi

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang
sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).

2.2 Etiologi

Arthritis rheumatoid adalah penyakit autoimun yang terjadi pada individu


rentan setelah setelah respons imun terhadap agen pemicu yang tidak diketahui.
Agen pemicunya adalah bakteri, mikoplasma, atau virus yang menginfeksi sendi
atau mirip sendi secara antigenic. Biasanya respons antibody awal terhadap
mikroorganisme diperantai oleh igG. Walaupun respons ini berhasil
menghancukan mikroorganisme, individu yang mengalami AR mulai membentuk
antibody lain, biasanya IgM atau IgG, terhadap IgG awal. Antibody ditujukan ke
komponen tubuh sendiri ini disebut factor rheumatoid (rheumatoid factor, RF). RF
menetap di kapsul sendi sehingga menyebabkan inflamasi kronis dan kerusakan
jaringan. RA diperkirakan terjadi karena predisposisi genetic terhadap penyakit
autoimun. Wanita lebih sering terkena daripada pria. Ada bukti kuat menunjukkan
bahwa berbagai sitokin, terutama factor nekrosis tumor alfa (tumor necrosis factol
al-pha, TNF-a), menyebabkan siklus inflamasi dan kerusakan sendi. (Corwin,
2009)
Autoimun
sistemik

Menyerang
2.3 Patofisiologi persendian

Kurang Defisiensi
ARTRITIS
informasi pengetahuan
REUMATOID
penyakit
Menyerang
membrane
sinovial
Makrofag dan Reaksi peradangan Vasodilatasi Cairan
limfosit masuk ke (bradikinin, PD& intravascular ke
jaringan sinovial histamine, permeabilita intertisial
Prostaglandin) s PD
Merangsang
Merangsang Edema nocireseptor
proliferasi intertisial
jaringan sinovial Nyeri
Nyeri akut Nyeri
dihantarka
dipersepsik
Membrane n ke SSP
an
synovial menebal

Pannus Nodul

Deformitas
Merusak kartilago Tendon dan sendi
dan tulang ligament
Gangguan
citra tubuh
Kedua tulang Kekuatan
menyatu oleh sendi
jaringan serabut
Resiko jatuh
Tulang dalam
sendi menyatu
(ankilosis)

Sendi menjadi Cemas akan


kaku penyakit

Keterbatasan
Ansietas
gerak

Hambatan
mobilitas fisik
2.4 Manifestasi Klinis

Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poliartritis rheumatoid.
Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan,
sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan
biasanya besifat bilateral/simetris. Tetapi kadang-kadang hanya terjadi pada satu
sendi disebut artritis rheumatoid mono-artikular.(Chairuddin, 2003)

1. Stadium awal
Malaise, penurunan BB, rasa capek, sedikit demam dan anemia. Gejala local
yang berupa pembengkakan, nyeri dan gangguan gerak pada sendi
matakarpofalangeal.
2. Stadium lanjut
Kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat permanen, selanjutnya
timbul/ketidakstabilan sendi akibat rupture tendon/ligament yang
menyebabkan deformitas rheumatoid yang khas berupa deviasi ulnar jari-jari,
deviasi radial/volar pergelangan tangan serta valgus lutut dan kaki.

2.5 Komplikasi

Komplikasi arthritis rheumatoid menurut ( Corwin, 2009)

- Nodulual rheumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup jantung


atau pada paru, mata, dan limpa. Fungsi pernapasan dan jantung dapat
terganggu. Glaucoma dapat terjadi apabila nodulus yang menyumbat
aliran keluar cairan ocular terbentuk pada mata.
- Vaskulitis (inflamasi system faskular) dapat menyebabkan thrombosis dan
infark.
- Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari,
depresi, dan stress keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia
dan leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita

2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan


lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan
awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.

3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium

4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan


irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi

5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar


dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi,
produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan
viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).

6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan


perkembangan panas.

7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration)


atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang


simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen

2.7 Penatalaksanaan
Terapi Artritis Reumatoid
RA harus ditangani dengan sempurna. Penderita harus diberi
penjelasan bahwa penyakit ini tidak dapat disembuhkan (Sjamsuhidajat,
2010). Terapi RA harus dimulai sedini mungkin agar menurunkan angka
perburukan penyakit. Penderita harus dirujuk dalam 3 bulan sejak muncul
gejala untuk mengonfirmasi diganosis dan inisiasi terapi DMARD (Disease
Modifying Anti-Rheumatic Drugs) (surjana, 2009). Terapi RA bertujuan untuk
:
a. Untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien
b. Mempertahakan status fungsionalnya
c. Mengurangi inflamasi
d. Mengendalikan keterlibatan sistemik
e. Proteksi sendi dan struktur ekstraartikular
f. Mengendalikan progresivitas penyakit
g. Menghindari komplikasi yang berhubungan dengan terapi

