You are on page 1of 4

Globalisasi telah menjadi topik yang banyak diperbincangkan dalam dua decade

terakhir, umumnya secara antusias dan bersemangat, namun kadang dibayangi oleh
kekhawatiran dan kekecewaan. Globalisasi, yang tidak lain berarti integrasi ekonomi
secara menyeluruh, akan segera ,menampakkan bentuknya di mata negara-negara
ASEAN dalam bentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Hal yang mendasari dari
pembentukan MEA 2015 ini adalah adanya sebuah keinginan dari para pemimpin
ASEAN untuk mewujudkan pusat perdagangan kawasan terintegrasi sebagai wujud
komitmen untuk menciptakan dan meningkatkan pembangunan komunitas ASEAN
dalam menghadapi tantangan global.

Pembentukan MEA tak lepas dari semakin meningkatnya kerjasama ekonomi


antar Negara ASEAN. Tercatat sejak tahun 2003 perdagangan intra-ASEAN telah
mengalami kenaikan volume secara terus menerus. Hal ini menjadi pemicu integrasi
ekonomi yang lebih erat diantara Negara-negara ASEAN. Selain itu pembentukan MEA
disebabkan adanya dinamika eksternal maupun dinamika internal.

a.Dinamika eksternal

Terdapat kecenderungan perubahan lingkungan strategi global yang


menuntut Negara-negara di dunia untuk senantiasa meningkatkan daya
saingnya.

Pada tataran regional, terdapat gerakan kearah pengintegrasian kekuatan


ekonomi yang berbasis pada pasar tunggal (single market) dan produksi
tunggal yang terintegrasi (simple production)

Munculnya china dan india sebagai kekuatan ekonomi dunia yang


merubah arsitektur perdagangan dunia, khususnya di kawasan Asia
Timur.
b. Dinamika Internal

Potensi pasar yang cukup besar

Pertumbuhan kerjasama Ekonomi masih cukup rendah dibandingkan dengan


potensi yang dimiliki

Implementasi AFTA masih sangat rendah

Sejak disepakatinya Bali Concord II pada 7 Oktober 2003 untuk pembentukan suatu
komunitas ASEAN dan menghadapi tantangan eksternal dan internal kedepan, ASEAN
mulai menyusun piagam ASEAN yang telah dimandatkan dalam Vientiane Action
Programme (VAP).

Kerjasama ekonomi ASEAN dimulai dengan disahkannya Deklarasi Bangkok tahun


1967 yang bertujuan untuk mempererat ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan
budaya. Dalam dinamika perkembangannya, kerjasama ekonomi ASEAN diarahkan
pada pembentukan ASEAN Economic Community atau yang familiar disebut
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yang pelaksanaanya berjalan lebih cepat
dibandingkan dengan kerjasama di bidang politik, keamanan dan social budaya.

Dari sini, kita melihat bahwa ASEAN sudah merespon tantangan globalisasi dengan
membuat komunitas ini. ASEAN tidak mau kalah pamor dengan G20, G7, maupun
forum kerjasama internasional lainnya, yang anggotanya banyak melibatkan negara
barat. Dengan mempunyai jumlah PDB sekitar 2,4 triliun dollar, komunitas ASEAN
menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia baru yang patut diperhitungkan, apalagi
pada krisis 2008 bisa bertahan bahkan pendapatan masing-masing negara anggotanya
naik, ini bisa menjadi peluang bagi negara-negara anggota ASEAN untuk berbicara
banyak di kancah internasional dan menajawab tantangan globalisasi.

Dampak Dari Penerapan MEA Bagi Keluarga Serta Generasi Muslim Di Indonesia
Saat MEA diberlakukan, perpindahan penduduk tenaga kerja akan meningkat.
Ketika tenaga profesional dan terampil asing menyerbu Indonesia, maka satu satunya
peluang kerja bagi masyarakat Indonesia kebanyakan adalah menjadi tenaga kasar di
negeri sendiri atau di negara-negara tetangga yang lebih makmur.

Dengan semakin sulitnya kondisi ekonomi dalam negeri, tidak aneh jika kaum
wanita lebih memilih untuk ikut menjadi tulang punggung keluarga. Padahal ketika
seorang ibu ikut bekerja bahkan ke luar negeri maka otomatis anak-anak tidak atau
kurang mendapatkan perhatian dan pendidikan yang memadai di dalam rumah.
Padahal seharusnya keluarga menjadi tempat bersandarnya anak. Dengan kesibukan
ayah dan ibu dalam mencari nafkah membuat anak kehilangan kasih sayang yang tidak
jarang justru memicu anak untuk melakukan perilaku-perilaku maksiat seperti memakai
narkoba, minum minuman keras, serta seks bebas.

Itulah satu dari sekian masalah yang akan terjadi ketika masyarakat ASEAN
terbentuk sepintas seolah menjanjikan perbaikan kehidupan masyarakat, padahal tidak
sama sekali. Dari sisi keluarga, nampaknya MEA akan semakin menghancurkan
generasi penerus bangsa karena semakin lemahnya kontrol orang tua terhadap anak-
anak

Indonesia harus bisa memanfaatkan momentum MEA ini dengan baik, dengan
semua potensi yang kita punya, baik laut, darat, SDM, maupun yang lainnya, sudah
seharusnya kita bisa berbuat banyak dalam menghadapi MEA, bukan hanya jadi
penonton bahkan lebih buruk lagi kita hanya menjadi pangsa pasar negara-negara lain.

Karena itu, peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk mensosialisasikan MEA kepada
masyarakat Indonesia, bukan hanya sekedar promosi, tetapi harus ada bukti nyata
dalam membantu masyarakat agar bisa lebih bersaing, menciptakan inovasi dan
membangun infrastruktur agar masyarakat Indonesia siap dan yakin mengahadapi MEA
2015.
Hubungan Antara MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) Dengan Arsitektur
Indonesia

Mengenai hubungan MEA dengan arsitektur Indonesia adalah dengan adanya


MEA ini bisa menjadi peluang bagi para arsitek untuk memperoleh ilmu dari arsitek luar
negeri. tidak menutup kemungkinan para arsitek asing ini justru akan bekerja sama
dengan arsitek Indonesia dalam menjalankan profesinya.

Arsitek asal Indonesia tidak kalah canggih dibandingkan luar negeri. Bahkan,
banyak dari mereka yang justru memilih berkarir di luar negeri karena memang

memperoleh tawaran kerja di sana, selain dari sisi kemampuan, keunggulan lain yang

dimiliki Indonesia dan tidak dimiliki oleh negara lain adalah Indonesia memiliki lokal

konten yang tinggi,Lokal konten atau sumber daya lokal ini dapat dimanfaatkan para

arsitek dalam mengeksplorasi kemampuan mereka.

Saat ini, arsitek tidak hanya fokus pada bangunan tetapi juga area terbuka. Bahkan,

banyak arsitek yang bermitra dengan Pemerintah dalam membangun sebuah

kawasan.Ini lokal konten yang sangat mendukung profesi para arsitek, banyak area

terbuka yang membutuhkan sentuhan arsitek, Meski demikian, diharapkan Pemerintah

segera membuat undang-undang (UU) arsitek sehingga profesi tersebut segera

terlindungi oleh hukum. Dalam hal ini tidak hanya profesi arsitek yang terlindungi tetapi

juga lokal konten yang ada di Indonesia juga dapat terlindungi.

You might also like