You are on page 1of 14

Ciri-ciri dan Penatalaksanaan

Rabun Jauh
Ricardo Amalo
10-2010-334
E6
Mahasiswa Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat 11470

Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

Email:ricad_lip@hotmail.com

Pendahuluan
Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa. Mata mempunyai
susunan lensa, sistem difragma yang dapat berubah-ubah (pupil) dan retina yang dapat disamakan dengan
film. Susunan lensa mata terdiri atas empat perbatasan refraksi : (1) perbatasan antara permukaan anterior
kornea dan udara, (2) permukaan antara permukaan anterior kornea dan humor aqueous, (3) perbatasan
antara humor aqueous dan permukaan anterior lensa kristalina dan (4) perbatasan antara permukaan
posterior lensa dan vitrous humor.
Miopi atau rabun jauh adalah sebuah kerusakan refraktif mata di mana citra yang dihasilkan berada
di depan retina ketika akomodasi dalam keadaan santai. Miopi dapat terjadi karena bola mata yang terlalu
panjang atau karena kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang masuk tidak
difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram. Penderita penyakit ini tidak dapat melihat jauh dan
dapat ditolong dengan menggunakan kacamata negative (cekung).
Anamnesis
Lakukan tes ketajaman visus dan pemeriksaan skrining lapang pandang. Perhatikan posisi dan
kelurusan kedua mata. Observasi kelopak mata dan inspeksi sclera serta konjungtiva tiap-tiap mata.
Dengan penyinaran yang arahnya menyilang dari samping, inspeksi tiap-tiap kornea, iris, dan lensa.
Bandingkan kedua pupil, dan lakukan tes reaksi terhadap cahaya. Lakukan penilaian terhadap gerakan
ekstraokuler. Dengan oftalmoskop, lakukan inspeksi fundus okuli. 1
Pemeriksaan fisik
Alis mata. Lakukan inspeksi alis mata dengan memperhatikan kuantitas, distribusi dan setiap
pembentukan skuama pada kulit yang melandasinya. 1
Kelopak mata (palpebra). Perhatikan posisi kelopak mata terhadap bola mata. Lakukan inspeksi
untuk melihat hal-hal berikut ini: lebar fisura palpebra, edema kelopak mata, warna kelopak mata, lesi,
keadaan dan arah bulu mata, kemampuan kelopak mata untuk mengatup sempurna harus dicari, terutama
jika kedua mata mengalami penonjolan abnormal, jika terdapat paralisis fasialis, atau jika pasien tidak
sadar. 1
Apparatus lakrimalis. Secara sepintas, lakukan inspeksi daerah kelenjar lakrimalis dan sakus
lakrimalis untuk menemukan pembengkakan. 1
Konjungtiva dan sklera. Minta pasien untuk melihat ke atas sementara anda menekan kedua
kelopak mata ke bawah dengan menggunakan ibu jari tangan sehingga membuat sclera dan konjungtiva
terpajan. Inspeksi sclera dan konjungtiva palpebralis untuk menilai warnanya dan perhatikan pola
vaskularisasi terhadap latar belakang sclera yang berwarna putih. Cari setiap nodulus atau pembengkakan.
1

Jika anda ingin melihat mata pasien secara lebih luas, letakkan ibu jari dan jari telunjuk anda pada
tulang pipi dan alis mata, dan kemudian renggangkan kedua kelopak mata tersebut. 1
Minta pasien untuk melihat ke samping, kanan dan kiri, serta ke bawah. Teknik ini membuat anda
dapat melihat sclera dan konjungtiva kelopak mata atas. Untuk melihat konjungtiva kelopak mata atas,
anda harus membalikan kelopak matat tersebut. 1
Kornea dan lensa. Dengan cahaya yang dipancarkan dari samping, lakukan inspeksi setiap mata
untuk menemukan kekeruhan (opasitas) dan perhatikan setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terlihat
melalui pupil. 1
Iris. Pada saat yang sama lakukan inspeksi setiap iris. Corak garis pada iris harus dapat dilihat
dengan jelas. Dengan lampu senter yang diarahkan langsung dari sisi temporal, cari bayangan berbentuk
bulan sabit pada sisi medial iris. Karena pada keadaan normal, permukaan iris cukup datar dan
membentuk sudut yang relative terbuka dengan kornea, penyinaran ini tidak akan menghasilkan
bayangan. 1
Pada glaucoma sudut terbukabentuk glaucoma yang sering dijumpaihubungan renggang yang
normal antara iris dan kornea tetap kornea tetap dipertahankan dan dengan demikian iris akan disinari
secara penuh. 1
