You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Orang-orang banyak menduga bahwa retardasi mental dan
gangguan psikiatri memiliki hubungan yang erat (dianggap sama). Tetapi
seiring waktu, retardasi mental dan gangguan psikiatri ternyata berbeda. Pada
abad ke-16, English court of Wards and Liveries membedakan bodoh / idiot
dari gila, yang kemudian oleh Kraeplin membedakan retardasi mental dari
gangguan psikiatri.1
Investigasi modern tentang hubungan retardasi mental dengan gangguan
psikiatri. Terdapat beberapa hipotesis yang menjelaskan tentang kerusakan
kognitif dapat meningkatkan risiko untuk gangguan psikiatri. 1
Gangguan psikiatri atau gangguan mental adalah gangguan pada fungsi
mental(jiwa) yaitu fungsi yang berkaitan dengan emosi (perasaan), kognisi
(pikiran), konasi (perilaku); juga ada gejala dan tanda-tanda obyektif
(psikopatologi yang nyata secara klinis), bisa disertai dengan/tanpa kerusakan
struktur/jaringan susunan saraf pusat; juga ada keluhan atau penderitaan
(distress) dan pasien dan/atau keluanganya; biasanya disertai disabilitas atau
disfungsi yaitu ganguan pada fungsi pekerjaan, fungsi sosial, dan fungsi
sehari-hari. Gangguan jiwa yang disertai dengan waham (keyakinan menetap
yang tak sesuai dengan kenyataan dan selalu dipertahankan), halusinasi
(persepsi pancaindera tanpa sumber rangsangan sensorik eksternal),
inkoherensi (pembicaraan/tulisan yang tidak dapat dimengerti), katatonia
(gangguan psikomotor seperti mematung, fleksibilitas lilin, stupor, furor
(kegelisahan yang muncul secara mendadak), gerakan stereotipik), perilaku
kacau (telanjang, gelisah, mengamuk, menarik diri, perilaku aneh), dan gejala
negatif (kehilangan kemampuan yang biasanya ada pada orang yang tidak
sakit) pada psikotik kronis (skizofrenia) seperti inatensi, afek mendatar, abulia,
alogia, avolition, asosialitas, tak merawat diri, apatis terhadap lingkungan. 2
Sedangkan retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa
yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya
hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh

1
pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif,
bahasa, motorik, dan sosial. 3
Menurut American Association of Mental Deficiency (AAMD) dan
Diagnostic and Statistical Manualof Mental Disorder edisi keempat (DSM-
IV), retardasi mental merupakan fungsi intelektual keseluruhan yang secara
bermakna di bawah rata-rata (< 70) yang menyebabkan atau berhubungan
dengan gangguan pada perilaku adaptif dan bermanifestasi selama periode
perkembangan, yaitu sebelum usia 18 tahun. 4,5
Fungsi intelektual keseluruhan ditentukan dengan menggunakan tes
kecerdasan (IQ), kira-kira < 71. Fungsi adaptif dapat diukur dengan
menggunakan skala yang dibakukan, seperti Vineland Adaptive Behavior
Scale . dalam skala tersebut, komunikasi, keterampilan hidup sehari-hari,
sosialisasi, dan keterampilan motorik dinilai dan membentuk suatu senyawa
perilaku adaptif yang berhubungan dengan keterampilan yang diharapkan
untuk usia tertentu. 4
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengetahui retardasi mental dengan skizofrenia. Dalam referat ini akan
dibahas hubungan tentang retardasi mental dengan skizofrenia.

I.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan pembuatan referat ini ialah untuk mengetahui hubungan retardasi
mental dengan skizofrenia lebih mendalam
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus diantaranya ialah mengetahui

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. INSIDEN dan EPIDEMIOLOGI.

