You are on page 1of 33

1

PEMILIHAN NUTRISI YANG TEPAT


PADAHIPERTENSI
(F.4)

Oleh:
dr. Rizki Trya Permata

Anggota:
dr. Oktania Putri Kusnawan
dr. Merry Susanti
dr. Syifa Andini Suparman
dr. Astri Kania

Pendamping:
dr. Dorlina Panjaitan

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


KOMITE INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PUSKESMAS GUNUNG ALAM
KABUPATEN ARGAMAKMUR BENGKULU UTARA
2014
2

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulisan laporan ini dapat diselesaikan. Laporan

ini disusun sebagai laporan tugas Puskesmas formula 4 (F4) dokter internsip.

Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan laporan ini tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak baik berupa bimbingan, hasil diskusi kelompok, buku-

buku referensi serta hal lainnya. Oleh karena itu penulis berdoa mudah-mudahan

segala bantuan yang telah diberikan selama ini akan mendapatkan pahala yang

berlipat ganda dari Allah SWT.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada yang terhormat pendamping kami yang telah banyak

memberikan bimbingan. Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada teman-teman yang telah banyak membantu dalam proses

penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik membangun agar dapat

memberikan yang lebih baik di kemudian hari. Akhir kata, mudah-mudahan

laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Arga Makmur, Juni 2014

Penulis
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak

terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung

kongestif, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut silent killer

karena sifatnya asimptomatik dan telah beberapa tahun menimbulkan stroke yang

fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan

penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang

menyertainya.

Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara

berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan

menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka

penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan

tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di

Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui

hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun

mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara

prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18

tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke,

sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa,
4

peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan

60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.

Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi

peningkatan rata-rata kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989

sampai tahun 1999. Secara keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami

peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai

penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya

mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.

Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan

dan menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum

terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun

penatalaksanaan pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian

besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak

berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di

Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya

0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%.

The National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP) adalah

salah satu program prevensi yang paling sukses di abad 20. Melalui usaha-usaha

edukasi, deteksi, kewaspadaan, dan pengobatan telah dikembangkan selama 30

tahun sejak kemunculannya. Perubahan - perubahan ini berkontribusi dalam

penurunan mortalitas penyakit kardiovaskuler pada periode tersebut. Pencegahan

primer terhadap hipertensi dapat meningkatkan kualitas hidup dan biaya

dihubungkan dengan manajemen medis dan komplikasinya. Strategi kepada

populasi adalah untuk menurunkan tekanan darah yang di atas normal tetapi masih
5

belum sampai dapat dikatakan hipertensi. Penelitian cohort Framingham

menunjukkan bahwa mereka yeng memiliki tekanan darah di atas normal

berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler. Penurunan

tekanan darah sebesar 3 mmHg akan menurunkan risiko mortalitas stroke sebesar

8% dan penyakit jantung koroner sebesar 5%. Orang-orang yang berisiko tinggi

terhadap hipertensi sangat disarankan untuk mengubah gaya hidupnya menjadi

gaya hidup sehat. Beberapa perubahan gaya hidup sangat penting dilakukan baik

dalam mencegah maupun manajemen hipertensi.

Mengubah empat faktor yang dapat dimodifikasi bermanfaat dalam

pencegahan primer dan kontrol hipertensi. Empat faktor tersebut antara lain

kelebihan berat badan (overweight), tinggi konsumsi garam, konsumsi alkohol

dan kurang aktivitas. Sebuah penelitian berupa intervensi 5 tahun terhadap pria

dan wanita dengan tekanan darah normal (normotensive) menunjukkan bahwa

perubahan lifestyle menurunkan insidensi hipertensi.