Pupil. Lakukan inspeksi ukuran, bentuk, dan kesimetrisan kedua pupil. Jika kedua pupil berukuran
besar (>5 mm), kecil (<3 mm), atau tidak sama (anisokoria), ukur pupil tersebut. Kartu dengan lingkaran
bulat berwarna hitam yang memiliki berbagai ukuran akan memudahkan pemeriksaan ini. 1
Perbedaan ukuran diameter pupil yang kurang dari 0,5 mm (anisokoria) dapat terlihat pada sekitar
20% orang normal. Jika reaksi pupilnya normal, anisokoria tersebut dianggap tidak berbahaya. 1
Pemeriksaan penunjang
Ketajaman visus
Untuk menguji ketajaman penglihatan sentral, jika mungkin gunakan kartu snellen dengan
pencahayaan yang baik. Tempatkan pasien pada jarak 20 feet (sekitar 6 meter) dari peta tersebut. Pasien
yang menggunakan kacamata selain jenis kacamata baca harus mengenakan kacamatanya. Minta kepada
pasien untuk menutup salah satu matanya dengan sebuah kartu (agari pasien tidak mengintip lewat celah
diantara jari-jari tangannya), dan mencoba sedapat mungkin membaca baris huruf yang paling kecil
dengan menggunakan mata yang lain. Bujukan untuk mencoba membaca baris berikutnya dapat
memberbaiki kemampuan pasien. Seorang pasien yang tidak dapat membaca huruf-huruf yang terbesar
harus menggeser tubuhnya mendekati kartu Snellen; perhatikan jarak antara pasien dan kartu Snellen.
Tentukan baris huruf terkecil yang lebih dari separuh huruf tersebut dapat dilihat dengan jelas oleh pasien.
Catat ketajaman visus seperti yang tercantum di samping baris huruf ini beserta ukuran lensanya jika ada.
Ketajaman visus dinyatakan dengan dua angka, misalnya 20/30 bila jaraknya diukur dalam feet (6/6 jika
jaraknya diukur dalam satuan meter). Angka kedua menunjukkan jarak mata yang normal dapat melihat
baris huruf-huruf tersebut dengan jelas. 1,2
Pemeriksaan kemampuan melihat dekat dengan kartu huruf yang dipegang tangan dapat membantu
menentukan perlunya penggunaan kacamata baca atau kacamata dengan lensa bifokus pada pasien yang
berusia di atas 45 tahun. Anda juga dapat menggunakan kartu ini untuk menguji ketajaman visus
disamping tempat tidur pasien. Dengan memegang kartu dengan jarak 14 inchi (sekitar 35 cm) dari tubuh
pasien, kartu ini akan menyerupai kartu Snellen. Namun, anda dapat membiarkan pasien memilih sendiri
jaraknya. 1,2
Jika anda tidak memiliki kartu Snellen, lakukan skrining ketajaman visus dengna benda cetakan
apapun yang tersedia. Jika pasien tidak bisa membaca huruf yang paling besar sekalipun, lakukan
pengujian kemampuan melihat dengan menyuruhnya menghitung jari-jari tangan anda yang diacungkan
di depannya, dan dengan membedakan terang (seperti cahaya dari lampu senter anda) dan gelap. 1,2
Bila kemampuan pasien berada pada huruf terkecil pada baris yang menunjukkan angka 20, maka
dinyatakan tajam penglihatan tanpa kaca mata adalah 6/20. Selanjutnya ditambah lensa sferis + 0.5 dioptri
untuk menghilangkan akomodasi pasien.1,2
- Bila akibat penambahan ini terjadi hal berikut: penglihatan bertambah jelas, maka mungkin
pada mata ini terdapat kelainana refraksi hipermetropia. Pada mata ini kemudian perlahan-lahan
ditambah kekuatan lensa positif dan ditanyakan apakah tajam penglihatan bertambah baik atau
terlihat huruf yang berada di baris lebih bawah. Lensa positif ditambah kekuatannya sehingga
tajam penglihatan menjadi maksimal atau 6/6. Lensa positif ditambah lagi sampai pada satu
saat pasien mengatakan penglihatannya berkurang. Pada keadaan pasien dengan hipermetropia
berikanlah lensa positif terkuat yang masih memberikan tajam penglihatan 6/6. 1,2
- Bila penglihatan bertambah kabur, maka mungkin pasien menderita myopia. Pada mata tersebut
ditambahkan lensa negative yang makin dikurangi secara perlahan-lahan terlihat huruf pada
kartu Snellen pada baris yang menunjukkan tajam penglihatan 6/6. Pada pasien dengan myopia
berikanlah lensa negative terkecil yang memberikan tajam penglihatan 6/6 tanpa akomodasi. 1,2
Uji pinhole
Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam penglihatan
diakibatkan oleh kelainana refraksi atau kelainan pada media penglihatan, atau kelainana retina lainnya.