2
Insiden tertinggi adalah pada anak usia sekolah, dengan puncak usia 10
sampai 14 tahun. Retardasi mental lebih sering pada laki-laki dibandingkan
wanita. Pada lanjut usia, prevalensi lebih sedikit, karena mereka dengan
retardasi mental yang berat atau sangat berat memiliki angka mortalitas yang
tinggi yang disebabkan dari penyulit gangguan fisik yang menyertai. 4
Kejadian retardasi mental di dunia sekitar 1 3% dengan 350 sebab yang
sudah diketahui. Tetapi ada juga 40% kasus yang tidak jelas sebabnya. Tiga
terbesar penyebab retardasi mental, yang merupakan 30% penyebab retardasi
mental yang teridentifikasi, yaitu: (1). Downs Syndrom (kelainan kromosom
21), (2). The fragile X Syndrom (X- linked gene FMR-1 adalah kelainan
herediter), (3). Fetal alcohol syndrome (dicirikan dengan retardasi
pertumbuhan dan perkembangan, serta muka yang khas). 1
II.2. ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab retardasi mental secara umum adalah sebagai berikut:6
a. Infeksi dan atau intoksikasi
Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada
perkembangan janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan
terjadinya intoksikasi, jaringan otak juga dapat rusak yang pada akhirnya
menimbulkan retardasi mental.
Infeksi dapat terjadi karena masuknya rubella, sifilis, toksoplasma,
dll. ke dalam tubuh ibu yang sedang mengandung. Begitu pula halnya
dengan intoksikasi, karena masuknya racun atau obat yang semestinya
dibutuhkan.
b. Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab fisik lain
Rudapaksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper radiasi,
alat kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan
kelainan berupa retardasi mental.
Pada waktu proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat mengalami
tekanan sehingga timbul pendarahan di dalam otak. Mungkin juga karena
terjadi kekurangan oksigen yang kemudian menyebabkan terjadinya
degenerasi sel-sel korteks otak yang kelak mengakibatkan retardasi
mental.
c. Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan
metabolisme (misalnya gangguan metabolisme karbohidrat dan protein),

3
gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam kelompok ini.
Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum anak berusia 4
tahun sangat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan
retardasi mental. Keadaan seperti itu dapat diperbaiki dengan memberikan
gizi yang mencukupi sebelum anak berusia 6 tahun, sesudah itu biarpun
anak tersebut dibanjiri dengan makanan yang bergizi, inteligensi yang
rendah tersebut sangat sukar untuk ditingkatkan.
d. Penyakit otak yang nyata
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa reaksi
sel-sel otak yang nyata, yang dapat bersifat degeneratif, radang, dst.
Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi dapat menyebabkan
penderita mengalamai keterbelakangan mental.
e. Penyakit atau pengaruh prenatal
Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan, tetapi
tidak diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranial primer dan defek
congenital yang tak diketahui sebabnya.
f. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah maupun
bentuknya. Kelainan pada jumlah kromosom menyebabkan sindroma
down yang dulu sering disebut mongoloid.
g. Prematuritas
Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retrdasi mental yang
berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya
kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan kurang dari 38
minggu.
h. Akibat gangguan jiwa yang berat
Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan jiwa yang
berat pada masa kanak-kanak.
i. Deprivasi psikososial
Deprivasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak terpenuhinya
kebutuhan psikososial awal-awal perkembangan ternyata juga dapat
menyebabkan terjadinya retardasi mental pada anak.
Adapun yang membaginya berdasarkan aspek-aspek yang terganggu,
yaitu: 2
a. Etiologi Organobiologik

4
Penyakit Otak (Intraserebral) seperti gangguan degeneratif, infeksi
pada otak, ganguan serebrovaskular, trauma kapitis, epilepsi, neoplasma,
toksik (NAPZA), dan herediter. Penyakit Sistemik (Ekstraserebral) seperti
gangguan metabolisme, endokrin/hormonal, infeksi sistemik, atau
penyakit autoimun.
b. Etiologi Psikologik
Seperti krisis yaitu suatu kejadian yang mendadak; konflik, suatu
pertentangan batin; tekanan khususnya dan dalam dirinya, seperti kondisi
fisik yang tidak ideal; frustrasi, suatu kegagalan dalam mencapai tujuan;
dan sudut pendidikan dan perkembangan seperti salah asih, salah asah,
salah asuh; dan tak terpenuhinya kebutuhan psikologik seperti: rasa aman,
nyaman, perhatian, kasih-sayang.
c. Etiologi Sosio-kultural
Problem keluarga, problem dengan lingkungan, pendidikan, pekerjaan,
perumahan, ekonomi, akses ke pelayanan kesehatan, problem hukum /
kriminal dan problem psikososial lainnya.