Beberapa penelitian intervensi gizi, the Trials of Hypertension Prevention

(TOHP) dan Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH) mendemostrasikan

keberhasilan pencegahan hipertensi dan menurunkan tekanan darah orang dengan

tekanan darah normal-tinggi. Pada penelitian TOHP, ditargetkan berat badan

berkurang 4,5 kg atau juga dengan pembatasan sodium (target harian 80 mmol

atau 80 mEq) menurunkan insidensi hipertensi. Sementara penelitian dengan

DASH menunjukkan bahwa diet tinggi buah-buahan, sayuran, dan produk susu

non-lemak serta rendah rendah lemak total, dapat menurunkan tekanan darah

sistolik rata-rata 6-11 mm Hg. Diet secara total lebih efektif daripada hanya diet

dengan penambahan sayur dan buah.


6

Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi.

Menurut hasil Riskesdas Tahun 2007, sebagian besar kasus hipertensi di

masyarakat belum terdeteksi. Keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat

menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PERMASALAHAN

2.1. Hipertensi
2.1.1 Definisi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistolik lebih dari sama dengan

140 mmHg dan atau peningkatan tekanan diastolik lebih dari sama dengan 90

mmHg pada orang yang tidak menggunakan pengobatan antihipertensi.

2.1.2 Epidemiologi

Insidensi pada tiap negara bervariasi, namun diduga akan terjadi

peningkatan sebanyak 80% pada negara berkembang pada 10 tahun yang akan

datang. Insidensi hipertensi ditemukan sekitar 5% pada dewasa muda, 20% pada

usia 50-60 tahun dan 50% pada usia 80 tahun. Insidensi ini meningkat pada

penderita diabetes mellitus dan insuffisiensi ginjal. Prevalensi hipertensi pada pria

lebih banyak dibandingkan wanita dengan perbandingan 7:6 pada usia 30 tahun.

2.1.3 Faktor Resiko, Etiologi dan Patogenesis

Hipertensi adalah gangguan regulasi pengaturan tekanan darah yang sering

terjadi akibat peningkatan resistensi vakular perifer. Tekanan darah dipengaruhi

oleh cardiac output dan resistensi perifer, peningkatan salah satu dari faktor

tersebut atau keduanya akan mengakibatkan terjadinya hipertensi.


8

Cardiac output sering normal meskipun cardiac output sangat penting

dalam hipertensi. Hal ini dapat dijelaskan oleh fenomena autoregulasi dimana

peningkatan cardiac output menyebabkan peningkatan resistensi vaskular perifer,

sehingga cardiac output pada akhirnya akan menurun. Aktivasi dari sistem renin-

angiotensin, peningkatan intake sodium, peningkatan rangsangan simpatis juga

berperan dalam peningkatan tekanan darah.

Autoregulation

Blood Pressure = cardiac output X peripheral resistance


Hypertension = increased CO and / or increased PR

Preload Contractility Functional Vaskular


Constriction
Remodelling

Fluid Volume Cell


Volume membrane
redistribution alteration

Sympathetic Renin
Renal nervous angiotensin
Sodium overactivity Genetic
excess alteration
Retention

hyperinsulinemia
Excess Genetic
Sodium Alteration stress
Intake obesity

Endothelium
derived factors

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

a. Primary / Essential / Idiopathic

- Merupakan akibat dari interaksi antara genetik dan lingkungan sehingga

akan menimbulkan efek pada vaskular dan fungsi ginjal.


9

- Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebanya.

- Hipertensi jenis ini terdapat sekitar 95% kasus.

- Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain:

o Genetik

o Lingkungan

o Hiperaktifitas susunan saraf empatis

o Gangguan sistem renin angiostenin (RAA system)

o Defek dalam ekskresi Na+, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan

o Faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti :

1. Umur : semakin bertambahnya umur, compliance arteri akan berkurang

dan resistensi vaskuler akan meningkat karena terjadinya sklerosis.

2. Lingkungan : stress fisik dan mental dapat meningkatkan tekanan darah

akibat peninggian katekolamin.

