You are on page 1of 94

askep keluarga balita diare

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada usia prasekolah anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan. Tidak hanya
kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Anak usia prasekolah ini sedang
dalam proses awal pencarian jati dirinya. Beberapa prilaku yang dulunya tidak ada, sekarang
muncul. Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia yang rentan berbagai penyakit yang akan
mudah menyerang anak usia ini dan menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi
tumbuh kembang jika kondisi kesehatan anak tidak ditangani secara baik oleh para praktisi
kesehatan yang juga usaha-usaha pencegahan adalah usaha yang tetap paling baik dilakukan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Agar mahasiswa lebih mengerti askep keluarga dengan anak diare.
2. Tujuan khusus
a. Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai teori/konsep dasar mengenai
keperawatan keluarga dengan anak diare.
b. Untuk memaparkan kepada mahasiswa, tahap-tahap perkembangan keluarga dengan anak
diare
c. Untuk menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana proses keperawatan yang berperan dalam
kehidupan keluarga dengan anak diare
d. Untuk menjelaskan kepada mahasiswa tentang penatalaksanaan pada anak diare

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional serta individual memepunyai peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga (Friedman, 1998) Sedangkan Diare adalah buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada
tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto,
1999).

B. Tahap Perkembangan Keluarga


1. Pasangan Yang Baru Menikah.
a. Menciptakan/membina Hubungan Yang Hamonis/saling Menguntungkan
b. Belajar Saling Menyesuaikan Diri Dan Mulai Kegiatan-kegiatan Rutin Secara Bersama
c. Membina Hubungan Yang Baik Dengan Keluarga Pasangannya.
d. Pasangan Mulai Merencanakan Kapan Mereka Memengiginkan Anak
e. Kontasepsi Apa Yang Akan Mereka Pilih? Mencari Informasi Tentang Family Planning
2. Keluarga Dengan Kelahiran Anak Pertama Sampai Umur 30 Bulan.
a. Adaptasi Menjadi Orang Tua, Memenuhi Kebutuhan Bayi/anak.
b. Peran Sebagai Suami Istri Sebagai Ayah Dan Ibu.
c. Memenuhi Kebutuhan Anggota Keluarga Baru.
d. Mempelajari Dan Menerima Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak.
3. Keluarga Dimana Anak Pertama Usia Pra-sekolah
a. MengasuhAnak
b. Menyediakan Kebutuhan Anak
c. Persiapan Kelahiran Anak Berikutnya.

4. Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah


a. Sosialisasi Anak
b. Mendorong Anak Mencapai Prestasi Disekolah
c. Memelihara Hubungan Perkawinan Yang Harmonis.
d. Menjalin Kembali Hubungan Perkawinan
5. Keluarga Dengan Anak Pertama Usia Remaja
Menjaga Keseimbangan Tanggung jawab Dan Kebebasan Bagi Remaja dan terjadi Konflik
Antara Orang Tua Dan Remaja (Generation Gap)
6. Keluarga Dengan Anak Usia Dewasa Muda
b. Melepaskan Anak Untuk Membina Perkawinan
c. Orang Tua Membantu Anaknya Untuk Tidak Tergantung
d. Menerima Anggota Keluarga Baru
e. Menghargai Nilai/sikap
f. Bapak Mencapai Puncak Karir
g. Lebih Banyak Menghabiskan Waktunya Dengan Pekerjaan.
7. Orang Tua Dengan Usia Pertengahan
a. Menjalin Kembali Hubungan Perkawinan
b. Membina Hubungan Dengan Generasi Baru
8. Keluarga Usia Tua
a. Penyesuaian Terhadap Pensiun
b. Penghasilan Yang Berkurang
c. Hidup Sendiri
d. Salah Satu Pasangan Meninggal

C. Tahap Perkembangan pada anak


1. Perkembangan Fungsi Mental dan personality
a. Fase oral (0-1 tahun)
Positif :
1) Memberikan kepuasan/kesenangan
2) Menghisap, menelan, memainkan bibir
3) Makan kenyang, tidur

Negatif
1) Mengigit, mengeluarkan air liur
2) Marah, menangis.
b. Fase anal (1-3 tahun)
Dengan tubuh memberi kepuasan berkisar sekitar anus
Positif :
BAB/BAK dan senang melakukannya sendiri
Negatif :
Anak akan menahan dan mempermainkannya
c. Fase phalic (3-6 tahun)
1) Memegang genetalia
2) Oedipus complek
Positif :
1) Egosentris : sosial interaksi
2) Mempertahankan keinginanya.
2. Perkembangan Psikosial (Ericson)
a. Percaya vs tidak percaya (0-1 tahun)
1) Semua kebutuhan mutlak tergantung pada orang lain
2) Rasa aman dan percaya mutlak pada lingkungan
b. Otonomi vs rasa malu-malu/ragu-ragu (1-3 tahun)
1) Alat gerak dan rasa, telah matang
2) Perkembangan otonomi berfokus pada peningkatan kemampuan mengontrol tubuhnya, diri
dan lingkungan.
3) Menyadari bahwa ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan membuat sesuatu
sesuai dengan keinginannya.
c. Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun)
1) Anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan
2) Rasa inisiatif mulai menguasai anak
3) Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas
4) Kemampuan anak berbahasa meningkat
5) Rasa kecewa dan bersalah.

3. Perkembangan Kongnitif (Piaget)


a. Sensori motorik (lahir 2 tahun
Menggunakan sistem pengindera, motorik dan benda-benda untuk mengenal lingkungan.
b. Pre operasional (2-7 tahun)
Anak mampu menggunakan simbol kata-kata, mengingat masa lalu, sekarang dan yang akan
datang.
4. Pertumbuhan dan Perkembangan Usia Toddler
a. Masa mengeksplorasi lingkungan
b. Tugas tahap ini sukses membutuhkan trust pada saat bayi dan bimbingan orang tua.
5. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pra Sekolah (3-5 Tahun)
a. Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan semakin besar dan dapat
mengembangkan pola sosialisasinya.
b. Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri : mandi, makan, minum, mengosok
gigi, BAB dan BAK, dll.

D. Etiologi (Diare)
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi
infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas,
dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E.
hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan
diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare
yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan
protein.
3. Faktor Makanan:
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis
makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

E. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen
usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena
peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
F. Manifestasi Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia,
nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa
rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan
hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran
yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering,
tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan
dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik. Gangguan kardiovaskuler pada tahap
hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120
x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur.
Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan
darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan
ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu
keadaan gagal ginjal akut.

G. Klasifikasi diare
1. Dehidrasi ringan : dimana berat badan menurun 3 5 % dengan volume cairan yang hilang
kurang dari 50 ml/kgBB.
2. Dehidrasi sedang : dimana berat badan menurun 6 9 % dengan volume cairan yang hilang
kurang dari 50 90 ml/kgBB.
3. Dehidrasi berat : dimana berat badan menurun lebih dari 10 % dengan volume cairan yang
hilang sama dengan atau lebih dari 100 ml/kgBB.

H. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili
mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan
cadangan alkali dan analisagas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaanelektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

J. PENTALAKSANAAN
1. Medis
Dasarpengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat
NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar
Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar
natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
a) Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
(1) 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13
tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
(2) 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4
tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
(3) 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
b) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes).
c) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
(1) 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes).
(2) 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes).
(3) 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
d) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
(1) Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam,jenis cairan 4:1(4
bagian glukosa 5%+1bagian NaHCO3 1 %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8
tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
(2) Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian
NaHCO3 1 %).
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg,
jenis makanan:
1) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
2) Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak
mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
2. Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi darah,
kebutuhannutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasaaman dan nyaman, kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai prosespenyakit. Mengingat diare sebagian besar menular,
maka perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.
J. Pengkajian
Pengkajian (Anak Usia 3 Tahun):
1. Keluhan Utama : Buang air berkali-kali dengan konsistensi encer
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik
disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dpat bercampur lendir dan atau darah, keluhan lain
yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume
diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi pengkajian riwayat :
a. Prenatal
Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (fulterm, prematur, post matur), abortus atau
lahir hidup, kesehatan selama sebelumnya/kehamilan, dan obat-obat yang dimakan serta
imunisasi.
b. Natal
Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan, orang yang menolong
persalinan, penyulit persalinan.
c. Post natal
Berat badan nomal 2,5 Kg - 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm, kondisi kesehatan baik,
apgar score , ada atau tidak ada kelainan kongenital.
d. Feeding
Air susu ibu atau formula, umur disapih (2 tahun), jadwal makan/jumlahnya, pengenalan
makanan lunak pada usia 4-6 bulan, peubahan berat-badan, masalah-masalah feeding
(vomiting, colic, diare), dan penggunaan vitamin dan mineral atau suplemen lain.
e. Penyakit sebelumnya
Penyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit, penyembuhan, kompliksi, insiden
penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi terhadap rawat inap sebelumnya.
f. Alergi
Apakah pernah menderita hay fever, asthma, eksim. Obat-obatan, binatang, tumbuh-
tumbuhan, debu rumah
g. Obat-obat terakhir yang didapat
Nama, dosis, jadwal, lamanya, alasan pemberian.
h. Imunisasi
Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun, reaksi yang terjadi
adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain, gamma globulin/transfusi, pemberian
tubrkulin test dan reaksinya.
i. Tumbuh Kembang
Berat waktu lahir 2, 5 Kg - 4 Kg. Berat badan bertambah 150 - 200 gr/minggu, TB bertambah
2,5 cm / bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6 bulan. Gigi mulai tumbuh pada usia 6-7 bulan,
mulai duduk sendiri pada usia 8-9 bulan, dan bisa berdiri dan berjalan pada usia 10-12 bulan.
4. Riwayat Psikososial
Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua orang tuanya dan
sangat histeris jika dipisahkan dengan orang tuanya. Usia 3 tahun (toddlers) sudah belajar
bermain dengan teman sebaya.
5. Riwayat Spiritual
Anak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa.

6. Reaksi Hospitalisasi
a. Kecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan lingkungan yang
dikenal, perasaan tidak aman, cemas dan sedih
b. Perubahan pola kegiatan rutin
c. Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi
d. Kehilangan otonomi
e. Takut keutuhan tubuh
f. Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan terbatasnya
kesempatan untuk melaksanakan kesenangannya
7. Aktivitas Sehari-Hari
a. Kebutuhan cairan pada usia 3 tahun adalah 110-120 ml/kg/hari
b. Output cairan :
IWL (Insensible Water Loss) Anak : 30 cc / Kg BB / 24 jam, Suhu tubuh meningkat : 10 cc /
Kg BB + 200 cc (suhu tubuh - 36,8 oC), SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya cairan
yang dapat diamati, misalnya berupa kencing dan faeces. Yaitu : Urine : 1 - 2 cc / Kg BB / 24
jam dan Faeces : 100 - 200 cc /24 jam
8. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik:
1) Tanda-tanda vital
Suhu badan : mengalami peningkatan
Nadi : cepat dan lemah
Pernafasan : frekuensi nafas meningkat
Tekanan darah : menurun
2) Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar
lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan.
3) Pernafasan
Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi nafas
tambahan.
4) Cardiovasculer
Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.
5) Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus
meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer
6) Perkemihan
Volume diuresis menurun.
7) Muskuloskeletal
Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.
8) Integumen
lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek
9) Endokrin
Tidak ditemukan adanya kelaianan.
10) Penginderaan
Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan
11) Reproduksi
Tidak mengalami kelainan.
12) Neorologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran.
b. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
1) Motorik Kasar
Sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju dengan bantuan, mulai bisa
bersepeda roda tiga.
2) Motorik Halus
Menggambat lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi
3) Personal Sosial
Sudah belajar bermain dengan teman sebayanya.

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S

DI RT 04/RW VII KELURAHAN SETIOREJO

A. Pengkajian Keluarga
Pengkajian dilakukan pada hari sabtu, 30 maret 2012 di rumah keluarga Tn. S pukul 16.00
WIB.

1. Data Umum

a. Nama KK : Tn . S
b. Umur : 29 tahun
c. Alamat : RT 04/RW VII kelurahan setiorejo
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Pendidikan : SMA

2. Komposisi keluarga

No Nama JK Hub Umur Pend IMUNISASI


BCG DPT POLIO Campak Hepatitis B
I II III I II III IV I II III
1 Tn. S L Ayah 29
2 Ny. Y P Ibu 26
3 An. A L Anak 4
Genogram

Tn. S
29 thn

An. A
4 thn
Keterangan

: Laki laki

: Perempuan
: Garis keturunan

: Garis pernikahan

: Tinggal serumah
: Klien

: meninggal

Tipe keluarga
Tipe keluarga Tn. S adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah,ibu, dan anaknya
Suku bangsa
Keluarga Tn. S adalah suku
Agama
Keyakinan yang di anut keluarga Tn. S adalah islam. Tidak ada perbedaan diantara anggota
keluarga. Keluarga Tn. S setiap hari selalu menjaklankan ibadah sholat walaupun tidak 5
waktu. Di sekitar tempat tinggalnya terdapat 1 mushola.