II.3. PATOGENESIS
Gambaran yang terlihat pada penderita retardasi mental yaitu selalu gagal,
sering merasa kecewa karena tidak memenuhi harapan orangtua dan sosial,
dan selalu terbelakang atau perkembangannya paling lambat diantara
sebayanya atau bahkan adiknya. Maka keadaan inilah yang jika kronis akan
mengakibatkan gangguan psikotik pada retardasi mental. 4

Gejala-gejala Psikotik

Waham: keyakinan menetap yang tak sesuai dengan kenyataan dan
selalu dipertahankan

Halusinasi: persepsi pancaindera tanpa sumber rangsangan sensorik
eksternal

Inkoherensi: pembicaraan/tulisan yang tidak dapat dimengerti

5

Katatonia: gangguan psikomotor seperti mematung, fleksibilitas lilin,
stupor, furor (kegelisahan yang muncul secara mendadak), gerakan
stereotipik

Perilaku kacau: telanjang, gelisah, mengamuk, menarik diri, perilaku
aneh

Gejala negatif (kehilangan kemampuan yang biasanya ada pada orang
yang tidak sakit) pada skizofrenia kronis seperti inatensi, afek
mendatar, abulia, alogia, avolition, asosialitas, tak merawat diri, apatis
terhadap lingkungan. 2
Sesuai dengan definisi skizofrenia yaitu gangguan psikotik yang bersifat
kronis atau kambuh ditandai dengan terdapatnya perpecahan (schism) antara
pikiran,emosi dan perilaku pasien yang terkena. Perpecahan pada pasien
digambarkan dengan adanya gejala fundamental (atau primer) spesifik, yaitu
gangguan pikiran yang ditandai dengan gangguan asosiasi,khususnya kelonggaran
asosiasi. Gejala fundamental lainnya adalah gangguan afektif, autisme, dan
ambivalensi. Sedangkan gejala sekundernya adalah waham dan halusinasi.4
Berdasarkan DSM-IV, skizofrenia merupakan gangguan yang terjadi
dalam durasi paling sedikit selama 6 bulan, dengan 1 bulan fase aktif gejala
(atau lebih) yang diikuti munculnya delusi, halusinasi, pembicaraan yang tidak
terorganisir, dan adanya perilaku yang katatonik serta adanya gejala negatif.
Menurut kriteria gejala psikotik diatas maka, gejala psikotik yang sangat
menonjol yang dapat terjadi pada orang retardasi mental adalah hiperaktivitas
dan rentang perhatian yang pendek, perilaku melukai diri sendiri (contohnya
sering membenturkan kepala ke tembok, mengigiti dirinya sendiri), dan
perilaku stereotipik berulang (menepukkan tangan dan berjalan dengan ujung
kaki). Pada penderita retardasi mental, gejala negatif dan rasa percaya diri
yang sangat minimal sering terjadi pada retardasi mental sedang dan berat. 4

II.4. KLASIFIKASI
Klasifikasi retardasi mental sesuai dengan PPGDJ-III : 3
Pedoman Diagnostik :

6
- Tingkat kecerdasan (harus berdasarkan semua informasi yang ada
(temuan klinis, perilaku adaptif (berkaitan dengan latar belakang
budaya), dan tes psikometrik. Untuk diagnosis pasti harus ada
penurunan tingkat kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya
kemampuan adaptasi dalam kehidupan sehari-hari dan di lingkungan
sosial.
- Ada gangguan jiwa atau fisik yang menyertai retardasi mental.
- Penilaian dignostik secara global (kemampuan umum), bukan terhadap
area tertentu yang spesifik dari hendaya atau keterampilan

Klasifikasi retardasi mental :3


1. Retardasi mental ringan
- Tes IQ : 50 69
- Pemahaman dan pengguanaan bahasa cenderung terlambat pada
berbagai tingkat, dan masalah kemampuan berbicara, Tetapi dapat
untuk keperluan berbicara sehari-hari. Kebanyakan juga penderita
mandiri dan dapat melakukan pekerjaan rumah tangga, walupun
tingkat perkembangannya lebih lambat daripada yang normal.
Kesulitan utama biasanya tampak pada pekerjaan sekolah yang bersifat
akademik, dan banyak masalah khusus dalam membaca dan menulis.
- Etiologi organik hanya sedikit
- Keadaan lain yang menyertai : autisme, gangguan tingkah laku,
epilepsi, atau disabilitas fisik.
2. Retardasi mental sedang
- Tes IQ : 35 49
- Umumnya ada profil kesenjangan dari kemampuan, beberapa dapat
mencapai tingkat yang lebih tinggi pada keterampilan visuo-spasial
daripada keterampilan berbahasa, sedangkan yang lainnya sangat
canggung namun dapat melakukan interaksi sosial dan percakapan
sederhana komunikasi seadanya untuk kebutuhan dasar.
- Etiologi organik dapat diidentifikasi pada tingkat ini.