Pada mata pasien yang telah dilakukan pemeriksaan tajam penglihatannya, dengan koreksi kaca
mata yang terbaik diminta untuk terus menatap baris huruf paling bawah pada kartu Snellen yang masih
terlihat. Pada mata tersebut dipasang lempeng pinhole. Melalui lubang kecil yang terdapat di tengahnya
pasien kemudian disuruh membaca. Pinhole akan memasukkan sinar ke dalam mata yang terletak dekat
dengan sumbu cahaya yang masuk sehingga mengurangkan efek kelainana pembiasan sinar pada mata.
Bila ketajaman penglihatan bertambah berarti pasien tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum
dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan media
penglihatan ataupun retina yang mengganggu penglihatan. 2
Pemeriksaan lapang pandang dengan tes konfrontasi
Skrining. Skrining dimulai dari lapang pandang temporal karena kebanyakan defek melibatkan
daerah ini. Bayangkan, lapang pandang pasien diproyeksikan pada mangkuk kaca yang melingkupi
bagian depan kepala pasien. Minta kepada pasien untuk melihat mata anda dengan kedua matanya. Ketika
anda bertatapan dengan pasien, tempatkan kedua tangan anda secara terpisah dengan jarakk 2 feet
9sekitar 0,6 meter) di sebelah lateral tiap-tiap telinga pasien. Minta pasien untuk menunjuk jari tangan
anda begitu dia melihatnya. Kemudian, gerakkan secara perlahan-jari-jari yang digoyang-goyangkan dari
kedua tangan anda di sepanjang mangkuk imajiner dank e arah garis pandangan sampai pasien
melihatnya. Ulangi pola gerakan ini pada kuadran temporal atas dan bawah. 1
Normalnya, seseorang akan melihat jari-jari tangan dari kedua tangan anda di saat yang bersamaan.
Jika demikian, biasanya lapang pandangnya normal. 1
Pengujian lebih lanjut. Jika anda menemukan suatu defek, coba untuk menentukan batas-batasnya.
Uji setiap mata satu per satu. Sebagai contoh jika anda mencurigai defek temporal pada lapang pandang
yang kiri, minta pasien untuk menutup mata kanannya dan dengan menggunakan mata kiri, minta pasien
untuk menatap langsung mata anda pada sisi yang berlawanan. Kemudian secara perlahan gerakkan jari-
jari tangan anda yang digoyang-goyangkan dari daerah defek kea rah daerah yang penglihatannya lebih
baik; perhatikan, di daerah mana pasien pertama-tama bereaksi. Ulangi pengujian ini pada beberapa level
untuk menentukan batas defek. 1
Defekk temporal pada lapang pandang salah satu mata menunjukkan defek nasal pada mata yang
lain. Untuk menguji hipotesis ini, periksa mata yang lain dengan cara yang sama, yaitu dengan
menggerakkan sekali lagi jari-jari tangan dari daerah yang penglihatannya lebih baik. 1
Defek lapang pandang yang kecil dan bintik buta yang melebar memerlukan stimulus yang lebih
halus. Dengan menggunakan objek berwarna merah yang kecil seperti batang korekk api yang kepalanya
berwarna merah atau penghapus berwarna merah pada ujung pensil, lakukan pengujian mata satu per satu.
Ketika pasien memandang langsung mata anda pada sisi yang berlawanan, gerakkan objek tersebut di
sekitar lapang pandang. Bintik buta yang normal dapat ditemukan pada 15 derajat sebelah temporal garis
pandangan. 1
Pemeriksaan oftalmoskopik.
