You are on page 1of 1

DESAIN DAN KONSEP PELAKSANAAN DIKLAT BLENDED LEARNING PEMETAAN KONFLIK

DI BALAI DIKLAT LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN SAMARINDA

Oleh
Dr. Agus Setiawan, S.Hut, MP1, dan Dwi Rama Nugraha, S.Hut2

1. Widyaiswara Madya Balai Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Samarinda
2. Calon Widyaiswara Balai dan Pelatihan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Samarinda

Abstrak
Pendidikan dan pelatihan jarak jauh atau E-Learning sudah berkembang jauh setidaknya sejak tahun
1924 jauh sebelum abad millenium seperti saat ini. Namun perkembangannya semakin cepat seiring dengan
perkembangan teknologi seperti komputer, smartphone dan jaringan internet. Institusi pendidikan seperti
Perguruan Tinggi dan Lembaga Diklat sudah mulai menerapkan pembelajaran jarak jauh berbasis internet . E-
Learning pun telah dikombinasikan dengan teknik tatap muka atau lebih dikenal dengan istilah Blended
Learning. Balai Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Samarinda mencoba
melaksanakan Diklat Blended Learning Pemetaan Konflik. Yang terdiri dari 3 fase, yaitu fase online I, fase face
to face atau tatap muka, dan fase online II. Hal ini merupakan modifikasi mata diklat yang terdapat pada
Keputusan Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Nomor : SK.35/Dik-2/2014 tentang Kurikulum
dan Silabus Diklat Pemetaan Konflik. 54 JP Diklat Pemetaan Konflik dipecah menjadi 14 JP (Online I) yang akan
dilaksanakan selama 4 minggu, 28 JP ( face to face) yang akan dilaksanakan dalam 3 hari, dan 12 JP (Online II)
yang akan dilaksanakan selama 1 minggu. Desain dan konsep Diklat Blended Learning Pemetaan Konflik ini
diharapkan menjadi tolak ukur serta untuk melihat kelebihan dan kekurangan implementasi blended learning
dalam pendidikan dan pelatihan.

Kata kunci : Blended learning, diklat, pemetaan konflik, pendidikan, pelatihan.

You might also like