Professional Documents
Culture Documents
Gangguan cemas menyeluruh merupakan gangguan yang sering dijumpai pada klinik
psikiatri. Kondisi ini terjadi sebagai akibat interaksi factor-faktor biopsikoseksual, termasuk
kerentanan genetic yang berinteraksi dengan kondisi tertentu, stress atau trauma yang
menimbulkan sindroma klinis yang bermakna. Angka prevalensi untuk gangguan cemas
menyeluruh 3-8% dan rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Walaupun demikian
tetapi rasio perempuan banding laki-laki yang dirawat inap di rumah sakit untuk gangguan ini
adalah 1:1. Prevalensi seumur hidupnya adalah 45%. Gangguan ansietas menyeluruh umumnya
tidak timbul secara sendiri namun bersamaan gangguan jiwa lain, antara lain fobia sosial, fobia
spesifik, gangguan panik, gangguan depresif, gangguan distimik, serta gangguan terkait zat.
Diperkirakan 50 hingga 90 persen pasien dengan gangguan ansietas menyeluruh memiliki
gangguan jiwa lain, sedangkan 25 persen pasien dengan gangguan ansietas menyeluruh akhirnya
mengalami gangguan panik. Gangguan cemas menyeluruh (generalized worry Disorder,GWD)
merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang tidak
rasional bahkan terkadang tidak realistis terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari.
Kondisi ini hampir dialami sepanjang hari, berlangsung sekurangnya selama 6 bulan, selain itu
ansietas tidak disebabkan penggunaan zat atau keadaan medis umum, serta tidak hanya terjadi
selama gangguan mood atau psikiatri. Kecemasan yang dirasakan sulit dikendalikan dan
berhubungan dengan gejala-gejala somatic seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur,
dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna
dalam fungsi social dan pekerjaan.1
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu pengkajian dalam rangkan mendapatkan data tentang pasien
mengumpulkan semua informasi dasar yang berkaitan dengan penyakit pasien dan adaptasi
1
pasien terhadap penyakitnya. Komunikasi adalah kunci untuk berhasilnya suatu wawancara.
Pewawancara harus dapat menanyakan pertanyaan pertanyaan kepada pasien dengan bebas.
Pertanyaan pertanyaan ini harus mudah dimengerti dan disesuaikan dengan pengalaman medik
pasien. Bagian-bagian penting dari anamnesis antara lain sebagai yakni, identitas diri pasien,
riwayat pasien ( keluhan utama , keluhan tambahan ), riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit sosial, alergi dan anamnesis
sistem.2
Usia: 40 tahun
Keluhan utama : keluhan sering merasa was-was, cemas, jantung berdebar-debar dan mengalami
Latar belakang kronologis dan perkembangan gejala dan perubahan perilaku sampai
mencapai puncaknya sehingga pasien meminta bantuan. Keadaan pasien pada saat gejala itu
muncul (onset), kepribadian ketika sehat, bagaimana penyakit itu mempengaruhi aktivitas dan
hubungan personalnya perubahan kepribadian, minat, suasana perasaan, sikap terhadap orang
2
lain, cara berpakaian, kebiasaan, tingkat ketegangan, kepekaan, aktivitas, perhatian, konsentrasi,
Riwayat Pribadi
Riwayat kehidupan pasien mulai dari bayi sampai saat sekarang secara luas yang dapat
diingat kembali, emosi, berhubungan dengan periode kehidupan (penuh kencerian, stress, dan
konflik). 2
Riwayat Keluarga
Dikeluarga ada yang mengeluhkan hal yang sama, riwayat keluarga dengan gangguan
mental., dan bagaimana hubungan pasien dengan orang-orang yang ada didalam keluarga.2
-Pekerjaan
Pemeriksaan fisik
3
Kesadaran, keadaan umum, dan pemeriksaan tanda-tanda vital. Dari hasil pemerikaan
fisik tidak ditemukan kelainan yang berarti, kecuali denyut jantung : 100/menit.
Pemeriksaan Penunjang
FMRI, SPECT, dan EEG menunjukan penemuan abnormal pada korteks frontal pasien
dengan gangguan cemas,yang ditemukan juga pada area oksipital, temporal, dan girus
hippocampal.3
Working Diagnosis
berlebihan dimana gejala dialami sepanjang hari, minimal dirasakan selama 6 bulan.
Gejala cemas timbul sebagai gejala utama yang berlangsung hampir tiap hari selama
beberapa minggu sampai beberapa bulan, tidak menonjol pada situasi tertentu.