1. Terapi Farmakologik Artritis Reumatoid


Dalam jurnal The Global Burden Of Rheumatoid Arthritis In The
Year 2000, Obat-obatan dalam terapi RA terbagi menjadi lima kelompok,
yaitu (Symmons, 2006) :
a) NSAID (Non-Steroid Anti-Inflammatory Drugs) untuk mengurangi rasa
nyeri dan kekakuan sendi.
b) Second-line agent seperti injeksi emas (gold injection), Methotrexat dan
Sulphasalazine. Obat-obatan ini merupakan golongan DMARD.
Kelompok obat ini akan berfungsi untuk menurukan proses penyakit dan
mengurangi respon fase akut. Obat-obat ini memiliki efek samping dan
harus di monitor dengan hati-hati.
c) Steroid, obat ini memiliki keuntungan untuk mengurangi gejala
simptomatis dan tidak memerlukan montoring, tetapi memiliki jangka
panjang yang serius.
d) Obat-obatan immunosupressan. Obat ini dibutuhkan dalam proporsi kecil
untuk pasien dengan penyakit sistemik.
e) Agen biologik baru, obat ini digunakan untuk menghambat sitokin
inflamasi. Belum ada aturan baku mengenai kelompok obat ini dalam
terapi RA.
Terapi yang dikelompokan diatas merupakan terapi piramida terbalik,
dimana pemberian DMARD dilakukan sedini mungkin. Hal ini didapat dari
beberapa penelitian yaitu, kerusakan sendi sudah terjadi sejak awal penyakit,
DMARD terbukti memberikan manfaat yang bermakna bila diberi sedini
mungkin, manfaat penggunaan DMARD akan bertambah bila diberi secara
kombinasi, dan DMARD baru yang sudah tersedia terbukti memberikan efek
yang menguntungkan bagi pasien. Sebelumnya, terapi yang digunakan berupa
terapi piramida saja dimana terapi awal yang diberikan adalah terapi untuk
mengurangi gejala saat diganosis sudah mulai ditegakkan dan perubahan
terapi dilakukan bila kedaaan sudah semakin memburuk (Suarjana, 2009).
DMARD (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs), pemilihan
jenisnyapada pasien harus mempertimbangkan kepatuhan, berat penyakit,
pengalaman dokter, dan penyakit penyerta. DMARD yang paling sering
digunakan adalah MTX (Metrothexate), hidroksiklorokuin atau klorokuin
fosfat, sulfasalazin, leflunomide, infliximab dan etarnecept. (Suarjana, 2009).

2. Terapi non-farmakologi
Terapi non-farmakologi untuk rheumatoid arthritis meliputi latihan, istirahat,
pengurangan berat badan dan pembedahan (Shiel, 2011).
a) Latihan
Penelitian menunjukkan bahwa olahraga sangat membantu
mengurangi rasa sakit dan kelelahan pada pasien rheumatoid arthritis
serta meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan gerak. Tiga jenis
olahraga yang disarankan adalah latihan rentang gerak, latihan
penguatan dan latihan daya tahan (aerobik). Aerobik air adalah pilihan
yang sangat baik karena dapat meningkatkan jangkauan gerak dan
daya tahan, juga dapat menjaga berat badan dari sendi-sendi tubuh
bagian bawah (Shiel, 2011).
b) Istirahat
Istirahat merupakan komponen esensial pada terapi
nonfarmakologi RA. Istirahat dapat menyembuhkan stres dari sendi
yang mengalami peradangan dan mencegah kerusakan sendi yang
lebih parah. Tetapi terlalu banyak istirahat (berdiam diri) juga dapat
menyebabkan imobilitas, sehingga dapat menurunkan rentang gerak
dan menimbulkan atrofi otot. Pasien hendaknya tetap menjaga gerakan
dan tidak berdiam diri terlalu lama. Dalam kondisi yang
mengharuskaan pasien duduk lama, pasien mungkin dapat beristirahat
sejenak setiap jam, berjalan-jalan sambil meregangkan dan
melenturkan sendi (Schuna, 2008).
c) Pengurangan berat badan
Menurunkan berat badan dapat membantu mengurangi stres
pada sendi dan dapat mengurangi nyeri. Menjaga berat badan tetap
ideal juga dapat mencegah kondisi medis lain yang serius seperti
penyakit jantung dan diabetes. Pasien hendaknya mengkonsumsi
makanan yang bervariasi, dengan memperbanyak buah dan sayuran,
protein tanpa lemak dan produk susu rendah lemak. Berhenti merokok
akan mengurangi risiko komplikasi rheumatoid arthritis (Shiel, 2011).
d) Pembedahan
Jika terapi obat gagal mencegah atau memperlambat kerusakansendi, tindakan
pembedahan mungkin dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki sendi yang
rusak. Pembedahan dapat membantumengembalikan kemampuan penggunaan
sendi, mengurangi rasa sakit dan mengurangi kecacatan. Pembedahan yang
dilakukan antara lain sebagai berikut (Harms, 2009):
a. Artoplasti (penggantian total sendi). Bagian sendi yang rusak akan diganti
dengan prostesis yang terbuat dari logam dan plastik.
b. Perbaikan tendon. Peradangan dan kerusakan sendi dapat menyebabkan
tendon di sekitar sendi menjadi longgar atau pecah. Untuk itu, perlu
dilakukan perbaikan tendon di sekitar sendi.
c. Sinovektomi (penghapusan lapisan sendi). Lapisan sendi yang meradang
dan menyebabkan nyeri dapat dihilangkan.
d. Artrodesis (fusi sendi). Fusi sendi mungkin direkomendasikan untuk
menstabilkan atau menyetel kembali sendi dan dapat mengurangi nyeri
ketika penggantian sendi tidak menjadi suatu pilihan.
Pembedahan berisiko menyebabkan perdarahan, infeksi dan nyeri, sehingga
sebelum dilakukan tindakan, harus diperhitungkan dulu manfaat dan risikonya.

BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Anamnese
a. Identitas
- Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Tanggal MRS :
Tanggal pengkajian :
No.REG :
dx.medis :
- Identitas penanggung jawab
Nama :
Umur :
Alamat:
Agama :
Hubungan dengan pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien arthritis rheumatoid, stadium awal biasanya ditandai dengan
gangguan keadaan umum berupa malaise,penurunan berat badan,rasa capek,
sedikit panas,dan nemia.Gejala local yang terjadi berupa pembengkakan,nyeri,dan
gangguan gerak pada sendi metakarpofalangeal.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pada klien arthritis rheumatoid kemungkinan penyebab pendukung
terjadinya arthritis rheumatoid. Penyakit tertentu seperti penyakit DM
menghambat proses penyembuhan arthritis rheumatoid.
e. Riwayat penyakit keluarga
Kaji tentang adakah keluarga dari generasi terdahulu yang mengalami
keluhan yang sama dengan klien.
f. Riwayat psikososial
klien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi
apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia
merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan
sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap
konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit dan perannya dalam keluarga dan
masyarakat. Klien dapat mengalami ketakutan akan kecacatan karena perubahan
bentuk sendi dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra
diri).Kebutuhan tidur dan istirahat juga harus dikaji,selain kingkungan,lama
tidur,kebiasaan, kesulitan,dan penggunaan obat tidur.

c. Pemeriksaan fisik (ROS)

Pemeriksaan fisik dilakukan per sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan


B6(Bone) yang dikaitkan dengan keluhan klien.
1) B1 (Breathing).Klien artritis reumatoid tidak menunjukkan kelainan sistem
pernapasan pada saat inspeksi.Palpasi toraks menunjukkan taktil fremitus seimbang
kanan dan kiri. Pada auskultasi,tidak ada suara napas tambahan.
2) B2 (Blood). Tidak ada iktus jantung pada palpasi.Nadi mungkin meningkat,iktus
tidak teraba.Pada auskultasi,ada suara S1 dan S2 tunggal dan tidak ada murmur.
3) B3(Brain).Kesadaran biasanya kompos mentis.Pada kasus yang lebih parah,klien
dapat mengeluh pusing dan gelisah.
Kepala dan wajah : Ada sianosis.
Mata : Skelera biasanya tidak ada ikterik.
Leher : Biasanya JVP dalam batas normal
Telinga :Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan normal.Tidak

ada Lesi atau nyeri tekan.


Hidung : Tidak ada deformitas,tidak ada pernapasancupinghidung.
Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil,gusi tidak terjadi

perdarahan,mukosa mulut tidak pucat.


Status mental : penampilan dan tingkah laku klien biasanya tidak

mengalamiperubahan.
4) B4 (Bladder). Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan
pada sistem perkemihan.
5) B5 (Bowel). Umumnya klien artritis reumatoid tidak mengalami gangguan
eliminasi.Meskipun demikian,perlu dikaji frekuensi,konsitensi,warna serta bau
feses.Frekuensi berkemih,kepekatan urin,warna,bau,dan jumlah urin juga harus
dikaji.Gangguan gastointestinal yang sering adalah mual,nyeri lambung,yang
menyebabkan klien tidak nafsu makan,terutama klien yanmg menggunakan obat
reumatik dan NSAID.Peristaltik yang menurun menyebabkan klien jarang defekasi.
6) B6 (Bone )
- Look : Didapatkan adanya pembengkakan yang tidak biasa
(abnormal ),deformitas pada daerah sendi kecil tangan,
pergelangan kaki,dan sendi besar lutut,panggul dan pergelangan
tangan.Adanya degenerasi serabut otot memungkinkan terjadinya
pengecilan,atrofi otot yang disebabkan oleh tidak digunakannya otot
akibat inflamasi sendi.Sering ditemukan nodul subkutan multipel.
- Feel : Nyeri tekan pada sendi yang sakit.
- Move : Ada gangguan mekanis dan fungsional pada sendi dengan
manifestasi nyeri bila menggerakan sendi yang sakit.Klien sering
mengalami kelemahan fisik sehingga menggangguaktifitas hidup sehari-
hari.
Autoimun
sistemik
3.2 Pathway
Menyerang
persendian

