You are on page 1of 17

Pendahuluan

Gangguan cemas menyeluruh merupakan gangguan yang sering dijumpai pada klinik
psikiatri. Kondisi ini terjadi sebagai akibat interaksi factor-faktor biopsikoseksual, termasuk
kerentanan genetic yang berinteraksi dengan kondisi tertentu, stress atau trauma yang
menimbulkan sindroma klinis yang bermakna. Angka prevalensi untuk gangguan cemas
menyeluruh 3-8% dan rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Walaupun demikian
tetapi rasio perempuan banding laki-laki yang dirawat inap di rumah sakit untuk gangguan ini
adalah 1:1. Prevalensi seumur hidupnya adalah 45%. Gangguan ansietas menyeluruh umumnya
tidak timbul secara sendiri namun bersamaan gangguan jiwa lain, antara lain fobia sosial, fobia
spesifik, gangguan panik, gangguan depresif, gangguan distimik, serta gangguan terkait zat.
Diperkirakan 50 hingga 90 persen pasien dengan gangguan ansietas menyeluruh memiliki
gangguan jiwa lain, sedangkan 25 persen pasien dengan gangguan ansietas menyeluruh akhirnya
mengalami gangguan panik. Gangguan cemas menyeluruh (generalized worry Disorder,GWD)
merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang tidak
rasional bahkan terkadang tidak realistis terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari.
Kondisi ini hampir dialami sepanjang hari, berlangsung sekurangnya selama 6 bulan, selain itu
ansietas tidak disebabkan penggunaan zat atau keadaan medis umum, serta tidak hanya terjadi
selama gangguan mood atau psikiatri. Kecemasan yang dirasakan sulit dikendalikan dan
berhubungan dengan gejala-gejala somatic seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur,
dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna
dalam fungsi social dan pekerjaan.1

Pembahasan

Anamnesis

Anamnesis merupakan suatu pengkajian dalam rangkan mendapatkan data tentang pasien

melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Tujuan utama suatu anamnesis adalah untuk

mengumpulkan semua informasi dasar yang berkaitan dengan penyakit pasien dan adaptasi

1
pasien terhadap penyakitnya. Komunikasi adalah kunci untuk berhasilnya suatu wawancara.

Pewawancara harus dapat menanyakan pertanyaan pertanyaan kepada pasien dengan bebas.

Pertanyaan pertanyaan ini harus mudah dimengerti dan disesuaikan dengan pengalaman medik

pasien. Bagian-bagian penting dari anamnesis antara lain sebagai yakni, identitas diri pasien,

riwayat pasien ( keluhan utama , keluhan tambahan ), riwayat penyakit sekarang, riwayat

penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit sosial, alergi dan anamnesis

sistem.2

Pada kasus di skenario 1 anamnesanya sebagai berikut :

Auto anamnesa (identitas pasien)

Usia: 40 tahun

Jenis kelamin : Wanita

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Keluhan utama : keluhan sering merasa was-was, cemas, jantung berdebar-debar dan mengalami

insomnia, belum punya anak dan suami sering pulang malam.

Riwayat Penyakit Sekarang

Latar belakang kronologis dan perkembangan gejala dan perubahan perilaku sampai

mencapai puncaknya sehingga pasien meminta bantuan. Keadaan pasien pada saat gejala itu

muncul (onset), kepribadian ketika sehat, bagaimana penyakit itu mempengaruhi aktivitas dan

hubungan personalnya perubahan kepribadian, minat, suasana perasaan, sikap terhadap orang

2
lain, cara berpakaian, kebiasaan, tingkat ketegangan, kepekaan, aktivitas, perhatian, konsentrasi,

daya ingat, bicara, bagaimana dia menangani kecemasannya.2

Riwayat Penyakit Dahulu

Dahulu pernah mengeluhkan hal yang sama?


