You are on page 1of 96

KILAUAN KE-1

Allah tidak menjadikan bagi manusia


dua hati dalam dadanya (QS33:4).
Hadrat Al-Quds, yang telah menganugerahimu
wujud, telah menempatkan di dalam dirimu
hanya satu hati, sehingga kamu hanya berwajah
satu dan satu hati di dalam cinta, berpaling dari
segala yang selain Dia dan hanya menatap Dia
bukannya kamu menjadikan hati menjadi ke
dalam seratus bagian, sebab setiap bagian akan
mencari tujuan.
Wahai kamu yang menghadap kiblat keimanan,
mengapa menjadikan kulit menjadi hijab inti?
Tidak bagus buat hatimu mengejar ini dan itu--
dengan satu hati, satu teman cukuplah bagimu

1
KILAUAN KE-2

Penyebaran/perpisahan adalah kamu


menghamburkan hati dengan
keterikatan dengan banyak hal.
Pengumpulan adalah kamu berpaling dari
segala sesuatu dengan cara menyaksikan Yang
Satu. Sebuah kelompok mengira pengumpulan
terletak dalam mengumpulkan sebab-sebab, dan
mereka tetap dalam penyebaran yang tak
terhingga. Sebuah kelompok tahu dengan pasti
bahwa pengumpulan sebab-sebab adalah bagian
dari penyebab penyebaran, dan mereka
mengosongkan tangan mereka dari seluruhnya.
Wahai engkau yang hatinya memiliki seribu masalah
dari seluruhnya
Hatimu akan bermasalah dalam menemukan
ketentraman dari keseluruhan
Karena hati tidak menerima apapun selain sebaran
masing-masing,
2
berikan hatimu kepada Yang Satu dan potonglah
dirimu dari mereka seluruhnya!
Selama kamu berdiam dalam sebaran dan keraguan,
Ahlul Jami akan melihatmu sebagai manusia
terburuk.
Tidak, demi Allah tidakkamu bukan manusia,
kamu adalah monyet
Namun karena kebodohan, kamu tidak melihat
kemonyetanmu sendiri

Wahai Salik, jangan bicarakan setiap topik


Berjalanlah di jalan Rabb
Penyebab keterpisahan adalah penyebab terburuk
Jangan pernah mencoba menyibukkan hati dengan
mengumpulkan sebab-sebab!
Wahai hati, berapa lama engkau mencari
kesempurnaan di sekolah-sekolah?
Berapa lama kesempurnaan pikiran filsafat dan
geometri?
Segala pikiran selain zikrullah adalah gagasan
Syetan

3
Malu lah di hadapan Allah! Berapa lama engkau
ikuti gagasan Syetan ini?

KILAUAN KE-3

4
Al Haq SWT hadir dimana-mana, memandang
seluruh keadaan pada yang zahir dan batin
keseluruhan. Sungguh sebuah kehilangan!
Ketika kamu mengalihkan matamu dari
wajah-Nya dan memandang yang lain! Kamu
telah meninggalkan jalan ridho dengan-Nya
dan memilih jalan lain.

Dia datang ketika fajarYang membolak-balikkan


hati para pecinta yang gelisah
Dia berkata, Wahai yang berat pikirannya
memikirkan-Ku!
Sunggu memalukan! Aku memandang dalam
arahmu,
Namun kamu berpaling kepada yang lain!

Kami telah berlari di jalan cinta selama kehidupan


kami
Kami telah mengikat keras demi kesatuan seluruh
hidup kami

5
Sebuah kilauan citra-Mu adalah lebih baik dari
pemandangan
Keindahan dari seluruh keindahan hidup kami

KILAUAN KE-4

6
Segala sesuatu selain Al Haq SWT
terpaparkan kepada penghilangan dan fana.
Realitasnya adalah ketiadaan objek dari
pengetahuan, bentuknya sebuah maujud ilusi.
Kemarin dia tiada memiliki wujud dan
penampakan, dan sekarang dia memiliki
penampakan tanpa wujud. Adalah sangat jelas
bahwa apa yang akan dibukakan adalah berasal
darinya esok hari.

Mengapa kamu berikan tali kekang dengan


diam-diam kepada tangan harapan dan
kehendak? Mengapa kamu bersandar kepada
yang fana lenyap ini? Tarik hatimu keluar dari
segala sesuatu dan ikatkan kepada Allah!
Putuskan semuanya dan hubungkan dengan
Allah! Dia lah yang selalu ada dan akan selalu
ada. Tiada duri dari sesuatu yang baharu
7
(muhdats) dapat menggores wajah keabadian-
Nya.

Setiap hatimenghentakkan bentuk yang


menunjukkan wajahnya kepadamu
Dengan segera akan dicuri dari matamu oleh
dunia
Pergilah! berikan hatimu kepada seseorang yang
memiliki wujud,
Yang selalu ada bersamamu dan akan selalu ada.

Pergilahmestikah aku menghadap kiblat urusan-


urusan,
Menuliskan kata-kata akan sakit hati mereka pada
lembaran hatiku.
Aku menuju keindahan abadi
Aku telah memiliki pengganti yaitu keindahan
cinta, bukan keabadian
Apapun yang tidak mengembalikanmu kepada
keabadian,
Pada akhirnya akan menjadikanmu target anak
panah fana, jika kamu berpisah
8
Dari segala sesuatu ketika kamu mati,
Lebih baik kamu berpisah ketika kamu masih
hidup

Wahai orang yang hebat, berikanlah itu kepada


orang faqir atau keturunan
Sangat jelas berapa lama ia akan hidup.
Yang Bahagia adalah dia yang hatinya terikat
kepada Pembawa Hati
Kepadanya itu terhubung, hati dan jiwa, Ahlul
Qalb

KILAUAN KE-5
9
Keindahan mutlak adalah Kehadiran Pemilik
Keindahan dan Karunia. Setiap keindahan dan
kesempurnaan yang nyata dalam seluruh
derajat adalah sinar bercahaya dari keindahan-
Nya dan Kesempurnaan-Nya. Dan melalui ini
si pemilik memperoleh keistimewaan
keindahan dan sifat kesempurnaan. Kapanpun
kamu mengetahui seseorang menjadi seorang
pengenal, itu adalah jejak Pengenalan-Nya.
Dimanapun kamu melihat seseorang sebagai
yang melihat, maka itu adalah buah-buahan
dari penglihatan-Nya, seluruhnya adalah sifat-
Nya, turun dari puncak Universalitas dan
Ketakterikatan, dan menampakkan di
kedalaman kekhususan dan ikatan.

Maka, kamu mesti mengambil jalan dari


bagian kepada keseluruhan, dari cabang
kepada asal dan palingkan wajahmu dari ikatan
10
menuju yang tak terikat. Kamu mesti tidak
menganggap bahwa bagian berbeda dari
keseluruhan, jika tidak ikatan akan
menahanmu kembali dari keterlepasan
(ketidakterikatan).

Aku pergi untuk melihat mawar, namun lilin Tiraz


Melihatku di kebun mawar dan dengan lembut
berkata,
Aku lah akar, hamparan padang rumput mawar
adalah cabang-Ku
Mengapa membelakangi akar dengan mencari
cabang?
Apa yang akan engkau lakukan dengan bentuk
yang indah dan pipi yang lembut itu?
Apa yang akan dilakukan dengan rantai kunci
yang lengkung?
Dari segala sisi keindahan tak terbatas sedang
bersinar
Ohh engkau yang tidak sadar, apa yang akan
dilakukan dengan keindahan terbatas itu?

11
KILAUAN KE-6

12
Meskipun anak Adam, disebabkan jasmaninya
memiliki kepadatan yang sangat, dalam acuan
ruhaninya dia sangat halus. Dia membawa
seluruh hukum akan segala sesuatu yang
dipandangnya, dan dia menerima warna dari
seluruh yang ia kunjungi. Inilah sebabnya
kaum Filsuf berkata, Ketika jiwa rasional
menyingkapkan dirinya bertepatan dengan
realitas dan ketika ia menyadari sifat mereka
sendiri, ia akan menjadi seolah-olah ia adalah
seluruh eksistensi.