Status sosial ekonomi


Status ekonomi keluarga Tn. S yaitu menengah kebawah. Rumah Tn. S terbuat dari geribik
dan lantai terbuat dari semen. Tn. S menempuh pendidikan sampai SMA, kini Tn. S bekerja
sebagai petani. Tiap hari Tn. S bekerja dari pagi sampai sore, tapi bila Tn. S merasa lelah Tn.
S pulang untuk istirahat. Penghasilan Tn. S per bulan kurang lebih Rp 500.000,-
Aktivitas rekreasi keluarga
Karena Tn. S hidup di kelas ekonomi menengah kebawah, Mereka menganggap berkumpul
dengan keluarga dan tetangga sudah termasuk rekreasi. Jika ada waktu luang keluarga Tn. S
melihat TV dan berkumpul dengan keluarga dan tetangga.

B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah Keluarga Dimana Anak Pertama Usia Pra-
sekolah:
a. PengasuhAnak
b. Menyediakan Kebutuhan Anak
c. Persiapan Kelahiran Anak Berikutnya.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Pada tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dalam masa kelahiran anak
pertama adalah : Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah
a. Sosialisasi Anak
b. Mendorong Anak Mencapai Prestasi Disekolah
c. Memelihara Hubungan Perkawinan Yang Harmonis.

3. Riwayat keluarga inti

Di dalam pengkajian didapat


- Tn . S tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular.
- Ny. Y tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular.
- An. A tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan tetapi mempunyai penyakit menular
yaitu diare sejak 1 minggu yang lalau dan tidak di rawat inap di RS, kondisi An.A lemas,
rewel dan mual muntah. Keluarga menyatakan bahwa klien hanya diberi obat yang hanya
dibelikan di warung.

4. Riwayat keluarga sebelumnya

Pada keluarga Tn. S tidak diketahui adanya riwayat penyakit keturunan maupun menular.
Sedangkan dari keluarga Ny. Y juga tidak diketahui adanya penyakit keturunan dan menular.

C. Data Lingkungan

1. Karakteristik Rumah
Rumah Tn. S berukuran 5 x 14 m. Terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang dapur
dan 1 kamar mandi. Rumah semi permanent, lantai dari semen, 2 ventilasi dan 1 jendela kaca.
Didalam rumah pencahayaan dari luar kurang karena tidak ada jendela yang bisa dibuka. Jadi
ruangan tampak kelap dan pengap. Air yang digunakan untuk minum dan mandi sehari hari
adalah air sumur. Terdapat 2 pohon dan tanaman kecil kecil.
. Depan : tampak Kotor
. Tamu : tampak kotor dan berdebu
. Tidur : Tempat tidur terbuat dari kayu dan kasur terbuat dari kapas. Kamar tidak tertata rapi.
. Dapur : Dapur tampak kotor karena barang-barang memasak ditaruh di sembarang tempat.
amar Mandi : Kamar mandi terdiri dari 1 bak mandi dan 1 WC, keadaan air didalam bak mandi tampak
kotor.
endela : Jendela dirumah hanya ada 1, ventilasi kurang dan jendela terbuat dari kaca sehingga tidak
bisa dibuka

2. Denah rumah

Kamar mandi / WC
Ruang Depan / Teras

3. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Keluarga Tn. S berada pada lingkungan yang bermata pencaharian petani. Keluarga Tn. S
mengikuti kegiatan yang diadakan di kampungnya seperti pengajian, arisan, dll.

4. Mobilitas geografis keluarga

Tn. S beserta keluarganya sudah lama tinggal di RW 7, karena orang tua asli penduduk situ.
Jarak antara rumah Tn. S dan puskesmas lumayan jauh.

5. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Keluarga Tn. S setiap hari kumpul dengan tetangga, antara tetangga satu dengan yang lainnya
saling menghormati.

6. Sistem pendukung keluarga

Pada saat pengkajian di keluarga Tn. S yang tampak sakit adalah An. A dengan diare.
Biasanya kalau ada keluarga yang sakit hanya di belikan obat di warung terdekat.

D. Struktur Keluarga

1. Pola komunikasi keluarga

Komunikasi sehari hari yang biasa digunakan di keluarga Tn. S adalah jawa.

2. Struktur kekuatan keluarga

Antar anggota keluarga saling menghormati dan menghargai.

3. Struktur peran

a. Tn. S
Tn. S berperan sebagai kepala keluarga, suami dan pencari nafkah.
b. Ny. I
Ny. I berperan sebagai ibu rumah tangga.
c. An. A
An. A berperan sebagai anak

4. Nilai dan norma keluarga


Kebiasaan makan keluarga Tn. S biasanya menggunakan sendok dan kadang menggunakan
tangan. Keluarga Tn. S jarang mencuci tangan sebelum makan karena kadang lupa.

E. Fungsi Keluarga

1. Fungsi afektif

Antar anggota keluarga sangat ramah dan menghormati. Keluarga Tn. S memperhatikan An.A
yang sedang sakit diare.

2. Fungsi sosial

Antar keluarga, tetangga tidak ada masalah dalam bersosialisasi.

3. Fungsi perawatan kesehatan

a. Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan.


Dari pengkajian keluarga tidak mampu mengenal masalah yang terjadi pada An. A, itu
terbukti bahwa saat ditanya penyakit anaknya keluarga tidak mampu menjawab
b. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
keluarga tidak mampu merawat anaknya yang sakit. Itu terbukti diare berlangsung sampai
dengan 1 minggu.
c. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat.
Keluarga tidak mampu mengambil keputusan, itu terbukti saat keluarga hanya membelikan
obat di warung.
d. Kemampuan keluarga memelihara atau memodifikasi lingkungan.
Keluarga tidak mampu memodifikasi lingkungan, itu terbukti saat observasi lingkungan
rumah tampak kotor. Perabotan rumah tangga berserakan dimana-mana dan banyak debu.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan.
Keluarga belum memanfaatkan fasilitas kesehatan, itu terbukti bahwa keluarga tidak
memeriksakan langsung penyakit anaknya ke puskesmas.
f. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn. S menggunakan penghasilan yang diperoleh untuk membiayai kebutuhan
sehari hari.
F. Stress Dan Koping Keluarga

1. Stresor jangka pendek dan panjang

Untuk saat ini keluarga Tn. S tidak memeriksakan ke puskesmas karena lokasi cukup jauh
tetapi Keluarga Tn. S mengatakan sangat khawatir kalau penyakit An. A tidak sembuh
sembuh.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor.

Keluarga Tn. S menyadari bahwa An. A diare, untuk itu Keluarga membelikan obat di
warung.

3. Strategi koping yang digunakan

Cara menghadapi masalah adalah musyawarah bersama anggota keluarga.

G. Pemeriksaan Fisik

Px. Fisik Tn. S Ny. Y An. A


TD 130/80 mmHg 120/80 mmHg -
Nadi 80x/mnt 82x/mnt 97x/mnt
Suhu 36C 36,5 C 37,5 C
Kepala Mesocepal, rambut Mesocepal, rambut Mesocepal, rambut bersih,
bersih, warna hitam bersih, warna hitam warna hitam
Mata Simetris, konjungtiva Simetris, konjungtiva Simetris, konjungtiva tidak
tidak anemis, sklera tidak anemis, sklera tidak anemis, sklera tidak ikterik
tidak ikterik ikterik
Hidung Bersih, fungsi Bersih, fungsi penciuman Bersih, fungsi penciuman
penciuman baik, tidak baik, tidak ada sekret, baik, tidak ada sekret,
ada sekret, tidak ada tidak ada pernafasan tidak ada pernafasan
pernafasan cuping cuping hidung cuping hidung
hidung
Telinga Bersih, simetris, tidak Bersih, simetris, tidak Bersih, simetris, tidak ada
ada serumen, fungsi ada serumen, fungsi serumen, fungsi
pendengaran baik pendengaran baik pendengaran baik
Mulut Bersih, sietris, mukosa Bersih, sietris, mukosa Bersih, sietris, mukosa
bibir lembab bibir lembab bibir kering
Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Dada Pergerakan paru Pergerakan paru simetris, Pergerakan paru simetris,
Paru-paru simetris, tidak ada tidak ada penggunaan tidak ada penggunaan otot
penggunaan otot bantu otot bantu pernafasan. bantu pernafasan.
pernafasan. Auskultasi Auskultasi paru vaskuler Auskultasi paru vaskuler
paru vaskuler
Jantung Ictus cordis tidak Ictus cordis tidak Ictus cordis tidak tampak,
tampak, bunyi jantung tampak, , bunyi jantung bunyi jantung I,II murni
I,II murni I,II murni
Abdomen Datar, simetris, tidak ada Datar, simetris, tidak ada Datar, simetris, ada nyeri
nyeri tekan nyeri tekan tekan
Ekstrimitas Tidak ada varises, tidak Tidak ada varises, tidak Tidak ada varises, tidak
ada udema ada udema ada udema
Genitalia Bersih, jenis kelamin Bersih, jenis kelamin Bersih, jenis kelamin laki-
laki-laki perempuan laki

Analisa Data

No Data Proble Etiologi


m
1 cairan Ketidak
- Ny. I dan mampuan
menga elektro keluarga
takan lit dalam
bahwa kurang mengambil
An. A dari keputusan
BAB kebutu
cair 6 han
x per tubuh
hari
denga
n
konsis
tensi
cair,
bau
khas
tidak
ada
lendir. Ketidakma

- Ny. I mpuan

menga keluarga

takan memodifika

anakn si

ya lingkungan

panas
dan
munta
h
-
Keluar
ga
menga
takan
kalau
anakn
ya
belum
dibaw
a ke
puskes
mas
-
Keluar
ga
menga
takan
An. A
hanya
di beri
obat
yang
beli di
warun
g
DO :
- An. A
tampa
k
lemah

Resti
2 - Tn. S penula
menga ran
takan penyak
makan it diare
an di
meja
makan
tidak
ditutu
pi
-
Keluar
ga
menga
takan
tidak
pernah
cuci
tangan
sebelu
m
makan
karena
lupa
DO
:
-
Ruma
h klien
tampa
k
kotor
dan
berdeb
u

Skoring dan Prioritas Masalah

1. cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Ketidak mampuan
keluarga dalam mengambil keputusan
Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah 3/3 1 1 Aktual
2. Kemungkinan 2 1 Keluarga mampu memberikan
masalah untuk diubah makanan yang cukup dan bersih
serta minum yang cukup.
3. Potensi masalah untuk 1 1 Masalah dapat dicegah karena
dicegah kebutuhan cairan dapat dicegah
dengan cara minum air yang
banyak dan memberikan LGG
4. Menonjolnya masalah 2/2 1 1 Keluarga dan pasien menyadari
akan pentingnya kesehatan
Jumlah 4

2. Resti penularan penyakit diare berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga


memodifikasi lingkungan
Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah 2/2 1 1 Penularan dapat dicegah jika
keluarga mendapatkan informasi
2. Kemungkinan masalah 2 1 - Keluarga belum mengetahui
untuk diubah tentang cara penularan diare
- Keluarga tidak bisa
memodifikasi lingkungan
3. Potensi masalah untuk 2/3 1 2/3 Masalah dapat dicegah bila
dicegah keluarga dapat diberi
pengetahuan tentang cara
pencegahan penularan diare
4. Menonjolnya masalah 2/2 1 1 Keluarga merasa masalah dapat
dicegah bila keluarga
mendapatkan informasi
Jumlah 3 2/3

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Ketidak mampuan
keluarga dalam mengambil keputusan
2. Resti penularan penyakit diare berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. S DENGAN GASTROENTERITIS
DI BP. DESA WARU KULON PUCUK KAB.LAMONGAN

KELOMPOK II

Disusun oleh :
1. Benny caesaria ummah (09.02.01.0507)
2. Ferry nur nasyroh (09.02.01.0515)
3. Laily syahadah MZ (09.02.01.0523)
4. Lukman effendi (09.02.01.0525)
5. Rohmawati (09.02.01.0540)
6. Yulinda wachida Rohmah (09.02.01.0548)

S1 KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN


2011
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit diare sering disebut dengan Gastroenteritis, yang masih merupakan masalah
masyarakat indonesia. Dan diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
anak di negara berkembang.
Gastroenteritis atau diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya (Mansjoer Arief
dkk, 1999)
Diperkirakan angka kesakitan berkisar antara 150-430 per seribu penduduk
setahunnya. Dengan uapaya yang sekaranag telah dilaksanakan, angka kematian di RS dapat
ditekan menjadi kurang dari 3%. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan
penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya. Sebagian besar antara 70-80% dari
penderita adalah anak dibawah umur 5 tahun (kurang lebih 40 juta kejadian). Sebagian dari
penderita (1-2%) akan jatuh kedalam dehidrasi dan apabila tidak segera ditanggulangi dengan
benar akan berakibat buruk. Untuk itu saya tertarik membuat Asuhan Keperawatan Kepada
Ny.S umur 23 tahun dengan Gastroenteritis di Balai Pengobatan AS SYIFA Desa Waru
Kulon Pucuk Lamongan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses asuhan
Keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada Ny.S
dengan Gastroenteritis atau diare.
1.2.2 Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui gambaran tentang kasus Gastroenteritis yang dialami oleh pasien Ny.S.
2) Untuk mengetahui alternatif pengobatan pada pasien dengan Gastroenteritis.

