You are on page 1of 7

Nama : Haikal Fadhil Pamungkas

Nim : 111150130
Kelas : A
Tugas merangkum

Judul : DASAR-DASAR
INTERPRETASI IMAGE
Penulis : Sutanto
Penerbit : Universitas Gadjah Mada
Tahun : 1976
Lokasi Buku : Perpustakaan Geografi UGM
Pembahasan : Bab Interpretasi Image
Halaman Bab : 26-42

INTERPRETASI IMAGE

Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara atau image dengan maksud
mengenali obyek atau fenomena dan menilai pentingnya obyek atau feomena tersebut (Estes,
1974). Menurut Zonneveld (1960), interpretasi foto udara meliputi tiga hal, yakni: (1)
pengukuran image pada foto, (2) identifikasi obyek lewat image-nya, dan (3) penerapan
kegunaan yang tepat dari pada informasi informasi yang diperoleh bagi pemecahan masalah yang
sedang dihadapi.

Rabben menyatakan lebih lanjut bahwa interpretasi foto udara dilaksanakan dengan empat
tahap, yakni: (1) detection and identification terhadap image yang penting, (2) pengukuran
terhadap image, (3) ekstraksi informasi berdasarkan pengetahuan khusus yang dikuasai oleh
interpreter, dan (4) komunikasi terhadap presepsi dari image dan pentingnya image tersebut yang
dilakukan oleh interpreter sesuai dengan kemampuannya.
Estes (1974) menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut di atas pada umumnya
interpretasi menggunakan pelbagai informasi yang berasal dari luar image. Data ini sering
disebut collateral data atau ground truth, dan/atau on-site verification. Kadang-kadang
juga disebut reference material (The Departement of the Army, Navy and the Air Force: 1967).
Informasi dari luar image ini dapat berupa pustaka, pengukuran dan analisa laboratorium,
pengkajian medan, pemotretan terestris, dan sebagainya.

Collateral data yang tersedia sering berupa peta-peta dan catatan-catatan dalam bentuk tabel
maupun grafik. Misalnya saja data statistic tentang cuaca atau tata guna tanah yang dikumpulkan
oleh perorangan atau lembaga pemerintah (Estes; 1974).

Istilah ground truth sering disamakan (secara tidak tepat) dengan pengkajian medan; yakni
pengamatan, pencatatan dan sering juga pemetaan unsur-unsur penting di daerah tertentu.
Ground truth berarti keadaan sebenarnya dari pada obyek atau fenomena pada saat
penginderaan/pemotretan. Bagaimanapun juga, pengkajian medan merupakan rangkaian tak
terpisahkan bagi interpretasi image. Jumlah pengkajian medan ini tidak selalu sama bagi tiap
pekerjaan interpretasi. Hal ini bergantung pada: (1) image quality, (2) jenis analisa dan
interpretasi yang diperlukan, (3) ketelitian yang dikehendaki, baik dalam delineasi maupun
klasifikasi, (4) pengalaman interpretasi dan pengetahuannya tentang sensor, daerah dan subyek
yang diinterpretasi, (5) kondisi terrain dan access dari pada daerah. (6) ada atau tidaknya sumber
informasi lain (Ibid).

Vink (1964) mengutarakan bahwa secara umum interpretasi foto udara terdiri dari:

1. Detection
Detection yaitu menemukan obyek atau elemen pada image secara selektif. Detection
ini berhubungan erat dengan: (1) jenis obyek, (2) jenis discipline, (3) jenis skala dan
kualitas dari pada foto udara.
2. Recognition & Identification
Recognition and Identification secara bersama sering disebut photo reading dan
photo-spelling, yakni klasifikasi dari pada obyek yang langsung Nampak
berdasarkan pengetahuan local atau pengetahuan tertentu.

3. Analysis
Analisa berarti proses untuk delineasi kelompok-kelompok obyek yang mempuyai
kekhususan tersendiri. Identitas tiap obyek ditentukan kemudian dalam klasifikasi.
4. Deduction
Deduksi merupakan proses yang mendasar atas converging evidence. Bukti-bukti
yang mengarah ke satu titik ini diperoleh dari obyek yang nampak langsung pada
image. Untuk obyek yang luas dan nampak langsung pada image, deduksi ini dapat
menelorkan konklusi maupun hiptoesa kerja atas dasar kesamaan dan perbedaan.
5. Classification
Klasifikasi meliputi: deskripsi dari pada kenampakan yang dibatasi (delineasi) oleh
analisa, susuannnya ke dalam sistem untuk pengkajian medan, dan kodifokasi untuk
menyatakan siste tersebut. Dalam banyak hal klasifikasi merupakan tahap akhir
interpretasi foto udara, karena pada tahap inilah kesimpulan-kesimpulan dan
hipotesa-hipotesa dapat ditarik.
6. Idealization
Idealization yakni penyajian hasil interpretasi ke dalam bentuk peta-peta dan
merupakan pekerjaan kartografis.
Judul : PENGINDERAAN JAUH
UNTUK GEOGRAFI
Penulis : Dr. Agus Suryantor, M.Si
Penerbit : Ombak
Tahun : 2013
Lokasi Buku : Perpustakaan Geografi UGM
Pembahasan : Bab Komponen dalam Sistem
Penginderaan Jauh
Halaman Bab : 10-21

