Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3
1.1 Tujuan............................................................................................................4
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................78
5.1 Kesimpulan..................................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................79
1 BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu hal yang penting dipertimbangkan pada proses peluncuran kapal
adalah bagaimana mempersiapkan kapasitas landasan Hal ini tentu saja akan sangat
beresiko baik bagi landasan peluncuran maupun bagi kapal yang disangganya jika
konstruksi yang digunakan secara keseluruhan tidak mampu mengatasi tegangan yang
terjadi. Namun demikian, dalam fungsinya untuk menyangga konstruksi bangunan kapal
dan menahan gaya berat kapal yang bekerja, selain pemenuhan kapasitas landasan itu
sendiri, ukuran dari landasan peluncuran berikut kedudukan kapal di atas landasan
tersebut sangat penting untuk dipertimbangkan.Selain itu perlu diketahui atau diprediksi
kondisi-kondisi yang akan terjadi selama proses peluncuran tersebut. Oleh karena itu,
sebelum meluncurkan sebuah kapal perlu dilakukan perhitungan peluncuran, karena hal
ini akan memberikan kepada kita gambaran mengenai kondisi-kondisi yang terjadi
selama peluncuran, dan apabila dalam perhitungan peluncuran ditemukan hal-hal yang
tidak diinginkan, dapat segera di antisipasi
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan perhitungan dan penggambaran grafik peluncuran adalah
dapat mengetahui atau kondisi-kondisi yang akan terjadi selama proses peluncuran
tersebut, untuk menghindari kapal dari bahaya-bahaya yang tidak dikehendaki seperti
kapal tenggelam ketika diluncurkan, dropping, tipping, dan lifting. mengerti jenis-jenis
dan parameter-parameter dalam peluncuran kapal. Mahasiswa diharapkan mampu
menghitung berat dan titik berat kapal kosong. Mahasiswa diharapkan mampu
merencanakan dan menghitung berat perlengkapan peluncuran. mampu memeriksa
kemungkinan terjadinya jumping dan cara mengatasinya. mampu menghitung distribusi
beban dan pergerakan diatas landasan peluncur sebelum bagian kapal menyentuh
permukaan air.mampu menghitung displacement kapal + sepatu peluncur serta
parameter-parameter diagram peluncuran pada periode II. menentukan awal periode III
serta parameter-parameter diagram peluncuran pada periode III.
2 BAB II
DASAR TEORI
Pada waktu kapal sedang dibangun maka kapal disangga oleh penyangga-
penyangga seperti keel blok, penopang-penopang dan penopang bilga seperti pada
gambar. Dan bila kapal diluncurkan maka pada kapal tersebut dipasang sepatu
peluncur yang akan meluncur diatas jalan luncur.
Jarak antara tanah dengan dasar kapal harus cukup untuk memasang sepatu
peluncur dan peralatan-peralatan peluncuran lain pada tempatnya. Jarak keel di atas
tanah adalah sekitar 1.5 m sehingga tersedia tempat yang cukup untuk melakukan
pemasangan sepatu luncur dan peralatan-peralatan peluncuran tersebut. Bila jarak ini
terlalu tinggi, maka dibutuhkan penyangga yang lebih banyak dan ini mengakibatkan
bertambahnya biaya dan penyediaan bahan-bahan penyangga tersebut
Distribusi berat dianggap linear sepanjang poop, dengan bagian depan 4 x dari
bagian belakang.
b Forecastle.
Wfcastle = 0,0897 V (ton)
Distribusi berat dianggap segitiga untuk 0,15 L kedepan, dan segi empat untuk
dibelakang 0,15 L.
c Forepeak tank.
Wfptank = 0,0538 V (ton)
e Machinary space.
Wmachine = Wm + ( 0,044 L 1,17 ).le (ton)
ls : panjang poros dari pusat baling-baling s/d sekat belakang kamar mesin
Wp : Berat propeller dan poros diluar kamar mesin, dan jika Wp tidak
diketahui dapat dipakai rumus sebagai berikut :
j Cargo gear.
(SWL) 2
4. Stopper.
Stopper atau penyetop yang digunakan untuk menghindari agar kapal tidak dapat
meluncur dengan sendirinya. Stopper ini yang nantinya akan dipotong pada pelaksanaan
peluncuran akan dimulai.
5. Pushing jack.
Pushing jack digunakan untuk mendorong kapal setelah stopper dipotong. Dorongan ini
dimaksudkan untuk memberikan kecepatan awal pada proses peluncuran. Jarak
dorongannya 60 cm. Sedangkan kemampuan daya dorong masing-masing pushing jack
adalah 100 ton.