Pada pelayanan kesehatan umum, biasanya anda harus memeriksa kedua mata pasien tanpa
menimbulkan dilatasi pupil. Dengan demikian, pandangan mata anda akan terbatas pada struktur posterior
permukaan retina pasien. Untuk melihat struktur yang lebih perifer, untuk mengevaluasi macula atau
memeriksa gangguan penglihatan yang penyebabnya tidak jelas, dokter mata yang melakukan
pemeriksaan oftalmologi akan membuat pupil berdilatasi dengan meneteskan preparat midriatik kecuali
jika ada kelainana yang merupakan kontraindikasi bagi tindakan ini. 1
Diagnosis utama
Miopi atau rabun jauh
Rabun jauh juga sering dikenal dengan istilah myopia, mata minus, buta jauh, atau cadok. Mata
dikatakan rabun jauh bila hanya memiliki daya penglihatan jarak pendek, sedangkan objek pada jarak
jauh tidak bisa dilihat. Mata minus diakibatkan oleh lensa mata yang terlalu cembung atau bola mata
terlalu panjang sehingga bayangan objek atau benda jatuh didepan retina. Objek pada jarak pendek
terlihat dengan jelas. Sementara objek pada jarak jauh terlihat kabur karena mata terlalu panjang dan
gambaran terfokus didepan retina bukan tepat pada retina. 3
Myopia merupakan kelainan yang bersifat menurun dan seringkali ditemukan pada anak-anak
berusia 8-12 tahun. Antara usia 13-19 tahun, ketika tubuh mengalami pertumbuhan yang pesat, myopia
semakin memburuk. Sementara antara usia 20-40 tahun, biasanya terjadi sedikit perubahan, seperti
myopia semakin berkurang atau kenaikan (penambahan) myopia berjalan lambat. Kelainan penglihatan
ini dikoreksi atau diatasi dengan lensa cekung yang dapat menyebarkan cahaya. 3
Apabila kelainannya bersifat ringan, disebut dengan myopia rendah; sedangkan bila bersifat berat,
disebut myopia tinggi. Myopia tinggi memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya pelepasan
retina. 3
Penderita myopia harus memeriksakan matanya secara teratur ke dokter mata guna mengetahui
setiap perubahan yang terjadi pada retina. Apabila retina lepas maka satu-satunya cara untuk
memperbaikinya yaitu pembedahan. 3

Gambar 1. Mata rabun jauh3


Manifestasi klinis
Pada miopi panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media
refraksi terlalu kuat.4
Dikenal beberapa bentuk myopia seperti : 4
A. Miopi refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak
intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan
myopia bias atau myopia indeks, myopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan
kornea dan lensa yang terlalu kuat.
B. Myopia aksial, myopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea dan
lensa yang normal.
Menurut derajat beratnya myopia dibagi dalam: 4
A. Myopia ringan, dimana myopia kecil daripada 1-3 dioptri
B. Myopia sedang, dimana myopia lebih antara 3-6 dioptri
C. Myopia berat atau tinggi, dimana myopia lebih besar dari 6 dioptri
Menurut perjalanan myopia dikenal bentuk: 4
A. Myopia stasioner, myopia yang menetap setelah dewasa
B. Myopia progresif, myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata
C. Myopia maligna, myopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan
kebutaan atau sama dengan myopia pernisiosa = myopia maligna = myopia degenerative.
Myopia degenerative atau myopia maligna biasanya bila myopia lebih dari 6 dioptri disertai
kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang
terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina. Atrofi retina berjalan kemudian
setelah terjadinya atrofi sclera dan kadang-kadang terjadi rupture membrane bruch yang dapat
menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada myopia dapat terjadi bercak
Fuch berupa biperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atrofi lapis sensoris retina luar, dan dewasa akan
terjadi degenerasi papil saraf optic. 4
Pasien dengan myopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat malahan melihat terlalu dekat,
sedangkan melihat jauh kabur atau disebut pasien adalah rabun jauh. 4
Pasien dengan myopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling dan
celah kelopak yang sempit. Seserang myopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk
mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil). 4
Pasien myopia mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau
berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata
ini menetap, makan penderita akan terlihat juling ke dalam atau esoptropia. 4
Pada pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresen yaitu gambaran bulan sabit yang terlihat pada
polus posterior fundus mata myopia, sclera oleh koroid. Pada mata dengan myopia tinggi akan terdapat
pula kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi macula dan degenerasi retina bagian perifer. 4
Diagnosis banding
1. Konjungtivitis virus akut
Konjungitivitis demam faringokonjungtiva disebabkan infeksi virus. Kelainana ini akan memberikan
gejala demam, faringitis, secret berair dan sedikit, yang mengenai satu atau kedua mata. Biasanya
disebabkan adenovirus tipe 3 dan 7, terutama mengenai remaja, yang disebarkan melalui droplet atau
kolam renang. Masa inkubasi 5-12 hari, yang menularkan selama 12 hari, dan bersifat epidemic.