7
- Keadaan lain yang menyertai : Autism masa kanak ada pada sebagian
kecil kasus. Ini mempunyai pengaruh besar pada gambaran klinis dan
tipe penatalaksanaan. Epilepsi, disabilitas neurologik dan fisik juga
sering ditemukan.
3. Retardasi mental berat
- IQ : 20 34.
- Pada umumnya mirip dengan retardasi mental sedang dalam hal :
Gambaran klinis
Terdapatnya etiologi organic
Kondisi yang menyertainya
Tingkat prestasi yang rendah
- Kebanyakan penyandang retardasi mental berat menderita gangguan
motorik yang mencolok atau defisit lain yang menyertainya,
menunjukkan adanya kerusakan atau penyimpangan perkembangan
yang bermakna dari susunan saraf pusat.
4. Retardasi mental sangat berat
- IQ : < 20.
- Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, hanya mengerti perintah
dasar dan mengajukkan permohonan sederhana.
- Keterampilan visuo-spasial yang paling dasar dan sederhana tentang
memilih dan mencocokkan mungkin dapt dicapainya. Dengan
pengawasan dan petunjuk yang tepat, penderita mungkin dapat sedikit
ikut melakukan tugas praktis dalam rumah tangga.
- Etiologi organik dapat diidenifikasi pada sebagian besar kasus.
- Biasanya ada disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat, yang
mempengaruhi mobilitas, seperti epilepsi, hendaya daya liat dan daya
dengar. Sering adanya gangguan perkembangan pervasif dalam bentuk
sangat berat khususnya autism yang tidak khas (atypical autism)
terutama pada penderita yang dapat bergerak.
5. Retardasi mental lainnya

8
Kategori ini digunakkan jika penilaian dari tingkat retardasi mental
dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin Karena
terdapat gangguan sensorik atau fisik.
6. Retardasi mental ytt
Jelas ada reterdasi mental, tetapi tidak cukup informasi untuk
menggolongkannya dengan yang kategori retardasi mental yang lain.

II.5. DIAGNOSIS.
A.
Anamnesis 4,7
- Riwayat prenatal (kehamilan ibu) : penyakit ibu, malnutrisi ibu,
adanya intoksikasi, gangguan metabolisme, radiasi, dan endokrin
selama kehamilan.
- Riwayat perinatal (saat persalinan): anoxia (karena partus lama),
trauma kelahiran, prematuritas.
- Riwayat postnatal (setelah kelahiran) : tidak ditemukan adnya ?
Malnutrisi bayi, infeksi, trauma kapitis, anoxia otak
- Riwayat keluarga retardasi mental.
- Wawancara psikiatrik terhadap penderita retardasi mental :
kemampuan verbal (termasuk bahasa reseptif dan ekspresif), adanya
distraktilitas dan distorsi dalam persepsi dan daya ingat

B.
Pemeriksaan fisik 4
- Bentuk kepala : mikrosefali, hidrosefalus
- Tanda fasial : hipertelorisme, tulang hidung datar, alis mata menonjol,
lipatan epikantus, opasitas kornea, telinga yang letaknya rendah /
bentuknya aneh, lidah yang menonjol, dan gangguan gigi geligi.
- Ekspresi wajah seperti dungu.
- Pemeriksaan neurologis.
Gangguan sensorik sering terjadi pada retardasi mental
(gangguan pendengaran ringan sampai dengan ketulian,
gangguan visual), gangguan kejang terjadi pada 10% penderita
retardasi mental.

9
Gangguan motorik : kelainan tonus otot (hipotoni), reflex
(hiperrefleks), dan gerakan involunter (koreoatetosis).
- Pemeriksaan psikologis.
Harus menilai kemampuan perceptual, motorik, linguistik, dan
kognitif.
Mencontoh gambar geometric, Goodenough Draw-a- person
test, Kohs Block test, teka-teki geometri adalah tes skrining
untuk koordinasi visual motorik.
Bender Gestalt dan Benton Visual Retention test berguna
untuk mendeteksi cedera otak.
Standford Binet dan Wechsler Intelligence Scale for Children
Revised (tes IQ) dapat juga digunakan untuk mengetahui
tingkat kognitif penderita dan mengklasifikasikan tingkat
retardasi mental.