Kurang Defisiensi
ARTRITIS
informasi pengetahuan
REUMATOID
penyakit
Menyerang
membrane
sinovial
Makrofag dan Reaksi peradangan Vasodilatas Cairan
limfosit masuk ke (bradikinin, i PD& intravascular
jaringan sinovial histamine, permeabilit ke intertisial
Prostaglandin) as PD
Merangsan
Merangsang g
proliferasi nociresepto
jaringan Nyeri
sinovial Nyeri
Nyeri akut dihantarka
diperseps
Membrane n ke SSP
ikan
synovial
menebal
Tulang dalam
Pannus Nodul
Kedua
Merusak tulang
Hambatankartilago Cemas akan
Resiko Gangguan
sendi
Keterbatasan
Sendi Tendon
menyatu
dan oleh
tulang
mobilitas Kekuatan
penyakit
Ansietas Deformitas
citra tubuh
gerakfisik
menyatu
menjadikaku
jatuh
dan
3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut

2. Hambatan mobilitas fisik

3. Gangguan citra tubuh

4. Defisiensi pengetahuan

5. Ansietas

6. Resiko jatuh
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan

N DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL


O

1 Nyeri akut (00132) NOC NIC Observasi

Domain 12 : - Tingkat kenyamanan : Observasi 1. melakukan pengkajian secara


Kenyamanan. tingkat persepsi positif komprehensif agar dapat
Management nyeri:
Kelas 1 : terhadap kemudahan mengidentifikasi secara mendetail
Kenyamanan fisik. 1. Lakukan pengkajian
fisik dan psikologis. dan utuh mengenai keluhan
- Pengendalian nyeri : nyeri secara
Definisi : Pengalaman pasien.
tindakan individu untuk komprehensif termasuk
sensori dan emosi 2. Memonitor menagement nyeri
yang tidak yang mengendalikan nyeri lokasi, karakteristik,
pada pasien untuk melihat ( P, Q,
menyenangkan akibat - Tingkat durasi, frekuensi,
adanya kerusakan R, S, T)
nyeri :keparahan nyeri kualitas dan factor
jaringan yang actual 3. melakukan kontrol lingkungan
atau potensial, atau yang dapat diamati atau presipitasi agar dapat mencegah
digambarkan dengan dilaporkan. (management nyeri ) pengaruhnya terhadap nyeri
istilah seperti 2. Monitor (P, Q, R, S, T) 4. melakukan pengkajian tipe dan
(International Profokatif, Quality,
Kriteriahasil: sumber uyeri untuk mengetahui
Association for the
study of pain); awitan Regio, Scale, Time. dan menentukan sumber nyeri
Setelah diberikan tindakan
3. Kontrol lingkungan 5. Memonitor respon klien terhadap
yang tiba-tiba atau keperawatan selama x 24 yang dapat terapi keperawatan
perlahan dengan jam, makaklienakan : 6. Melihat faktor apa yang
mempengaruhi nyeri
intensitas ringan menyebabkan nyeri
sampai berat dengan Memperlihatkan teknik seperti suhu ruangan,
Mandiri
akhir yang dapat relaksasi secara pencahayaan dan 7. Menggunakan teknik komunikasi
diantisipasi atau dapat individual yang efektif kebisingan untuk mengetahui pengalaman
diramalkan dan
untuk mencapai 4. Kaji tipe dan sumber nyeri yang dialami pasien
durasinya kurang dari
8. Melakukan evaluasi untuk
6 bulan. kenyamanan nyeri untuk
Mempertahankantingkat mengetahui pengalaman nyeri
menentukan interpensi
nyeri pada atau kurang yang dialami pasien dimasa
nyeri
Batasan (0-10) 5. Monitor respon klien lampau
karakteristik : Melaporkan bahwa nyeri 9. menggunakan teknik relaksasi
terhadap terapi
berkurang agar dapat menggurangi rasa
- Perubahan selera keperawatan
Merasa nyaman setelah 6. Mengkaji factor yang nyeri yang dirasakan
makan
10. Mengkaji faktor l yang dapat
- Laporan isyarat nyeri berkurang dapat mempengaruhi
- Diaforesis Menggunakan tindakan mempengaruhi nyeri untuk
nyeri
- Perilaku distraksi
meredakan nyeri dengan mengetahui apa faktor nyeri
- Mengekspresikan
Mandiri HE
perilaku analgesic dan
- Sikap melindungi nonanalgesik secara tepat 7. Gunakan teknik 11. Memberikan instruksi kepada
area nyeri Mempertahankanselera komunikasi terapeutik pasien dan keluarga pasien jika
- Focus menyempit makan yang baik untuk mengetahui nyeri tidak teratasi yang berguna
- Indikasi nyeri Melaporkan pola tidur
pengalaman nyeri pasien agar perawat dapat melakukan
yang dapat yang baik 8. Evaluasi pengalaman tidakan selanjutnya
diamati nyeri masal lampau 12. Mengajarlan pasien teknik non
- Perubahan posisi
9. Management Nyeri: farmakologi agar pasien dapat
untuk
Menggunakan terapi mengatasi nyeri yang dialami
menghindari
relaksasi, distraksi dan dengan menggunakan non
nyeri
imajinasi terbimbing farmakologi
- sikap tubuh
10. Mengetahui faktor 13. Memberi informasi kepada
melindungi
nyeri keluarga atau klien agar pasien
- Dilatasi pupil
- Melaporkan nyeri dapat mengurangi rasa nyeri yang
secara verbal HE : dirasakan berdasarkan pada terapi
- Gangguan tidur keperawatan yang disarankan
11. Intruksikan pasien /
keluarga untuk Kolaborasi
Faktor yang menginformasikan jika
berhubungan : 14. Memberikan obat analgetik untuk
peredaan nyeri tidak
menfurangi rasa nyeri yang
- Agen cedera tercapai
dirasakan
(Misalnya; 12. Instruksikan tentang
15. Melakukan kolaborasi dengan tim
biologis, kimia, prosedur yang dapat
medis lain agar dapat menentukan
fisik, psikologi) meningkatkan nyeri
tindakan lain apabila tindakan
dan tawarkan strategi
sebelumnya belum berhasil.
koping yang disarankan
13. Informasikan tentang 16. Pemberian obat untuk
penggunaan teknik mengurangi gejala dan reaksi
nonfarmakologi autoimun
(relaksasi, imajinasi
terbimbing, terapi
music distraksi)
Kolaborasi :
14. Pemberian analgesic :
menggunakan agens-
agens farmakologi
untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri
15. Manajemenmedikasi :
Memfasilitasi
penggunaan obat resep
atau oba tbebas secara
aman dan efektif
16. Kolaborasikan
pemberian obat-obatan
( NSAID,steroid
imunosupressan dan
terapi DMARD
(Disease Modifying
Anti-Rheumatic Drugs)