Tubuh manusia adalah keruh, namun sifatnya


adalah paling spiritual. Disebabkan bentuknya
mereka menerima bentuk, dan ketika mereka
menghadapi sesuatu, mereka menjadi
terwarnai olehnya. Seorang yang bijak
berkata, Ketika sifat alami manusia dapat
menampakkan Prinsip Haq dan terlihat, maka
citra yang saling berhadapan tidak dapat
13
menghalangi. Ketika Al Haq dan citra menjadi
satu dan mereka menyempurnakan bentuk, ini
hampir tubuh yang sama dari langit dan bumi.

Lebih lanjut, keumuman makhluk, disebabkan


hubungan yang erat dengan bentuk jasmani ini
dan kesibukan mereka yang hebat dengan yang
bersifat materi ini, telah menjadikan mereka
seolah-olah tidak mengenal diri mereka sendiri
terpisah dari hal itu dan tidak dapat
membedakan.

Kamu adalah pikiranmu, wahai saudaraku!


Sisanya kamu hanyalah tulang dan daging
Jika pikiranmu mawar, maka kamu adalah kebun
mawar
Namun jika duri, maka kamu menjadi kayu bakar

Sehingga kamu mesti berjuang untuk


menyembunyikan dirimu dari pandanganmu.

14
Kamu mesti menghadap Zat dan penuhi dirimu
denganAl Haq dimana keindahan tempat tajalli
adalah derajat seluruh maujud dan yang cermin
kesempurnaan-Nya adalah martabat maujud.

Kamu mesti mempertahankan hubungan ini


sedemikian hingga ia secara menyeluruh
bercampur dengan jiwamu dan wujudmu
lenyap dari pandanganmu. Jika kamu
menghadap dirimu, kamu akan menghadap-
Nya, dan jika kamu menyatakan diri, kamu
menyatakan-Nya. Yang terikat menjadi Tak
Terikat dan Ana Al-Haq menjadi Huwa Al
Haq.

Jika mawar terlintas dalam hatimu, maka kamu


adalah bunga mawar,
Jika yang terlintas burung Bulbul, maka kamu
burung Bulbul
Kamu adalah bagian, dan Al Haq adalah
keseluruhan
15
Dari campuran tubuh dan jiwa, kamu lah tujuanku
Dalam kematian dan kehidupan, kamu lah
tujuanku
Semoga engkau panjang umur, karena aku ingin
meninggalkan kalian
Jika aku berkata Aku tentang diriku, kamu lah
tujuanku.

Kapan itu terjadi, kapan?mengoyak jubah


wujud,
Menyalakan keindahan dari Wajah yang Tak
terbatas
Membakar hati dengan serangan Nur-Nya
Menenggelamkan jiwa melalui serangan
kerinduan!

KILAUAN KE-7

16
Kamu mesti melakukan hubungan mulia ini
dalam setiap saat dan dalam setiap keadaan
kamu mesti tidak pernah kosong dari
hubungan ini baik sedang pergi atau datang,
makan atau tidur, mendengar atau berbicara.
Ringkasnya, dalam seluruh gerakan dan diam
kamu mesti hadir di setiap waktu, jika tidak ia
akan sia-sia; atau bahkan kamu mesti sadar
dengan nafasmu, supaya ia tidak masuk dan
keluar dengan kesia-siaan.

Dari tahun ke tahun meskipun Engkau tidak


tunjukkan wajah-Mu,
Jangan kuatir cintaku kepada-Mu tidak akan
berakhir.
Dalam setiap tempat, dengan setiap orang, dalam
setiap keadaan
Aku memiliki harapan dalam hatiku dan
bayangan-Mu dalam mataku.
KILAUAN KE-8

17
Persis sebagaimana penting untuk memperjelas
hubungan yang meliputi seluruh gerakan dan
seluruh waktu, demikian juga yang paling
penting adalah meningkatkan kualitasnya
melalui menelanjangi seseorang dari pakaian
maujud dan membersihkan seseorang dari
mengamati bentuk-bentuk dari wujud yang
mungkin (mumkinat). Ini hanya dapat
dilakukan melalui usaha yang keras dan
kekuatan yang sempurna untuk meniadakan
pikiran dan ilusi. Semakin banyak pikiran
ditiadakan dan bisikan setan tersembunyi,
semakin kuat lah hubungan ini. Kamu mesti
berjuang supaya pikiran yang kacau tersebar
supaya menghantam tendanya yang berada di
luar halaman dadamu dan cahaya Wujud Al
Haq Taala menghujamkan sinarnya kepada
wilayah batinmu. Itu akan menjauhkanmu dari
dirimu sendiri dan membebaskanmu dari
dorongan yang lain. Kamu tidak akan
18
menyadari dirimu lagi, tidak juga sadar akan
kurangnya kesadaran diri. Malahan, tak satu
pun ada/hidup selain Allah, Al Wahid, Al
Ahad.

Ya Rabb, bantulahsupaya aku bebas dari


kehewananku,
Supaya aku dapat memutuskan diriku dari
keburukan dan membebaskan dari iblisku sendiri!
Bawa aku pergi dari diriku menuju Wujud-mu
Sendiri
Supaya akau dapat membebaskan keakuanku dan
kedirianku.
Ketika kebiasaan seseorang adalah fana dan faqir,
Dia tidak memiliki mukasyafah, tiada kepastian,
tiada marifat, tiada agama. Dia telah
meninggalkan medan, Allah saja yang ada
Ini lah makna ketika faqir mencapai sempurna,
dia adalah Allah.
KILAUAN KE-9

19
Fana adalah manifestasi Wujud Al Haq
menguasai wilayah batin sedemikian hingga
tiada kesadaran akan yang selain Dia. Fanaul
fana adalah bahwa tiada kesadaran akan
ketidaksadaran ini tetap ada.

Mestilah jelas disini bahwa fanaul fana


termasuk di dalam fana. Jika Ahlul Fana sadar
akan fananya, dia bukanlah fana, sebab kedua
sifat dari fana dan seseorang yang
digambarkan dengannya terkait dengan yang
selain Al Haq. Maka, sadar akan hal ini malah
meniadakan fana.
Ketika kamu ingin dirimu kekal seperti ini
Bagaimana kamu dapat meniadakan gandum dari
wujud gandummu?
Jika kamu sadar akan ujung rambut
Dan membicarakan jalan fana, maka kamu telah
meninggalkan jalan.
KILAUAN KE-10

20
Menyatakan tauhid adalah membuat hati jadi
satu. Dengan kata lain, untuk mengantarkan
dan melepaskannya dari keterikatan kepada
apa yang selain Al Haq, baik dari sisi
pencarian dan keinginan, dan dari arah ilmu
dan marifat. Dengan kata lain, pencarian dan
keinginan diputus dari objek pencarian dan
keinginan, dan seluruh objek ilmu dan akal
dihilangkan dari pandangan batinnya. Ia
menjauhkan perhatiannya dari setiap wajah,
sehingga yang tersisa tiada kesadaran atau
peduli dengan segala sesuatu selain Al Haq.

Wahai penempuh perjalanan, menyatakan tauhid


dalam istilah Sufi
Adalah membebaskan hati dari mengunjungi yang
lain.
Inilah keintiman dari maqam terakhir burung
Yang telah aku suarakan kepadamu, andai engkau
mengerti bahasa burung (QS27:16).

21
KILAUAN KE-11

22
Selama anak Adam terperangkap dalam
terombang-ambing dan khayalan,
keistiqomahan nya dalam hubungan ini akan
sulit. Namun ketika jejak-jejak Kelembutan
menjadi zahir dalam dirinya dan kesibukan
dengan objek sensasi dan akal menjauh dari
wilayah batinnya, maka kesenangan dalam
hubungan ini akan mendominasi kesenangan
jasmani dan kesenangan spiritual. Kerja keras
perjuangan akan lenyap dari medan, dan
kesenangan musyahadah akan melekat kepada
jiwanya. Pikirannya akan menjauh dari
dorongan yang lain, dan lidah keadaan
ruhaninya (hal) akan mulai mendengungkan
suara ini:

Wahai burung Bulbul jiwa, aku mabuk


mengingatmu
Wahai deru kaki yang membuat sakit kepala, aku
hina mengingatmu.