3. Intake natrium yang berlebihan : meningkatkan volume darah sehingga

meningkatkan preload tekanan darah .

4. Alkohol : konsumsi lebih dari 250 ml alkohol sehari dapat meningkatkan

tekanan darah, melemahkan otot jantung, serta menyebabkan kegemukan

dan atherosklerosis (penyempitan pembuluh darah). Akibatnya,

mempercepat timbulnya penyakit jantung yang lebih parah.

5. Obesitas : resistensi insulin biasanya terjadi pada pasien NIDDM atau

obesitas. Pada awalnya hiperinsulinemia menyebabkan retensi sodium

pada ginjal dan meningkatkan aktifitas simpatis, efek ini dapat mengarah

pada peningkatan tekanan arteri.


10

6. Ras : ras kaukasian insidensinya lebih rendah daripada ras kulit hitam.

b. Secondary

- Hipertensi jenis ini disebut juga hipertensi renal.

- Terdapat sekitar 5% kasus.

- Penyebab spesifiknya diketahui seperti

o Penggunaan estrogen

o Penyakit ginjal

o Hipertensi vaskular renal

o Sindrom cushing, dan

o Hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Klasifikasi Joint National Committee (2003)


JNC 6 Category SBP/DBP JNC 7 Category
Optimal < 120/80 Normal
Normal 120-129/80-84 Prehypertension
Borderline 130-139/85-89 Prehypertension
Hypertension 140/90 Hypertension
Stage 1 140-159/90-99 Stage 1
Stage 2 160-179/100-109 Stage 2
Stage 3 180/110 Stage 3

Klasifikasi hipertensi dari WHO


Kategori Sistolik Diastolik
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
High-normal 130-139 85-89
Grade I hypertension (mild) 140-159 90-99
Subgroup: Borderline 140-149 90-94
Grade II (moderate) 160-179 100-109
Grade III (severe) >180 >110
Isolated Systolic Hypertension >140 <90
Subgroup: Borderline 140-149 <90
11

2.1.4 Manifestasi Klinis


Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala.

Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada organ target

seperti ginjal, mata, otak atau jantung.


Gejala lain yang sering ditemukan antara lain:

- Sakit kepala - Sukar tidur


- Epistaksis - Mata berkunang
- Mual dan muntah - Nokturia
- Sesak nafas - Penurunan kesadaran/ koma
- Telinga berdengung
- Rasa berat di tengkuk (ensefalopati hipertensif)

2.1.5 Diagnosis

Diagnosis hipertensi dapat ditegakkan setelah dua kali atau lebih

pengukuran yang dilakukan pada hari yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan

yang tinggi atau gejala-gejala klinis.

Anamnesis yang dilakukan meliputi:

- Tingkat hipertensi dan lama menderitanya

- Riwayat dan gejala penyakit penyakit yang berkaitan seperti penyakit

jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebovaskular dan lainnya.

- Riwayat penyakit dalam keluarga

- Gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi

- Perubahan aktivitas dan kebiasaan (seperti merokok), konsumsi makanan

- Riwayat obat-obatan bebas, dan faktor psikososial lingkungannya.

Pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih

dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral.

Dilakukan perbandingan berat badan dan tinggi badan pasien.


12

Pemeriksaan funduskopi mengetahui adanya retinopathy hipertensif.

Pemeriksaan leher mencari bising karotid, pembesaran vena, atau

kelenjar tiroid.

Jantung mencari tanda-tanda gangguan irama dan denyut jantung,

pembesaran ukuran, bising, dan bunyi jantung ketiga atau keempat.

Paru mencari ronki dan bronkospasme.

Abdomen mencari adanya massa, pembesaran ginjal, dan pulsasi aorta

yang abnormal.

Ekstremitas dapat ditemukan pulsasi arteri perifer yang menghilang,

edema dan bising.

Pemeriksaan neurologi.