Penyakit mental, Penyakit/ gangguan fisik yang pernah dialami, penyakit jantung,

hipertensi, pernah trauma.2

Riwayat Pribadi

Riwayat kehidupan pasien mulai dari bayi sampai saat sekarang secara luas yang dapat

diingat kembali, emosi, berhubungan dengan periode kehidupan (penuh kencerian, stress, dan

konflik). 2

Riwayat Keluarga

Dikeluarga ada yang mengeluhkan hal yang sama, riwayat keluarga dengan gangguan

mental., dan bagaimana hubungan pasien dengan orang-orang yang ada didalam keluarga.2

Riwayat Kehidupan Sosial

- Keadaan lingkungan perumahan atau tempat tinggal

- Keadaan sosial ekonomi

-Pekerjaan

- Merokok dan mengkomsumsi alkohol.2

Pemeriksaan fisik

3
Kesadaran, keadaan umum, dan pemeriksaan tanda-tanda vital. Dari hasil pemerikaan

fisik tidak ditemukan kelainan yang berarti, kecuali denyut jantung : 100/menit.

Pemeriksaan Penunjang

FMRI ( Fungsional MRI)


SPECT ( Single photon emission computed tomography)
EEG (Elektrosefalogram).

FMRI, SPECT, dan EEG menunjukan penemuan abnormal pada korteks frontal pasien

dengan gangguan cemas,yang ditemukan juga pada area oksipital, temporal, dan girus

hippocampal.3

Working Diagnosis

Menggambarkan bahwa gangguan cemas menyeluruh sebagai suatu kecemasan

berlebihan dimana gejala dialami sepanjang hari, minimal dirasakan selama 6 bulan.

Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III:

Gejala cemas timbul sebagai gejala utama yang berlangsung hampir tiap hari selama

beberapa minggu sampai beberapa bulan, tidak menonjol pada situasi tertentu.
Gejala yang timbul umunya terdiri dari:
- Didominasi rasa kecemasan (khawatir akan nasibnya, sulit berkonsentrasi pada

pekerjaan).
- Timbulnya ketegangan motorik (nyeri kepala, gemetaran)
- Over-aktivitas otonom (keringat dingin, berdebar-debar, sesak nafas)
Pada penderita berusia muda perlu ditenangkan secara berlebihan serta timbulnya

keluhan somatic berlangsung yang menonjol.


Gejala tambahan lain yang sifatnya sementara tidak membatalkan diagnosis gangguan

ansietas menyeluruh, selama gejala tambahan tersebut tidak dapat digolongkan dalam

gangguan lain.

4
Depresi

Depresi mempunyai perubahan persepsi tentang waktu dan pembicaranya tidak

menyangkut hari depan tetapi berputar-putar sekitar masalah yang telah lalu. Manifestasi klinis

utama yang ditemukan pada penderita depresi, yaitu: afek depresif, hilangnya minat dan

kegembiraan, serta mudah lelah dan penurunan aktivitas yang nyata. Dapat pula ditemukan

gejala tambahan lain. seperti gangguan pemusatan perhatian, berkurangnya rasa percaya diri, ide

mengenai rasa bersalah dan rasa tidak berguna bagi lingkungan, pesimis mengahadapi masa

depan, ide melukai diri sendiri atau bunuh diri, gangguan tidur, berkurangnya nafsu makan. Trias

dari depresi yakni; tidak bisa menikmati hidup, tidak ada perhatian dengan lingkungan, dan lelah

sepanjang hari.4

Perbedaan ansiteas dengan depresi


Ansietas Depresi
Somatis :
Pola tidur Sulit tidur Cepat bangun
Rasa lelah - +
Paling tidak enak Sore hari Pagi hari

Psikis:
Rasa kasih sayang + -
Perhatian hobi + -
Humor + -
Tujuan hidup + -
Menangis - +
Menyalahkan diri - +