23
Seluruh kesenangan dunia terinjak di bawah kaki
melalui rasa yang datang menghantarkan
mengingatmu.

KILAUAN KE-12

24
Ketika Pencari Kebenaran menemukan
penghalang dalam daya tarik hubungan, yaitu
mendapatkan kesenangan dari mengingat Al
Haq dalam dirinyamaka ia mesti
mengarahkan kemauan kerasnya untuk
memelihara dan menguatkan hubungan ini dan
dia mesti menahan dirinya dari segala sesuatu
yang meniadakannya. Dia mesti tahu (sebagai
contoh), jika dia ingin menghabiskan
kehidupan abadinya pada hubungan ini, dia
tidak akan melakukan apapun dan tidak akan
mengerjakan apa yang dituntut secara hak.

Cinta mempermainkan bunyi pada kecapi hatiku


Memalingkanku kepada cinta dari kepala hingga
kaki. Pada hakekatnya
Aku tidak akan pernah keluar dari memberikan
hak yang layak bagi setiap momen cinta.

KILAUAN KE-13

25
Hakekat Al Haq Taala tiada lain wujud-Nya,
dan wujud-Nya tiada memiliki kekurangan
atau kerendahan. Ia disucikan dari perubahan
dan kerusakan, dan dibersihkan dari cacat akan
keragaman dan penggandaan.Tanpa tanda dari
tanda apapun, Ia tidak pantas bagi ilmu atau
bidang penglihatan. Seluruh bagaimana dan
berapa banyak (keragaman) muncul dari-Nya,
namun Wujud-Nya tidak memiliki bagaimana
dan berapa banyak (keragaman). Segala
sesuatu dipersepsi melalui-Nya, namun Dia
diluar batas persepsi. Mata kepala terpesona
menyaksikan keindahan-Nya, dan pandangan
rahasia hati/sir tergelapkan tanpa mengamati
kesempurnaan-Nya.

Wahai Engkau yang demi cinta-Nya aku berikan


ruhku
Engkau di atas dan di bawah, tidak di atas dan
tidak juga di bawah.

26
Esensi segala sesuatu adalah terpisah dari
eksistensi dan memikul beban melalui eksistensi
Namun Esensi-Mu adalah Eksistensi yang jelas
dan Wujud mutlak

Kekasih yang diinginkan hati begitu tak berwarna,


oh wahai Hati!
Jangan puas seketika dengan warna, wahai Hati!
Akar dari seluruh warna adalah yang tak
berwarna celupan mana yang lebih baik dari
Allah" [QS2:138], Wahai Hati?

KILAUAN KE-14

27
Kata eksistensi kadang-kadang digunakan
untuk memaknai realisasi dan pencapaian,
yang merupakan makna verbal dan konsep
sudut pandang. Dalam sudut pandang ini, ia
merupakan terpahami sekunder, atas dan
terhadap apa yang tiada di dunia zahir.
Meskipun demikian, eksistensi terjadi kepada
intisari pemikiran secara akal. Maka itulah
yang dibenarkan oleh kaum filsafat dan
pemuka agama. (Makna Pertama)

Kadang-kadang kata eksistensi dikatakan,


namun maknanya adalah Realitas/Hakekat
yang telah ada melalui Zat-Nya sendiri,
sementara sisa maujud yang lain ada melalui-
Nya. Dalam hakekatnya, tiada maujud selain
Dia dalam dunia zahir. Maujud yang lain
terjadi kepada-Nya dan memikul wujud
melalui-Nya. Itulah yang disaksikan dan

28
dirasakan oleh Pengenal Sempurna dan Hebat
dan Ketinggian Ahlul Yaqin (Makna Kedua).

Pemilik batasan menilai melalui akal


bahwa wujud
Terjadi hanya melalui entitas dan realitas
Pemilik mukasyafah melihat dalam mukasyafah
bahwa entitas
Seluruhnya terjadi dan eksistensi adalah lokus
kejadian mereka.

KILAUAN-15

29
Sifat adalah lain dari Zat dalam acuan apa
yang dipahami fakultas rasional, namun
mereka identik dengan Zat dalam sudut
pandang realisasi dan pencapaian.

Sebagai contoh, Zat adalah Maha


Mengetahui dalam sudut pandang sifat
berilmu, Maha Kuasa dalam sudut pandang
kekuasaan, Maha menghendaki dalam sudut
pandang sifat berkehendak. Tiada keraguan
dalam hal itu, persis sebagaimana hal ini
berbeda dari yang lain dalam istilah konsep,
mereka juga berbeda dari Zat. Bagaimanapun,
dalam istiah realisasi dan wujud, mereka sama
dengan Zat, dalam makna bahwa tiada
keragaman dalam wujud. Malahan, hanya ada
satu wujud, sementara nama-nama dan sifat-
sifat dalah hubungan dan sudut pandang.

30
Wahai Engkau yang Zat-Nya murni dari noda
dalam setiap keadaan
Tentang Kamu tiada bagaimana dapat
ditanyakan atau dimana. Dalam akal
Seluruh sifat adalah lain dari Zat-Mu,
Namun dalam realisasi/hakekat, seluruhnya
adalah sama.

KILAUAN-16
31
Zat adalah seperti penanggalan seluruh nama
dan sifat dan membersihkan dari segala
hubungan dan pensifatan. Ia dicirikan melalui
masalah-masalah ini dalam acuan akan
perhatian-Nya kepada dunia manifestasi dalam
Tajalli Awal-Nya, yaitu Dia mentajallikan diri-
Nya melalui diri-Nya kepada diri-Nya.
Kemudian hubungan ilmu, nur, wujud dan
penyaksian menjadi ternyatakan.

Hubungan ilmu membawa yang mengetahui


dan yang diketahui Nur memerlukan
penzahiran dan menjadikan. Masalah
Eksistensi dan penyaksian muncul dalam
penemuan eksistensi dan menjadi ditemukan
dalam eksistensi, penyaksian dan yang
menyaksikan.

32
Dalam cara yang sama, manifestasi yang
merupakan apa yang diperlukan cahaya,
didahului oleh non-manifestasi (pembatinan);
dan non-menifestasi memilili prioritas esensial
dan keawalan dalam hubungan manifestasi.
Maka Nama Al- Awal dan Al Akhir, Az Zahir
dan Batin menjadi ternyatakan.

Demikian juga Tajalli Kedua, dan Ketiga


sejauh Allah berkehendakdan pensifatan
tergandakan. Semakin banyak penggandaan
atau keragaman hubungan dan nama-nama,
semakin banyak Manifestasi-Nya, atau bahkan
batinisasi-Nya. Maka segala puji bagi-Nya
yang menghijab diri-Nya melalui lokus nur
manifestasi-Nya dan menjadi zahir melalui
menurunkan tirai-Nya.

Batiniah-Nya adalah dalam acuan Zat yang tak


terikat dan tak bercampur, dan zahiriah-Nya
33
dalam acuan akan lokus manifestasi dan
entifikasi.

Wahai mawar indah yang mulutnya seperti


kuntum bunga,
Mengapa tetap menyembunyikan wajahmu seperti
gadis penggoda?
Dia tertawa dan berkata, Tidak seperti duniamu,
Dalam hijab aku terlihat, namun tanpa hijab aku
tersembunyi.

Pipimu tidak dapat dilihat tanpa topeng,


Dan matanya tidak dapat terlihat tanpa hijab.
Selama matahari terus bersinar terang,
Pancurannya tidak akan pernah terlihat.

Ketika matahari menampakkan benderang


cahayanya di langit,
Ia menyilaukan mata dari kejauhan dengan
sinarnya.
Ketika ia menyinari dari balik hijab awan,
Si pelihat dapat melihatnya tanpa jatuh pingsan.
34
KILAUAN -17

Entifikasi Pertama/Taayyun adalah kesatuan


murni dan potensialitas belaka yang melingkupi
seluruh penerimaan, entah penerimaan untuk
terpisah dari seluruh atribut dan hal, atau
penerimaan untuk dikualifikasikan dengan
seluruhnya.

Dalam acuan keterpisahan dari seluruh hal


meskipun dari penerimaan untuk keterpisahan
iniia adalah derajat Kesatuan, milik-Nya lah
batiniah, keawalan dan ketanpa-awalan. Dalam
acuan kualifikasi melalui seluruh atribut dan hal,
ia adalah derajat Satu dan Keseluruhan, dan
milik-Nnya lah lahiriah, keakhiran dan ketanpa-
akhiran.