KOMPONEN DALAM SISTEM PENGINDERAAN JAUH

A. Sumber Tenaga
Sumber tenaga alamiah maupun sumber tenaga butan pada sistem penginderaan jauh
sangat penting keberadaannya. Tenaga tersebut mengenai objek di permukaan bumi yang
kemudian dipantulkan ke sensor, ia dapat juga berupa tenaga dari objek yang dipancarkan
ke sensor.
Tenaga matahari yang mencapai ke permukaan bumi dipengaruhi oleh banyak hal, antara
lain waktu, lokasi, dan kondisi cuaca. Selain itu, jumlah tenaga yang diterima juga
dipengaruhi oleh letak di permukaan bumi. Misalnya, tempat di ekuator menerima tenaga
yang lebih banyak dibandingkan tempat-tempat yang lintangnya lebih tinggi.
Jumlah tenaga yang dapat mencapai permukaan bumi dapat disajikan dalam formula
sebagai:
E = f (w, l, c)
E = tenaga yang mencapai permukaan bumi
f = fungsi l = lokasi
w = waktu c = cuaca
jumlah tenaga yang diterima oleh sensor tergantung jumlah tenaga asal dan tergantung
pula pada karakteristik objeknya. Bagi tenaga pantulan, jumlah tenaga yang diterima oleh
sensor sebesar pantulan (%) dikalikan jumlah tenaga yang mengenai objek. Bila tenaga
yang mengenai objek sebesar 100 unit, daya pantul objek 30%, maka jumlah tenaga yang
dapat mencapai sensor sebesar 30 unit. Bagi tenaga pancaran jumlah tenaga yang
mencapai sensor tergantung atas suhu daya pancar objek. Semakin banyak tenaga yang
diterima oleh sensor akan semakin cerah wujud objeknya pada citra.
er = f (E, P) ep = f (T, D)
er = tenaga pantulan ep = tenaga pancaran
E = tenaga yang mencapai objek T = suhu absolut objek
P = daya pantul D = pancaran atau daya pancar objek
B. Interaksi Tenaga dalam Atmosfer
Interaksi tenaga dari objek ke sensor senantiasa melewati media atmosfer, dan di dalam
atmosfer banyak terjadi interaksi-interaksi atmsofer, antara lain:
Hamburan
Hamburan Rayleigh merupakan salah satu penyebab utama adanya kabut tipis
pada citra. Secara visual, kabut tersebut mengurangi kejelasan atau kontras suatu
citra. Jenis hamburan yang lain ialah hamburan Mie yang terjadi bila garis tengah
partikel atmosfer sama dengan panjang gelombang tenaga yang diindera.
Penyebab utama timbulnya hambiran Mie ialah uap air dan debu di atmosfer.

Serapan
Berkebalikan dengan hamburan, serapan atmosfer menyebabkan kehilangan
efektif tenaga ke pembentuk atmosfer. Penyebab radiasi matahri yang paling
efisien dalam hal ini ialah uap air, karbon dioksida, dan ozon. Karena gas-gas
tersebut cenderung menyerap tenaga elektromagnetik pada panjang gelombang
tertentu.
C. Interaksi Tenaga degan Kenampakan Muka Bumi
Apabila tenaga elektromagnetik mengenai kenampakan di muka bumi, terdapat tiga
kemungkinan pokok yaitu: dipantulkan, diserap, dan ditransmisikan. Dengan menerapkan
hukum kekalan energi, dapat dituliskan:
El (d) = Er (d) + Ea (d) + Et (d)
El = tenaga yang mengenai objek Er = tenaga yang dipantulkan
Ea = tenaga yang diserap Et = tenaga yang ditransmisikan
Grafik pantulan suatu objek sebagai fungsi panjang gelombang disebut kurva pantulan
spectral.
D. Perolehan dan Interpretasi Data
Dalam penginderaan jauh, istilah foto diperuntukan secara khusus bagi citra yang
dideteksi dan direkam pada film. Istilah generic citra digunakan untuk tiap peragaan
pictorial tiap gambar. Jadi rekaman pictorial suatu pengujian termal akan disebut citra
termal.
Penggunaan analisis dengan bantuan computer memungkinkan pola spectral di dalam
data penginderaan jauh untuk dikaji secara lebih lengkap. Akan tetapi, computer tetap
mempunyai keterbatasan untuk melakukan evaluasi pola spasial. Oleh karena itu, teknik
interpretasi visual dan teknik analisis numerik di dalam memilih suatu pendekatan atau
gabungan pendekatan terbaik pada terapan tertentu.
E. Sistem Penginderaan Jauh Ideal
Komponen tersebut meliputi:
1. Suatu sumber tenaga seragam
Sumber tenaga ini akan menyajikan tenaga pada seluruh panjang gelombang, dengan
suatu keluaran tetap, diketahui, kualitas tinggi tidak tergantung pada waktu dan tempat.
2. Atmosfer yang tidak mengganggu
Atmosfer yang tidak akan mengubah tenaga dari sumbernya dengan cara apapun.
3. Serangkaian interaksi yang unik antara tenaga dan benda di muka bumi
Interaksi ini akan membangkitkan pantulan dana tau pancaran sinyal yang tidak hanya
selektif terhadap panjang gelombang namun juga diketahui tidak berubah-ubah dan unik
terhadap setiap jenis dan macam kenampakan di muka bumi menjadi perhatian kita.
4. Sensor sempurna
Alat ini merupakan sebuah sensor yang mempunya kepekaan tinggi terhadap seluruh
panjang gelombang, menghasilkan data spasial rinci dengan nilai kecerahan absolut dari
suatu daerah kajian sebagai fungsi panjang gelombang pada seluruh spektrumnya.
5. Berbagai pengguna data
Para pengguna ini harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang disiplin ilmu
masing-masing maupun cara pengumpulan dan sistem analisis data penginderaan jauh.
Pemakaian data yang sama akan menjadi berbagai bentuk informasi yang berbeda bagi
pengguna yang berbeda, disebabkan oleh kekayaan pengetahuan mereka tentang
sumberdaya bumi yang diindera.

You might also like