Pemeriksaan laboratorium, menilai :

o Complete Blood Count

o Kadar Na, kreatinin, urea, TSH, GDS, lipoprotein dan kolesterol

o EKG

o Foto thoraks

2.1.6 Manajemen dan Terapi

Pada dasarnya pengelolaan hipertensi meliputi:

1. Penurunan tekanan darah


JNC VII merekomendasikan agar tekanan darah dapat mencapai

kurang dari 140/90 mmHg, kecuali dengan keadaan khusus,

seperti:
o Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg
13

o Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg


Tujuan penurunan tekanan darah ini yaitu menurunkan resiko

morbiditas dari penyakit :


o Stroke : 35-40 %
o Myocardial infarct : 20-25 %
o Gagal Jantung : >50 %
2. Life style Modification
a. Penurunan berat badan
Direkomendasikan pada pasien dengan obesitas agar berat badan

dapat turun 4,5 kg atau lebih baik jika dapat mencapai status gizi

normal (mempertahankan IMT 20-25 kg/m2).


b. Pengaturan diet sehari-hari
Direkomendasikan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan,

sayur-sayuran, rendah lemak dan rendah kolesterol.


Direkomendasikan agar dibatasi asupan sodium (garam) per

harinya, yaitu maksimal 80 mmol (2 gram) per harinya.


o Sumber natrium didalam makanan sehari-hari : garam

dapur (NaCl), baking powder, makanan yang diolah dengan

bahan pengawet, bahan makanan yang tinggi kadar

natriumnya (bahan makanan asal hewani seperti : daging,

telur, susu).
Dalam pembatasan asupan natrium perlu diperhatikan penggunaan bahan

makanan tersebut.

Direkomendasikan agar meningkatkan asupan kalium, kalsium, dan


magnesium yang adekuat.
1) Kalium
Suplemen kalium dapat menurunkan tekanan darah (bila
asupan natrium tinggi).
Fungsi kalium :
Sebagai diuretik (merangsang pengeluaran urin) sehingga
pengeluaran natrium cairan meningkat.
14

Menghambat pengeluaran renin sehingga mengubah sistem


renin angiotensin.
Kebutuhan kalium adalah 1500 3000 mg / hari.
Sumber makanan kaya kalium: buah-buahan rasa asam
(aprikot, pisang, kismis), kacang-kacangan, kacang kedele
segar, bayam, ubi jalar, keju, susu rendah lemak, unggas, ikan.

2) Kalsium
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pasien hipertensi
rata-rata kadar kalsium darahnya rendah.
Kebutuhan kalsium dewasa adalah: 500-800 mg / hari.
Sumber kalsium: susu, dan hasil susu, sereal, serta kacang-
kacangan. Sayuran hijau juga merupakan sumber kalsium,
tetapi bahan makanan ini mengandung banyak zat yang
menghambat penyerapan kalsium seperti serat fitat, dan
oksalat.

3) Magnesium
Magnesium berfungsi sebagai vasodilator pada koroner dan
arteri periferal.
Kebutuhan magnesium: 200-500 mg/hari.
Sumber magnesium: sayuran hijau, kacang-kacangan, biji-
bijian, daging, susu, coklat dan ikan teri.

Tidak dianjurkan mengkonsumsi alkohol yang berlebihan, pada

laki-laki disarankan <30 ml dan wanita <15ml.


Mengurangi asupan kafein.
Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.

c. Aktivitas fisik (olahraga)


Direkomendasikan berolahraga ringan seperti berjalan kaki selama
30 menit per harinya.
15

Jalan-jalan dapat menurunkan tekanan darah 2 mmHg, sementara


latihan aerobik dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4 mmHg
dan diastolik 2 mmHg.
Meningkatkan aktifitas fisik dari rendah menjadi sedang, antara
30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer
hipertensi.

d. Berhenti merokok

3. Penatalaksanaan Farmakologis

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi

(Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood

Pressure) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta (-blocker),

antagonis kalsium (Ca-channel blocker), atau penghambat ACE (ACE inhibitor).