1.3 Metode pembahasan


1.3.1 Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan kasus nyata pada
klien dengan Gastroenteritis di Balai Pengobatan AS SYIFA Desa Warukulon Pucuk
Lamongan.
1.3.2 cara mendapatkan data :
1) Wawancara langsung dengan pasien atau keluarga pasien
2) Melakukan pengamatan langsung dan pemeriksaan fiisik
1.3.3 Studi Kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari buku-buku sumber yang berhubungan dengan kasus yang dialami.

1.4 Sistematika Penulisan


Dalam asuhan keperawatan pada Ny S dengan Gastroenteritis
BAB 1 : Pendahuluan
BAB 2 : Tinjauan Pustaka
BAB 3 : Tinjauan Kasus
BAB 4 : Pembahasan
BAB 5 : Penutup
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Gastroenteritis atau diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya (Mansjoer Arief
dkk, 1999)
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan
oleh bakteri yang bermacam-macam, virus dan parasit yang patogen (Whaley dan wangs,
1995)
2.2 Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu :
a) Faktor infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare meliputi :
1) Infeksi Bakteri : vibrio E.coli Salmonella, Shigella, Campyio bacter, Aeromonas
2) Infeksi virus : Enteriviru ( virus echo, coxsacle, poliomyelitis ), Adenovirus, Astrovirus, dll
3) Infeksi parasit : Cacing (ascaris, trichuris, oxyguris) Protozoa (entamoeba histoticia,
trimonas hominis), Jamur (candida albacus)
Infeksi parental adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut
(OMA), Bronco pneumonia, dan sebagainya.
b) Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
2) Malabsorbsi Lema
c) Faktor Makanan
Makanan yang tidak bersih, basi, beracun dan alergi terhadap makanan.

2.3 Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare.
1) Gangguan asmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan mengakibatkan
tekanan asmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi
Akibat adanya rangsangan toksin pada dinding uterus sehingga akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3) Gangguan motilitas usus
Hiperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Bila peristaltik menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh
berlebihan, sehingga timbul diare juga.

2.4 Penggolongan Diare


2.4.1 Diare Akut
Adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam
sampai 7 atau 14 hari.
a) Penularan
1) Transmisi orang keorang melalui aerosolisasi
2) Tangan yang terkontaminasi (clostridium diffale)
b) Penyebab
1) Faktor penyebab yang mempengaruhi adalah penetrasi yang merusak sel mukosa
2) Faktor penjamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme
c) Manifestasi klinis
Pasien sering mengalami muntah, nyeri perut akibat diare akibat infeksi dan menyebabkan
pasien merasa haus, lidah kering, turgor kulit menurun karena kekurangan cairan.
2.4.2 Diare Kronik
Adalah diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu bagi orang dewasa dan 2 minggu bagi
bayi dan anak.
2.5 Patofisiologi
Dipengaruhi dua hal pokok yaitu konsistensi feses dan motilitas usus gangguan proses
mekanik dan enzimatik disertai gangguan mukosa akan mempengaruhi pertukaran air dan
elektrolit sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang terbentuk.
2.6 Komplikasi
Akibat diare karena kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut :
a) Dehidrasi
b) Renjatan hipofolomi
c) Hipokalemi
d) Hipoglikemi
e) Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
f) Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik)
2.7 Pengobatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan
atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat
lain (gula,air tajin, tepung beras dan sebagainya).
1) Obat anti sekres
a) Asetosal, dosis 25 mg/th,dengan dosis minimum 30 mg
b) Klorpromazin, dosis 0,5-1 mg/kg BB/hr
2) Obat spasmolitik
Seperti papaverin, ekstrak beladona, opinum loperamid, tidak untuk mengatasi diare
akut lagi.
3) Antibiotik
Tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas, bula penyebab kolera, diberikan
tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hr. Juga diberikan bila terdapat penyakipenyerta seperti : OMA,
faringitis, bronkitis, atau bronkopneumonia ( Ngastiyah, 1997 : 149)

2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Medik
Dasar pengobatan diare adalah pemberian cairan, dietetik (cara pemberian makanan)
dan obat-obatan.
Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dengan mempertahankan derajat dehidrasi dan keadaan
umum.
1) Cairan per oral
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral beberapa
cairan yang berisikan NaCL,NaHCO3,KCL dan Glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada
anak diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang, kadar Natrium 50-60 mEg/1
formula lengkap sering disebut oralit. Sebagai pengobatan sementara yang dibuat sendiri
(formula tidak lengkap) hanya air gula dan garam (NaCL dan sukrosa) atau air tajin yang
diberi garam dan gula.
2) Cairan parental
Pada umumnya digunakan cairan Ringel laktat (RL) yang pemberiannya bergantung
pada berat ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai umur
dan berat badannya (Ngastiyah, 1997 : 146)

BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
MRS : 09 Mei 2011 Jam : 18.00 WIB
No Ruangan :5
Pengkajian tanggal : 10 Mei 2011 Jam : 16.00 WIB

A.Identitas Pasien
ma pasien : Ny. S
s kelamin : Perempuan
ur : 23 Tahun
mat : Ds.Waru kulon pucuk
ma : islam
erjaa : Swasta
u bangsa : Jawa
gnosa medic : Gastroenteritis
g bertanggung jawab
ma : Tn. F
erjaan : Swasta
mat : Ds. Waru Kulon Pucuk
ma : Islam
didikan : SMP
b. Dengan pasien : Ayah

B. Riwayat Kesehatan
I. Keluhan Utama
MRS : Demam, diare, disertai muntah
pengkajian : Klien mengatakan bahwa badannya terasa lemas, demam, disertai muntah.
II. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakatan badannya panas 2 hari yang lalu, BAB 5x/hari warna kuning
kehijauan bercampur lendir, dan disertai dengan muntah 2x/hari, lalu dibawa ke Balai
Pengobatan AS SYIFA Desa Waru Kulon Pucuk Lamongan.
III. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu mengatakan bahwa dahulu pernah sakit Diare 8x/hari tiap 1-2 jam sekali warna
kuning, disertai muntah, badan panas dan tidak mau makan.
IV. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam anggota keluarga ada yang perna mengalami sakit diare seperti
yang di alami klien.
V. Riwayat Sosial
Ibu mengatakan bahwa tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya dan
ingin sekali cepat sembuh dan pulang kerumah.

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : klien lemah, panas, muntah dan diare
Kesadaran : composmentis
TTV : Tensi 80/50 mmHg, Nadi 112x/mnt, suhu 390 C,RR 22x/mnt
Pemeriksaan Head to toe
a. Kepala : Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada benjolan,kulit kepala bersih.
b. Mata : Simetris, tidak ada sekret, konjungtiva merah muda, sklera putih, mata cowong.
c. Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, lidah bersih.
d. Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip.
e. Telinga : Simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak ad serumen.
f. Leher : Tidak ada pembesaran kenjar tyroid, limphe, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada
kaku kuduk.
g. Dada
Inspeksi : dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan dinding dada simetris, tidak ada retraksi otot
bantu pernapasan.
Palpasi : Tidak ada benjolan mencurigakan
Perkusi : paru-paru sonor, jantung dullnes
Auskultasi : Irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
h. Perut
Inspeksi : simetris
Auskultasi : Peristaltik meningkat 40x/mnt
Palpasi : Turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1 detik
Perkusi : Hipertimpan,perut kembung
Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang (kyfosis, lordosis, skoliosis) tidak ada nyeri gerak.
Genetalia : jenis kelamin perempuan, tidak odem, tidak ada kelainan, kulit perineal kemerahan
Anus : Tidak ada benjolan mencurigakan,kulit daerah anus kemerahan.
Ekstremitas : Lengan kiri terpasang infus, kedua kaki bergerak bebas, tidak ada odem.

D. Pengkajian Fungsional Gordon


1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Keluarga mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit
maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Makan : Ny. S tidak nafsu makan, makan hanya 3 sendok, tapi sebelum sakit diare mau
menghabiskan 1 porsi makan.
Minum : Ny. S minumnya tidak terlalu banyak.
3. Pola Eliminasi
BAK :5x/hari
BAB :5x/hari warna kuning kehijauan bercampur lendir
4. Pola aktifitas dan latihan
Pasien merasa lemah dan mengeluh kesakitan
5. Pola istirahat tidur
Pasien sering mengeluh tentang sulit untuk tidur
6. Pola persepsi sensoris dan kognitif
Pasien sudah mengenal dengan orang-orang di sekilingnya
7. Pola hubungan dengan orang lain
Pasien sudah saling mengenal orang-orang disekitarnya
8. Pola reproduksi / seksual
Klien berjenis kelamin perempuan, tidak mengalami gangguan genetalia
9. Pola persepsi diri dan konsep diri
Klien ingin sembuh dengan cepat
10. Pola mekanisme koping
Jika pasien tidak enak badan, maka akan mengeluh kesakitan
11. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Keluarga semua beragama islam, keluarga yakin semuanya sudah diatur oleh Allah SWT.
Pemeriksaa Serologi/ Imunologi
Jenis pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
Tes widal
-O - (Negatif) Negatif
-H 1/80 Negatif
-PA - (Negatif) Negatif
-PB -(Negatif) Negatif

Therapy :
1. Infus RL 15 tpm (750 cc) : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
2. Injeksi Novalgin 3x1 amp (metampiron 500 mg/ml) : Golongan Analgesik
3. Injeksi Ulsikur 3x1 amp (simetidina 200mg/ 2ml) : Antasida dan Ulkus
4. Injeksi Cefotaxime 3x1 amp (sefotaksim 500mg/ml) : Antibiotik.