Tabel1.perbedaan ansietas dengan depresi.4

Gangguan Somatoform

5
Gangguan-gangguan somatoform (terutama gangguan-gangguan konversi atau disebut

juga reaksi-reaksi konversi) adalah gangguan-gangguan neurctik yang khas bercirikan

emosionalitas yang ekstrem, dan berubah menjadi simtom-simtom fisik. Simtom-simtom fisik itu

mungkin berupa kelumpuhan anggota-anggota tubuh, rasa sakit dan nyeri yang luar biasa, buta

tuli, tidak berbicara, muntah terus-menerus, kepala atau tangan gemetar. Penderita yang

mengalami ganggua somatoform itu mungkin mengalami anesthesia di mana iathesia di mana ia

tidak peka terhadap rasa sakit dan tidak merasakan tusukan jarum atau luka bakar. Istilah

somatoform digunakan karena tidak ada kerusakan fisik, simtom-simtomnya hanya mengambil

wujud gangguan somatic.Ada 5 macam gangguan somatoform, yakni somatisasi, hipokondriasis,

konversi, perasaan sakit idiopatik, dan gangguan dismorfik.5 Symptom-symptom utama

gangguan somatoform diringkaskan dalam tabel.

Gangguan Symptom

Somatisasi Orang mengeluh dan mencari pengobatan atau


perawatan untuk bermacam-macam simtom
(lemah,pingsan, masalah-masalah sekitar
urinisasi, perasaan muak, dan sebagainya), tetapi
tidak ditemukan penyebab organic.
konversi Orang mengalami satu atau lebih simtom utama
(misalnya buta, kelumpuhan dan sebagainya),
tetapi penyebab organiknya tidak ditemuka.
Dalam beberapa kasus, orang tersebut tidak
memperhatikan (memperdulikan) simtom
tersebut.

6
Perasaan sakit idiopatik Orang mengalami perasaan sakit yang berat atau
berkepanjangan padahal penyebab organiknya
tidak ada,atau kalaupun memang penyebab
organiknya ada, tetapi dirasakan lebih berat
daripada keadaan yang sebenarnya.
Gangguan dismorfik Orang terlalu membesar-besarkan cacat yang ada
pada penampilanya

Table 2 symptom.5

Etiologi

Teori biologik
Terdapat beberapa area otak yang diduga mempengaruhi timbulnya gangguan cemas

menyeluruh, antara lain lobus oksipital, ganglia basal, sistem limbik, serta korteks

prefrontal. Selain itu. Beberapa neurotransmitter diperkirakan mempengaruhi timbulnya

gejala cemas seperti serotonin, norepinefrin, glutamate, dan kolesistokinin.6


Teori genetik
Pada suatu studi di dapatkan penurnan gangguan cemas menyeluruh secara genetik

sekitar 25% pada keluarga tingkat pertama.6


Teori psikoanatlitik.

Menurut teori ini, gangguan cemas merupakan gejala yang muncul akibat adanya konflik

bawah sadar yang tidak terselesaikan.6

Teori kognitif-perilaku

7
Gangguan cemas yang diperkirakan timbul akibat adanya perhatian selektif pada hal

negative dilingkunganya, distrosi dalam memproses informasi, serta pandangan negative

bahwa penderita tidak mampu menghadapi ancaman.7

Epidemiologi

Gangguan ini mengenai 2-5% populasi umum, dengan angka kejadian padaa perempuan

sedikit lebih tinggi, tetapi hampir 30% konsultasi pskiatrik di praktek umum. Onset

gangguanya biasanya pada awal masa dewasa dan perjalanya mungkin kronik. Dengan

prognositik lebih buruk terjadi pada perempuan.7

Emosi Secara Fisiologis

Konsep emosi mencakup perasaan emosional subjektif dan suasana hati (misalnya

marah,takut, sedih dan gembira) dan respon fisik yang nyata yang berkaitan dengan perasaan-

perasaan tersebut. Respons-respons ini menckup pola perilaku spesifik (misalnya, bersiap

menyerang atau bertahan ketika terancam oleh musuh) dan ekspresi emosi yang dapat diamati