6. Tali pengendali.
Tali pengendali ini dipasang pada beberapa kapal yang digunakan untuk menahan setelah
meluncur, agar tidak terlalu jauh, karena kondisi tempat peluncuran yang terbatas. Selain
itu yang lebih penting adalah pengendalian gerakan yang tak terkendali.
7. Pipe support.
Pipe support biasanya disebut popet dipasang pada bagian haluan dan buritan kapal yang
fungsinya sama dengan ganjal. Oleh karena itu. Pengelasan popet terhadap kapal harus
lebih mudah nantinya dilepas.
Lpp = 100 meter = 20 ton/m
Lpp = 150 meter = 25 ton/m
P
b
(n x S x )
dimana : n = jumlah sepatu yang direncanakan
= Tekanan rata-rata yang diijinkan
kayu
= Berat sepatu /
kayu
= berat jenis kayu (0,85 ton / m3)
2.2 Pemeriksaan Jumping
tg
) yang tergantung pada ukuran kapal yang diluncurkan, yaitu :
1 1
~
tg 20 24
= untuk kapal ukuran besar
1 1
~
tg 16 18
= untuk kapal ukuran sedang
1 1
~
tg 12 14
= untuk kapal ukuran kecil
2 Besarnya T.
Perhitungan besarnya T dapat dilakukan menurut langkah-langkah sebagai
berikut :
Volume
Trata
( Lpp x B x Cb )
( T x Lcf )
Ta Trata
Lpp
T
Tf = Ta -
Dengan memperhatikan gambar
dibawah, dapat diketahui :
x Tf ( Tf x Lpp )
x
Lpp Ta Ta
sehingga
(xm) Y Ta . ( x m )
y
( x Lpp ) Ta ( x Lpp )
sehingga
dengan m = ( Lpp S ) / 2
T = Y + tinggi sepatu
3 Pemeriksaan H - T.
Agar tidak terjadi Jumping, maka harga dari H T harus positif atau setidak
tidaknya diusahakan harga H sama dengan 2 x sarat depan kapal yang
diluncurkan.
2.2.3 Cara Mengatasi Jumping
Adapun cara-cara untuk menghindari terjadinya jumping adalah sebagai berikut :
F1 = P sin
F2 = P cos
F3 = f x F2
Dimana : f = koefisien gesek peluncuran
8,5
( t 100) x 2
1
t = Temperatur peluncuran ( 0F )
= ( 9/5 x 0C ) + 32
= Tekanan rata-rata pada landasan ( ton/ft2 )
8,5
( t 100) x 2
1
t = Temperatur peluncuran ( 0F )
= ( 9/5 x 0C ) + 32
= Tekanan rata-rata pada landasan ( ton/ft2 )
1. Dengan memakai titik pada ujung depan sepatu peluncur sebagai pusatnya, dibuat
sebuah lingkaran dengan jari-jari yang sesuai dengan tinggi permukaan air setempat.
2. Pada garis tegak belakang ditentukanlah secara sekehendak 3 buah sarat Tb1, Tb2 dan
Tb3.
3. Dari ketiga sarat ini ditarik garis-garis yang menyinggung lingkaran tadi.
4. Dengan menggunakan diagram Bonjean hitung besarnya displacement dan titik
tekan dari masing-masing sarat tersebut.
5. Dengan cara demikian akan diperoleh 3 macam harga dari V dan V x d
6. Hasil-hasil ini kemudian dikembangkan sebagai absis dari ordinat-ordinat sarat Tb 1,
Tb2 dan Tb3.
7. Karena harga P.c konstan maka dalam grafik berupa garis tegak.
8. Karena selama mengapung berlaku V x d = P.c, dengan menarik garis horizontal
titik potong antara garis lengkung V x d dan P.c diperoleh besarnya sarat buritan
sesungguhnya.
9. Besarnya V diperoleh dari titik potong garis lengkung V dengan garis horisontal
dari titik potong antara garis lengkung V.d dan P.c
10. Dari harga ini selanjutnya ditentukan gaya apung (V) dan gaya reaksi landasan ( Q
= P V )
11. Kalau ujung peluncur telah melampaui ujung landasan, maka berakhirlah
perhitungan periode III
12. Dari harga yang telah diperoleh dari grafik ini, selanjutnya dilakukan perhitungan
untuk periode III sebagai berikut :
d = [ V.d / V ]
f = [ (S+m) d ]
Lcb = [ Sn f ]
a = [ ( Sn ) g ]
P.a =[Pxa]
b = [ ( Sn ) f ]
V.b = V x b
Q = P V
q = [ Q / 0,05.S ]
x = [ (V.b P.a) / Q ]
S = [ (S + m) ( Sn- ) ]