Sebagian hal dari derajat Kesatuan dan


Keragaman adalah seperti Zat yang
35
dikualifikasikan oleh mereka dalam acuan
derajat pengumpulan, entah keadaan awal
mereka menjadi realisasi dan eksistensi sebagian
maujud, seperti penciptaan, pemberian rejeki,
dst; atau tidak, seperti hidup, berilmu, keinginan
dst. Inilah nama-nama dan sifat-sifat Uluhiyah
dan Rububiyah. Bentuk dari apa yang diketahui
tentang Zat ketika Dia terjubahkan dalam nama-
nama dan sifat-sifat ini adalah Realitas
Ilahiyah. Fakta bahwa Sisi Zahir dari Wujud
menjadi terjubahkan dalam mereka tidaklah
mewajibkan keragaman wujud. Sudut pandang
lain adalah Zat terjubahkan melalui mereka
dalam acuan derajat maujud, seperti perbedaan,
kekhususan dan entifikasi, yang merupakan
keistimewaan yang membedakan sebuah entitas
dengan entitas yang lain. Bentuk apa yang
diketahui tentang Zat terjubahkan dalam hal ini
adalah realitas maujud. Ketika Zahir Wujud

36
menjadi terjubahkan dengan sifat dan jejak
mereka, ini mengharuskan keragaman wujud.

Sebagian maujudat, ketika Wujud meliputi


mereka melalui kesatuan keseluruhan dari
kesibukan-Nya dan ketika jejak-jejak mereka
dan sifat-sifat menjadi nyata melalui-Nya
mempunyai kesiapan untuk menzahirkan seluruh
Sifat Ilahiyah, dengan pengecualian Wajibul
Wujud, sesuai dengan keragaman derajat
manifesatsi dan dalam istilah kekuatan dan
kelemahan, penaklukkan dan menjadi
ditaklukkan. Seperti contoh adalah individu
manusia di antara Nabi dan Rasul serta
Waliyullah. Yang lain memiliki kesiapan untuk
menzahirkan sebagian sifat tanpa yang lain,
sesuai dengan keragaman yang disebutkan, dan
demikian juga maujud yang lain.

37
KILAUAN KE-18

Ketika engkau menghilangkan penampakkan


dan karakter individual yang menyusun berbagai
spesies yang termasuk dalam genus binatang,
individu-individu setiap spesies akan terhimpun
di bawah spesies. Ketika kamu menghilangkan
karakter seperti perbedaan dan hukum-
hukumnya, seluruhnya akan terhimpun dibawah
hakekat binatang. Ketika kamu menghilangkan
perbedaan fitur hewan dan segala yang termasuk
bersamanya dibawa tubuh yang berkembang
maka seluruhnya terhimpun di dalam tubuh
yang berkembang.

Ketika kamu melenyapkan perbedaan karakter


tubuh yang berkembang dan segala yang ia
liputi, maka seluruhnya akan terhimpun dalam
hakekat tubuh. Ketika kamu melenyapkan
perbedaan karakter tubuh dan segala yang dia
38
liputiAku maksud akal dan jiwadi bawah
substansi, seluruhnya berada di bawah hakekat
substansi. Ketika kamu melenyapkan melalui
apa substansi dan aksiden menjadi terbedakan,
seluruhnya akan terhimpun dibawah hakekat
mumkinat. Akhirnya ketika kamu
melenyapkan perbedaan karakter yang pasti
dan yang tidak pasti, seluruhnya ini terhimpun
dalam Wujud Mutlak yang merupakan Wujud
Al-Haq mewujudkan diri-Nya sendiri, dan
bukan melalui wujud yang lain selain diri-Nya.
Wajib adalah kualitas eksternal-Nya dan
ketidakpastian adalah kualitas internal-Nya
mereka adalah ayn tsabitah yang dihasilkan
dari tajalli diri-Nya kepada diri-Nya ketika
mengumpamakan cara-cara-Nya

Seluruh perbedaan ini, entah disebut perbedaan


dan ahkam atau penampakan adalah Cara-cara
Ilahiyah, yang terliputi dan tersangkut dalam
39
Kesatuan Wujudiyah. Mula-mula caranya
terwakili dibawah bentuk ayn tsabitah dalam
tahapan yang disebut Pikiran Ilahi atau Ilmu.
Dalam tempat berikutnya, yaitu dalam tahapan
dunia zahir, yang terpakaikan dengan ahkam dan
sifat eksistensi zahir, yang merupakan teater
manifestasi, sebuah ccrmin yang memantulkan
batin Wujud Al Haq. Mode ini menerima
bentuk-bentuk objek lahiriah.

Ini menghasilkan kesimpulan bahwa dalam


dunia lahiriah hanya ada Wujud Tunggal Al Haq,
yang dengan memakaikan diri-Nya dengan
berbagai cara dan sifat nampak terkenakan
dengan keragaman dan kejamakan kepada
mereka yang terkurung penjara sempit derajat/
tahapan, dan yang pandangannya terbatasi oleh
sifat-sifat zahir dan hasil.

40
Aku pelajari buku Ciptaan sejak muda
Dan setiap halaman yang aku teliti, dengan segera
Aku tidak temukan apapun di dalamnya selain Al
Haq,
Dan sifat-sifat yang terikat kepada Al Haq
Apa yang dimaksud dengan Dimensi, Tubuh, Spesies
Dalam derajat-derajat mineral, tumbuhan, dan
hewan?
Al Haq adalah tunggal, namun mode-mode-Nya
menghasilkan
Seluruh entitas imajiner

41
KILAUAN KE-19

Ketika seseorang berkata bahwa keragaman


makhluk tercakup dalam Kesatuan Wujud, ini
tidak bermakna bahwa mereka adalah bagian-
bagian yang terkandung dalam keseluruhan, atau
sebagai objek yang terkandung dalam sebuah
penerima; namun mereka adalah sebagai kualitas
yang melekat dalam objek yang disifatkan atau
sebagai akibat yang mengalir dari penyebab
mereka. Ambil sebagai contoh, setengah,
sepertiga, seperempat dan bagian lainnya sampai
kepada tak terhingga, yang secara potensial
tercakup di dalam angka 1, meskipun tidak
secara nyata terzahirkan hingga mereka
disingkapkan untuk dilihat melalui pengulangan
berbagai angka dan bagian.

42
Dari sini ketika seseorang berkata Al
HaqTaala yang meliputi seluruh wujud,
maknanya adalah Dia meliputi mereka sebagai
sebab yang meliputi akibat, bukan berarti Dia
adalah keseluruhan yang mengandung mereka
sebagai bagian-bagian-Nya, atau sebagai wadah
yang mengandung sesuatu di dalamnya. Allah
terlalu tinggi di atas segalanya yang tidak layak
untuk menyentuh halaman Kesucian-Nya.

Kesibukan ini di dalam Esensi Al Haq,


Seperti sifat yang mensifatkan Al Haq;
Pelajari aturan ini, sebab dimana Allah berada
Tiada bagian ataupun keseluruhan, wadah atau isi

43
KILAUAN KE-20

Manifestasi dan ketersembunyian kesibukan dan


aspek adalah karena mereka menjadi atau tidak
menjadi terjubahkan dalam Wujud Lahiriah,
namun ini tidak mewajibkan perubahan dalam
Substansi Wujud dan sifat-sifat-Nya, namun
hanya perubahan dalam hubungan-Nya dan
atribusi-Nya yang dalam hakekatnya tidaklah
mewajibkan perubahan dalam Esensi-Nya.
Sebagai contoh, jika Amir berdiri dari sisi kanan
Zaid dan pergi dan duduk di sisi kirinya, maka
hubungan Zaid kepada Amir dalam acuan posisi
akan berubah, namun Esensinya dan sifat yang
melekat akan tetap tidak berubah.

Dengan cara yang sama, Wujud Al Haq tidaklah


bertambah kesempurnaan melalui menjadi
terjubahkan dalam bentuk-bentuk mulia, tidak
juga Ia menerima pengurangan melalui menjadi
44
zahir dalam lokus manifestasi. Walaupun cahaya
matahari menyinari pada yang suci dan yang
tidak suci sekaligus, meskipun demikian ia tidak
mengalami perubahan kemurnian cahayanya; ia
tidak memperoleh harumnya misik atau warna
bunga mawar, rasa malu dari duri, dan kesalahan
dari batu.