C.
Pemeriksaan Laboratorium 6
1. Pemeriksaan darah dan urin: untuk mengetahui gangguan metabolik,
kelainan enzim pada gangguan kromosom (sindrom Down).
2. Amniosintesis : berguna untuk mendiagnosis berbagai kelainan
kromososm bayi (sindrom down).
D.
Pemeriksaan Radiologik 4
1. CT-Scan (Computed Tomography Scan) dan MRI untuk mengetahui
patologi sistem saraf pusat yang berhubungan dengan retardasi mental.
2. EEG (elektroensefalografi) ditandai dengan frekuensi yang lambat
dengan ledakan kompleks gelombang paku dan tajam atau gelombang
tumpul. Kelainan pada EEG ini sering terjadi pada kasus sindrom
Down.

II.6. DIAGNOSIS BANDING. 4


- Anak-anak dari rumah yang kekurangan stimulus atau yang tidak
memberikan stimulus yang adekuat munkin menunjukkan retardasi
motorik dan mental. Persamaan : sama-sama terjadi retardasi

10
Perbedaan : hanya terjadi retardasi motorik dan retardasi motorik ini
dapat hilang, jika anak retardasi mental ini distimulasi dan diberi
dukungan yang cukup dari lingkungannya
- Kecacatan sensorik, terutama kebutaan dan ketulian
- Defisit bicara dan palsi serebral pada anak
Persamaan : kemungkinan anak tampak teretardasi.
Perbedaan : kecerdasan dalam batas normal.
- Sindrom otak kronis yang dapat menyebabkan kecacatan tersendiri
(contoh : kegagalan membaca, menulis, berkomunikasi, dan kecacatan
lainnya).
Persamaan : anak tampak teretardasi.
Perbedaan : tingkat kecerdasan normal.

II.7. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan.
Primer.
Adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau
menurunkan kondisi yang menyebabkan gangguan, contoh : pendidikan
untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum,
profesional bidang kesehatan untuk menjaga dan memperbaharui
kebijakan kesehatan masyarakat, aturan pemberian pelayanan kesehatan
maternal dan anak yang optimal, serta konseling keluarga dan genetik. 4,8
Sekunder.
Tujuannya adalah untuk mempersingkat perjalanan penyakit, yaitu
diagnosa dan pengobatan dini terhadap radang otak, perdarahan otak, dan
etiologi retardasi mental lainnya. 6
2. Pengobatan.
Tersier.
Tujuannya adalah untuk menekan kecacatan yang terjadi, contoh :
pendidikan penderita atau latihan khusus (SLB). Dapat diberi neuroleptik
pada yang gelisah, hiperaktif atau destruktif . terapi perilaku (untuk
membentuk dan meningkatkan perilaku sosial dan untuk menekan perilaku
agresif dan destruktif penderita), terapi kognitif (latihan relaksasi dengan
instruksi dari diri sendiri juga diajarkan untuk mengikuti instruksi orang

11
lain) , dan terapi psikodinamika (menurunkan konflik tentang harapan
yang menyebabkan kecemasan, kekerasan, dan depresi yang menetap). 4,6

II.8. PROGNOSIS.
Semakin banyak gangguan mental komorbid yang terjadi, semakin buruk
prognosisnya. Retardasi mental dengan gangguan mental komorbid (contoh
pada gangguan psikotik pada retardasi mental) umumnya lebih buruk, tetapi
terapi komorbid retardasi mental dapat sangat menguntungkan 4

BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang
terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya
keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat
kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa,
motorik, dan sosial.
Insiden tertinggi adalah pada anak usia sekolah, dengan puncak usia 10
sampai 14 tahun. Tiga terbesar penyebab retardasi mental, yang merupakan
30% penyebab retardasi mental yang teridentifikasi, yaitu: (1). Downs
Syndrom (kelainan kromosom 21), (2). The fragile X Syndrom (X- linked
gene FMR-1 adalah kelainan herediter), (3). Fetal alcohol syndrome
(dicirikan dengan retardasi pertumbuhan dan perkembangan, serta muka yang
khas).