3.2 ANALISA DATA


Nama pasien : Ny. S No. Ruangan :5
Umur : 23 tahun
Data Masalah keperawatan Etiologi
DS : klien mengatan berak Gangguan keseimbangan Output yang berlebihan
kuning kehijauan cairan
bercampur lendir
DO : Turgor kulit menurun,
mulut kering, malas makan
DS : Pasien mengatakan Gangguan rasa nyaman Hiperperistaltik
bahwa mengalami perut (nyeri)
kembung
DO : setelah dilakukan
perkusi diketahui klien
distensi, klien tampak
menahan kesakitan.
Peristaltik : 40x/ menit
Skala nyeri :
P : sebelum dan sesudah
BAB
Q : nyeri seperti teremas
R : pada regio epigastrium
S : skala nyeri 5
T : sering
DS : klien mengatakan Gangguan pola eliminasi Infeksi bakteri
bahwa klien BAB berkali- BAB
kali
DO :klien tampak lemas,
mata cowong.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan keseimbangan cairan b/d output yang berlebihan


2. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b/d hiperperistaltik
3. Gangguan eliminasi BAB : diare b/d infeksi bakteri

3.4 INTERVENSI

No
. Tujuan dan KH Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah Dilakukan
1. pantau tanda kekurangan
1. Menentukan intervensi
Tindakan Keperawatan cairan selanjutnya
2. observasi/catat hasil intake2. Mengetahui keseimbangan
2x24 Jam dengan
output cairan cairan
Tujuan : volume cairan
3. anjurkan klien untuk banyak 3. Mengurangi kehilangan cairan
dan elektrolit dalam 4. Meningkatkan partisipasi dalam
minum
tubuh seimbang
4. jelaskan pada ibu tanda perawatan
5. mengganti cairan yang keluar
(kurangnya cairan dan kekurangan cairan
5. berikan terapi sesuai advis : dan mengatasi diare
elektrolit terpenuhi)
Infus RL 15 tpm
Dengan KH :
Turgor kulit cepat
kembali.
Mata kembali normal
Membran mukosa
basah
Intake output seimbang

2 Setelah dilakukan
1. Teliti keluhan nyeri, cacat
1. Identifikasi karakteristik nyeri &
tindakan keperawatan intensitasnya (dengan skala0- factor yang berhubungan
2x24 jam dengan 10). merupakan suatu hal yang amat
2. Anjurkan klien untuk
Tujuan : rasa nyaman penting untuk memilih
menghindari allergen
terpenuhi, klien intervensi yang cocok & untuk
3. Lakukan kompres hangat
terbebas dari distensi mengevaluasi ke efektifan dari
pada daerah perut
abdomen dengan KH :4. Kolaborasi terapi yang diberikan.
Berikan obat sesuai indikasi2. Mengurangi bertambah beratnya
Klien tidak
Steroid oral, IV, & inhalasi
penyakit.
menyeringai kesakitan. Analgesik : injeksi novalgin
3. Dengan kompres hangat,
Klien mengungkapkan
3x1 amp (500mg/ml)
distensi abdomen akan
verbal (-) Antasida dan ulkus : injeksi
Wajah rileks mengalami relaksasi, pada kasus
ulsikur 3x1 amp (200mg/
Skala nyeri 0-3
peradangan akut/peritonitis akan
2ml)
menyebabkan penyebaran
infeksi.
4. Kortikosteroid untuk mencegah
reaksi alergi.
5. Analgesik untuk mengurangi
nyeri.
3 Setelah Dilakukan
1. Mengobservasi TTV 1. kehilangan cairan yang aktif
2. Jelaskan pada pasien tentang
Tindakan Keperawatan secar terus menerus akan
penyebab dari diarenya
2x24 Jam dengan mempengaruhi TTV
3. Pantau leukosit setiap hari
2 Klien dapat mengetahui
Tujuan : Konsistensi
4. Kaji pola eliminasi klien
penyebab dari diarenya.
BAB lembek, frekwensi setiap hari
3 Berguna untuk mengetahui
5. Kolaborasi
1 kali perhari dengan
- Konsul ahli gizi untuk penyembuhan infeksi
KH : 4 Untuk mengetahui konsistensi
memberikan diet sesuai
Tanda vital dalam dan frekuensi BAB
kebutuhan klien.
5 Metode makan dan kebutuhan
batas normal (N: 120-- Antibiotik: cefotaxime 3x1
kalori didasarkan pada
60 x/mnt, S; 36-37,50 c, amp (500mg/ml)
kebutuhan.
RR : < 40 x/mnt )
Leukosit : 4000
11.000
Hitung jenis leukosit :
1-3/2-6/50-70/20-80/2-
8
3.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny. S No.ruangan :5
Umur : 23 tahun
TGL/ NO.
IMPLEMENTASI RESPON PS TTD
JAM Dx
Selasa, 10/5 1,2,3 Mengkaji keluhan pasien DS : Klien mengatakan bahwa
Mengobservasi TTV setiap 8
11 BAB berkali-kali, muntah, dan
16.00 jam
perut kembung.
DO : Turgor kulit menurun, mulut
kering, mata cowong, dan
menahan kesakitan
TD = 80/50 mmHg, S = 390 C, N=
112, tampak lemah ,RR 22x/mnt
1
16.15 Menentukan tanda-tanda
DS : klien mengatakan akan
kekurangan cairan
Memasang infus RL 15 tpm minum yang banyak
DO :Turgor kulit berkurang,
mukosa mulut kering,disertai
1,2
16.25
muntah.

Memberikan obat: DS : expesi wajah klien sedikit


Injeksi Novalgin 1 amp rileks
Injeksi Ulsikur 1 amp DO : keluarga kooperatif,dan
Injeksi Cefotaxime 1 amp akan memberikan banyak minum
1,2 Menganjurkan untuk klien
21.00 agar klien tidak dehidrasi
banyak minum

1,3
Rabu11/5/11 DS : -
06.30 Menganjurkan klien untuk DO : Ny. S keluarga
istirahat dan melakukan kooperatif
kompres hangat pada daerah
DS : -
2,3 perut DO : TD = 100/70, S = 380, N =
07.30 Mengobservasi TTV
Mengganti infus RL 15 tpm 100x/mnt, RR = 20x/mnt
Mengkaji pola eliminasi klien
08.50 1,3 Memberikan obat: DS : -
DO : Keluarga kooperatif
Injeksi Novalgin 1 amp
Injeksi Ulsikur 1 amp
Injeksi Cefotaxime 1 amp
11.30 1,2 DS : Klien mengatakan akan
makan dalam porsi kecil tapi
Observasi/catat hasil intake
sering.
output cairan
DO : Keluarga kooperatif
14.00 3,2 Menganjurkan makan dalam
DS : pasien mengatakan akan
porsi sedikit tapi sering.
minum sesering mungkin
DO : Ny. S keluarga kooperatif
Menyuruh pasien banyak
DS : -
Kamis, 1,2,3 minum agar tidak dehidrasi
DO : Ny. S keluarga
Jelaskan pada keluarga tanda-
12/5/11
kooperatif
06.00 tanda kekurangan cairan
3
06.30
Memberikan obat:
DS : -
Injeksi Dexa 1 amp
Injeksi Ulsikur 1 amp DO : TD = 100/70, S = 370, N =
1,3 Injeksi Cefotaxime 1 amp
08.00 100x/mnt, RR = 22x/mnt

DS : klien mengatakan akan


Mengopservasi TTV makan dalam porsi kecil tapi
2,3 Mengganti cairan infus + drip
08.30 sering.
Neurobio
DO : keluarga kooperatif

Menganjurkan makan dalam


DS : -
porsi dikit tapi sering
3
10.00 DO : Turgor kulis sedikit
membaik , mukusa mulut lembab,
muntah berkurang,diare
Mengopservasi tanda tanda
berkurang.
dehidrasi

DS :pasien mengatakan nyeri


saat disuntik
DO : Obat masuk tidak ada tanda
alergi
Memberikan obat
Injeksi Ulsikur 1 amp
Injeksi Cefotaxime 1 amp DS : -
DO : Leukosit : 8600/mm3
Hitung jenis leukosit : 1-3/2-6/50-
70/20-80/2-8
Observasi leukosit

3.6 EVALUASI KEPERAWATAN

No
. Hari/tgl Catatan Perkembangan TTD
Dx
1. Selasa S : Kien mengatakan bahwa masih merasa lemas
10/5/2011 O:- Klien masih tampak lemas
Aktifitas klien masih dibantu keluarganya
A : Masalah belum teratasi
2. P : Intervensi 1-4 dilanjutkan

S : Klien mengatakan bahwa perutnya masih tersa sakit


O:- Kien tampak menyeringai kesaklitan
Klien terus memegangi perutnya
3. Skala nyeri 3
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1,3,4,5 dan 6 dilanjutkan

S : klien mengatakan bahwa klien BAB berkali-kali,sudah mulai


berkurang 2x/hari, masih merasa mual tapi tidak sampai muntah.
O : - klien BAB 2x/hari
- Turgor kulit kembali < 1 detik
- Mata tidak cowong
- Klien merasa mual sehingga tidak menghabiskan porsi
makannya
- Klien tidak muntah
A : Masalah gangguan pola eliminasi BAB teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi 1-4 dilanjutkan
Kaji intak output cairan setiap 8 jam
Pantau tanda-tanda dehidrasi

1. Rabu S : Klien mengatakan bahwa merasa lebih sehat


11/5/2011 O:- Klien tampak lebih sehat
Klien lebih mandiri dalam melakukan aktifitasnya
Turgor kulit < 1 detik kembali
Mata tidak cowong
Mukosa mulut tidak kering
A : Masalah teratasi
2. P : Intervensi dihentikan

S : Kien mengatakan bahwa sakit perutnya sedikit berkurang


O : Klien menyeringai menahan sakit, skala nyeri 2
3. A : Masalah tertasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

S : Klien mengatakan bahwa BAB sudah lembek 1-2/hari mual


sudah berkurang, tidak muntah lagi.
O : - Klien BAB 1-2x/hari, konsistensi sedikit lunak
Klien menghabiskan makanannya
Klien tidak muntah
Turgor kulit kembali < 1 detik
Mata tidak cowong
Mukosa mulut tidak kering
Klien minum 1000cc/hari
A : Masalah teratasi sebagaian
P : Intervensi 1-4 dilanjutkan

1. Kamis S: Klien mengatakan bahwa perutnya sudah tidak sakit


O : - Skala nyeri 0
12/5/2011
Klien tidak menyeringai kesakitan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

S : Klien mengatakan bahwa sudah tidak merasa mual dan


muntah, konsistensi BAB lunak.
O : - Klien BAB dengan konsistensi lunak
Klien tidak merasa mual dan muntah
Klien menghabiskan porsi makannya dan minum kurang lebih
2.
1500cc/hari
Jumlah leukosit normal
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

askep diare LP

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DIARE AKUT
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DIARE AKUT KARENA INFEKSI

KONSEP MEDIS

Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni
100-200 ml/sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam
beberapa jam atau beberapa hari.

Penyebab
Diare akut karena infeksi (gastroenteritis) dapat ditimbulkan oleh:
1. Bakteri : Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella para typhi A/B/C, Shigella
dysentriae, Shigella flexneri, Vivrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio parahemolyticus,
Clostridium perfrigens, Campilobacter (Helicobacter) jejuni, Staphylococcus sp,
Streptococcus sp, Yersinia intestinalis, Coccidiosis.
2. Parasit : Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Isospora
sp) dan Cacing ( A. lumbricodes, A. duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. velmicularis,
S. stercoralis, T. saginata dan T. solium)
3. Virus : Rotavirus, Adenovirus dan Norwalk.
Penelitian di RS Persahabatan Jakarta Timur (1993-1994) pada 123 pasien dewasa yang
dirawat di bangsal diare akut didapatkan hasil isolasi penyebab diare akut terbanyak adalah E.
coli (38 %), V. cholera Ogawa (18 %) dan Aeromonas sp. 14 %).

Patofisiologi
Sebanyak kira-kira 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap hari yang berasal dari luar
(asupan diet) dan dari dalam tubuh sendiri (sekresi cairan lambung, empedu dan sebagainya).
Sebagian besar jumlah tersebt diresorbsi di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml
memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan usus besar akan diresorbsi sehingga tersisa
sejumlah 150-250 ml cairan ikut membentuk tinja.
Faktor-faktor fisiologis yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu sama lain.
Misalnya, cairan dalam lumen usus yang mengkat akan menyebabkan terangsangnya usus
secara mekanis karena meningkatnya volume sehingga motilitas usus meningkat. Sebaliknya
bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan menyebabkan gangguan waktu
penyentuhan makanan dengan mukosa usus sehingga penyerapan elektrolit, air dan zat-zat
lain terganggu. Bagan patofisiologi diare dan mekanisme kompensasi dengan larutan gula
garam secara sederhana dapat dilihat pada gambar berikut:

Dinding Epitel

Lumen Usus

Entero toksin Sel Epitel Usus

Cl diiringi H2O, K+, Na+, HCO3


Glukosa diiringi H2O, Na , K , Cl-, HCO3
+ +

Na+ diiringi H2O, K+, Cl-, HCO3

AMP Siklik
Cl
(H2O, K+, Na+, HCO3)

Glukosa

Na+

Glukosa
H2O
HCO3
Cl-
Na+
K+

Vaskuler

Mekanisme Kerja Enterotoksin AMP Siklik


dan Cara Kompensasi dengan Larutan Gula Garam

Patogenesis
Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi adalah
faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh
untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut yang
terdiri atas faktor-faktordaya tahan tubuh atau lingkungan intern traktus intestinalis seperti
keasaman lambung, motilitas usus dan juga mencakup flora normal usus.
Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella telah terbukti dapat menyebabkan
serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi
V.cholera. Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diare dan gejala penyakit
serta mengurangi kecepatan eliminasi agen sumber penyakit. Peran imunitas tubuh
dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi Giardiasis yang lebih tinggi pada mereka yang
kekurangan Ig-A. Percobaan lain membuktikan bahwa bila lumen usus dirangsang suatu
toksoid berulangkali akan terjadi sekresi antibodi. Percobaan pada binatang menunjukkan
berkurangnya perkembangan S. typhi murium pada mikroflora usus yang normal.
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenitas antara lain daya penetrasi yang dapat
merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan
usus halus serta daya lekat kuman pada lumen usus. Kuman dapat membentuk koloni-koloni
yang dapat menginduksi diare.
Berdasarkan kemampuan invasi kuman menembus mukosa usus, bakteri dibedakan
atas:
1. Bakteri non-invasif (enterotoksigenik)
Misalnya V. cholera/eltor, Enterotoxigenic E Coli (ETEC) dan C. perfringens tidak merusak
mukosa, mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah
diproduksi yang mengaktivasi sekresi anion klorida dari sel ke dalam lumen usus yang diikuti
air, ion bokarbonat, natrium dan kalium sehingga tubuh akan kekurangan cairan dan elektrolit
yang keluar bersama tinja.
2. Bakteri enterovasif
Misalnya Enteroinvasive E. Coli (EIEC), Salmonella, Shigella, Yersinia, dan C. perfringens
type CV. cholera/eltor, Enterotoxigenic E Coli dan C. perfringens. Dalam hal ini, diare terjadi
akibat nekrosis dan ulserasi dinding usus. Sifat diarenya sekretorik eksudatif., dapat
tercampur lendir dan darah. Walaupun demikian, infeksi oleh kuman-kuman ini dapat juga
bermanifestasi sebagai suatu diare koleriformis.