AB/ Indikasi Indikasi Kontraindikasi Kontraindikasi


Golongan Obat
CD mutlak relatif relative mutlak
-Gagal jantung, -Proteinuria -Nepropati -Kehamilan
-Disfungsi -Nepropati non- -Peripheral -Penyakit
ventrikel kiri DM Vascular Renovaskular
ACE-inhibitors
-DMtipe1 -CKD Disease -Hiperkalemia
-post MI, -Nepropati DM
-riwayat stroke tipe 2
A -LVH -PVD -Kehamilan
Angiotensin- -Gagal jantung Proteinuria -Gangguan -Penyakit
receptor yang tidak ginjal Renovaskular
blockers berespon -Hiperkalemia
(ARBs,ACE terhadap ACE-I
II's) -nepropati DM
tipe 2
-Angina & post Gagal jantung -CHF -Asma/COPD
MI -DM -Heart block
-Takiaritmia -atlit dan pasien
B -blockers
-Kehamilan yang secara fisik
aktif
-PVD
- Orangtua Angina pada Takiaritmia
Calcium
dengan isolated orang tua
antagonists
systolic
(dihydropyridi
hypertension;
C ne)
Other calcium Angina MI Kombinasi Gagal jantung
antagonists dengan beta
(rate limiting) bloker
D Thiazides -Orang tua Kehamilan Gout artritis
16

dengan ISH
-gagal jantung
-riwayat stroke
sebelumnya
Diuretics (anti- CCF, Post MI Gagal ginjal,
aldosterone) hiperkalemia
Hiperplasia -Orthostatic Inkontinensia
Alpha blockers prostat (BPH); hypotension urin
hiperlipidemia -CHF

Pengobatannya meliputi :

Langkah 1

- Obat pilihan pertama : diuretika, -blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor.

Bila pasien muda (<55 tahun ) mulai dengan:

(A) ACE inhibitor or Angiotensin receptor blockers (ACE II) atau

(B) Betablocker - pada pasien yang memiliki penyakit jantung. Efektifitas

lebih kecil bila dibandingkan dengan A,C atau D pada hipertensi

primer yang tidak berkomplikasi.

Bila pasien berusia 55 tahun gunakan:

(C) Calcium channel blocker, atau

(D) Diuretic (thiazide)

Langkah 2

Alternatif yang bisa diberikan :

- Dosis obat pertama dinaikkan

- Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

- Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika, -blocker, Ca-

antagonis, -blocker.
17

Langkah 3

Alternatif yang dapat ditempuh:

- Obat ke-2 diganti

- Ditambah obat ke-3 jenis lain

Langkah 4

Alternatif pemberian obatnya:

- Ditambah obat ke-3 dan ke-4

- Re-evaluasi dan konsultasi

- Follow Up untuk mempertahankan terapi.

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan

komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat,

dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

2.1.7 Komplikasi

Hipertensi yang berkepanjangan dan tidak terkontrol dapat menyebabkan

kerusakan organ target, antara lain:

1. Jantung

a. Miokardium

Mekanisme peningkatan kerja otot jantung bersamaan

dengan penurunan perfusi arteri koroner


18

Efek patologis potensial hipertrofi ventrikel kiri, iskemik

miokard, gagal jantung kiri

b. Arteri Koronaria

Mekanisme pembentukan aterosklerosis yang cepat

(penyakit arteri koroner)

Efek patologis potensial iskemik miokard, infark miokard,

kematian mendadak

2. Ginjal

Mekanisme :

a. Sekresi renin dan aldosteron yang terstimulasi akibat

penurunan aliran darah ginjal retensi natrium dan air

mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah dan

timbul hipertensi persisten

b. Penurunan suplai oksigen kerusakan jaringan yang

mengakibatkan terjadinya gangguan filtrasi

c. Peningkatan tekanan arteriol ginjal nefrosklerosis

menyebabkan terjadinya gagal ginjal.