Ketika matahari menghiasi dunia dengan sinarnya


Ia menyinari yang bersih dan kotor
Tiada kotoran yang menodai sinarnya
Dan tiada yang bersih menambah kesuciannya

45
KILAUAN KE-21

Yang Mutlak tidak lah eksis tanpa yang relatif,


dan yang relatif tidaklah mendapatkan bentuk
tanpa Yang Mutlak; namun yang relatif
membutuhkan Yang Mutlak, sementara Yang
Mutlak tidak membutuhkan yang relatif. Sebagai
akibatnya, hubungan keperluan keduanya saling
membutuhkan, namun kefaqiran hanya dari satu
sisi, seperti gerakan tangan yang memegang
kunci.

Wahai Engkau yang tempat sucinya tak seorang pun


yang melihat
Alam muncul dari-Mu namun Engkau tidaklah
tampak
Kami dan Engkau tidaklah pernah terpisahkan,
meskipun demikian
Tetap saja Engkau tidak membutuhkan kami.

46
Lebih lanjut, Yang Mutlak memerlukan yang
relatif melalui cara pengganti. Ia tidak
memerlukan relatif khusus. Namun karena Yang
Mutlak tiada memiliki pengganti, arah kiblat dari
setiap kebutuhan (kefaqiran) relatif adalah Dia,
tiada yang lain.

Kedekatan kepada-Mu tidaklah dapat dicapai


melalui sebab akibat
Ia tidak dapat dicapai tanpa Karunia Asal
Bagi setiap manusia yang menggantikan
Engkau tiada memiliki pengganti, sehingga
pengganti-Mu tidak dapat ditemukan
Wahai Engkau yang Esensi-Mu Yang Maha Tinggi
bukan substansi dan bukan juga aksiden
Yang karunia dan kemurahan hati tidaklah
termotivasi oleh tujuan.
Tidak peduli siapapun yang tidak ada di sana,
Engkau dapat menggantikannya.
Namun jika seseorang tidak memiliki-Mu, tak
seorang pun dapat menggantikan-Mu

47
Mengacu kepada Esensi-Nya lah Yang Mutlak
tidak membutuhkan yang relatif. Dalam sudut
pandang lain, manifestasi nama-nama Uluhiyah-
Nya dan realisasi hubungan Rububiyah-Nya
adalah benar-benar tidak mungkin selain dengan
cara yang relatif.

Wahai Engkau yang keindahan-Nya telah


menyebabkan kerinduan dan pencarian
Pencarian-Mu adalah cabang dari pencarianku
Andai bukan karena cermin cintaku
Keindahan Kecintaan-Mu tidaklah akan tampak.

Tidaklah demikian, sesungguhnya Sang Pecinta


adalah Al Haq dan yang dicinta adalah Dia, sang
pencari adalah Al Haq dan yang dicari adalah
Dia. Dia adalah Yang Dicari dan Yang Dicintai
dalam maqam Jami ahadiyati (Penghimpunan
Kesatuan), dan si pencari dan si pecinta dalam
derajat perbedaan dan keragaman.
48
Wahai Engkau yang kepada-Nya lah tak seorang
melalukan perjalanan selain-Mu
Tiada mesjid dan gereja yang kosong dari-Mu!
Aku melihat seluruh pencari dan segala sesuatu
yang dicari
Seluruhnya adalah Engkau, tanpa ada siapapun.

49
KILAUAN KE-22

Hakekat dari setiap sesuatu adalah entifikasi


Wujud dalam Kehadiran Ilmu dalam acuan
kesibukan dimana sesuatu itu adalah lokus
manifestasi; atau ia adalah Wujud itu sendiri,
yang terkenali oleh kesibukan dalam Kehadiran
itu.

Sebagai akibatnya, setiap maujud adalah


meliputi akan entifikasi Wujud dalam acuan
pewarnaan Penzahiran Wujud melalui jejak-jejak
dan ahkam dari hakekat maujud, atau mereka
adalah Wujud itu sendiri yang menzahir dengan
pewarnaan yang sama, sehingga realitas tetap
selalu tersembunyi dalam Batin Wujud,
sementara jejak dan ahkam tampak dalam Zahir
Wujud.

50
Bagaimanapun, pelenyapan bentuk-bentuk
pengetahuan dari Sisi Batin Wujud adalah
menggelikan, sebab itu berarti memerlukan
kebodohanAllah Maha Tinggi dari hal
demikian!

Kami lah tampak muka dan ragam Wujud


Dan terjadi demi pengetahuan zahir dan batin
Esensi Wujud
Kami tersembunyi di bawah jubah ketiadaan
Meskipun demikian terpantulkan dalam cermin
Wujud

Sebagai akibatnya, segala sesuatu dalam hakekat


dan realitasnya adalah Wujud yang ternyatakan
atau penampakan-penampakan yang terjadi demi
Wujud, atau penampakan sifat sesuatu yang
tampak. Meskipun dalam sudut pandang, sifat
adalah lain daripada objek yang disifatkan,
dalam sudut pandang keberadaan, mereka adalah
sama. Meskipun berbeda di dalam ilmu, identitas
51
dalam faktanya membenarkan atribusi
(penganggapan akan asal).

Di tetangga, sahabat dan teman, Dia lah yang kita


lihat.
Dalam kain kantong pengemis, ataupun jubah raja
seluruhnya adalah Dia.
Dalam jamuan penyebaran ataupun ruang khusus
penyatuan
Seluruhnya adalah Dia, demi Allahdemi Allah,
seluruhnya adalah Dia!

52
KILAUAN KE-23

Meskipun realitas Wujud membawahi Wajibul


seluruh eksistensi yang menyatakan Diri-Nya
sendiri kepada seluruh maujud, baik dalam alam
ilmu maupun alam zahir, Dia menjadikannya
dalam derajat-derajat yang berbeda (sebagian
lebih tinggi dari yang lain). Dan dalam setiap
derajat ini Dia memiliki nama khusus, sifat,
hubungan dan hal yang tidak ada dalam derajat
yang lain, seperti derajat Rububiyah dan
Uluhiyah, atau derajat Ubudiyah dan
Makhluqiah.

Sebagai contoh, menerapkan nama-nama derajat


Uluhiyah seperti Allah dan Ar Rahman dst
kepada derajat maujud adalah sama dengan kafir
dan tiada lain bidah belaka. Dengan cara yang
sama, menerapkan kepada Derajat Uluhiyah
53
yang merupakan nama khusus bagi maujud
adalah benar-benar sesat dan khayal.

Wahai engkau yang mengira dirinya adalah seorang


master hakekat,
Seorang yang shiddiq dalam ketulusan dan
keyakinan!
Setiap derajat maujud Memiliki sifat
Jika kamu tidak menjaga martabat, kamu seorang
zindiq.

54
KILAUAN KE-24

Wujud Al Haq hanya Satu. Ia sekaligus Wujud


Mutlak dan Eksistensi Al Haq. Bagaimanapun Ia
memiliki banyak derajat:

Dalam derajat pertama, Dia tidak terzahirkan


dan terkondisikan, dan bebas dari segala batasan
dan hubungan. Dalam aspek ini Dia tidak dapat
digambarkan dengan sifat atau nama apapun,
dan terlalu suci untuk ditentukan dengan
pembicaraan dan kata-kata tulisan; tidak juga
ada tradisi mampu membicarakan Keagungan-
Nya, tidak juga akal memiliki kekuatan untuk
menunjukkan kedalaman kesempurnaan-Nya.
Pemilik akal terhebat akan bingung melalui
ketidakmungkinan memperoleh pengetahuan
tentang Dia; karakter pertama-Nya adalah
ketiadaan karakter, dan hasil akhir dari usaha
untuk mengenal-Nya adalah kebingungan.
55
Kepada-Mu lah seluruh keyakinan dan asumsi yang
ditempa oleh bukti intuisi yang tidak bermakna
apapun
Tiada bukti yang dapat memberikan dalil
tentang Zat-Mu
Dimanapun Engkau berada, seluruh tanda tiada.

Jiwa sang pengenal yang mungkin sadar dengan


baik,
Bagaimana dia dapat memasuki kesucian-Mu?
Tangan ahli kaysaf dan musyahadah tentang Rabb
Tiada memiliki konsep yang cukup tentang Kamu
Cinta yang merupakan bagian tak terpisahkan kami
Sangat jauh Dia untuk dapat dipersepsi dengan
akal!
Sungguh saat yang menggembirakan ketika embun
keyakinan muncul dari cahaya-Nya
Membebaskan kami dari kegelapan dan seluruh
keraguan.