(misalnya tertawa,menangis, atau tersipu). Bukti-bukti yang ada mengisyaratkan peran sentral

sistem limbik dalam semua aspek emosi. Stimulasi terhadap region-regio spesifik di dalam

sistem limbik manusia sewaktu pembedahan otak menimbulkan beragam sensasi kesenangan,

kepuasan, atau kenikmatan di satu regio dan kekecewaan, ketakutan atau kecemasan di region

lain. sebagai contoh, amigdla, di interior di sisi lobus temporalis, sangat penting untuk

memproses masukan yang menghasilkan sensasi takut. Pada manusia dan hingga tahap yang

belum diketahui pada spesies lain, tingkat-tingkat korteks yang lebih tinggi juga krusial bagi

kesadaran akan perasaan emosional. Hubungan hipotalamus dalam sistem limbic mengatur

8
respon internal involunter berbagai sistem tubuh dalam persiapan untuk melaksanakan tindakan

yang sesuai dengan keadaan emosional yang sedang terjadi. Sebagai contoh hipotalamus

mengontrol peningkatan kecepatan denyut jantung dan pernapasan, peningkatan tekanan darah,

dan pengalihan darah ke otot rangka yang terjadi sebagai antisipasi terhadap serangan atau ketika

marah. Perubahan-perubahan yang bersifat persiapan di lingkungan internal ini tidak

memerlukan kontrol kesadaran. Mekanisme-mekanisme korteks yang lebih tinggi diminta

bekerja untuk menguhubungkan sistem limbic dan hipotalamus dengan dunia luar sehingga

perilaku yang keluar sesuai. Daerah korteks yang lebih tinggi tingkatanya juga dapat

memperkuat, memodifikasi atau menekan respons perilaku dasar sehingga tindakan dapat

dituntun oleh perencanaan, strategi, dan penilaian berdasarkan pemahapan tentang situasi yang

ada. Contohnya jika sedang marah pada seseorang dan tubuh bersiap secara internal melakukan

persiapan menyerang, jika kita secara sadar menilai serangan akan tidak pantas dan secara sadar

menekan manifestasi eksternal perilaku emosional dasar ini. Karena itu, bagian-bagian korteks

yang lebih tinggi, terutama daerah asosiasi limbic dan prefrontal, penting dalam mengontrol pola

perilaku bawaan. Dengan menggunakan rasa takut sebagai contoh, terpajannya seseorang ke

suatu pengalam yang tidak menyenangkan merangsang diaktifkanya dua jalur pararel untuk

memroses rangsangan emosional ini: jalur cepat yaitu ketika amigdala bereperan kunci dan jalur

lambat yang terutam diperantarai oleh korteks prefrontal yang lebih tinggi. Jalur cepat

memungkinkan respons nalurilah yang cepat dan agak kasar (gut reaction) dan essensial bagi

kita untuk merasakan perasaan takut. Jalur lebih lambat yang melibatkan korteks prefrontal

memungkinkan terbentuknya respons yang lebih halus terhadap rangsangan yang tidak disukai

berdasarkan analisis rasional terhadap situasi yang ada bandingan dengan pengalamn dahulu

yang tersimpan. Korteks prefrontal memformulasikan rencan dan perilaku yang terarah,

9
menekan respons yang dipicu oleh amigdala yang mungkin kurang sesuai dengan situasi yang

dihadapi.8

Patofisiologi Cemas

Terjadinya cemas pada dasarnya disebabkan karena ketidakmampuan menghadapi stressor.

Berdasarkan aspek biologis, didapatkan beberapa teori yang mendasari timbulnya cemas yang

patologis antara lain:9

Gangguan pada neurotransmiter.


Peran dari Sistem limbik dan korteks serebri

Neurotransmiter

1. Norepinephrine

Gejala kronis yang ditunjukan oleh pasien dengan gangguan cemas berupa serangan

panik, insomnia, terkejut, dan autonomic hyperarousal, merupakan karakteristik dari peningkatan

fungsi noradrenergik. Teori umum dari keterlibatan norepinephrine pada gangguan cemas, adalah

pasien tersebut memiliki kemampuan regulasi sistem noradrenergik yang buruk terkait dengan

peningkatan aktivitas yang mendadak. Sel-sel dari sistem noradrenergik terlokalisasi secara

primer pada locus ceruleus pada rostral pons, dan memiliki akson yang menjurus pada korteks

serebri, sistem limbik, medula oblongata, dan medula spinalis Studi pada manusia, didapatkan

pasien dengan gangguan serangan panik, bila diberikan agonis reseptor -adrenergik