3. Otak

Penurunan perfusi otak dan suplai oksigen; kelainan pembuluh darah,

atherosklerosis TIA (Transient Ischaemic Attack), trombosis otak,

aneurisma, perdarahan, infark otak akut.


19

4. Mata (retina)

a. Penurunan aliran darah sklerosis pembuluh darah retina

b. Tekanan tinggi arteriol eksudat, perdarahan

5. Aorta

Kelemahan dinding pembuluh darah pecahnya aneurysma

6. Pembuluh darah arteri di ekstremitas bawah

Penurunan aliran darah dan tekanan tinggi arteriol, pembentukan

atherosklerosis gangren.

2.2. Permasalahan

2.2.1 Data Administrasi Pasien

a. Nama / Umur : Ny.S / 55 tahun


b. No. register : Puskesmas Gunung Alam
c. Status pendidikan : SMP
d. Status sosial : Menengah kebawah

2.2.2 Data Demografis

a. Alamat : Lubuk Saung


b. Agama : Islam
c. Suku : Rejang
d. Pekerjaan : Pedagang sayur
e. Bahasa Ibu : Bahasa rejang, bahasa Indonesia
f. Jenis Kelamin : Perempuan

2.2.3 Data Biologik

a. Tinggi Badan : 155 cm


b. Berat Badan : 55 kg
20

c. IMT : 55/(1.55)2 = 22.9 (normal)


Kesan : status gizi baik

2.2.4 Data Klinis

a. Anamnesis :

Keluhan utama : Sering nyeri kepala

Riwayat Penyakit sekarang :

Pasien datang ke Puskesmas Gunung Alam dengan keluhan nyeri

kepala. Keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak 2 tahun terakhir

dan bersifat hilang timbul. Sejak 2 minggu ini pasien merasakan

keluhan muncul terus menerus, >3 kali sehari, lebih berat ketika

pasien kecapaian atau stres.

Pasien juga merasa lehernya sering tegang atau kaku dan sulit tidur

selama seminggu belakangan.

Pasien mengatakan selama sebulan terakhir ini dirinya sering

makan makanan dengan pemakaian garam yang cukup banyak dan

nafsu makannya biasa saja.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien didiagnosis HT sejak tahun 2010, jarang kontrol.

Riwayat penyakit kencing manis, jantung, ginjal, dan lain-

lain : tidak ada.

Riwayat Alergi Obat/ Makanan : tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga :


21

Riwayat HT pada bapak (sudah meninggal) dan suami

(sudah meninggal)

Riwayat Sosial Ekonomi:

Pasien tinggal bersama kedua anaknya, bekerja sebagai

pedagang sayur di pasar. Dalam hal ekonomi, keluarga

penderita termasuk ke dalam keluarga dengan ekonomi

menengah ke bawah.

Pasien merasa lebih berat perekonomiannya setelah suami

pasien meninggal.

Riwayat Perilaku :

Menu makan keluarga sering dengan nasi, sayur, tahu

tempe, dan ikan asin. Sehari makan 2 - 3 kali sehari.

Sangat jarang mengkonsumsi buah-buahan.

Pasien memiliki kebiasaan minum kopi dan merokok. Awal

kebiasaan merokok sejak suaminya meninggal dunia, satu

bungkus per hari.

Kebiasaan konsumsi alkohol : -

Tidak suka berolah raga. Kegiatan senam di daerahnya

tidak pernah diikuti pasien.

b. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : baik, terlihat sakit ringan

Kesadaran : komposmentis
22

Tanda vital
- Tekanan darah : 170/100 mmHg
- Nadi : 88 x/ menit
- Respirasi : 20 x/ menit
- Suhu : 36oC
Untuk dugaan diagnosa :

- Kepala : normocephali, rambut hitam, distribusi merata

- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada

edema palpebra.