Derajat kedua adalah perkenalan Wujud melalui


sebuah pengenalan yang meliputi seluruh
56
pengenalan manifestasi Ilahiyah, aktif, dan wajib
dan seluruh manifestasi maujudat, pasif dan
mumkinat. Derajat ini dinamakan Taayyun
Awal sebab ia adalah Pengenalan Pertama akan
Wajibul Wujud. Di atasnya adalah tiada
perkenalan, tak ada yang lain.

Derajat ketiga adalah Kesatuan Keseluruhan


(Ahadiyati Jami) akan seluruh yang aktif,
penzahiran pengaruh jejak-jejak. Derajat ini
disebut Derajat Ilahiyah.

Derajat keempat adalah pembedaan derajat-


derajat Ilahiyah. Ini adalah derajat nama-nama
dan kehadiran jejak mereka. Dua derajat yang
disebutkan terakhir ini mengacu kepada aspek
zahir dari Wujud, yang gambaran khususnya
adalah Wajibul Wujud.

57
Derajat kelima adalah Ahadiyati Jami dari
seluruh yang penampakan pasif, yang tugasnya
adalah menerima jejak dan menjadi pasif. Inilah
derajat maujudat mumkinat.

Derajat keenam adalah perbedaan derajat


maujudat, yang merupakan derajat alam.
Terjadinya dua derajat terakhir ini mengacu
kepada bentuk Zahir Ilmu, yang satu
kebutuhannya adalah mumkinat. Ia adalah
tajalli-Nya tentang diri-Nya kepada diri-Nya
dalam bentuk-bentuk realitas dan entitas
mumkinat.

Maka dalam hakekatnya, Wujud tidak lebih dari


satu. Ia meliputi seluruh derajat ini dan seluruh
realitas ini yang merupakan detil dari
Ketunggalan-Nya (Wahidiyat). Wajibul Wujud
dalam derajat ini adalah identik dengan mereka,
persis sebagaimana mereka dalam derajat ini
58
adalah identik dengan-Nya. Inilah makna
hadits, Allah ada dan tak ada sesuatu pun
bersama-Nya.

Wujud menampakkan diri-Nya dalam segala hal,


Dan jika kamu ingin menjaga jalan keadaan-Nya
dalam setiap hal,
Maka lihatlah gelembung udara pada permukaan
anggur, bagaimana Anggur adalah mereka di
dalamnya,
dan mereka adalah anggur di dalam anggur

Pada lembar ketiadaan,pancaran cahaya Keabadian


Memancar terus menerus, sebagaimana manusia
dapat melihat
Jangan pernah menyangka Al Haq terpisah dari
alam, sebab
Alam di dalam Al Haq, dan di dalam alam Al Haq
tiada lain adalah alam.

59
KILAUAN KE-25

Hakekat dari segala Hakekat yang merupakan


Zat Ilahi adalah Realitas dari seluruh hal. Dalam
batasan Zat-Nya sendiri, Dia Satu dan tunggal
sedemikian hingga tiada kejamakan yang dapat
memasuki-Nya. Bagaimanapun, penyingkapan-
Nya yang beragam dan berbagai penampakan
fenomena dalam martabat, kadang Dia berada di
bawah entitas substansial yang mandiri dan
kadang di bawah entitas substansial yang
bergantung dengan yang lain.

Maka, Zat tunggal terlihat sebagai hakekat dan


aksiden yang beragam melalui cara kejamakan
sifat. Mengacu kepada Realitas yang tunggal,
maka tiada keragamakan atau penggandaan
dalam cara apapun.

60
Tinggalkan kata ini dan itu,
Mengkhayalkan dualitas adalah bukti keterpisahan
dengan-Nya dan kemarahan
Tanpa lalai dan salah, ketahuilah bahwa dalam
seluruh maujudat
Hanya ada Satu Hakekathanya Satu Zat

Hakekat unik ini, dipandang sebagai mutlak dan


meniadakan seluruh fenomena, seluruh batasan
dan seluruh keragaman adalah Al-Haq.
Sebaliknya, dipandang dalam aspek-Nya akan
keragaman dan kejamakan dibawahnya Dia
menampakkan diri-Nya yang terjubahkan
fenomena, Dia lah seluruh alam yang diciptakan.
Karena itu alam semesta adalah penampakan
zahir Al Haq, dan Al Haq adalah hakekat batin
alam semesta. Alam semesta sebelum ia
berkembang ke penampakan lahiriah adalah
identik dengan Al Haq; dan Al Haq setelah
penampakan ini adalah identik dengan Alam
61
Semesta. Tidak, lebih jauh dalam hakekatnya
hanya ada Wujud Al Haq; penyembunyian-Nya
dalam ilmu Ilahi dan penzahirannya (Dalam
dunia lahir), keawalan dan keakhiran-Nya
(dalam sudut pandang masa) hanyalah murni
hubungan-Nya dan aspek-Nya. Adalah Dia
Yang Awal dan Dia Yang Akhir, Yang Zahir dan
Yang Batin.

Dalam berhala cantik, tujuan pemuda yang penuh


nafsu
Dan dalam seluruh pusat perhatian adalah Al Haq
Dalam acuan pembatasan, ia adalah alam
Namun dalam hakekatnya ia adalah Al Haq

Ketika Al Haq menjadi jelas dalam seluruh


kesibukan
Alam pun tersaksikan, penuh penerimaan dan
kehilangan
Andai ia dan seluruh penghuninya kembali kepada
ketidakberbedaan
62
Maka tetap Al Haq saja yang tersisa
KILAUAN KE-26

Dalam Bab Syuaib Syaikhul Akbar berkata


bahwa alam semesta terdiri dari aksiden yang
terhimpun dalam Satu Entitas, yang merupakan
realitas Wujud. Ia mengalami perubahan dan
pembaharuan terus menerus pada setiap nafas
dan setiap saat (khalqun jadiid). Pada setiap saat
alam pergi kepada ketiadaan dan yang serupanya
datang ke dalam eksistensi, namun kebanyakan
penghuni alam tidak menyadari makna ini, persis
sebagaimana Allah katakan, Tidak,
sesungguhnya mereka ragu akan penciptaan
baru (QS50:15).

Di antara pemikir rasionalis, tak seorang pun


memahami makna ini kecuali kaum Asyariah
dalam acuan akan bahwa bagian-bagian alam
adalah aksiden, sebab mereka berkata, Aksiden
63
tidaklah ada dalam dua masa, dan Husbaniyah
yang dikenal sebagai Kaum Filsuf, menyangkut
tentang seluruh bagian kosmos, entah substansi
atau aksiden. Namun setiap kelompok salah
dalam cara tertentu.

Adapun bagi Asyariah mereka keliru sebab


mereka menegaskan kejamakan substansi yang
terpisah dari Wujud Al Haq dan bertahan pada
pendapat bahwa perubahan, pembaharuan
aksiden berlangsung melalui mereka. Mereka
tidak tahu bahwa kosmos dalam seluruh
bagiannya tiada lain selain aksiden yang
mengalami pembaharuan dan perubahan dalam
setiap nafas dan terhimpun dalam Entitas
Tunggal. Pada setiap saat, mereka lenyap dari
Entitas ini dan keserupaan mereka terjubahkan
dengan Entitas ini. Karena itu, seseorang yang
memandang jatuh ke dalam kekeliruan melalui
cara rangkaian keserupaan. Dia menyatakan
64
bahwa masalah adalah satu dan berkelanjutan.
Maka kaum Asyari berkata bahwa keserupaan
menggantikan yang lain dalam lokus aksiden
tanpa sesaat pun menjadi kosong akan aksiden
yang serupa kepada individu pertama. Sehingga
sang pengamat mengira ia adalah masalah yang
berkelanjutan.

Sebuah lautan, tidak berkurang, tidak bertambah,


Gelombang datang dan pergi
Karena alam terjadi dari gelombang,
Ia tidak pernah bertahan dalam dua peristiwa, atau
bahkan dua saat.