Gejala yang timbul umunya terdiri dari:
- Didominasi rasa kecemasan (khawatir akan nasibnya, sulit berkonsentrasi pada
pekerjaan).
- Timbulnya ketegangan motorik (nyeri kepala, gemetaran)
- Over-aktivitas otonom (keringat dingin, berdebar-debar, sesak nafas)
Pada penderita berusia muda perlu ditenangkan secara berlebihan serta timbulnya
ansietas menyeluruh, selama gejala tambahan tersebut tidak dapat digolongkan dalam
gangguan lain.
4
Depresi
menyangkut hari depan tetapi berputar-putar sekitar masalah yang telah lalu. Manifestasi klinis
utama yang ditemukan pada penderita depresi, yaitu: afek depresif, hilangnya minat dan
kegembiraan, serta mudah lelah dan penurunan aktivitas yang nyata. Dapat pula ditemukan
gejala tambahan lain. seperti gangguan pemusatan perhatian, berkurangnya rasa percaya diri, ide
mengenai rasa bersalah dan rasa tidak berguna bagi lingkungan, pesimis mengahadapi masa
depan, ide melukai diri sendiri atau bunuh diri, gangguan tidur, berkurangnya nafsu makan. Trias
dari depresi yakni; tidak bisa menikmati hidup, tidak ada perhatian dengan lingkungan, dan lelah
sepanjang hari.4
Psikis:
Rasa kasih sayang + -
Perhatian hobi + -
Humor + -
Tujuan hidup + -
Menangis - +
Menyalahkan diri - +
Gangguan Somatoform
5
Gangguan-gangguan somatoform (terutama gangguan-gangguan konversi atau disebut
emosionalitas yang ekstrem, dan berubah menjadi simtom-simtom fisik. Simtom-simtom fisik itu
mungkin berupa kelumpuhan anggota-anggota tubuh, rasa sakit dan nyeri yang luar biasa, buta
tuli, tidak berbicara, muntah terus-menerus, kepala atau tangan gemetar. Penderita yang
mengalami ganggua somatoform itu mungkin mengalami anesthesia di mana iathesia di mana ia
tidak peka terhadap rasa sakit dan tidak merasakan tusukan jarum atau luka bakar. Istilah
somatoform digunakan karena tidak ada kerusakan fisik, simtom-simtomnya hanya mengambil
Gangguan Symptom
6
Perasaan sakit idiopatik Orang mengalami perasaan sakit yang berat atau
berkepanjangan padahal penyebab organiknya
tidak ada,atau kalaupun memang penyebab
organiknya ada, tetapi dirasakan lebih berat
daripada keadaan yang sebenarnya.
Gangguan dismorfik Orang terlalu membesar-besarkan cacat yang ada
pada penampilanya
Table 2 symptom.5
Etiologi
Teori biologik
Terdapat beberapa area otak yang diduga mempengaruhi timbulnya gangguan cemas
menyeluruh, antara lain lobus oksipital, ganglia basal, sistem limbik, serta korteks
Menurut teori ini, gangguan cemas merupakan gejala yang muncul akibat adanya konflik
Teori kognitif-perilaku
7
Gangguan cemas yang diperkirakan timbul akibat adanya perhatian selektif pada hal
Epidemiologi
Gangguan ini mengenai 2-5% populasi umum, dengan angka kejadian padaa perempuan
sedikit lebih tinggi, tetapi hampir 30% konsultasi pskiatrik di praktek umum. Onset
gangguanya biasanya pada awal masa dewasa dan perjalanya mungkin kronik. Dengan
Konsep emosi mencakup perasaan emosional subjektif dan suasana hati (misalnya
marah,takut, sedih dan gembira) dan respon fisik yang nyata yang berkaitan dengan perasaan-
perasaan tersebut. Respons-respons ini menckup pola perilaku spesifik (misalnya, bersiap
menyerang atau bertahan ketika terancam oleh musuh) dan ekspresi emosi yang dapat diamati
(misalnya tertawa,menangis, atau tersipu). Bukti-bukti yang ada mengisyaratkan peran sentral
sistem limbik dalam semua aspek emosi. Stimulasi terhadap region-regio spesifik di dalam
sistem limbik manusia sewaktu pembedahan otak menimbulkan beragam sensasi kesenangan,
kepuasan, atau kenikmatan di satu regio dan kekecewaan, ketakutan atau kecemasan di region
lain. sebagai contoh, amigdla, di interior di sisi lobus temporalis, sangat penting untuk
memproses masukan yang menghasilkan sensasi takut. Pada manusia dan hingga tahap yang
belum diketahui pada spesies lain, tingkat-tingkat korteks yang lebih tinggi juga krusial bagi
kesadaran akan perasaan emosional. Hubungan hipotalamus dalam sistem limbic mengatur
8
respon internal involunter berbagai sistem tubuh dalam persiapan untuk melaksanakan tindakan