Mengenai satu mata yang akan mengnai mata lainnya dalam minggu berikutnya. 4
Berjalan akut dengan gejala penyakit hyperemia konjungtiva, folikel pada konjungtiva, secret serous,
fotofobia, kelopak bengkak dengan pseudomembran. Pada kornea dapat terjadi keratitis superficial,
dan atau subepitel dengan pembesaran kelenjar limfe preurikel. 4
Pengobatannya hanya suportif karena dapat sembuh sendiri. Diberikan kompres, astringen, lubrikasi,
pada kasus yang berat dapat diberikan antibiotic dengan steroid topical. Pengobatan biasanya
simtomatik dan antibiotic untuk mencegah infeksi sekunder. 4
2. Konjungtivitis alergika
Bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti
alergi biasa dan reaksi terlambat sesdudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat,
bakteri, dan toksik. Merupakan reaksi antibody humoral terhadap allergen. Biasanya dengan riwayat
atopi. 4
Semua gejala pada konjungtiva akibat konjuntiva bersifat rentan terhadap benda asing. 4
Gejala utama penyakit alergi ini adalah radang (merah, sakit, bengkak, dan panas), gatal, silau
berulang dan menahun. Tanda karakteristik lainnya adalah terdapatnya papil besar pada konjungtiva,
datang bermusim, yang dapat mengganggu penglihatan. Walaupun penyakit alergi konjungtiva sering
sembuh sendiri akan tetapi dapat memberikan keluhan yang memerlukan pengobatan. 4
Pengobatan terutama dengan menghindarkan penyebab pencetus penakit dan memberikan astringen,
sodium kromolin, steroid topical dosis rendah yang kemudian disusul dengan kompres dingin untuk
menghilangkan edemanya. Pada kasus yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik.
Dikenal beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi seperti konjungtivitis flikten, konjungtivitis
vernal, konjungtivitis atopi, konjungtivitis alergi bakteri, konjungtivitis alergi akut, konjungtivitis
alergi kronik, sindrom stevens Johnson, pemfigoid okuli, dan sindrom Syogren. 4
a. Konjuntiitis vermal
Konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipe I) yang mengenai kedua mata dan bersifat
rekuren. Pada mata ditemukan papil besar dengan permukaan rata pada konjungtiva tarsal,
dengan rasa gatal berat, secret gelatin yang berisi eosonofil atau granula eosinofil, pada kornea
terdapat keratitis, neovaskularisasi, dan tukak indolen. Pada tipe limbal terlihat benjolan di daerah
limbus, dengan bercak horner trantas yang berwarna keputihan yang terdapat di dalam benjolan. 4
b. Konjungtivitis flikten
Merupakan konjungtivitis nodular yang disebabkan alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu.
Konjungtivitis flikten disebabkan oleh karena alergi (hipersensitivitas tipe IV) terhadap
tuberkuloprotein, stafilokok, limfogranuloma venereal, leismaniasis, infeksi parasit, dan infeksi di
tempat lain dalam tubuh. 4
Kelainan ini lebih sering ditemukan pada anak-anak di daerah padat, yang biasanya dengan gizi
kurang atau sering mendapat radang saluran napas. 4
c. Konjungtivitis iatrogenic
Konjungtivitis akibat pengobatan yang diberikan dokter. 4
Berbagai obat dapat memberikan efek samping apda tubuh, demikian pula pada mata yang dapat
terjadi dalam bentuk konjungtivitis. 4
d. Sindrom Steven Johnson
Sindrom Steven Johnson adalah suatu penyakit eritema multiform yang berat (mayor). 4
Penyakit ini sering ditemukan pada orang muda usia sekitar 35 tahun. Penyebabnya diduga suatu
reaksi alergi pada orang yang mempunyai predisposisi alergi terhadap obat0obat sulfonamide,
barbiturate, salisilat. 4
Ada yang beranggapan bahwa penyakit ini idiopatik dan sering ditemukan sesudah suatu infeksi
herpes simpleks. 4
e. Konjungtivitis atopic
Reaksi alergi selaput lender mata atau konjungtiva terhadap polen, disertai dengan demam.