- Leher : JVP tidak ada peningkatan


- Toraks :
- Pulmo : bentuk dan gerak dada simetris, VR dan VBS N ka=ki
- Cor : BJ murni, S1>S2 regular, murmur (-), gallop (-)

- Abdomen : NT (-), hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal

- Ekstremitas : akral hangat, edema -/-, clubbing finger -/-.

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan
Usulan Pemeriksaan Penunjang :
Darah rutin
Gula Darah Sewaktu (GDS)
Profil lipid (kolesterol total, trigliserida, LDL, HDL)
Elektrokardiogram (EKG)
Urinalisis

2.2.6 Diagnosis

Hipertensi grade II

2.2.7 Penatalaksanaan

Non - Farmakologi :
23

- Menerangkan tentang penyakit dan pengobatannya

- Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus

memperhatikan kebiasaan makan.

- Perbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan.

- Menghindari stres. Ciptakan suasana yang menenangkan.

- Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat anjuran kepada

pasien untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik atau

jalan cepat selama 30-45 menit, 3-4 kali seminggu.

- Hentikan kebiasaan merokok dan mengurangi konsumsi kopi.

- Kontrol penyakit ke dokter minimal sebulan sekali atau setelah

obat habis.

Farmakologi :

o Captopril tablet 2 x 12,5 mg

o Propanolol tablet 2 x 10 mg

o Vitamin B kompleks 1 x 1 tablet

2.2.8 Prognosis

Quo ad Vitam : ad bonam

Quo ad Functionam : dubia ad bonam

Quoa ad Sanationam : dubia ad malam


24

BAB III

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

3.1. Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan yang dilakukan untuk mensosialisasikan tentang

penyakit darah tinggi (hipertensi) dan kaitannya dengan kebiasaan pola hidup

sehat dengan makanan gizi seimbang dan olahraga teratur, sehingga manajemen

pencegahan dan pengobatan hipertensi dapat terkontrol. Dengan sasaran pasien

hipertensi dan/ atau pasien yang memiliki faktor resiko, faktor predisposisi dan

faktor presipitasi terhadap hipertensi. Dilakukan dengan pemberian informasi dan

memberikan permahaman, selanjutnya dilakukan diskusi 2 arah mengenai

kendala-kendala yang dihadapi.

3.2. Intervensi

Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit hipertensi yang dideritanya,

gejala klinis, etiologi, faktor predisposisi & faktor resiko, gejala klinis,

manajemen dan pencegahan, serta dampak yang terjadi apabila

berkepanjangan dan tidak terkontrol.


25

Menganjurkan untuk menerapkan pola hidup sehat dengan selalu

memakan makanan bergizi seimbang dan berolahraga/ aktifitas fisik.


Menganjurkan pasien untuk membatasi asupan garam/ natrium, dan

mempertahankan/ meningkatkan asupan kalium, kalsium dan magnesium

pada menu makanan.


Menganjurkan mengurangi beban pikiran dan rasa sedih (manajemen

stres).
Menganjurkan pasien untuk minum obat hipertensi dengan rutin dan

kontrol teratur minimal sebulan sekali atau jika obat sudah habis.
Menganjurkan keluarga memberi dukungan kepada pasien agar selalu

menjaga kesehatannya.
26

BAB IV

PELAKSANAAN (PROSES INTERVENSI)

4.1. Strategi Penanganan Masalah

Diagnosis Klinis : Hipertensi grade II

Penanganan masalah :

Preventif :

- Penyuluhan tentang hipertensi meningkatkan pengetahuan

pasien dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya,

sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan

mencegah komplikasi lebih lanjut.

- Pengaturan pola makan yang baik, serta aktivitas fisik yang

cukup seperti olahraga secara teratur, menghindari kebiasaan

buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol, serta konsumsi

natrium/sodium yang berlebih seperti garam dapur yang

berlebihan, penyedap rasa (MSG). Selain itu, dengan

melakukan diagnosis dini sebagai cara pencegahan.