Manifestasi Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik
yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang,
mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta
suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak
terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

Prinsip Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
3. Memberikan terapi simtomatik
4. Memberikan terapi definitif.

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.


Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan
akurat, yaitu:
1) Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup
banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar
kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya
ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada
keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi
dengan segala akibatnya.
2) Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan
jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung
dengan cara/rumus:
- Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma 1,025
---------------------- x BB x 4 ml
0,001
- Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
* diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
* diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
* diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

- Metode Daldiyono
Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut:
* Rasa haus/muntah =1
* BP sistolik 60-90 mmHg =1
* BP sistolik <60 mmHg =2
* Frekuensi nadi >120 x/mnt =1
* Kesadaran apatis =1
* Kesadaran somnolen, sopor atau koma =2
* Frekuensi napas >30 x/mnt =1
* Facies cholerica =2
* Vox cholerica =2
* Turgor kulit menurun =1
* Washer womens hand =1
* Ekstremitas dingin =1
* Sianosis =2
* Usia 50-60 tahun =1
* Usia >60 tahun =2
Kebutuhan cairan =
Skor
-------- x 10% x kgBB x 1 ltr
15

3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan


Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali
dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya
diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial
untuk mempertahankan hidrasi.
4) Jadual pemberian cairan
Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor
diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat
mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada
kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi
diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.

2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.


Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan
klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai
dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap.
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui
pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma.
Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan
empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan.
Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah
melihat hasil pemeriksaan penyaring.
Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
1) Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
2) Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang darah.
Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai manifestasi
klnis diare.

3. Memberikan terapi simtomatik


Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya.
Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri
entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang
seyogyanya cepat dieliminasi.

4. Memberikan terapi definitif.


Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
1) Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.
2) V. parahaemolyticus,
3) E. coli, tidak memerluka terapi spesifik
4) C. perfringens, spesifik
5) A. aureus : Kloramfenikol
6) Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti Siprofloksasin
7) Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol
8) Helicobacter: Eritromisin
9) Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol
10) Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol
11) Balantidiasis: Tetrasiklin
12) Candidiasis: Mycostatin
13) Virus: simtomatik dan suportif
KONSEP KEPERAWATAN

Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:


Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji
adalah
4. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Kelelelahan, kelemahan atau malaise umum
- Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
- Gelisah dan ansietas

5. Sirkulasi:
Tanda:
- Takikardia (reapon terhadap dehidrasi, demam, proses inflamasi dan nyeri)
- Hipotensi
- Kulit/membran mukosa : turgor jelek, kering, lidah pecah-pecah

6. Integritas ego:
Gejala:
- Ansietas, ketakutan,, emosi kesal, perasaan tak berdaya
Tanda:
- Respon menolak, perhatian menyempit, depresi

7. Eliminasi:
Gejala:
- Tekstur feses cair, berlendir, disertai darah, bau anyir/busuk.
- Tenesmus, nyeri/kram abdomen
Tanda:
- Bising usus menurun atau meningkat
- Oliguria/anuria

8. Makanan dan cairan:


Gejala:
- Haus
- Anoreksia
- Mual/muntah
- Penurunan berat badan
- Intoleransi diet/sensitif terhadap buah segar, sayur, produk susu, makanan berlemak
Tanda:
- Penurunan lemak sub kutan/massa otot
- Kelemahan tonus otot, turgor kulit buruk
- Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut

9. Hygiene:
Tanda:
- Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
- Badan berbau

10. Nyeri dan Kenyamanan:


Gejala:
- Nyeri/nyeri tekan kuadran kanan bawah, mungkin hilang dengan defekasi
Tanda:
- Nyeri tekan abdomen, distensi.

11. Keamanan:
Tanda:
- Peningkatan suhu pada infeksi akut,
- Penurunan tingkat kesadaran, gelisah
- Lesi kulit sekitar anus

12. Seksualitas
Gejala:
- Kemampuan menurun, libido menurun

13. Interaksi sosial


Gejala:
- Penurunan aktivitas sosial

14. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
- Riwayat anggota keluarga dengan diare
- Proses penularan infeksi fekal-oral
- Personal higyene
- Rehidrasi
Tes Diagnostik
Lihat konsep medis.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
15. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake
terbatas (mual).
16. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
17. Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
18. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan, perubahan status sosio-ekonomis, perubahan
fungsi peran dan pola interaksi.
19. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan
informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta
intake terbatas (mual)
Intervensi dan Rasional:
20. Berikan cairan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
- Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.
21. Pantau intake dan output.
- Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan
pengganti.
22. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium
- Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa.
23. Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif.
- Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui.

Dx.2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
Intervensi dan Rasional:
1. Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
- Menurunkan kebutuhan metabolik.
2. Pertahankan status NPO (puasa) selama fase akut/ketetapan medis dan segera mulai
pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan
- Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik
sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah
keadaan klinis klien memungkinkan.
3. Kolaborasi pemberian roborantia seperti vitamin B 12 dan asam folat.
- Diare menyebabkan gangguan fungsi ileus yang berakibat terjadinya malabsorbsi vitamin B
12; penggantian diperlukan untuk mengatasi depresi sum sum tulang, meningkatkan produksi
SDM.
- Defisiensi asam folat dapat terjadi bila diare berlanjut akibat malabsorbsi.
4. Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi.
- Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih
lanjut.

Dx.3 Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.


Intervensi dan Rasional:
1. Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
- Menurunkan tegangan abdomen.
2. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan
kompres hangat abdomen
- Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan kemampuan
koping.
3. Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan
kulit
- Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi.
4. Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
- Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI
dapat diberikan sesuai indikasi klinis.
5. Kaji keluhan nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non
verbal
- Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya.

Dx.4 Kecemasan b/d perubahan status kesehatan, perubahan status sosio-ekonomis,


perubahan fungsi peran dan pola interaksi.
Intervensi dan Rasional:
1. Dorong klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme
koping yang tepat.
- Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah.
2. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang lain yang
mengalami masalah yang sama dengan klien.
- Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang
yang mengalami masalah yang demikian.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu
klien.
- Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecamasan.
4. Kolaborasi pemberian obat sedatif bila diperlukan.
- Dapat digunakan sebagai anti ansitas dan meningkatkan relaksasi.
5. Kaji perubahan tingkat kecemasan (misalnya dengan indeks HARS)
- Mengevaluasi perkembangan kecemasan untuk menetapkan intervensi selanjutnya.

Dx.5 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan
informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
Intervensi dan Rasional:
1. Kaji kesiapan klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan klien tentang penyakit
dan perawatannya.
- Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang
pengetahuan sebelumnya.
2. Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan aktivitas
sehari-hari.
- Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi klien dan keluarga
dalam proses perawatan klien.
3. Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek
samping yang mungkin timbul.
- Meningkatkan pemahaman dan partisipasi klien dalam pengobatan.
4. Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi.
- Meningkatkan kemandirian dan kontrol klien terhadap kebutuhan perawatan diri.

askep anak dengan diare


Posted on October 15, 2012 by megasulma

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luasnya daerah permukaan saluran cerna (traktus GL) dan fungsi digestifnya menunjukan
betapa pentingnya makna pertukaran antara organisme manusia dengan lingkungan nya.
Kelainan inflamasi dan malabsorpsi akan mengganggu keutuhan fungsi traktus
gastrointestinal, di samping itu karena system dan sawar (barier) mukosa usus setelah bayi
lahir masih berada dalam proses menuju maturitas, maka usus bayi sangat rentan terhadap
ancaman infeksi. Diare menular akut dapat menyebabakan signifikan pada keseimbangan
cairan serta elektrolit pada bayi dan anak-anak. ( Dona L.Wong, 2008 )

Diare akut masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak
di berbagai Negara yang sedang berkembang, setiap tahun di perkirakan lebih dari satu
milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diare masih
merupakan penyebab penting kematian kepada anak-anak di Negara-negara berkembang.
Kombinasi paparan lingkungan yang patogenik, diet yang tidak memadai, malnutrisi
menunjang timbulnya kesakitan dan kematian karena diare. (Dr.T.H. Rampengan, DSAK,
1993)

Sedangkan demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di
Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, dan Ocenia, termasuk Indonesia. Penyakit ini tergolong
penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Insiden demam tifoid diseluruh dunia menurut data pada tahun 2002 sekitar
16 juta pertahun, 600.000 diantaranya menyebabkan kematian. Di Indonesia prevalensi 91%
kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun. Demam tifoid masih merupakan penyakit
infeksi tropik sistematik, bersifat endemis, dan masih merupakan problema kesehatan.
Masyarkaat pada negara-negara sedang berkembang di dunia, termasuk Indonesia. Di
Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak diperkirakan 800/100.000 penduduk
pertahun dan tersebar di mana-mana. Demam typoid dapat ditemukan pada semua umur,
tetapi yang paling sering pada anak besar, umur 5-9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari
perempuan dengan perbandingan 2-3:1. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistematik
yang disebabkan kuman batang gram negatif salmonella typhi maupun salmonella para typhi
A, B, C. Penyakit ini ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
kuman tersebut, dikenal sebagai penularan tinja-mulut (Fecaloral). Oleh karena itu penting
kebiasaan untuk cara hidup bersih. (Ngastiyah, 2005)

Di Indonesia, demam tifoid masih merupakan penyakit endemis utama. Bila timbul penyakit
ini dapat menimbulkan kematian. Diagnosis awal amat penting untuk dapat ditegakkan agar
penyakit dapat diterapi dengan adekuat untuk mencegah timbulnya penyakit yang mungkin
terjadi. Masalah yang terjadi pada pasien demam tifoid diantaranya yaitu hipertermi dan
dapat terjadi penurunan kesadaran, nyeri pada ulu hati yang disebabkan karena proses
inflamasi pada usus, kekurangan volume cairan, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan dan
dapat terjadi resiko infeksi.

Fenomena inilah yang menarik kami untuk mengadakan penyusunan makalah dengan judul
Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan Pada Anak Akibat Penyakit Diare dan
Demam Tifoid dengan harapan karya ini dapat dipakai untuk mengetahui tentang diare
demam tifoid lebih lanjut.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari makalah ini kami bedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
Untuk tujuan umum dari penyusunan makalah ini yaitu untuk memberikan pemahaman
mengenai gangguan system pencernaan pada anak dengan bahasan diare dan typoid, dan
untuk mengetahui bagaimana penerapan asuhan keperawatan terhadap anak dengan gangguan
sistem pencernaan diare dan demam Tifoid . Sedangkan tujuan khususnya yaitu:

1. Mengetahui mengenai pengertian, faktor-faktor penyebab, epidemiologi, etiologi,


pathogenesis, patofisiologi, gambaran klinis dan komplikasi yang terjadi pada penyakit diare
dan typoid.

2. Mengetahui pengkajian pada pasien dengan gangguan sitem pencernaan diare dan demam
tifoid, mengetahui cara menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
sitem pencernaan diare dan demam tifoid, dapat mengetahui cara membuat rencana tindakan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sitem pencernaan diare dan demam tifoid, dan
dapat mengetahui cara keperawatan dan mengevaluasi pasien dengan gangguan sistem
pencernaan diare dan demam tifoid.