Memberikan tanda mata berair, bengkak, dan belek berisi eosinofil. 4
Epidemiologi
Prevalensi secara global terhadap gangguan refraksi diperkirakan sebanyak 800 juta sampai 2.3
miliar. Insiden dari miopia dalam sampel populasi berbeda-beda dan dipengaruhi oleh usia, negara, jenis
kelamin, ras, etnik, pekerjaan, lingkungan dan faktor lainnya. Pada daerah tertentu yaitu Cina, India dan
Malaysia, lebih dari 41% populasi dewasa menderita miopia sampai 1 dioptri dan lebih dari 80% populasi
dewasa menderita miopia sampai 0.5 dioptri. Penelitian terbaru di Inggris terhadap siswa yang baru lulus
mendapatkan 50% orang Inggris kulit putih dan 53.4% siswa Asia-Inggris menderita miopia. Di Australia,
prevalensi miopia secara keseluruhan (lebih dari 0.5 dioptri) diperkirakan sebesar 17%. Sedangkan
prevalensi miopia di Amerika sebesar 20%. Perbedaan etnik dan ras juga mempengaruhi prevalensi dari
miopia. Prevalensi miopia dilaporkan sebesar 70-90% pada beberapa Negara Asia, 30-40% di Eropa dan
Amerika serta 10-20% di Afrika. Beberapa penelitian menunjukkan insiden miopia bertambah dengan
meningkatkannya tingkat pendidikan dan adanya hubungan antara miopia dan IQ. Menurut Arthur Jensen,
penderita miopia memiliki IQ 7-8 lebih tinggi dibandingkan bukan penderita miopia. Karakteristik
personal lainnya seperti, penghargaan diri, pencapaian sekolah, waktu yang dihabiskan untuk membaca,
kemampuan bahasa dan waktu yang dihabiskan untuk kegiatan olahraga berhubungan dengan munculnya
miopia pada beberapa penelitian. 5
Etiologi dan patofisiologi
Refraksi :
Penyebab miopia tersering adalah karena mata yang terlalu panjang, penjelasan etiologik harus
bisa menjelaskan pemanjangan aksial tersebut. Sampai saat ini, tidak ada teori yang bisa menjelaskan
secara baik pemanjangan ini. Pada pertengahan tahun 1900, para ahli mata percaya miopia merupakan
penyakit keturunan dan pengaruh bekerja secara dekat terhadap terjadinya miopia tampaknya terjadi
secara insedental. 5
Ada dua mekanisme dasar yang menyebabkan miopia : kehilangan bentuk (juga dikenal dengan
kehilangan pola) dan defokus optik. Kehilangan bentuk terjadi jika kualitas gambar pada retina menurun,
defokus optik terjadi jika sinar difokuskan di depan atau dibelakang retina. Beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya miopia adalah : 5
Kombinasi faktor genetik dan lingkungan : kelemahan genetik terhadap faktor lingkungan
dikatakan merupakan salah satu penjelasan berbedanya miopia antara individu atau populasi. Namun
jika terjadi perubahan lingkungan adanya televisi dan komputer- dapat mengubah insiden dari
miopia. Sehingga dapat disimpulkan beberapa orang-dipengaruhi oleh genetik-memiliki resiko tinggi
menjadi miopia jika dipengaruhi kondisi lingkungan modern dengan banyak bekerja secara dekat.
Faktor genetik : banyaknya variasi miopia pada etnik tertentu merupakan bukti tambahan yang
mendukung pengaruh genetik pada terjadinya miopia. Peneliti juga menemukan adanya kerusakan
pada gen PAX6 berhubungan dengan terjadi miopia pada penelitian menggunakan orang kembar.
Faktor genetik dapat bekerja melalui berbagai cara biokimia untuk menyebabkan miopia, lemahnya
atau hancurnya jaringan ikat merupakan salah satu yang penting. Faktor genetik termasuk keturunan,
peningkatan kelemahan terhadap pengaruh lingkungan dan fakta bahwa seseorang tidak menderita
miopia pada situasi tertentu merupakan indikasi faktor keturunan berpengaruh pada setiap kasus.
Faktor lingkungan : teori lain menduga mata menjadi tegang diakibatkan kerja tambahan secara terus-
menerus secara dekat dan menetap pada posisi dekat dan latihan mata dapat melonggarkan otot siliar
dan memperbaiki kemampuan untuk melihat jauh.
Penatalaksanaan
a. Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kacamata sferis negatif terkecil yang
memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi dengan -3.0
memberikan tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberikan S-3.25, maka sebaiknya
diberikan lensa koreksi -3.0 agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi. 5
b. Selain kacamata, lensa kontak juga alat koreksi yang cukup banyak dipergunakan. Lensa kontak
merupakan lensa tipis yang diletakkan di dataran depan kornea untuk memperbaiki kelainan refraksi
dan pengobatan. Lensa ini mempunyai diameter 8-10 mm, nyaman dipakai karena terapung pada
kornea seperti kertas yang terapung pada air. Agar lensa kontak terapung baik pada permukaan kornea
maka permukaan belakang berbentuk sama dengan permukaan kornea. Permukaan belakang lensa
atau base curve dibuat steep (cembung kuat), flat (agak datar) ataupun normal untuk dapat menempel
secara longgar sesuai dengan kecembungan kornea. Perlekatan longgar ini akan memberikan
kesempatan air mata dengan mudah masuk diantara lensa kontak dan kornea. Air mata ini diperlukan
untuk membawa makanan seperti oksigen. Keuntungan dibandingkan dengan kaca mata biasa antara
lain: Pembesaran yang terjadi tidak banyak berbeda dibanding bayangan normal dan lapang
pandangan menjadi lebih luas karena tidak banyak terdapat gangguan tepi bingkai pada kaca mata. 5