( Isoproterenol ) dan antagonis reseptor -2 adrenergik dapat mencetuskan serangan panik secara

lebih sering dan lebih berat. Kebalikannya, clonidine, agonis reseptor -2 menunjukan

pengurangan gejala cemas.9

10
2. Serotonin

Ditemukannya banyak reseptor serotonin telah mencetuskan pencarian peran serotonin

dalam gangguan cemas. Berbagai stress dapat menimbulkan peningkatan 5-hydroxytryptamine

pada prefrontal korteks, nukleus accumbens, amygdala, dan hipotalamus lateral. Penelitian

tersebut juga dilakukan berdasarkan penggunaan obat-obatan serotonergik seperti clomipramine

pada gangguan obsesif kompulsif. Efektivitas pada penggunaan obat buspirone juga

menunjukkan kemungkinan relasi antara serotonin dan rasa cemas. Sel-sel tubuh yang memiliki

reseptor serotonergik ditemukan dominan pada raphe nuclei pada rostral brainstem dan menuju

pada korteks serebri, sistem limbik, dan hipotalamus.9

Korteks Serebri

Korteks serebri bagian frontal berhubungan dengan regio parahippocampal, cingulate

gyrus, dan hipotalamus, sehingga diduga berkaitan dengan gangguan cemas. Korteks temporal

juga dikaitkan dengan gangguan cemas. Hal ini diduga karena adanya kemiripan antara

presentasi klinis dan EEG pada pasien dengan epilepsy lobus temporal dan gangguan obsesif

kompulsif.9

Sistem Limbik

Selain menerima inervasi dari noradrenergik dan serotonergik, sistem limbik juga

memiliki reseptor GABA dalam jumlah yang banyak. Ablasi dan stimulasi pada primata juga

menunjukan jikalau sistem limbik berpengaruh pada respon cemas dan takut. Dua area

padasistem limbik menarik perhatian peneliti, yakni peningkatan aktivitas pada

septohippocampal, yang diduga berkaitan dengan rasa cemas, dan cingulate gyrus, yang diduga

berkaitan dengan gangguan obsesif kompulsif. Semua stimulus akan dipusatkan di nukleus

11
sentralis amigdala. Nukleus sentralis amigdala lalu akan bersinaps dengan beberapa neuron lagi

di otak: (1) Locus cereleus yang merupakan penghasil norepinefrin. Locus cereleus akan

berproyeksi lagi ke beberapa bagian diotak seperti paraventrikular nukleus di hipothalamus

untuk mengaktifkan sistem HPA-axis (CRF, ACTH, Cortisol) sebagai respon stress. Ke lateral

hypothalamus untuk mengaktivasi simpatis sehingga timbul takikardi, palpitasi, peningkatan TD,

berkeringat, dilatasi pupil, dan perlambatan motilitas usus terjadi tidak nyaman di perut.9

Gejala klinis

Pedoman diagnosis gangguan cemas menyeluruh dalam PPDGJ-III adalah penderita

harus menunjukkan gejala primer kecemasan yang berlangsung setiap hari selama beberapa

minggu, bahkan biasanya sampai beberapa bulan. Gejala-gejala ini biasanya mencakup hal-hal

berikut:10

a. Kecemasan tentang masa depan diri sendiri ataupun keluarga ( kuatir akan nasib buruk,

perasaan gelisah, sulit berkonsentrasi, was-was, tidak tenang


b. Keteganggan motorik yang dikeluhkan adalah berkeringat, palpitas, pusing, jantung

berdebar, hipertensi dada terasa panas, sesak nafas, kelelahan dan sulit tidur, energy dan

motivasi menurun, nafsu makan berkurang, gejala epigastrik, dan mulut kering.