Kosmos jika kamu mengambil pelajaran


Adalah sebuah penampakan yang mengalir dalam
penyusulan tahapan-tahapan.
Di dalam seluruh tahapan dari aliran penampakan
adalah sebuah misteri dari Hakekat segala Hakekat
yang maha meliputi

65
Adapun kesalahan kaum Filsuf adalah, meskipun
mereka benar dalam menyatakan perubahan
konstan yang memenuhi seluruh kosmos,
mereka tidak memperhatikan bahwa Wujud Al
Haq membawahi itu semua, yang mengenakan
diri-Nya dengan bentuk-bentuk dan aksiden
alam lahiriah, dan tampak kepada kita di bawah
samaran fenomena dan keragaman. Ia tidak
memiliki manifestasi dalam derajat maujud
kecuali melalui bentuk-bentuk ini dan aksiden-
aksiden; persis seperti mereka tiada memiliki
eksistensi dalam dunia lahiriah tanpa-Nya.

Kaum sufi, yang tidak mengetahui apa yang akal


temukan
Berkata bahwa dunia adalah gambar yang berjalan.
Betul, seluruh alam adalah gambar,
namun di dalamnya Al Haq yang menyingkapkan
diri-Nya secara abadi.

66
Adapun bagi pemilik mukasyafah dan
musyahadah, mereka melihat bahwa Hadrat Al
Haq menyingkapkan diri-Nya pada setiap nafas
dengan tajali yang lain dan tiada pengulangan
sama sekali dalam tajalli-Nya. Dengan kata lain,
Ia tidak mentajallikan diri-Nya pada dua saat
melalui satu entitas dan satu keadaan. Malahan,
pada setiap nafas Ia menjadi zahir melalui entitas
yang lain, dan pada setiap saat Ia
menyingkapkan diri-Nya dalam kesibukan yang
lain.

Bentuk-bentuk yang memakai eksistensi hanya


bertahan satu saat
Saat berikutnya ia pergi
Carilah makna ini dalam setiap hari Dia dalam
kesibukan (QS55:29)
Jika kamu memerlukan bukti dari Kalam Al Haq.

67
Rahasia dari hal ini adalah Kehadiran Al Haq
memiliki nama-nama yang berlawanan, sebagian
kelembutan dan sebagian penaklukkan.
Seluruhnya terus menerus bekerja, dan tidak
mengijinkan adanya ketidakefektifan/sia-sia.
Karena itu, ketika satu dari realitas mumkinat
disiapkan bagi eksistensi disebabkan pencapaian
syarat awal dan penghilangan rintangan,
menjadi mampu menerima Wujud, maka rahmat
Ar Rahman merengkuhnya dan melimpahkan
wujud kepadanya. Dan Wujud pun terzahirkan
melalui jejak-jejak dan ahkam substansi tersebut,
menghadirkan diri-Nya dalam bentuk fenomena
tertentu. Setelah itu, melalui bekerjanya
Kekuatan yang Maha Mengalahkan yang
memerlukan pelenyapan seluruh fenomena dan
seluruh jenis keragaman, Hakekat yang sama ini
meniadakan seluruh fenomena ini. Pada saat
bersamaan penanggalan ini, Hakekat yang sama
terjubahkan dengan fenomena khusus lainnya,
68
yang menyerupai sebelumnya, melalui kerja
rahmat dari Ar Rahman. Momen berikutnya
fenomena dilenyapkan oleh Kekuatan Yang
Maha Mengalahkan dan fenomena yang lain
kembali terbentuk melalui rahmat Ar Rahman,
dan demikian seterusnya sesuai dengan apa yang
dikehendaki Allah. Karena itu tidak pernah
terjadi bahwa tajalli terjadi dalam dua saat yang
berurutan dalam samaran fenomena yang sama.
Pada setiap saat alam pergi kepada ketiadaan dan
pada saat yang sama alam lain yang serupa
dengannya datang ke dalam wujud.
Bagaimanapun bagi mereka yang terhijab karena
rangkaian keserupaan dan hubungan antara
keadaan, menghayal bahwa eksistensi kosmos
berada dalam satu keadaan yang sama, dan tidak
pernah berubah dari waktu ke waktu.

69
Segala puji bagi Allah! Betapa mengagumkannya
cinta Allah, karunia yang serba meliputi, kemurahan
hati, rahmat, dan kebaikan!
Pada setiap nafas Dia membawa kosmos ke dalam
ketiadaan,
dan pada saat yang sama Dia membawa yang lain
serupa dengannya.
Allah adalah Dia yang memberikan setiap jenis
karunia,
Namun setiap nama-Nya memberikan karunia
khususnya.
Kepada realitas alam pada setiap saat, satu nama
memberikan fana,
Yang lainnya memberikan kehidupan yang baru.

Bukti bahwa kosmos adalah totalitas aksiden


yang terkumpul dalam Satu Esensi yaitu Al Haq
atau Wajibul Wujud, terletak di dalam fakta
bahwa ketika seseorang ingin mendefinisikan
sifat alami dari makhluk, maka definisi tidak
meliputi apapun selain aksiden. Sebagai contoh,

70
ketika seseorang mendefinisikan manusia
sebagai hewan rasional: dan hewan sebagai
tubuh yang berkembang, merasakan sensasi
bergerak secara insting. Tubuh adalah substansi
yang menerima tiga dimensi. Substansi adalah
sebuah entitas yang eksis mengacu kepada sifat
alaminya yang inheren namun tidak inheren
dalam subjek lainnya; dan entitas sebagai esensi
yang memiliki realitas dan wujud yang harus---
seluruh istilah yang digunakan di sini datang dari
kategori aksiden, kecuali esensi samar yang
dipahami dibalik istilah ini. Karena rasional
menunjukkan sebuah esensi terlapisinya akal;
yang berkembang menunjukkan esensi yang
terliputi indera pertumbuhan; dst. Esensi samar
ini dalam faktanya adalah Al Haq, Wujud
Mutlak, yang ada dengan sendirinya, dan yang
menyebabkan seluruh aksiden eksis. Dan ketika
kaum Filsuf menuduh bahwa konsep seperti ini
bukanlah perbedaan, namun hanya merupakan
71
tanda-tanda yang tetap akan perbedaan ini
dimana kita menyatakannya, sebab tidak
mungkin untuk menyatakan perbedaan
sebenarnya selain dengan tanda-tanda tetap ini,
atau yang lain tetap sulit dimengerti, anggapan
ini tidak dibenarkan dan tidak layak untuk
diperhatikan dengan serius. Anggap kita
membolehkannya, ketika sesuatu bersifat
esensial bagi sebuah zat, ia akan bersifat
aksidental dalam hubungan dengan Entitas
Tunggal. Meskipun itu terjadi dalam realitas zat,
ia akan berada diluar Entitas tunggal. Dan
mengatakan bahwa ada entitas substansial yang
lain dari Zat Wajibul Wujud adalah kesalahan
yang tinggi, khususnya ketika pemilik
penyingkap Hakekatyang dinyalakan dari
ceruk lilin Kenabianmenyaksikan kontradiksi,
dan lawannya tidak mampu memberikan bukti
apapun. Dan Allah berkata benar dan Dia
menunjukkan jalan (QS33:4)
72
Jangan mencari kebenaran makna dari ucapan
Jangan mencari tanpa mengangkat ikatan dan rasa
hormat
Jika kamu ingin menemukan penyembuhan dari
penyakit kebodohan
Jangan mencari dalil agama akan pembebasan dari
sindiran

Jika pada setiap manazil jalanmu terbelokkan


kepada tujuan yang berbeda
Maka tujuan yang Haq tidak akan pernah engkau
lihat
Hingga hijab diangkat dari matamu
Cahaya Kebenaran tidak akan pernah terbit bagimu

Berjuanglah untuk menyibak hijab, bukan


mengumpulkan buku
Jika kamu mengumpulkan buku, kamu tidak akan
pernah mengangkat hijab
Bagaimana cinta muncul dari halaman bukumu?

73
Tutuplah mereka, kembali kepada Allah, dan
mohonlah ampun!

Hijab terbesar dan topeng paling tebal atas


keindahan Wujud Al Haq adalah dihasilkan dari
keragaman pembatasan pada sisi zahir Wujud
melalui terjubahkannya Dia dalam sifat dan jejak
entitas terikat (ayan tsabitah) yang berada pada
Pengetahuan Ilahi, yang merupakan sisi batin
dari Wujud. Bagi mereka yang terbutakan oleh
hijab ini tampak bahwa entitas ini eksis dalam
dunia zahir ini, dimana pada faktanya objek
zahir ini tidak pernah mencium wewangian
eksistensi zahir, mereka selalu dan akan selalu
berada pada asal mereka yaitu ketiadaan. Apa
yang maujud dan yang disaksikan adalah Al
Haq, namun mengacu kepada wujud yang
terjubahkan dalam ahkam dan jejak-jejak dari
entitas, bukan dalam acuan wujud yang terpisah
dari mereka, sebab dalam acuan ini, ketiadaan

74
dan ketersembunyian adalah kualitas inheren-
Nya. Sebagai akibatnya dalam realitasnya Al
Haq selalu dalam Kesatuan-Nya sebagaimana
Dia tanpa awal dan sebagaimana Dia tanpa
akhir. Bagaimanapun, disebabkan terhijab oleh
bentuk-bentuk keragaman dan jejak-jejak, Dia
muncul dalam pandangan yang lain sebagai
yang terikat dan terentitaskan dan tampak
sebagai banyak dan beragam.