c. Astringen tetes mata. 5
d. Tablet yang mengandung billbery. 5
e. Operasi : 5
1. LASIK : Laser Assisted Insitu Keratomileusis.
Salah satu terapi pembedahan yang cukup populer adalah dengan cara LASIK atau bedah dengan
sinar laser. Definisi LASIK menurut catatan dari Gading Laser Sight Centre, Jakarta : LASIK
adalah salah satu teknik tindakan bedah refraksi yang menggunakan laser sebagai alat bantu
koreksi kelainan refraksi (pembiasan) pada miopia, hipermetropia, dan astigmatis. LASIK
menurut Rico Hallen : LASIK adalah prosedur yang mengubah bentuk kornea secara permanen,
mencakup hingga bagian depan mata dengan menggunakan excimer laser. 5

Untuk dapat menjalani prosedur LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: 5
a. Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontak.
b. Kelainan refraksi:
Miopia sampai -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri.
Hipermetropia + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri.
Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri.
c. Usia minimal 18 tahun.
d. Tidak sedang hamil atau menyusui.
e. Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun.
f. Mempunyai ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling tidak 6 (enam) bulan.
g. Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak, glaukoma dan
ambliopia.
h. Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2 (dua) minggu dan 30
(tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact lens).
Adapun kontraindikasi dari tindakan LASIK antara lain:
a. Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun dikarenakan refraksi belum stabil.
b. Sedang hamil atau menyusui.
c. Kelainan kornea atau kornea terlalu tipis.
d. Riwayat penyakit glaukoma.
e. Penderita diabetes mellitus.
f. Mata kering
g. Penyakit : autoimun, kolagen.
h. Pasien Monokular.
i. Kelainan retina atau katarak.
Sebelum menjalani prosedur LASIK, ada baiknya pasien melakukan konsultasi atau
pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk dapat mengetahui dengan pasti mengenai
prosedur / tindakan LASIK baik dari manfaat ataupun kemungkinan komplikasi yang dapat
terjadi. Setelah melakukan konsultasi / pemeriksaan oleh dokter spesialis mata, kemudian mata
anda akan diperiksa secara seksama dan teliti dengan menggunakan peralatan yang berteknologi
tinggi (computerized) dan mutakhir sehingga dapat diketahui apakah seseorang layak untuk
menjalankan tindakan LASIK. 5
Persiapan calon pasien LASIK: 5
a. Pemeriksaan refraksi, slit lamp, tekanan bola mata dan finduskopi.
b. Pemeriksan topografi kornea / keratometri / pakhimetri Orbscan.
c. Analisa aberometer Zy Wave, mengukur aberasi kornea sehingga bisa dilakukan Custumize
LASIK.
d. Menilai kelayakan tindakan untuk menghindari komplikasi.
Sebagian besar pasien yang telah melakukan prosedur atau tindakan LASIK menunjukan
hasil yang sangat memuaskan, akan tetapi sebagaimana seperti pada semua prosedur atau
tindakan medis lainnya, kemungkinan adanya resiko akibat dari prosedur atau tindakan LASIK
dapat terjadi oleh sebagian kecil dari beberapa pasien. 5
Keuntungan dari operasi LASIK adalah : 5
Dapat menghilangkan ketergantungan pada pemakaian kacamata atau lensa kontak bagi
penderita kelainan refraksi (miopi, astigmatisma dan hipermetropi).
Operasi singkat.
Tanpa rasa sakit.
Tidak memerlukan rawat inap.
Tidak perlu disuntik, tapi cukup menggunakan anastesi melalui tetes mata.
Penyembuhan berjalan relatif cepat dan penglihatan pun cepat membaik.
Memiliki tingkat keberhasilan hingga 90% (Prof Ion Constable dari Lions Eye Institute
Australia).
Sangat sedikit orang yang mengeluh kembali setelah melakukan operasi ini.
Kekurangan operasi LASIK adalah :
Biaya operasi mahal, sekitar 15-20 juta untuk satu kali operasi.
Pasien tetap sadar selama operasi berlangsung.
Dapat terjadi kemungkinan kelebihan atau kekurangan refraksi.
Setelah operasi mata mungkin saja terasa berpasir dan sensitif terhadap cahaya.
Dua minggu setelah operasi tidak diizinkan untuk berenang atau melakukan aktifitas ekstrim
yang bisa membuat mata iritasi.
Bila operasi tidak berjalan sempurna pasien bisa saja kehilangan penglihatannya.