1.3 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan dari makalah yang kami susun adalah sebagai berikut:

1. Manfaat pengetahuan

Menambah keragaman ilmu pengetahuan bagi dunia keperawatan umumnya, khususnya


adalah keperawatan anak.

2. Manfaat pendidikan

Memberikan referensi tentang tingkat perkembangan anak dalam dunia pendidikan


keperawatan anak.

3. Manfaat praktis

a. Bagi profesi

Sebagai salah satu sumber literature dalam pengembangan bidang profesi keperawatan
khususnya tentang penyakit diare dan emam tifoid pada anak.
b. Bagi orang tua

Memberikan masukan kepada orang tua khususnya ibu dalam mengasuh anak saat terserang
penyakit diare dan demam typhoid.

c. Bagi peneliti

Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang proses keperawatan dan perkembangan anak.

1.4 Metodologi Penulisan

Adapun metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan
menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mencari sumber dari berbagai literature baik
itu buku maupun dari berbagai media elektronik.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dari penulisan makalah ini terdiri dari:

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang

2. Tujuan penulisan

3. Manfaat penulisan

4. Metodologi penulisan
5. Sistematika penulisan

BAB II PEMBAHASAN

BAB III KESIMPULAN

SARAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Teoritis

Saluran cerna berperan dalam serangkaian proses : yakni proses ingesti makanan, proses
digesti makanan yang dibantu oleh getah pencernaan yang dihasilkan oleh kelenjar ludah,
hati dan pancreas. Hasil digesti berupa zat gizi akan diserap ( absorpsi ) ke dalam tubuh.
Proses ini berlangsung mulai dari mulut sampai ke rectum. Massa yang berupa bolus hasil
campuran makanan dan getah pencernaan di dorong / digerakan ke arah anus, sisa dari masa
yang tidak diserap akan dikeluarkan dari anus (defekasi) berupa tinja. (Dr.IKG, Suandi, SpA.
1998)

Gangguan pada saluran pencernaan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh kelainan
bawaan atau di dapat. Gangguan akibat kelainan yang di dapat disebabkan trauma atau
adanya infeksi baik pada saluran pencernaan atau di luar saluran cerna. Kelainan bawaan
dapat terjadi pada mulut, esophagus, pylorus, dan gangguan pasase di daerah duodenum,
atresia rekti , dan anus imperforate, penyakit hirschsprung, obstruksi biliaris, dan omfalokel.
Sedangkan gangguan akibat infeksi dapat disebabkan oleh jamur (Candida albicans); basil
coli (Escherichia coli); virus ; basil : Salmonella, Shigella, Vibrio cholerae dan parasit.
(Ngastiyah. 2005)
Berbagai gangguan saluran cerna yang sering terjadi pada anak diantaranya adalah diare dan
typhoid, penyakit tersebut dapat mempengaruhi fungsi saluran cerna dan reaksi pertahanan
tubuh yang bersifat akut akan mengakibatkan berbagai gejala dan komplikas sehingga akan
menstimulasi terjadinya perubahan-perubahan pada saluran pencernaan itu sendiri.

Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi.
Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat
membawa bencana bila ditanggulangi terlambat. Makanan dan minuman yang terkontaminasi
seperti makanan basi dan beracun, merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit
diare, sehingga penyakit ini dianggap sangat rentan terhadap anak-anak yang sedang melalui
masa pertumbuhan dan perkembangan. Komplikasi kehilangan yang akan ditimbulkan akibat
diare diantaranya adalah : dehidrasi ( ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau
hipertonik ), renjatan hipovolemik, hipokalemia ( dengan gejala meteorismus, hipotoni otot,
lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram ), hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat
kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase, kejang, malnutrisi energy protein
( akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik ). (Dr.IKG, Suandi, SpA. 1998)

Sama halnya dengan typhoid, Demam Tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut,
yang di tandai dengan bakteremia, perubahan pada system retikuloendotelial yang bersipat
difus, pembentukan mikroabses dan ulseri Nodus Payer di distar ileum. Kriteria demam tifoid
yaitu penyakit infeksi akut yang di sebabkan salmonella typhi, di tandai adanya demam 7 hari
atau lebih, gejala saluran pencernaan dan gangguan pada system saraf pusat (sakit kepala,
kejang dan gangguan kesadaran). (Ngastiyah. 2005)

2.2. Diare

2.2.1. Pengertian Diare

Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak, dengan konsistensi encer, dapat berwarna hijau, atau dapat pula bercampur lender
dan darah atau lender saja. (Hidayat.A, Aziz Alimul .2008)

Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan,
penyerapan, dan sekresi. Diare di sebabkan oleh transfortasi air dan elektrolit yang abnormal
dalam usus. Di dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap
tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian yang hidup di Negara berkembang berhubungan
dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan gangguan lambung dan usus
(gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon (colitis),atau kolon dan usus (entrokolitis). Diare
biasanya diklasifikasikan sebagai diare akut dan kronis. ( Dona L.Wong, 2008 )
Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita. Diare akut di
definisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang
sering di sebab kab oleh agens infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai
infeksi saluran nafas atas (ISPA), atau sluran kemih (ISK), terapi antibiotic,atau pemberian
obat pencahar (laksativ). Diare kronis di definisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi
dan kandungan air dalam feses dengan lamanya sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare
kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorbsi, penyakit inflamasi
usus,defisiensi kekebalan, keracunan makanan,intoleransi laktosa atau diare nonspesifik yang
kronis, atau akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai. ( Dona L.Wong,
2008 )

2.2.2. Faktor-faktor Penyebab Diare

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor diantaranya :

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Meliputi infeksi enternal sebagai berikut :

Infeksi enternal : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,


Aeromonas, dan sebagainya.

Infeksi Virus : Enterovirus (Virus ECHO, coxsackie, Poliomyelitis), Adeno virus,


Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain .

Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trihuris, okyuris, strongyloide) ; Protozoa (Entamoeba


histolytika, Giardian Lambli, Trichomonas hominis). Jamur (Candida Albicans).

b. Infeksi parenteral : ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti : otitis
media akut (OMA), tonsilitas / tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

c. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat disakarida ( intoleransi laktosa, maltose, dan sukrosa ),
monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa ). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.

Malabsorbsi lemak.

Malabsorbsi protein.

d. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

e. Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas ( jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar ). (Dr.T.H.
Rampengan, DSAK. 1993)

2.2.3. Epidemiologi

Diare ISPA dan penyakit-penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi merupakan tiga
penyebab utama kematian pada golongan umur balita. Berbagai factor memepengaruhi
kejadian diare diantaranya adalah factor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan,
keadaan social ekonomi dan perilaku masyarakat. (Soegeng Soegijanto, 2002)

Faktor lingkungan yang di maksud adalah kebersihan lingkungan dan perorangan seperti
kebersihan putting susu, kebersihan botol susu dan dot susu, maupun kebersihan air untuk
mengolah susu dan,makanan. Factor gizi misalnya adalah tidak di berikannya makanan
tambahan maskipun anak telah berusia 4-6 bulan, factor pendidikan yang utama adalah
pengetahuan Ibu tentang masalah kesehatan. Factor kependudukan menunjukan bahwa
insidens diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh.
Sedangkan factor perilaku orang tua dan masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang
tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang
tinja anak. Kesemua factor yang tersebut di atas terkait dengan factor ekonomi masing-
masing keluarga. (Soegeng Soegijanto, 2002)
2.2.4. Etiologi

Kebanyakan mikroorganisme pathogen penyebab diare disebarluaskan lewat jalur fekal oral
melalui makanan atau air yang terkontaminasi atau di tularkan antar manusia dengan kontak
yang erat. Kurang nya air bersih, tinggalnya berdesakan, hygiene yang buruk, kurang gizi dan
sanitasi yang jelek merupakan factor resiko utama, khususnya untuk terjangkit infeksi bakteri
atau parasit yang patogen. Peningkatan insidensi dan beratnya penyakit diare pada bayi juga
berhubungan dengan perubahan yang spesifik menurut usia pada kerentanan terhadap
mikroorganisme patogen. Sistem kekebalan bayi belum pernah terpajan dengan banyak
mikroorganisme patogen sehingga tidak mempunyai antibody pelindung yang di dapat.
( Dona L.Wong, 2008 )

Rotavirus merupakan agen yang paling penting yang menyebabkan penyakit diare disertai
dehidrasi pada anak-anak kecil di seluruh dunia. Infeksi rotavirus menyebabakan sebagian
perawatan di rumah sakit karena diare berat bagi anak-anak kecil dan merupakan infeksi
nosokomial yang signifikan oleh mikroorganisme patogen. Miroorgisme Giardia Lamblia
dan Cryptosporidium merupakan parasit yang paling banyak menimbulkan diare infeksius
akut. Pemakaian antibiotic juga berkaitan dengan diare. Antibiotik dapat mengubah flora usus
yang normal, dan penurunan jumlah bakteri kolon akan mengakibatkan absorpsi karbohidrat
yang berlebihan serta diare osmotic. ( Dona L.Wong, 2008 )

2.2.5. Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :

1. Gangguan osmotic

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam rongga usus meninggi sehinggaterjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga diare.

2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu ( misalnya toksin ) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu ( misalnya toksin ) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.

4. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap


makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya timbul diare pula. (Ngastiyah. 2005)

2.2.6. Patofisiologi

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :

1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan


keseimbangan asam basa (asidosis metabolic, hipokalemia)

2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurangt, pengeluaran bertambah).

3. Hipoglikemia

4. Gangguan sirkulasi darah. (Ngastiyah. 2005)

2.2.7. Gambaran Klinis


Mul-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang
atau tak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir darah.
Warna tinja makin lama berubah kehijau hijauan karena bercampur dengan cairan empedu.
Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare
dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala
dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun
besar menjadi cekung ( pada bayi , selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
(Ngastiyah. 2005)

2.2.8. Komplikasi kehilangan akibat diare

1. Dehidrasi ( ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau hipertonik ).

2. Renjatan hipovolemik.

3. Hipokalemia ( dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan


elektrokardiogram ).

4. Hipoglikemia.

5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase.

6. Kejang,

7. Malnutrisi energy protein ( akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik ).
(Ngastiyah. 2005)

2.3. Tifoid
2.3.1. Pengertian

Demam tifoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan
gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan
kesadaran. Penyebab penyakit ini adalah Shalmonella typhosa, basil gram negative yang
bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. (Ngastiyah. 2005)

2.3.2. Faktor faktor penyebab tifoid

Manusia merupakan satu-satu nya sumber penularan alami salmonella tyfhi, melalui kontak
langsung atau tidak langsung dengan seorang penderita demam typoid atau karier kronis.
Transmisi kuman terutama dengan cara menelan makan atau air yang tercemar tinja manusia.
Epidemi demam typoid yang berasal dari sumber air yang tercemar merupakan masalah yang
paling utama. Transmisi secara kongenital dapat terjadi secara transplasental dari seorang ibu
yang mengalami bakteriemia kepada bayi dalam kandungan, atau tertular pada saat di
lahirkan oleh seorang ibu yang merupakan karier typoid dengan rute fekal oral. Seorang yang
telah terinfeksi salmonella typhi dapat karier kronis dan mengekresikan mikro organis selama
beberapa tahun. (Dr.T.H. Rampengan, DSAK. 1993)

2.3.3. Epidemiologi

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di daerah tropis dan
subtropics terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar
hygiene dan sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang mempercepat terjadinya penyebaran
demam tifoid di Negara sedang berkembang adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber
air minum, dan standar hygiene industry pengolahan makanan yang masih rendah titik
menurut pang, selain karena meningktnya urbanisasi, demam tifoid masih terus menjadi
masalah karena beberapa factor lain yaitu, penyediaan air bersih yang kurang memadai,
adanya strain yang resisten terhadap antibiotic, masalah pada identifikasi dan
penatalaksanaan karier, keterlambatan mambuat diagnosis yang pasti, pathogenesis dan factor
virulensi. Demam tifoid disebakan oleh Salmonella Thypi yang dapat bertahan hidup lama di
lingkungan kering dan beku, peka erhadap proses klorinasi dan pateurisasi pada suhu 630 C.
(Soegeng Soegijanto,2002)

2.3.4. Etiologi

Etiologi demam tifoid adalah salmonella typhi yang berhasil di isolasi pertama kali dari
seorang pasien demam typhoid oleh Geffkey di Jerman pada tahun 1884.mikroorganisme ini
merupakan bakteri gram negative yang motil, bersifat aerob dan tidak membentuk
spora.salmonella typhi dapat tumbuh dalam semua media, pada media yang selektif bakteri
ini memfermentasi glukosa dan manosa,tetapi tidak dapat mempermentasikan laktosa.