Terapi

Non medikamnentosa

12
Terapi kognitif-perilaku
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi kognitif

dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatic secara langsung. Teknik utama yang

digunakan pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan biofeedback.11


Terapi suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, menggali potensi-potensi yang ada

dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi

sosial dan pekerjaannya.11


Psikoterapi berorientasi tilikan
Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah sadar,

menilik egostrength, relasi obyek, serta keutuhan self pasien. Dari pemahaman akan

komponen-komponen tersebut, kita sebagai terapi dapat memperkirakan sejauh mana

pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur; bila tidak tercapai, minimal kita

memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.11

Terapi medikamentosa

Benzodiazepin

Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine dimulai dengan dosis

terendah dan ditingkatkan sampai mencapi respon terapi. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6

minggu, dilanjutkan dengan masa tapering off selama 1-2 minggu. Benzodiazepin digunakan

untuk penggunaan rasa cemas dan panik, pemilihan benzodiazepin didasarkan pada pada

beberapa prinsip farmakologi : awitannya cepat kerja cepat, indeks terapeutik yang relative

tinggi, resiko rendah interaksi obat berdasarkan induksi enzim hati dan efek minimal pada fungsi

kardiovaskular atau otonom. Mekanisme kerja berikatan dengan subunit-subunit reseptor

GABAA spesifik di sinaps neuron susunan saraf pusat (SSP), memfasilitasi frekuensi pembukaan

saluran ion klorida yang diperantarai oleh GABA-meningkatkan hiperpolarisasi membrane.

13
Kekurangan benzodiazepin mencakup resiko ketergantungan, depresi fungsi susunan saraf pusat,

dan efek anastetik. Selain itu benzodiazepine memiliki efek depresi susunan saraf pusat

tambahan jika diberikan bersamaan dengan obat lain, termasuk etanol. Orang yang

mengkomsumsi obat ansietas perlu diberi tahu tentang konsumsi alkohol dan pemakain

berasamaan obat bebas yang mengandung antihistamin atau antikolinergik.12

Diazepam
Oral: 2, 5, 10 mg; larutan 1,5 mg/mL
Parentral : 5 mg/ml untuk injeksi.
Lorazepam
Oral: tablet 0,5, 1, 2mg; larutan 2mg/mL
Parentral: 2,4 mg/mL untuk injeksi

Busopiron

Busopiron memiliki efek ansiolitik selektif, meredakan rasa cemas tanpa menyebabkan

efek kantuk, hipnotik, atau euphoria yang nyata. Obat ini tidak memiliki sifat sifat anti kejang

atau pelemas otot. Busopiron tidak berinteraksi secara langsung dengan sistem GABAergik. Obat

ini mungkin melakukan efek anti ansiolitikknya dengan berfungsi sebagai agonis parsial reseptor

nya dengan berfungsi sebagai agonis parsial reseptor 5-HT1A otak, meskipun obat ini juga

memiliki afinitas terhadap reseptor dopamine D 2 otak. Sangat berbeda dengan benzodiazepine,

efek ansiolitik busopiron mungkin memerlukan waktu lebih dari seminggu untuk terlihat,

sehingga obat tidak cocok untuk penatalaksanaan keadaan rasa cemas akut. Obat ini digunakan

dalam keadaan rasa cemas generalisata tetapi kurang efektif untuk gangguan panik. Nyeri dada

non spesifik, takikardi, palpitasi, pusing bergoyang, gelisah, gangguan saluran cerna, dan

parastesia dapat terjadi. Dosis yang dapat diberikan, Oral : tablet 5, 7,5 ,10,15,30 mg dengan

waktu paruh eliminasi 2-4 jam.12

-bloker

14
semua jenis -bloker dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah gejala-gejala

somatic, seperti palpitasi dan tremor waktu stress. Efektivitas -bloker sama denga

benzodiazepin. Dalam hal ini, -bloker harus digunakan dengan dosis efektif sekecil mungkin.