2 Hambatan NOC : Observasi : Observasi :


Mobilitas Fisik
- Joint movement: 1. Monitoring vital 1. Untuk mengetahui kestabilan
(00085)
Active sign vital sign pasien
- Mobility Level
Domain 2. sebelum/sesudah sebelum/sesudah latihan serta
- Self care: ADLs
Aktivitas/istirahat - Transfer performance latihan dan lihat melihat sejauh mana
respon pasien saat keefektivan latihan yang
Kelas 2. Tujuan : Setelah di lakukan
latihan diterima pasien.
Aktivitas/latihan tindakan keperawatan selama
2. Kaji kemampuan 2. Untuk mengetahui
x24 jam hambatan
pasien dalam perkembangan kemampuan
Definisi:
mobilitas fisik teratasi dengan
mobilisasi pasien dalam mobilisasi.
Keterbatasan pada kriteria hasil :
Mandiri : Mandiri :
pergerakan fisik
Kriteria Hasil:
tubuh atau satu atau 3. Bantu klien 3. Untuk memberikan latihan
lebih ekstremitas - Klien meningkat dalam menggunakan secara perlahan dan
secara mandiri dan aktivitas fisik tongkat saat berjalan menghindari cedera baru.
- Mengerti tujuan dari 4. Untuk melatih agar pasien
terarah. dan cegah terhadap
peningkatan mobilitas lebih mandiri dalam memenuhi
cedera.
Batasan - Memverbalisasikan 4. Latih pasien dalam kebutuhan ADLsnya.
5. Untuk menignkatkan
Karakteristik: perasaan dalam pemenuhan
kemampuan pasien dalam
meningkatkan kekuatan kebutuhan ADLs
Kesulitan mobilisasi.
dan kemampuan secara mandiri
membolak-balik 6. Untuk menghindari cedera
berpindah sesuai kemampuan. 7. agar tidak terjadi kekakuan
posisi - Memperagakan 5. Dampingi dan bantu
Melakukan sendi dan memperbaiki tonus
penggunaan alat pasien saat
aktivitas lain otot
- Bantu untuk mobilisasi
mobilisasi dan bantu 8. untuk mencegah terjadinya cedera
sebagai pengganti (walker) 9. untuk mencegah deformitas
penuhi kebutuhan
pergerakan muskuloskeletal. Latihan
Perubahan cara ADLs pasien.
6. Berikan alat bantu penguatan dilakukan pada otot
berjalan
jika klien yang lemah, otot partial inervation
Keterbatasan
memerlukan. atau setelah prosedur tendon
kemampuan
7. Ajarkan dan bantu
transfer.
melakukan
pasien dalam
Health Education :
motorik kasar
melakukan latihan
Keterbatasan
ROM aktif atau pasif 10. Agar pasien tidak salah dalam
rentang pergerakan
untuk melakukan teknik ambulasi
sendi 11. Agar pasien tahu cara merubah
Pergerakan lambat mempertahankan
posisi yang baik dan benar.
Pergerakan tidak atau meningkatkan
kekuatan dan
terkoordinasi ketahanan otot Kolaborasi :
8. Awasi seluruh upaya
Faktor yang mobilitas dan bantu 12. Menghindari kesalahan dalam
berhubungan: pasien, jika memberikan rencana ambulasi

diperlukan diluar kebutuhan pasien.