Bakteri ini mempunyai beberapa komponen antigen yaitu :

1. Antigen dinding sel (O) yang merupakan lipop[olisakarida dan berifat sfesifik group.

2. Antigen flagella (H) yang merupakan komponen protein berada dalam flagella dan
bersifat spesifik spesies.

3. Antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida dan berada di kapsul yang melindungi
seluruh permukaan sel.

4. Outer Membrane protein (OMP), Antigen OMP S. typhi merupakan bagian dari dinding
terluar yang terletak di luar membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi
sel dengan lingkungan sekitarnya.OMP berfungsi sebagai barier fisik yang mengendalikan
zat dan cairan kedalam membrane sitoplasma.

Salmonella thypi hanya dapat hidup pada tubuh manusia. sumber penularan berasal dari tinja
dan urine karier, dari penderita pada fase akut dan penderita dalam fase penyembuhan.
(Soegeng Soegijanto, 2002)

2.3.5. Patogenesis

Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus, melalui pembuluh limfe
halus masuk ke dalam peredaran darah sampai di organ organ terutama hati dan limpa. Basil
yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam dalam hati dan limpa sehingga organ-organ
tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke
dalam darah (bakteremia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid
usus halus menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak penyeri. Tukak
tersebut dapat menyebabkan pendarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh
endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.
(Ngastiyah. 2005)

2.3.6. Patofisiologi

Umumnya prognosis tifus abdominalis tidak begitu berbahaya, asal pasien cepat berobat.
Mortalitas pada pasien yang dirawat ialah 6%. Prognosis menjadi berbahaya jika terdapat
gambaran klinis yang berat seperti :

a. Demam tinggi ( hiperpireksia ) atau febris kontinua.

b. Kesadaran sangat menurun ( sopor, koma atau delirium )

c. Terdapat komplikasi yang berat, misalnya dehidrasi dan asidosis perforasi. (Ngastiyah.
2005)

2.3.7. Gambaran Klinis

Gambaran klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan dari pada orang dewasa.
Masa tunas 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan
jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala
prodromal, yaitu perassaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing tidak bersemangat
dan nafsu makan kurang.

Gambaran klinis yang biasa ditemukan ialah :

1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak
tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua
pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsung turun dan
normal kembali pada akhir minggu ketiga.

2. Gangguan pada saluran pencernaan.

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak seda, bibir kering dan pecah-pecah ( ragaden ). Lidah
tertutup selaput putih kotor ( coated tongue ), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai
tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung ( meteorismus ). Hati dan
limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga
dapat diare atau normal.

3. Gangguan Kesadaran

Umunya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai somnolen.,
jarang terjadi sopor, koma atau gelisah ( kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan ). (Ngastiyah. 2005)

2.3.8. Komplikasi

Pada usus halus, umumnya jarang terjadi tetapi bila terjadi sering fatal.

a. Pendarahan usus

Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika
pendarahan banyak dapat terjadi melena, dapat disertai nyeri perut dengan tanda tanda
renjatan.

b. Perforasi usus

Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga
peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma pada
foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
c. Peritonitis

Biasanya menyertai perforasi tetapi terdapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala
abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang ( defence musculair ).

Komplikasi di luar usus, terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis ( bakteremia ),
yaitu meningitis, kolesistitis, ensefalopati, dll. Terjadi karena infeksi sekunde, yaitu
bronkopneumonia. (Ngastiyah. 2005)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Diare

A. Pengkajian

Anamnesa

Anamnesa adalah mengetahui kondisi pasien dengan cara wawancara atau interview.
Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini dan masa yang lalu.

Anamnesa mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan
lingkungan dan tempat tinggal.
1. Identitas

Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat.

Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan klien, dan alamat.

2. Keluhan utama

Merupakan hal yang paling klien rasakan

Contoh : BAB lebih dari 3 x

3. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )

Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa meliputi palliative,
provocative, quality, quantity, region, radiaton, severity scala dan time.

BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer,
frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Mengkaji apakah pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau


kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit),
alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami diare.

6. Riwayat Imunisasi

Mengkaji imunisasi yang pernah di berikan kepada klien, seperti imunisasi Polio, BCG, DPT,
dll.

7. Riwayat Psikososial

Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-
gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.

8. Lingkungan dan tempat tinggal

Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal,
area lingkungan rumah, dll.

Pemeriksaan Fisik

1. Antopometri

Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala,
lingkar abdomen membesar,

2. Keadaan umum

Klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.

3. Kepala

Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih.
4. Mata

Cekung, kering, sangat cekung

5. Sistem pencernaan

Mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan
menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus,
minum sedikit atau kelihatan bisa minum.

6. Sistem Pernafasan

Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)

7. Sistem kardiovaskuler

Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .

8. Sistem integumen

Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 derajat celsius, akral hangat,
akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah
perianal.

9. Sistem perkemihan

Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari
sebelum sakit.
10. Dampak hospitalisasi

Semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan
waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa,
dan kemudian menerima.

Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium :

Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida

Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi

AGD : asidosis metabolic

Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

2. Radiologi :

Mungkin ditemukan bronchopneumoni

B. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH

(Gangguan Osmotik)

Makanan / zat yang tidak dapat


diserap oleh usus.

Tekanan osmotic dalam rongga


usus meningkat
DS : -

DO :
Terjadi pergeseran air dan
Ubun-ubun cekung
elektrolit ke dalam rongga usus.
Berat badan turun
Gangguan keseimbangan
Bising usus
cairan dan elektrolit
meningkat

Turgor kurang Isi rongga usus berlebihan


Frekuensi buang air
besar meningkat

Muntah

Merangsang rongga usus yang


berlebihan

Diare

DS : Gangguan keseimbangan asam Gangguan pemenuhan


basa dan elektrolit kebutuhan nutrisi
Klien mengatakan
mulut terasa pahit
dan badan lemas
Lambung / saluran pencernaan
DO :
meradang
Nafsu makan berkurang / tidak
Anoreksia ada

Muntah

Berat badan turun Intake nutrisi kurang

Gangguan absorpsi usus

DS :

Klien menyatakan Frekuensi buang air besar


nteri pada bagian meningkat
daerah anus
Potensial kerusakan
DO : integritas jaringan kulit
sekitar anus.
Frekuensi buang air Anus dan sekitarnya basah dan
besar meningkat lembab

Lecet di sekitar anus

Anus dan sekitarnya lecet

DS : Invasi kuman di usus Gangguan rasa nyaman :


panas (hypertermi)
Klien menyatakan
badannya terasa
panas Multiplikasi dalam usus
DO :

Suhu lebih dari 380C

Cengeng
Peradangan
Pengeluaran

usus toksin

Tanda dan
Merangsang

radang
hypotalamus

Peningkatan
Peningkatan

Suhu tubuh Suhu


tubuh

C. Diagnosa Perawatan

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output cairan yang
berlebihan melalui diare sekunder terhadap gangguan osmotic.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan tidak adequatnya intake


nutrisi sekunder terhadap muntah dan diare.

3. Potensial kerusakan integritas jaringan kulit sekitar anus berhubungan dengan iritasi
sekunder terhadap frekuensi buang air besar yang meningkat

4. Gangguan rasa nyaman panas (hypertermi) berhubungan dengan proses tidak


adequatnya intake nutrisi sekunder terhadap muntah dan diare.

D. Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Perawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Gangguan keseimbangan Tupen : - Pantau tanda Penurunan sirkulasi


cairan dan elektrolit dan gejala volume cairan
berhubungan dengan Kebutuhan cairan kekurangan cairan menyebabkan
output cairan yang terpenuhi dalam dan elektrolit kekeringan mukosa
berlebihan melalui diare jangka waktu 1x dan pemekatan urin.
sekunder terhadap 24 jam.
gangguan osmotic. Dehidrasi dapat
Ditandai dengan : meningkatkan laju
filtrasi glomerulus
DS : - Tupan : membuat keluaran tak
adekuat untuk
DO : Keseimbangan membersihkan sisa
cairan dan metabolisme.
Ubun-ubun elektrolit - Pantau intake dan
cekung terpenuhi dalam output Mendeteksi
jangka waktu kehilangan cairan ,
Berat badan
324 jam. penurunan 1 kg BB
turun
sama dengan
Bising usus Dengan criteria kehilangan cairan 1 lt
meningkat hasil :

Turgor kurang - Tanda vital


dalam batas Mengganti cairan dan
Frekuensi buang
normal (N: 120-60 elektrolit yang hilang
air besar
meningkat x/mnt, S; 36-37,50 secara oral
c, RR : < 40 x/mnt
Muntah )

- Turgor elastik ,
membran mukosa
bibir basah, mata Koreksi keseimbang
tidak cowong, cairan dan elektrolit,
UUB tidak BUN untuk
cekung. mengetahui faal ginjal
(kompensasi).
- Konsistensi
BAB lembek, Mengganti cairan dan
frekwensi 1 kali - Timbang berat elektrolit secara
perhari badan setiap hari adekuat dan cepat.

Anti sekresi untuk


menurunkan sekresi
cairan dan elektrolit
agar simbang,
antispasmolitik untuk
proses absorbsi
normal, antibiotik
sebagai anti bakteri
berspektrum luas
- Anjurkan untuk menghambat
keluarga untuk endotoksin.
memberi minum
banyak pada kien,
2-3 lt/hr

- Kolaborasi :

1. Pemeriksaan
laboratorium serum
elektrolit (Na,
K,Ca, BUN)

2. Cairan
parenteral ( IV
line ) sesuai dengan
umur

3. Obat-obatan :
(antisekresin,
antispasmolitik,
antibiotik)
2. Gangguan pemenuhan Tupen : - Diskusikan dan Serat tinggi, lemak,air
kebutuhan nutrisi jelaskan tentang terlalu panas / dingin
berhubungan dengan Kebutuhan nutrisi pembatasan diet dapat merangsang
tidak adequatnya intake terpenuhi dalam (makanan berserat mengiritasi lambung
nutrisi sekunder terhadap jangka waktu 2 tinggi, berlemak dan sluran usus.
muntah dan diare. hari dan air terlalu panas
Ditandai dengan : atau dingin)

DS : Situasi yang nyaman,


Tupan : rileks akan
Klien merangsang nafsu
mengatakan Setelah dilakukan makan.
mulut terasa tindakan
pahit dan badan
perawatan selama
lemas
dirumah di RS - Ciptakan
DO : kebutuhan nutrisi lingkungan yang
terpenuhi bersih, jauh dari
Anoreksia bau yang tak sedap
Dengan criteria atau sampah,
Muntah hasil : sajikan makanan
dalam keadaan
Berat badan Mengurangi
Nafsu makan hangat
turun
meningkat pemakaian energi
yang berlebihan

- Berikan jam
istirahat (tidur)
serta kurangi Mengetahui jumlah
kegiatan yang output dapat
berlebihan merencenakan jumlah
makanan.

- Monitor intake
dan out put dalam
24 jam
- Kolaborasi
Mengandung zat yang
dengan tim
diperlukan , untuk
kesehtaan lain :
proses pertumbuhan
a. terapi gizi :
Diet TKTP rendah
serat, susu

b. obat-obatan
atau vitamin

( A)

3. Potensial kerusakan Kerusakan kulit - Diskusikan dan Kebersihan mencegah


integritas jaringan kulit tidak terjadi, jelaskan pentingnya perkembang biakan
sekitar anus berhubungan dengan criteria menjaga tempat kuman
dengan iritasi sekunder hasil : tidur
terhadap frekuensi buang
air besar yang meningkat. Tidak terjadi
Ditandai dengan : iritasi :
kemerahan, lecet,
DS : kebersihan terjaga Mencegah terjadinya
- Demontrasikan iritassi kulit yang tak
Klien serta libatkan diharapkan oleh
menyatakan keluarga dalam karena kelebaban dan
nteri pada merawat perianal keasaman feces
bagian daerah
anus (bila basah dan
mengganti pakaian
bawah serta
alasnya)
DO :

Frekuensi buang
air besar Melancarkan
meningkat vaskularisasi,
Lecet di sekitar mengurangi
anus
penekanan yang lama
sehingga tak terjadi
iskemi dan iritasi .