Untuk stress dengan gejala psikis sekecil mungkin. Untuk stress dengan gejala psikis yang lebih

dominan, benzodiazepin lebih efektif. -bloker tidak efektif untuk ansietas kronik dan ansietas

dengan gejala somatic yang tidak jelas. Kontraindikasi dengan gagal jantung, hipotensi dan

asma. Efek samping -bloker ialah: gagal jantung kongesti, bradikardi, gejala putus obat,

misalnya penghentian obat mendadak dapat menimbulkan hipertensi, serangan angina, atau

insufisiensi mitral, bronkospasme pada pasien asma, dan pada penderita diabetes melitus

memblok tanda-tanda hipoglikemi (berkeringat dan takikardi). Sediaan: propranolol dengan

dosis 10-40mg, merupakan -bloker non-selektif, memiliki ikatan dengan protein tinggi, 90-95%

dimetabolisme di hepar.12

Komplikasi.3

Depresi
Sakit kepala
Masalah pencernaan
Sulit tidur
Penyakit jantung.

Pencegahan

Lakukan latihan atau olah raga. Latihan adalah peredam stres yang kuat, yang dapat

meningkatkan mood dan menjaga tetap sehat.


Hindari alkohol dan obat penenang lain. Ini dapat memperburuk kecemasan.
Gunakan teknik relaksasi. Teknik visualisasi, meditasi dan yoga adalah contoh dari teknik

relaksasi yang dapat meringankan kecemasan.

15
Jadikan tidur sebagai prioritas, untuk memastikan mendapatkan kualitas tidur yang

cukup.11

Prognosis
Baik tidaknya prognosis pada gangguan cemas menyeluruh tergantung pada stressor dan

tingkat keparahan dari kondisi yang terjadi. Tanpa terapi, gangguan cemas menyeluruh bisa

terus berlanjut dan terus muncul dalam kehidupan pasien.4

Kesimpulan
Gangguan ansietas menyeluruh sebagai ansietas dan kekhawatiran yang berlebihan
mengenai beberapa peristiwa atau aktivitas hampir sepanjang hari selama sedikitnya 6 bulan.
berkaitan dengan gejala somatic. Cemas tidak berfokus pada gambaran gangguan aksis I lain,
tidak disebabkan penggunaan zat atau keadaan medis umum, serta tidak hanya terjadi selama
gangguan mood atau psikiatri. Ansietas ini sulit dikendalikan, secara subjektif menimbulkan
penderitaan dan mengakibatkan hendaya pada area penting kehidupan seseorang. Pasien dengan
gangguan ansietas menyeluruh biasanya mencari dokter umum atau dokter penyakit dalam untuk
membantu gejala somatic mereka. Terapi yang paling efektif untuk gangguan ansietas
menyeluruh mungkin adalah terapi yang menggabungkan pendekatan psikoterapeutik,
farmakoterapeutik, dan suportif.

16
Daftar Pustaka

1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Edisi ke-2. Jakarta:
EGC; 2010.h.259-363

2. Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: EGC;2006:h.7-11.


3. Tomb. David A. Buku saku pskiatri. Jakarta:EGC;2008:h.253-6.
4. Setiati S. Alwi I. Setiyohadi B. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 3 edisi 6. Jakarta:

InternaPublishing;2014:h.3584-5.
5. Semium Y. Kesehatan mental 2. Yogyakarta;Kanisus:2008h.377-8
6. Tanto C. Kapita selekta kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius;2014:h. 917
7. Daives T. Craig T. ABC Kesehatan mental. Jakarta: EGC;2009:h.61-8.
8. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta:EGC;2014:h.168-9.
9. Benjamin J. Sadock. Virginia A. Sadock. Buku Ajar Psikiatri klinis Edisi 2. Jakarta:

EGC;2010:h.233-41.
10. Anityo. Laki-laki 39 tahun dengan gangguan cemas menyeluruh. Jukenila [serial online]

2016 [diakses2017Januari2];4(3):

[8halaman].Diunduhdarihttp://jukeunila.com/wpcontent/uploads/2016/01/Anit.pdf.
11. Katzung G B. Trevor J A. Masters B S. Farmakologi dasar dan klinik edisi 12.

Jakarta;EGC:2013:h.418-9.
12. Michael J. AT a Glance Farmakologi Medis edisi ke 5. Jakarta:Erlangga;2006:h.54-7.

17

You might also like