Gangguan koknitif 13. Untuk mengurangi gejala
Fisik tidak bugar 9. Latihan luas gerak
Penurunan kendali sendi pasif pada kekakuan sendi dan penekanan

otot semua sendi sejak system imun klien.


Gangguan
bayi baru lahir
musculoskeletal Health Education :
Penurunan
kekuatan otot 10. Ajarkan pasien atau
Kurang
tenaga kesehatan
pengetahuan lain tentang teknik
tentang aktivitas ambulasi.
fisk 11. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan.
Kolaborasi :

12. Konsultasikan
dengan terapi fisik
tentang rencana
ambulasi sesuai
kebutuhan.
13. Kolaborasikan
pemberian obat-
obatan ( NSAID,
imunosupressan dan
terapi DMARD
(Disease Modifying
Anti-Rheumatic
Drugs)
3 Gangguan Citra NOC NIC Observasi
Tubuh (00118)
- Body image Observasi 1. Untuk mengetahui respon pasien
Domain 6 : - Self esteem
1. Kaji dan terhadap dirinya
persepsi-Diri 2. Untuk mengetahui usaha untuk
dokumentasikan
Kelas 3 : Citra Kriteria hasil mengatasi atas apa yang
respon verbal dan
dialaminya
Tubuh Setelah dilakukan tindakan non verbal 3. Untuk mengetahui seberapa sering
tindakan keperawatan 2. Identifikasi
Definisi : pasien mengkritik dirinya guna
selama x24 jam klien mekanisme koping
untuk menentukan intervensi tang
Konfusi dalam diharapkan mampu :
yang biasa
gambaran mental akan dilakukan
- Body image positif digunakan pasien Mandiri
tentang diri-fisik - Mampu 3. Monitor frekuensi 4. Agar pasien tidak terlalu cemas dan
individu
mengidentifikasi mengkritik dirinya lebih bersemangat
kekuatan personal 5. Agar pasien lebih bersemangat
- Mendiskripsikan dalam menyesuaikan diri dan untuk
Batasan Mandiri
karakteristik : secara faktual membuat dia merasa nyaman
perubahan fungsi 4. Berikan dorongan dengan keadaannya
Subjektif :
tubuh kepada pasien dan 6. Untuk mengetahui kekuatan dan
- Perasaan - Mempertahankan keluarga untuk keterbatasan pasien guna untuk
negatif tentang interaksi sosial mengungkapkan memotivasi pasien tersebut
tubuh (mis; 7. Agar pasien tidak merasa malu dan
perasaan
perasaan putus 5. Dukung mekanisme tetap merasa nyaman dengan

