You are on page 1of 3

Interpretasi Temuan

Temuan-temuan yang didapatkan dari proses autopsy adalah sebagai berikut :


1. Pada bagian wajah terdapat pembengkakan dan memar. Hal ini menunjukkan adanya suatu
perdarahan dalam jaringan di bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena, yang di
sebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar kadangkala memberi petunjuk tentang
benda penyebanya dan umur luka memarnya. Hematom ante-mortem yang timbul beberapa
saat sebelum kematian biasanya akan menunjukan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam
jaringan sehingga dapat dibedakan dari lebam mayat dengan cara melakukan penyayatan
kulit. Pada lebam mayat (hipostasis pascamati) darah akan mengakir keluar dari pembuluh
darah yang tersayat sehingga saat dialiri air, penampang sayatan akan tampak bersih,
sedangkan pada hematom penampang sayatan akan tetap berwarna merah kehitaman. Namun
harus diperhatikan bahwa pada pembusukan juga terjadi extravasasi darah yang dapat
mengacaukan pemeriksaan ini.
2. Pada bagian punggung terdapat beberapa memar berbentuk dua garis sejajar (railway
hematome). Bentuk memar ini bisa menggambarkan kemungkinan benda tumpul yang di
pakai untuk memukul seperti kayu, gagang rotan dan gagang sapu.
3. Di daerah paha sekitar kemaluan ada beberapa luka bakar bentuk bundar dengan diameter
kurang lebih satu sentimeter. Kemungkinan disebabkan oleh sundutan rokok.
4. Di ujung penis ada luka bakar yang sesuai dengan jejas listrik. Gambaran makroskopis jejas
listrik pada daerah kontak berupa kerusakan lapisan tanduk kulit sebagai luka bakar dengan
tepi yang menonjol, disekitarnya terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit yang
hiperemi. Bentuknya sering sesuai dengan benda penyebab.
5. Terdapat jejas jerat melingkari leher dengan simpul di daerah kiri belakang yang membentuk
sudut ke atas. Dapat disebabkan oleh penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang kain
dan sebagainya yang dapat melingkari leher yang bisa menyababkan kematian akibat asfiksia
atau refleks vagal. Beda dengan keadaan digantung, semua arteri leher mungikn tertekan.
Sedangkan pada kasus jerat arteri vertebralis tetap paten. Sedangkan simpul bisa dikarenakan
digantung.
6. Resapan darah yang luas di kulit kepala. Hal ini bisa dikarenakan cedera kepala oleh benda
tumpul.
7. Perdarahan tipis di bawah selaput keras otak (subdural) dan sembab otak besar. Perdarahan
subdural bisa teradi karena robeknya sinus, vena jembatan, arteri basalis, atau berasal dari
perdarahan subarachnoid yang biasanya berasal dari focus kontusio/laserasi jaringan otak.
Udem/sembab otak dapat tampak pada daerah yang terkena trauma, khususnya sekitar
kontusio dan intraserebral hematom, dan dapat diasosiasikan dengan hipoksik iskemik injury.
Luasnya pembengkakan otak terjadi tanpa adanya kerusakan struktur otak yang nyata pada
hemisfer ipsilateral atau peridural hematoma, atau faktanya pada anak dan remaja pada satu
atau kedua hemisfer pembengkakan muncul setelah trauma minor dan tanpa kerusakan otak
lain. Pathogenesis dari macam macam pembengkakan otak karena trauma dikarenakan
vasodilatasi sebagai autoregulasi cerebrovaskular, contohnya pada congestive brain swelling
atau karena peningkatan cairan dalam jaringan otak contohnya cerebral edema atau
keduanya. Progresivitas yang cepat pada pembengkakan otak dalam hitungan menit atau
beberapa jam setelah trauma biasanya dikarenakan kongestif. Sebaliknya jika pembengkakan
otak dalam hitungan jam sampai beberapa hari setelah trauma dengan gangguan yang jelas
pada jaringan otak dan hipoksik iskemik berat biasanya dikarenakan udem cerebral.
8. Tidak ada resapan darah di kulit leher, tapi sedikit resapan darah di orot leher sisi kiri, dan
patah ujung rawan gondok (os cricoid) sisi kiri.
9. Sedikit busa halus dalam saluran napas dan bintik-bintik perdarahan di kedua paru dan
jantung. Hal ini merupakan tanda-tanda terjadinya asfiksia yang kemungkinan disebabkan
oleh karena penjeratan. Busa halus timbul akibat peningkatan akitivitas pernapasan pada fase
dispnea yang di sertai sekresi selaput lendir saluran napas bagian atas. Keluar masuknya
udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadang-kadang
bercampur darah akibat pecahnya kapiler. Selain itu hipoksia dapat merusak endotel kapiler
sehingga dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah atau karena permeabilitas
kapiler yang meningkat sehingga timbul bintik-bintik perdarahan yang dinamakan tardieus
spot. Tanda- tanda lain yang dapat ditemukan pada pembedahan jenasah korban mati akibat
asfiksia adalah darah berwarna lebih gelap dan lebih encer karena aktivitas fibrinolisin,
pembendungan sirkulasi sehingga saat pengirisan banyak mengeluarkan darah, serta kelainan
yang berhubungan dengan kekerasan.
10. Tidak ada patah tulang.

Perbedaan antara pembunuhan dan bunuh diri :


Pembunuhan Bunuh Diri
Alat penjerat :
- simpul Biasanya simpul mati Simpul hidup
- jumlah lilitan Hanya satu Satu atau lebih
- arah Mendatar Serong keatas
- jarak titik tumpu Dekat Jauh
simpul
Korban :
- jejas jerat Berjalan mandatar Meninggi kearah simpul
- luka perlawanan + -
- luka-luka lain Ada,sering didaerah leher ( - ), luka percobaan
- jarak dari lantai jauh Dekat
TKP :
- lokasi Bervatiasi Tersembunyi
- kondisi Tidak teratur Teratur
- pakaian Tak teratur robek Rapi dan baik
Alat : Dari si pembunuh Berasal dari TKP
Surat peninggalan - +
Keadaan lain pada kasus ini Memperkosa anak pejabat Psikis dari korban karena
polisi disiksa dan di lecehkan
sedemikian parah.

You might also like