2. Phakic + IOL : anterior chamber lens clip
3. CLE (Clear Lens Extraction) + IOL
4. Laser diode/Argon : jika ada hole/break pada ora serata retina
Pencegahan
Tidak ada metode yang diterima secara universal untuk mencegah miopia.
Alasan di balik efektivitas mungkin sebuah lensa cembung dalam mencegah miopia sederhana untuk
memahami. Lensa cembung properti bias 'dari konvergensi cahaya yang digunakan dalam kacamata baca
untuk membantu mengurangi akomodasi yang diperlukan ketika membaca dan melakukan pekerjaan
dekat. 6
Meskipun akomodasi tidak relevan dalam model kuantitatif Medina miopia, mencapai kesimpulan yang
sama. Model ini mengajarkan metode yang sangat sederhana untuk mencegah miopia. 6
Dengan mengurangi upaya fokus diperlukan (akomodasi), kacamata baca atau lensa cembung dasarnya
mengendurkan otot ciliary fokus dan akibatnya dapat mengurangi kemungkinan mengembangkan miopia.
6

Kacamata resep Murah umumnya tidak membaca dijual di toko-toko obat dan toko dolar. Atau, kacamata
baca dipasang oleh dokter mata memiliki jangkauan yang lebih luas gaya dan pilihan lensa. 6
Sebuah studi terbaru yang dilaporkan di Malaysia''''New Scientist menyarankan bahwa miopia disebabkan
undercorrection kemajuan yang lebih cepat dari miopia. Namun, keandalan data ini telah dipertanyakan.
Banyak penelitian pengobatan miopia menderita salah satu dari sejumlah kelemahan desain: jumlah kecil,
kurangnya kelompok kontrol yang memadai, kegagalan untuk menutupi pemeriksa dari pengetahuan
tentang perawatan yang digunakan. 6
Pirenzepine obat tetes mata memiliki efek terbatas pada perkembangan rabun perlambatan dalam, kontrol
plasebo-terakhir, double-blinded studi terkontrol prospektif. 6
Siang hari
Daylight dapat mencegah miopia. Peneliti Australia telah menyimpulkan bahwa paparan cahaya matahari
tampaknya memainkan peran penting dalam membatasi pertumbuhan bola mata, yang bertanggung jawab
untuk miopia atau kecupetan. 6
Mereka membandingkan anak-anak dari negara-negara maju lainnya seperti Singapura dan anak-anak
Australia menghabiskan sekitar 2-3 jam sehari di luar ruangan yang dapat meningkatkan dopamin di mata
yang membatasi terdistorsi membentuk mata. 6
Komplikasi
Komplikasi terburuk dari miopa adalah terjadinya ablasio retina, dimana sumbu antero posterior
bola mata yang terlalu panjang dapat menyebabkan terjadinya penipisan sklera (skleraektasi) sehingga
dapat terjadi ablasi dari retina. Selain itu komplikasi lain yang dapat terjadi adalah terjadinya strabismus
divergen. 5

Pada miopia juga dapat terjadi perbedaan ukuran lensa negatif antara okuli dekstra dan sinistra
dimana keadaan ini disebut anisometropia, dimana jika terdapat perbedaan > 3 D antara okuli dekstra dan
sinistra jika terus berlanjut ini dapat menyebabkan anisokonia, dimana bayangan yang muncul akan tidak
sama besar.5

Prognosis
Selama bertahun-tahun, banyak pengobatan yang dilakukan untuk mencegah atau memperlambat progresi
miopia, antara lain dengan : 5
1. Koreksi penglihatan dengan bantuan kacamata.
2. Pemberian tetes mata atropin.
3. Menurunkan tekanan dalam bola mata.
4. Penggunaan lensa kontak kaku : memperlambat perburukan rabun dekat pada anak.
5. Latihan penglihatan : kegiatan merubah fokus jauh dekat.
Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya ablasi retina dan juling.
Juling biasanya esotropia atau juling ke dalam akibat mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat
juling keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia. 6
Daftar pustaka
1. Dwijayanthi L, Novrianti A, Karolina S. buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates.
Edisi 8. Jakarta: EGC;2009.h.10,147-157.
2. Ilyas S. penuntun ilmu penyakit mata. Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit FKUI; 2005.h.11-19.
3. Djing gin oei. Terapi mata dengan pijat dan ramuan. Jakarta: penebar plus;2006.h.19-20.
4. Ilyas S. ilmu penyakit mata. Edisi ketiga. Jakarta: penerbit FKUI; 2010.h.54-145.
5. Ilyas S. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2009. h. 106,113-4.
6. Diunduh dari http://www.news-medical.net/health/Myopia-Prevention-(Indonesian).aspx, pada 26
maret 2013, artikel pencegahan miopi.

You might also like