Promotif :

- Menghimbau kepada pasien, orang tua lain yang berusia di atas

45 tahun dan yang berisiko tinggi untuk memiliki hipertensi,


27

agar dapat menjalankan pola hidup sehat dengan

mengkonsumsi makanan yang sehat, tidak tinggi kolesterol,

menghindari rokok, melakukan olahraga ringan dan

mengurangi aktivitas yang berat dan menyita banyak pikiran.

Kuratif :

Terapi Medikamentosa :

o Captopril tablet 2 x 12,5 mg


o Propanolol tablet 2 x 10 mg
o Vitamin B kompleks 1 x 1 tablet

Rehabilitatif :

- Kontrol penyakit ke dokter minimal sebulan sekali atau jika

habis obat

- Monitoring :

o Tekanan darah

o Kerusakan target organ :

Mata (Retinopati hipertensi)

Ginjal (Nefropati hipertensi)

Jantung (Hipertensi Heart Disease)

Otak (Stroke)

o Interaksi obat dan efek samping

o Kepatuhan minum obat


28

Gambar 1. Penyuluhan Hipertensi pada Pasien dan Masyarakat


29

Gambar 2. Penjelasan Mengenai Hipertensi Kepada Pasien


30

Gambar 3. Peran Pasien & Keluarga dalam Pencegahan & Pengobatan Hipertensi

BAB V

MONITORING DAN EVALUASI

5.1. Monitoring
31

Monitoring difokuskan pada aspek promotif dan preventif untuk

meningkatkan derajat kesehatan yang optimal dengan meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan pasien (sikap dan perilaku) dalam mengatasi

kesehatan diri.
Peran serta keluarga dan masyarakat merupakan syarat mutlak bagi

keberhasilan, kelangsungan dan kemandirian pembangunan kesehatan,

terutama dalam hal ini mengenai pengobatan pasien dan pencegahan

hipertensi melalui manajemen nutrisi. Peran serta keluarga dan masyarakat

dalam pencegahan dan pengobataaan anemia diwujudkan antara lain

dengan menjalankan pembinaan dan penyelenggara berbagai upaya/

pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan keluarga.

5.2. Evaluasi
Upaya yang dilakukan untuk mencegah dan mengontrol penyakit

hipertensi, yaitu melalui p e n g h i mb a u a n d a n p e n g g e r a k k a n p ola

atau gaya hidup yang sehat melalui manajemen nutrisi, antara lain:
Mengkonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, makanan rendah

lemak dan rendah kolesterol.


Membatasi asupan sodium (garam) pada menu makanan.

Meningkatkan/ mempertahankan asupan kalium, kalsium, dan

magnesium yang adekuat dari makanan.

Tidak mengkonsumsi alkohol yang berlebihan.

Mengurangi asupan kafein.

Membiasakan/ melakukan aktivitas fisik (olahraga) 30-45 menit

setiap harinya.

Berhenti dari kebiasaan merokok.


32

Melakukan program penurunan berat badan pada pasien yang

memiliki berat badan berlebih.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mahan, Kathleen dan Escott-stump. 2000. Krauses Food, Nutrition, and


Diet Therapy 11th Edition. NY: Saunders.

2. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL:
Harrison's Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med.
Publ.Div., 2005.
33

3. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid kesatu,
Balai Penerbit FKUI, 2003.

4. Chung, Edward.K. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi


III. Diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

5. Marvyn, Leonard. 2002. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan


die. Jakarta: Penerbit Arcan.

6. Wawolumaya.C.Survei Epidemiologi Sederhana, Seri No.1, 2001. Cermin


Dunia Kedokteran No. 150, 2006 35.

7. Whitney EN, Rofles SR. Understanding Nutrition. 10th Ed. United State of
America: Wadsworth; 2005.

You might also like