- Atur posisi tidur


atau duduk dengan
selang waktu 2-3
jam

- Monitor suhu
tubuh setiap 2 jam

Gangguan rasa nyaman


panas (hypertermi)
berhubungan dengan Setelah dilakukan
proses tidak adequatnya tindakan Deteksi dini terjadinya
intake nutrisi sekunder perawatan selama perubahan abnormal
terhadap muntah dan 3x 24 jam tidak fungsi tubuh ( adanya
diare. Ditandai dengan : terjadi infeksi)
peningkatan suhu
DS : - Berikan Merangsang pusat
tubuh, dengan
4 criteria hasil : kompres hangat pengatur panas untuk
Klien
menyatakan menurunkan produksi
badannya - Suhu tubuh panas tubuh
terasa panas dalam batas
normal ( 36-37,5 Merangsang pusat
DO : C) pengatur panas di
otak.
Suhu lebih dari
380C

Cengeng

- Kolaborasi
pemberian
antipirektik
3.2 Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Tifoid

A. Pengkajian

Anamnesa

Anamnesa adalah mengetahui kondisi pasien dengan cara wawancara atau interview.
Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini dan masa yang lalu.

Anamnesa mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan
lingkungan dan tempat tinggal.

1. Identitas

Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat.

Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan klien, dan alamat.
2. Keluhan utama

Pada pasien tifoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan
menurun, panas dan demam.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )

Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa meliputi palliative,
provocative, quality, quantity, region, radiaton, severity scala dan time.

Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual, muntah, diare,
perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid
(kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit thypoid, apakah tidak pernah, apakah
menderita penyakit lainnya.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit yang
lainnya.

6. Riwayat Imunisasi

Mengkaji imunisasi yang pernah di berikan kepada klien, seperti imunisasi Polio, BCG, DPT,
dll.

7. Riwayat Psikososial

Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-
gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.
8. Lingkungan dan tempat tinggal

Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal,
area lingkungan rumah, dll.

Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak,
anorexia.

2. Kepala

Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata
cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi
pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

3. Dada dan abdomen

Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
4. Sistem respirasi

Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.

5. Sistem kardiovaskuler

Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan
tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.

6. Sistem integument

Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.

7. Sistem eliminasi

Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa
mengalami penurunan (kurang dari normal). N -1 cc/kg BB/jam.

8. Sistem muskuloskolesal

Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.

9. Sistem endokrin

Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.

10. Sistem persyarafan

Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit
thypoid.
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan yang mendukung diagnosis :

Darah tepi; terdapat gambaran leukopenia ringan atau normal, limfositosis relatif (jarang),
dan eosinofilia, mungkin terdapat anemia ringan.

2. Pemeriksaan konfirmasi diagnosis :

Biakan empedu dari bahan darah atau sumsum tulang

Serologis widal bila perlu diulang pada saat penyembuhan.

3. Pemeriksaan penunjang komplikasi :

Perdarahan usus ringan/tersembunyi : uji benzidin tinja.

Perforasi usus/peritonitis : foto polos perut tiga posisi.

Kolesistitis : USG hati dan kandung empe

Meningitis/ensefalitis : punksi lumbal

Bronkhopneumonia : thoraks foto.

Hepatitis : uji faal hati dan SGOT/SGP

B. Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : Makanan yang terkontaminasi Gangguan


Salmonela Typosa atau Salmonela keseimbangan suhu
Klien mengeluh Paratyphi A,B,C
badannya panas
Masuk usus halus lalu terjadi proses
infeksi

Masuk ke dalam aliran darah

DO :

Suhu tubuh > 380 C Bakteri melepas Endotoksin

Leukosit < 5000 / mm3

Frekuensi nadi >


100x / menit

Muka merah Merangsang sintesa dalam pelepasan


zat pytrogen oleh leukosit pada
Bibir pecah-pecah jaringan yang merangsang

Banyak keringat

Infeksi disampaikan Hypotalamus


bagian termoregulator melalui
ductus toracicus.

DS : Proses infeksi di usus halus


Klien mengatakan
mulut terasa pahit dan
badan lemas
Fungsi usus halus dalam
DO : mengabsorbsi makanan terganggu
Gangguan
Porsi makan tidak pemenuhan
habis dari yang kebutuhan nutrisi
disediakan Sari-sari makanan yang diabsorbsi
menurun
Klien tampak lemah

Klien muntah

Berat badan menurun Nutrisi kurang terpenuhi

DS : Intake nutrisi lemah Gangguan aktivitas


sehari-hari
Klien mengatakan
Metabolisme glukosa terganggu

lemah untuk Pembentukan ATP dan ADP


melakukan aktivitas terganggu
DO :

Porsi makan tidak


habis

Klien tampak lemah Energi berkurang dan terjadi


kelemahan otot
Klien bedrest, aktivitas di bantu

Aktivitas terganggu

Peningkatan suhu tubuh

DS : -

DO :
Dilatasi pembuluh darah
Suhu tubuh . 380 C
Potensial terjadi
Pengeluaran sekresi
dehidrasi
keringat banyak

Minum air kurang Evaporasi berlebih

Bibir kering dan


pecah-pecah

Dehidrasi

C. Diagnosa Perawatan
1. Gangguan keseimbangan suhu tubuh ( hyperthermia ) berhubungan dengan adanya
infeksi dalam tubuh

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


absorbsi makanan terganggu

3. Gangguan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan kondisi pasien lemah.

4. Potensial terjadi dehidrasi berhubungan dengan pemasukan cairan yang kurang

D. Perencanaan Keperawatan

No. Diagnosa Perawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Gangguan keseimbangan Suhu tubuh normal - Observasi TTV Tanda-tanda vital


suhu tubuh (hyperthermia) dalam waktu 324 tiap 4 jam sekali merupakan acuan
berhubungan dengan jam dengan criteria untuk mengetahui
adanya infeksi dalam : keadaan umum
tubuh. Ditandai dengan : pasien
- Suhu : 36 37
0
DS : C Klien dan keluarga
mengetahui sebab
Klien mengeluh dari peningkatan
badannya panas
suhu dan
- Klien tidak membantu
DO : mengeluh adanya mengurangi
panas badan kecemasan yang
Suhu tubuh > - Berikan
380 C timbul
penjelasan kepada
Leukosit < klien dan keluarga
Menjaga agar klien
5000 / mm3 tentang peningkatan
merasa nyaman,
suhu tubuh
pakaian tipis akan
Frekuensi nadi >
100x / menit membantu
mengurangi
Muka merah penguapan

Bibir pecah- Agar klien merasa


pecah
tenang dan udara di
dalam ruangan
tidak terasa panas
Banyak keringat
- Anjurkan klien Peningkatan suhu
menggunakan tubuh
pakaian tipis dan mengakibatkan
menyerap keringat penguapan tubuh
meningkat
sehingga perlu
diimbangi dengan
asupan cairan yang
banyak

Untuk membantu
menurunkan suhu
tubuh

Antibiotik untuk
- Batasi pengunjung
mengurangi infeksi
dan antipiretik
untuk menurangi
panas.

- Anjurkan pasien
untuk banyak
minum, minum 2,5
liter / 24 jam
- Memberikan
kompres dingin

- Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian antibiotik
dan antipiretik.

2. Gangguan pemenuhan Pasien mampu - Jelaskan pada klien Untuk


kebutuhan nutrisi kurang mempertahankan dan keluarga tentang meningkatkan
dari kebutuhan kebutuhan nutrisi manfaat pengetahuan klien
berhubungan dengan adekuat, dengan makanan/nutrisi tentang nutrisi
absorbsi makanan criteria : sehingga motivasi
terganggu. Ditandai untuk makan
dengan : - Nafsu makan meningkat.
meningkat
DS : Untuk mengetahui
- Pasien mampu peningkatan dan
Klien menghabiskan penurunan berat
mengatakan makanan sesuai badan
mulut terasa
dengan porsi yang
pahit dan badan - Timbang berat
lemas diberikan
badan klien setiap 2
DO : hari

Porsi makan Untuk


tidak habis dari meningkatkan
yang disediakan
asupan makanan
Klien tampak karena mudah
lemah ditelan.

Klien muntah

Berat badan - Beri nutrisi dengan


menurun diet lembek, tidak
mengandung banyak
serat, tidak
merangsang, maupun
menimbulkan
banyak gas dan
dihidangkan saat
masih hangat.
Untuk menghindari
- Beri makanan mual dan muntah
dalam porsi kecil dan
frekuensi sering.

- Kolaborasi dengan Antasida


dokter untuk mengurangi rasa
pemberian antasida mual dan muntah.
dan nutrisi parenteral Nutrisi parenteral
dibutuhkan
terutama jika
kebutuhan nutrisi
per oral sangat
kurang

3. Gangguan aktivitas sehari- Aktivitas sehari- - Beri motivasi Agar pasien dan
hari sehubungan dengan hari terpenuhi pada pasien dan keluarga
kondisi pasien lemah. dalam waktu 3x 24 kelurga untuk mengetahui
Ditandai dengan : jam, dengan melakukan pentingnya
criteria : mobilisasi sebatas mobilisasi bagi
DS : kemampuan (missal. pasien yang bedrest
- Klien mampu Miring kanan, miring
Klien melakukan kiri)
mengatakan
aktivitas tanpa
lemah untuk
melakukan dibantu
aktivitas

DO :
Untuk mengetahui
- Kaji kemampuan
pasien dalam
beraktivitas (makan, sejauh mana
minum) kelemahan yang
terjadi

Porsi makan
tidak habis
Mempermudah
Klien tampak
- Dekatkan pasien dalam
lemah
keperluan pasien melakukan
Klien bedrest, dalam jangkauannya. aktivitas.
aktivitas di
bantu Menghindari
kekakuan sendi dan
mencegah adanya
dekubitus
- Berikan latihan
mobilisasi secara
bertahap sesudah
demam hilang

4 Potensial terjadi dehidrasi Kekurangan cairan - Berikan Mempermudah


berhubungan dengan tidak terjadi dalam penjelasan tentang pemberian cairan
pemasukan cairan yang kurun waktu 324 pentingnya (minum) pada
kurang, ditandai dengan : jam , dengan kebutuhan cairan pasien.
criteria : pada pasien dan
DS : - keluarga
- Turgor kembali
DO : normal Untuk mengetahui
keseimbangan
Suhu tubuh . 380 - Kelopak mata - Observasi cairan
C tidak cekung pemasukan dan
Pengeluaran pengeluaran cairan
sekresi keringat - Klien tampak
banyak segar

Minum air Untuk pemenuhan


kurang kebutuhan cairan

Bibir kering dan


pecah-pecah

Untuk pemenuhan
- Anjurkan pasien
untuk banyak minum
2,5 liter / 24 jam.

- Observasi kebutuhan cairan


kelancaran tetesan
dan mencegah
infuse. adanya edema.

Untuk pemenuhan
kebutuhan cairan
yang tidak
terpenuhi (secara
parenteral).

- Kolaborasi
dengan dokter untuk
terapi cairan (oral /
parenteral).

BAB IV
PENUTUP

1.1. Kesimpulan

Makna pertukaran antara organisme manusia dengan lingkungan nya. Kelainan inflamasi dan
malabsorpsi akan mengganggu keutuhan fungsi traktus gastrointestinal, di samping itu
karena system dan sawar (barier) mukosa usus setelah bayi lahir masih berada dalam proses
menuju maturitas, maka usus bayi sangat rentan terhadap ancaman infeksi.

Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak, dengan konsistensi encer, dapat berwarna hijau, atau dapat pula bercampur lender
dan darah atau lender saja.

Sedangkan demam tifoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan
dan gangguan kesadaran.

Kedua penyakit ini dapat menyebar dengan mudah melalui kontak langsung maupun tidak
langsung. Tranmisi kuman dapat melalui cara menelan makanan atau minuman yang sudah
tercemar sehingga transmisi atau penyebaran kuman ini sangat rentan terjadi pada anak-anak,
maka tak heran ketika data departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan
diare di Indonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur
balita. Anka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita. Sedangkan
pada kasus deman tifoid prevalensi terdapat 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19
tahun.

Hal ini terjadi hampir 85 % dikarenakan kurang pedulinya masyarakat terhadap lingkungan
yang bersih dan gaya hidup sehat, diantaranya paparan lingkungan yang patogenik, diet yang
tidak memadai, dan malnutrisi yang menunjang penyebab timbulnya suatu penyakit.

1.2 Saran

Diharapkan makalah ini bisa memerikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa calon
perawat, sebagai bekal terutama ketika melakukan praktik atau bekerja pada ruang perawatan
anak, sehinga kami menyarankan agar teman-teman perawat membaca dan memahami isi
makalah ini sehinga menjadi bekalkan bila menghadapi kasus yang kami bahas ini.

You might also like