yang sesuai dengan keadaan emosional yang sedang terjadi. Sebagai contoh hipotalamus
mengontrol peningkatan kecepatan denyut jantung dan pernapasan, peningkatan tekanan darah,
dan pengalihan darah ke otot rangka yang terjadi sebagai antisipasi terhadap serangan atau ketika
bekerja untuk menguhubungkan sistem limbic dan hipotalamus dengan dunia luar sehingga
perilaku yang keluar sesuai. Daerah korteks yang lebih tinggi tingkatanya juga dapat
memperkuat, memodifikasi atau menekan respons perilaku dasar sehingga tindakan dapat
dituntun oleh perencanaan, strategi, dan penilaian berdasarkan pemahapan tentang situasi yang
ada. Contohnya jika sedang marah pada seseorang dan tubuh bersiap secara internal melakukan
persiapan menyerang, jika kita secara sadar menilai serangan akan tidak pantas dan secara sadar
menekan manifestasi eksternal perilaku emosional dasar ini. Karena itu, bagian-bagian korteks
yang lebih tinggi, terutama daerah asosiasi limbic dan prefrontal, penting dalam mengontrol pola
perilaku bawaan. Dengan menggunakan rasa takut sebagai contoh, terpajannya seseorang ke
suatu pengalam yang tidak menyenangkan merangsang diaktifkanya dua jalur pararel untuk
memroses rangsangan emosional ini: jalur cepat yaitu ketika amigdala bereperan kunci dan jalur
lambat yang terutam diperantarai oleh korteks prefrontal yang lebih tinggi. Jalur cepat
memungkinkan respons nalurilah yang cepat dan agak kasar (gut reaction) dan essensial bagi
kita untuk merasakan perasaan takut. Jalur lebih lambat yang melibatkan korteks prefrontal
memungkinkan terbentuknya respons yang lebih halus terhadap rangsangan yang tidak disukai
berdasarkan analisis rasional terhadap situasi yang ada bandingan dengan pengalamn dahulu
yang tersimpan. Korteks prefrontal memformulasikan rencan dan perilaku yang terarah,
9
menekan respons yang dipicu oleh amigdala yang mungkin kurang sesuai dengan situasi yang
dihadapi.8
Patofisiologi Cemas
Berdasarkan aspek biologis, didapatkan beberapa teori yang mendasari timbulnya cemas yang
Neurotransmiter
1. Norepinephrine
Gejala kronis yang ditunjukan oleh pasien dengan gangguan cemas berupa serangan
panik, insomnia, terkejut, dan autonomic hyperarousal, merupakan karakteristik dari peningkatan
fungsi noradrenergik. Teori umum dari keterlibatan norepinephrine pada gangguan cemas, adalah
pasien tersebut memiliki kemampuan regulasi sistem noradrenergik yang buruk terkait dengan
peningkatan aktivitas yang mendadak. Sel-sel dari sistem noradrenergik terlokalisasi secara
primer pada locus ceruleus pada rostral pons, dan memiliki akson yang menjurus pada korteks
serebri, sistem limbik, medula oblongata, dan medula spinalis Studi pada manusia, didapatkan
pasien dengan gangguan serangan panik, bila diberikan agonis reseptor -adrenergik
( Isoproterenol ) dan antagonis reseptor -2 adrenergik dapat mencetuskan serangan panik secara
lebih sering dan lebih berat. Kebalikannya, clonidine, agonis reseptor -2 menunjukan
10
2. Serotonin
pada prefrontal korteks, nukleus accumbens, amygdala, dan hipotalamus lateral. Penelitian
pada gangguan obsesif kompulsif. Efektivitas pada penggunaan obat buspirone juga
menunjukkan kemungkinan relasi antara serotonin dan rasa cemas. Sel-sel tubuh yang memiliki
reseptor serotonergik ditemukan dominan pada raphe nuclei pada rostral brainstem dan menuju
Korteks Serebri
gyrus, dan hipotalamus, sehingga diduga berkaitan dengan gangguan cemas. Korteks temporal
juga dikaitkan dengan gangguan cemas. Hal ini diduga karena adanya kemiripan antara
presentasi klinis dan EEG pada pasien dengan epilepsy lobus temporal dan gangguan obsesif
kompulsif.9
Sistem Limbik
Selain menerima inervasi dari noradrenergik dan serotonergik, sistem limbik juga
memiliki reseptor GABA dalam jumlah yang banyak. Ablasi dan stimulasi pada primata juga
menunjukan jikalau sistem limbik berpengaruh pada respon cemas dan takut. Dua area