asa, tidak koping yang biasa keadaannya dan lebih bersemangat

mampu, atau digunakan pasien melakukan pengobatan


6. Bantu pasien dan 8. Agar pasien bisa lebih terbiasa
tidak berdaya)
- Fokus pada keluarga untuk dengan keadaannya
HE
perubahan atau mengidentifikasi 9. Agar pasien tahu cara melakukan
kehilangan kekuatan dan
- Rasa takut keterbatasan mereka perawatan pada diri sendiri dan
7. Berikan perawatan
terhadap mengetahui komplikasi kondisi me
dengan cara yang 10.Agar pasien tahu cara pengobatan
penolakan atau
tidak menghakimi, dan perawatan dari penyakit yang
reaksi dari
jaga privasi dan diderita
orang lain
martabat pasien Kolaborasi
Objektif
8. Bantu pasien dan
11. Untuk mengetahui tindakan
- Perubahan keluarga untuk
selanjutnya yang akan diberikan
aktual fungsi secara bertahap
pada pasien tersebut
(tubuh) menjadi terbiasa 12.Untuk mengetahui dan
- Perilaku
dengan perubahan mendapatkan informasi dari
menghindari,
pada tubuhnya penyakit yang diderita
memantau,
HE 13.Untuk menekan system imun klien
atau mencari
9. Ajarkan tentang cara
tahu tentang
merawat dan
tubuh individu
- Perubahan perawatan diri
dalam termaksud
keterlibatan komplikasi kondisi
sosial medis.
- Kehilangan 10. Jelaskan tentang
pengobatan ,
bagian tubuh perawatan,
- Trauma
kemajuan dan
terhadap
prognosis penyakit
bagian tubuh
Kolaborasi
yang tidak
11. Rujuk ke layanan
berfungsi
sosial untuk
merencanakan
perawatan dengan
pasien dan keluarga
12. Tawarkan
untukmenghubungi
sumber sumber
komunitas yang
tersedia untuk pasien
/ keluarga
13. Kolaborasikan
Pemberian obat
imunosuppresan
dengan dokter
4 Defisiensi NOC : Observasi : Observasi :
Pengetahuan (00126) - Mengungkapkan 1. Kaji pengetahuan klien 1. Mempermudah dalam
pemahaman terhadap tentang penyakitnya memberikan penjelasan pada
Domain 5 :
kondisi yang dialami klien
Persepsi/Kognisi
Mandiri :
Kelas 4 : Kognisi Tujuan : Setelah di lakukan
2. Berikan kembali Mandiri :
tindakan keperawatan selama
informasi yang
Definisi : x24 jam defisiensi 2. Membantu dalam menciptakan
Ketiadaan atau berhubungan dengan
pengetahuan teratasi dengan harapan yang realistis dan
defisiensi informasi proses trauma dan
kriteria hasil : meningkatkan pemahaman pada
kognitif yang pengaruh sesudahnya.
3. Beri kesempatan pasien keadaan saat ini dan
berkaitan dengan kebutuhannya.
dan keluaga pasien
topik tertentu. Kriteria Hasil : 3. Mengetahui sejauh mana
untuk bertanya bila ada
pengetahuan pasien dan keluarga
- Mengerti proses yang belum dimengerti
pasien setelah di beri penjelasan
penyakitnya dan Program
Batasan tantang penyakitnya.
perawatan serta Therapi Health Education:
Karakterisitk :
yg diberikan
4. Jelaskan tentang proses
1. Mengungkapk Health Education :
penyakit (tanda dan
an masalah
gejala), identifikasi 4. Meningkatan pengetahuan dan
secara verbal
2. Tidak kemungkinan mengurangi cemas
mengikuti penyebab. Jelaskan 5. Mempermudah intervensi
6. Berbagai tingkat bantuan
instruksi yang kondisi tentangklien
5. Jelaskan tentang mungkin perlu direncanakan yang
di berikan
program pengobatan didasarkan atas kebutuhan yang
secara akurat
3. Perilaku yang dan alternatif bersifat individual.
tidak sesuai pengobantan Kolaborasi :
6. Anjurkan pasien untuk
atau terlalu
selalu memperhatikan 7. Agar klien mampu melakukan
berlebihan
sakit kepala yang dan merubah posisi/letak tubuh
Faktor yang
dialaminya dan faktor- yang kurang baik.
berhubungan : 8. Dengan memperhatikan faktor
faktor yang
yang berhubungan klien dapat
1. Keterbatasan berhubungan
mengurangi sakit kepala sendiri
kognitif
2. Kesalahan dengan tindakan sederhana,
Kolaborasi :
dalam seperti berbaring, beristirahat
memahami 7. Diskusikan rencana pada saat serangan.
9. Untuk mengurangi kecemasan
informasi yang untuk memenuhi
klien serta menambah
ada kebutuhan perawatan
3. Kurang pengetahuan klien tetang
diri.
pengalaman 8. Diskusikan mengenai penyakitnya.
4. Kurang
pentingnya posisi atau
perhatian
dalam belajar letak tubuh yang
5. Kurang
normal
familiar 9. Diskusikan penyebab
dengan individual dari sakit
sumber- kepala bila diketahui.
sumber
informasi
5 Ansietas (00146) NOC : Observasi : Observasi :
1. Pantau TTV 1. Untuk mengetahui tanda-tanda
Domain: 9 a. Pengendalian diri 2. Kaji tingkat
vital pada pasien.
(koping/toleransi terhadap ansietas kecemasan pasien, 2. Untuk mengetahui tingkat
b. Tingkat ansietas termasuk reaksi kecemasan pasien dan juga reaksi
terhadap stress)
c. Koping
Tujuan : fisik. fisik.
Kelas: 2 (respon
koping) Setelah dilakukan tindakan Mandiri : Mandiri :
keperawatan selama x24
Definisi : Perasaan 3. Bimbingan antisipasi 3. Agar pasien dapat menghadapi
ansietas teratasi dengan
tidak nyaman atau :mempersiapkan pasien krisis situasi.
kriteria hasil: 4. Untuk mengurangi tingkat
kekhawatiran yang menghadapi
kecemasan dan kekhawatiran
samar disertai kemungkinan krisis
pasien.
respon autonom perkembangan /
Kriteria hasil: 5. Agar pasein dapat mengurangi
(sumber sering kali situasional.
tidak spesifik atau - Ansietas klien 4. Penurunan ansietas : kecemasan yang dialami.
tidak diketahui oleh berkurang yang meminimalkan
individu) perasaan dibuktikan oleh kekhawatiran dan
takut yang tingkat ansietas hanya ketakutan .
5. Tehnik menenangkan
disebabkan oleh ringan sampai sedang.
- Mengendalikan diri : meredakan Health Education :
antisipasi terhadap
dirinya terhadap kecemasan pasien yang 6. Membantu pasein agar
bahaya. Perasaan ini
ansietas mengalami distres akut. mengetahui gejala ansietas.
merupakan isyarat
- Mengkomunikasikan 7. Untuk mengurangi stress yang
kewaspadaan yang
kebutuhan dan Health Education : dialami pasien.
memperingatkan 8. Agar pasien dapat mengetahui
perasaan negatif
6. Informasikan tentang
bahaya yang akan bagaimana sensasi yang dialami
secara tepat
gejala ansietas.
terjadi dan - Memiliki tanda-tanda selama prosedur.
7. Mengajarkan pasien
memampukan vital dalam batas
tentang penggunaan
individu melakukan normal Kolaborasi :
teknik relaksasi.
tidakan untuk 8. Menjelaskan semua 9. Untuk menurunkan tingkat
menghadapi prosedur termasuk kecemasan yang dirasakan pasien.
ancaman sensasi yang biasanya
dialami selama prosedur.