12
Etiologi retardasi mental, yaitu : (a.) infeksi dan atau intoksikasi, (b.)
terjadinya rudapaksa dan / atau sebab fisik lain, (c.) gangguan metabolisme,
pertumbuhan atau gizi (d.) penyakit otak yang nyata (e.) penyakit atau
pengaruh prenatal, (f.) kelainan kromosom, (g.) prematuritas, (h.) akibat
gangguan jiwa yang berat, (i.) deprivasi psikososial. Adapun etiologi
retardasi mental berdasrkan aspek-aspek yang terganggu, yaitu : (a.) etiologi
organobiologik, (b.) etiologi psikologik, (c.) etiologi sosio-kultural.
Gangguan psikiatri atau gangguan mental adalah gangguan pada fungsi
mental(jiwa) yaitu fungsi yang berkaitan dengan emosi (perasaan), kognisi
(pikiran), konasi (perilaku) biasanya disertai disabilitas atau disfungsi yaitu
ganguan pada fungsi pekerjaan, fungsi sosial, dan fungsi sehari-hari.
Gangguan psikiatri ini jika disertai oleh gejala-gejala waham,
halusinasi, inkoherens, katatonia, perilaku kacau, atau gejala negetif maka
disebut gangguan psikotik. Gejala psikotik yang sangat menonjol yang dapat
terjadi pada orang retardasi mental adalah hiperaktivitas dan rentang
perhatian yang pendek, perilaku melukai diri sendiri (contohnya sering
membenturkan kepala ke tembok, mengigiti dirinya sendiri), dan perilaku
stereotipik berulang (menepukkan tangan dan berjalan dengan ujung kaki).
Pada penderita retardasi mental, gejala negatif dan rasa percaya diri yang
sangat minimal sering terjadi pada retardasi mental sedang dan berat.
Penatalaksanaan untuk penderita retardasi mental yang mengalami
gangguan psikotik yaitu dapat diberi neuroleptik pada yang gelisah,
hiperaktif atau destruktif . terapi perilaku, terapi kognitif, dan terapi
psikodinamika.

III.2. Saran
Penatalaksanaan pada pasien retardasi mental dengan skizofrenia
sebaiknya segera diberikan untuk mencegah terjadinya perburukan dengan
mengenali gejala dan menegakkan diagnosis secara dini. Selain terapi medik
(terapi obat), adanya dukungan dari keluarga dan lingkungan berpengaruh
besar untuk kesembuhan pasien.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Stern TA. Herman JB. Mental retardation. In: massachussets general


hospital psychiatry update and broad preparation. Second edition. United
States : The McGraw-Hill Companies Medical Publishing Division; 2004.
P. 57.
2. Hidayat D. Simposium sehari kesehatan jiwa dalam rangka menyambut
hari kesehatan jiwa sedunia. 27 Oktober 2010 [cited 20 Desember 2010].
Available at:
http://www.idijakbar.com/prosiding/pelayanan_kesehatan.html.
3. Maslim S. Retardasi mental. Dalam : Diagnosis gangguan jiwa rujukan
ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta : PT. Nuh Jaya; 2001. P. 119-121
4. Kaplan HI. Sadock BJ. Grebb JA. Retardasi mental. Dalam: Wiguna M.
Kaplan dan sadock, synopsis psikiatri ilmu pengetahuan perilaku psikiatri
klinis jilid II. Edisi 7. Jakarta : Binarupa Aksara; 1997. P. 673-96.

14
5. Kay J. Tasman A. Lieberman JA. Mental retardation. In: Psychiatri :
behavioral science and clinical essential. United States : W.B Saunders
Company; 2000. P. 569 -70.
6. Maramis WF. Retardasi mental. Dalam: Catatan ilmu kedokteran jiwa.
Surabaya: Airlangga University Press; 2004. P. 385-97.
7. Ghosali EW. Retardasi mental. Pdf. 2007 [cited 20 Desember 2010].
Available at:
http://srv/www/portalkalbe/files/cdk/files/16_RetardasiMental.pdf/16_Ret
ardasiMental.
8. Mansjoer AM. Triyanti K. Savitri R. Wardhani WI. Setiowulan W.
Retardasi mental. Dalam: Kapita selekta kedokteran jilid I. Edisi III.
Jakarta: Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2001. P. 225-7.

15

You might also like