septohippocampal, yang diduga berkaitan dengan rasa cemas, dan cingulate gyrus, yang diduga
berkaitan dengan gangguan obsesif kompulsif. Semua stimulus akan dipusatkan di nukleus
11
sentralis amigdala. Nukleus sentralis amigdala lalu akan bersinaps dengan beberapa neuron lagi
di otak: (1) Locus cereleus yang merupakan penghasil norepinefrin. Locus cereleus akan
untuk mengaktifkan sistem HPA-axis (CRF, ACTH, Cortisol) sebagai respon stress. Ke lateral
hypothalamus untuk mengaktivasi simpatis sehingga timbul takikardi, palpitasi, peningkatan TD,
berkeringat, dilatasi pupil, dan perlambatan motilitas usus terjadi tidak nyaman di perut.9
Gejala klinis
harus menunjukkan gejala primer kecemasan yang berlangsung setiap hari selama beberapa
minggu, bahkan biasanya sampai beberapa bulan. Gejala-gejala ini biasanya mencakup hal-hal
berikut:10
a. Kecemasan tentang masa depan diri sendiri ataupun keluarga ( kuatir akan nasib buruk,
berdebar, hipertensi dada terasa panas, sesak nafas, kelelahan dan sulit tidur, energy dan
motivasi menurun, nafsu makan berkurang, gejala epigastrik, dan mulut kering.
Terapi
Non medikamnentosa
12
Terapi kognitif-perilaku
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi kognitif
dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatic secara langsung. Teknik utama yang
dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi
menilik egostrength, relasi obyek, serta keutuhan self pasien. Dari pemahaman akan
pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur; bila tidak tercapai, minimal kita
memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.11
Terapi medikamentosa
Benzodiazepin
terendah dan ditingkatkan sampai mencapi respon terapi. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6
minggu, dilanjutkan dengan masa tapering off selama 1-2 minggu. Benzodiazepin digunakan
untuk penggunaan rasa cemas dan panik, pemilihan benzodiazepin didasarkan pada pada
beberapa prinsip farmakologi : awitannya cepat kerja cepat, indeks terapeutik yang relative
tinggi, resiko rendah interaksi obat berdasarkan induksi enzim hati dan efek minimal pada fungsi
GABAA spesifik di sinaps neuron susunan saraf pusat (SSP), memfasilitasi frekuensi pembukaan
13
Kekurangan benzodiazepin mencakup resiko ketergantungan, depresi fungsi susunan saraf pusat,
dan efek anastetik. Selain itu benzodiazepine memiliki efek depresi susunan saraf pusat
tambahan jika diberikan bersamaan dengan obat lain, termasuk etanol. Orang yang
mengkomsumsi obat ansietas perlu diberi tahu tentang konsumsi alkohol dan pemakain
Diazepam
Oral: 2, 5, 10 mg; larutan 1,5 mg/mL
Parentral : 5 mg/ml untuk injeksi.
Lorazepam
Oral: tablet 0,5, 1, 2mg; larutan 2mg/mL
Parentral: 2,4 mg/mL untuk injeksi
Busopiron
Busopiron memiliki efek ansiolitik selektif, meredakan rasa cemas tanpa menyebabkan
efek kantuk, hipnotik, atau euphoria yang nyata. Obat ini tidak memiliki sifat sifat anti kejang
atau pelemas otot. Busopiron tidak berinteraksi secara langsung dengan sistem GABAergik. Obat
ini mungkin melakukan efek anti ansiolitikknya dengan berfungsi sebagai agonis parsial reseptor
nya dengan berfungsi sebagai agonis parsial reseptor 5-HT1A otak, meskipun obat ini juga
memiliki afinitas terhadap reseptor dopamine D 2 otak. Sangat berbeda dengan benzodiazepine,
efek ansiolitik busopiron mungkin memerlukan waktu lebih dari seminggu untuk terlihat,
sehingga obat tidak cocok untuk penatalaksanaan keadaan rasa cemas akut. Obat ini digunakan
dalam keadaan rasa cemas generalisata tetapi kurang efektif untuk gangguan panik. Nyeri dada
non spesifik, takikardi, palpitasi, pusing bergoyang, gelisah, gangguan saluran cerna, dan
parastesia dapat terjadi. Dosis yang dapat diberikan, Oral : tablet 5, 7,5 ,10,15,30 mg dengan
-bloker
14
semua jenis -bloker dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah gejala-gejala
somatic, seperti palpitasi dan tremor waktu stress. Efektivitas -bloker sama denga
benzodiazepin. Dalam hal ini, -bloker harus digunakan dengan dosis efektif sekecil mungkin.