Kolaborasi :
Batasan
karakteristik: : 9. Berikan obat untuk
menurunkan ansietas,
- Gelisah
- Kesedihan yang jika perlu.
mendalam
- Distress
- Ketakutan
- Perasaan tidak
adekuat
- Perasaan
- Khawatir

Faktor yang
berhubungan:

- Hubungan
keluarga/hereditas
- Krisis situasi dan
maturasi
- Stress
- Ancaman
kematian
- Ancaman atau
perubahan pada
status peran,
fungsi peran,
lingkungan, status
kesehatan, status
ekonomi, atau pola
interaksi
- Ancaman terhadap
konsep diri
- Kebutuhan yang
tidak terpenuhi.
6 Resiko jatuh NOC Observasi Observasi
(00155) 1. Untuk mengetahui faktor-faktor
Keseimbangan 1. Mengidentifikasi
yang dapat membuat resiko jatuh
Domain 11 : Gerakan terkordinasi faktor yang
keamanan/perlindu Pelaku pencegahan terjadi
mempengaruhi 2. Untuk mengetahui seberapa
ngan
jatuh
kebutuhan beresikonya pasien untuk cedera
Kelas 2 : cedera Kejadian jatuh
Pengetahuan: keamanan, sebagai Mandiri
fisik
pencegahan jatuh contoh, perubahan
Definisi : 3. Untuk mencegah terjadinya
status mental, cedera saat klien jatuh
Peningkatan tingkat intoksikasi,
kerentanan Kriteria Hasil 4. Agar perawat dapat memantau
keletihan, usia langsung keadaan klien
terhadap jatuh yang Setelah dilakukan tindakan
dapat menyebabkan tindakan keperawatan kematangan, 5. Untuk meminimalkan resiko
bahaya fisik. selama x24 jam klien medikasi, dan defisit jatuh
diharapkan mampu :
Faktor resiko : motorik atau sensori 6. Agar cedera tidak ditimbulkan
- Perilaku pencegahan (mis. Gaya berjalan, saat pasien jatuh
- Arthritis
- Penurunan jatuh : tindakan keseimbangan) HE
individu atau 2. Pengkajian resiko 7. Agar pasien dapat meminimalkan
kekuatan
ekstremitas pemberian asuhan jatuh pada pasien terjadi cedera yang fatal
Kolaborasi
bawah untuk meminimalkan yang masuk rumah
8. Untuk mengajarkan pasien cara
- Hambatan factor resiko yang sakit berjalan dengan keseimbangan
mobilitas fisik yang baik agar tidak terjadi resiko
dapat memicu jatuh Mandiri
jatuh
dilingkungan individu. 3. Bantu pasien saat
- Kejadian jatuh : tidak ambulasi, jika perlu;
ada kejadian jatuh gunakan sabut
pengaman
perpindahan dan
bantuan orang lain
jika pasien
sempoyongan

4. Jika pasien beresiko


jatuh, tempatkan
pasien di ruangan
dekat dengan meja
perawat

5. Sediakan alat bantu


untuk berjalan (mis.,
tongkat, walker)

6. Singkirkan bahaya
lingkungan (mis.,
menyediakan
penerangan yang
adekuat)

HE

7. Pencegahan jatuh :
ajarkan pasien
bagaimana posisi
terjatuh yang dapat
meminimalkan
cedera
Kolaborasi

8. Lakukan perujukan
ke ahli fisioterapi
untuk latihan cara
berjalan dan latihan
fisik untuk
memperbaiki
mobilitas,
keseimbangan, dan
kekuatan.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang
sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Arthritis
rheumatoid adalah penyakit autoimun yang terjadi pada individu rentan setelah
setelah respons imun terhadap agen pemicu yang tidak diketahui. Agen pemicunya
adalah bakteri, mikoplasma, atau virus yang menginfeksi sendi atau mirip sendi
secara antigenic.

4.2 Saran

Dalam pembuatan Asuhan Keperawatan Artritis Reumatoid ini kami


menyadari masih banyak kekurangan dan kejanggalan baik dalam penulisan maupun
penjabaran materi serta penyusunan atau sistemmatik penyusunan. Dengan adanya
makalah ini diharapkan dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang
pendidikan dan praktik keperawatan. Selain itu, dapat juga dijadikan sebagai acuan
dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan.

You might also like