Untuk stress dengan gejala psikis sekecil mungkin. Untuk stress dengan gejala psikis yang lebih
dominan, benzodiazepin lebih efektif. -bloker tidak efektif untuk ansietas kronik dan ansietas
dengan gejala somatic yang tidak jelas. Kontraindikasi dengan gagal jantung, hipotensi dan
asma. Efek samping -bloker ialah: gagal jantung kongesti, bradikardi, gejala putus obat,
misalnya penghentian obat mendadak dapat menimbulkan hipertensi, serangan angina, atau
insufisiensi mitral, bronkospasme pada pasien asma, dan pada penderita diabetes melitus
dosis 10-40mg, merupakan -bloker non-selektif, memiliki ikatan dengan protein tinggi, 90-95%
dimetabolisme di hepar.12
Komplikasi.3
Depresi
Sakit kepala
Masalah pencernaan
Sulit tidur
Penyakit jantung.
Pencegahan
Lakukan latihan atau olah raga. Latihan adalah peredam stres yang kuat, yang dapat
15
Jadikan tidur sebagai prioritas, untuk memastikan mendapatkan kualitas tidur yang
cukup.11
Prognosis
Baik tidaknya prognosis pada gangguan cemas menyeluruh tergantung pada stressor dan
tingkat keparahan dari kondisi yang terjadi. Tanpa terapi, gangguan cemas menyeluruh bisa
Kesimpulan
Gangguan ansietas menyeluruh sebagai ansietas dan kekhawatiran yang berlebihan
mengenai beberapa peristiwa atau aktivitas hampir sepanjang hari selama sedikitnya 6 bulan.
berkaitan dengan gejala somatic. Cemas tidak berfokus pada gambaran gangguan aksis I lain,
tidak disebabkan penggunaan zat atau keadaan medis umum, serta tidak hanya terjadi selama
gangguan mood atau psikiatri. Ansietas ini sulit dikendalikan, secara subjektif menimbulkan
penderitaan dan mengakibatkan hendaya pada area penting kehidupan seseorang. Pasien dengan
gangguan ansietas menyeluruh biasanya mencari dokter umum atau dokter penyakit dalam untuk
membantu gejala somatic mereka. Terapi yang paling efektif untuk gangguan ansietas
menyeluruh mungkin adalah terapi yang menggabungkan pendekatan psikoterapeutik,
farmakoterapeutik, dan suportif.
16
Daftar Pustaka
1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Edisi ke-2. Jakarta:
EGC; 2010.h.259-363
InternaPublishing;2014:h.3584-5.
5. Semium Y. Kesehatan mental 2. Yogyakarta;Kanisus:2008h.377-8
6. Tanto C. Kapita selekta kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius;2014:h. 917
7. Daives T. Craig T. ABC Kesehatan mental. Jakarta: EGC;2009:h.61-8.
8. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta:EGC;2014:h.168-9.
9. Benjamin J. Sadock. Virginia A. Sadock. Buku Ajar Psikiatri klinis Edisi 2. Jakarta:
EGC;2010:h.233-41.
10. Anityo. Laki-laki 39 tahun dengan gangguan cemas menyeluruh. Jukenila [serial online]
2016 [diakses2017Januari2];4(3):
[8halaman].Diunduhdarihttp://jukeunila.com/wpcontent/uploads/2016/01/Anit.pdf.
11. Katzung G B. Trevor J A. Masters B S. Farmakologi dasar dan klinik edisi 12.
Jakarta;EGC:2013:h.418-9.
12. Michael J. AT a Glance Farmakologi Medis edisi ke 5. Jakarta:Erlangga;2006:h.54-7.
17