Wujud adalah lautan, gelombangnya kekal


Tentang hal ini, penghuni dunia hanya melihat
gelombang
Lihatlah gelombang yang datang dari dalam lautan
ke sisi luar
lautan pun tersembunyi di dalamnya

Wujud adalah hakekat Rabb seluruh alam


Seluruhnya eksis di dalam-Nya dan Dia di dalam
seluruhnya
Inilah makna ucapan Kaum Arif
75
Keseluruhan terlingkupi dalam Keseluruhan

Ketika sesuatu dizahirkan dalam sesuatu yang


lain, maka ia kan berbeda dengan lokus
manifestasi. Dengan kata lain, yang zahir adalah
satu hal, dan lokus manifestasi adalah yang lain.
Lebih lanjut, apa yang nampak dari yang
terzahirkan dalam lokus manifestasi adalah
kemiripan dan bentuk, bukan hakekat dan
esensinya. Namun kejadiannya bukan demikian
bagi Wujud Al Haq. Kapanpun Dia menzahir
Dia identik dengan lokus manifestasi dan di
dalam keseluruhan lokus manifestasi Dia
menzahir melalui Zat-Nya.

Mereka berkata cermin hati adalah mengagumkan


Lihatlah di dalamnya wajah kekasihmubegitu
indah!

76
Tak seorang pun heran melihat wajah kekasih di
dalam cermin
Yang mengherankan adalah bagaimana cermin dan
wajah jadi satu

Wahai Engkau yang bentuknya telah memberikan


cermin seluruh kilauannya
Tanpa bentuk-Mu tiada cermin pernah terlihat
Tidak, tidakseluruh cermin menampakkan diri-Mu
sendiri
Dalam kelembutan-Nya, bukan bentuk-Mu

Al Haq bersamaan dengan gaya-Nya, sifat-Nya


dan hubungan yang menyusun eksistensi
sebenarnya dari wujud adalah bersifat imanen
dalam wujud sebenarnya dari seluruh makhluk.
Karena itu dikatakan, Keseluruhan ada dalam
Keseluruhan.

Ghulzani Raz berkata:


Jika kamu potong hati sebesar setetes air
77
Akan muncul darinya seratus lautan yang
murni.

Segala kekuatan dan tindakan yang terzahirkan


yang muncul dalam lokus manifestasi (mazhar)
berasal dalam hakekat dari Al Haq yang
terzahirkan dalam lokus ini, dan bukan berasal
dari diri mereka sendiri. Syaikhul Akbar ra
berkata berkata dalam Hikmat aliyya dalam
fasal Nabi Adam: eksistensi zahir tidak dapat
bertindak atas dirinya sendiri; tindakannya
adalah apa yang dimiliki Rabb nya secara
imanen di dalam dirinya. Karena itu eksistensi
zahir ini adalah pasif, dan tindakan tidak dapat
disandarkan kepadanya. Sebagai akibatnya
kekuatan dan tindakan dikaitkan kepada hamba
disebabkan manifestasi Al Haq dibawah bentuk
hamba, dan bukan karena tindakan demikian
benar-benar dipengaruhi oleh hamba itu
sendiri.Allah menciptakan kalian dan apa yang
78
kalian lakukan (QS37:94). Dan kenali fakta
bahwa wujudmu, kekuatanmu, dan tindakanmu
berasal dari Keagungan-Nya yang tiada memiliki
sekutu.

Baik kekuatan maupun tindakan disangkal dari kita


Ketiadaan keduanya adalah apa yang diperintahkan
kepada kita
Namun sejak dini adalah Dia yang hidup dalam
bentuk-bentuk kita
Baik kekuatan dan tindakan dikaitkan kepada kita

Dirimu adalah tiada, wahai yang mengetahui!


Jangan asalkan tindakanmu dari dirimu sendiri
Jangan tunjukan wajah sedih
Dirikanlah dinding dan mulailah melukis

Berapa lama engkau memuji dirimu di hadapan


mata yang cemburu?
Berapa lama engkau mempromosikan kebaikan
ketika tak seorang pun membeli?

79
Kamu tiada, dan mengapa kamu mengira ada?
Berapa lama pikiran sesat dan kebohongan ini?

80
KILAUAN KE-27

Sifat, hal dan tindakan yang zahir dalam lokus


manifestasi diasalkan kepada Al Haq yang zahir
di dalam lokus manifestasi tersebut. Ini berarti
jika dari waktu ke waktu sebuah keburukan atau
ketidaksempurnaan dijumpai dalam mereka, ini
dimungkinkan dari arah ketiadaan akan sesuatu
yang lain, sebab Wujud adalah kebaikan belaka.
Kapanpun keburukan dibayangkan berasal dari
sebuah urusan eksistensi, ini karena sebagian
masalah eksistensi tidaklah eksis, bukan karena
masalah eksistensi sebagai masalah eksistensi itu
sendiri. Dengan kata lain disebabkan sesuatu
anggapan yang lain.

Seluruh kebaikan dan kesempurnaan yang kalian


lihat
Semuanya adalah Al Haq, yang bebas dari cela

81
Setiap sifat keburukan dan kutukan kembali kepada
kurangnya penerimaan wujud

Kaum Filsuf mengklaim bahwa Wujud adalah


kebaikan belaka. Melalui sebuah ilustrasi,
mereka memberikan beberapa contoh: hujan es
membuat rusak buah-buahan dan ini adalah
keburukan bagi buah-buahan. Namun ia
bukanlah keburukan secara mutlak, sebab ia
adalah satu kualitas dari Wujud, dalam hal ini
bagian dari kesempurnaan Wujud, namun ia
disebut keburukan karena mencegah buah
mencapai kesempurnaan masaknya. Demikian
juga pembunuhan, yang merupakan keburukan,
ia bukanlah keburukan dalam acuan kekuatan si
pembunuh, bukan juga karena alat yang
digunakan untuk membunuh, bukan juga
kelemahan tubuh yang dibunuh, namun ia
disebut keburukan karena lenyapnya kehidupan

82
seseorang, dan ini adalah masalah ketiadaan.
Dan seterusnya dengan contoh yang lain.

Kapanpun wujud terlihat, wahai hati


Ketahuilah dengan yakin bahwa itu adalah Kebaikan
Murni
Setiap keburukan datang dari ketiadaan, bukan
dari wujud
Sehingga seluruh keburukan dihubungkan dengan
yang lain, Wahai hati!

83
KILAUAN KE-28

Dalam Kitab Nusus, Syeikh Sadr Al-Din


Qunawi Qs berkata:

Ilmu terikat kepada Wujud, yang berarti bahwa


setiap realitas yang ada, maka terdapat ilmu.
Perbedaan ilmu berada dalam perbedaan realitas
dalam menerima wujud, apakah sempurna atau
tidak sempurna. Maka yang lebih sempurna
dalam menerima wujud, lebih sempurna pula
ilmunya, demikian juga sebaliknya.

Pangkal pokok perbedaan ini adalah bahwa


ahkam dari yang wajib dan mumkinat menguasai
dan yang terkuasai. Dalam setiap realitas dimana
hukum yang wajib lebih dominan, eksistensi dan
ilmu akan lebih sempurna. Dalam setiap realitas

84
dimana hukum mumkinat lebih dominan, wujud
dan ilmu lebih kurang sempurna.

Tampaknya Syeikh menyatakan hal ini sebagai


contoh. Namun ini juga berlaku bagi kualitas
Wujud lainnya seperti hidup, qudrat, iradat, dst
yang memiliki derajat yang sama dengan ilmu.

Salah seorang sufi yang lain mengatakan, Tak


ada individu yang ada tanpa atribut ilmu, namun
ilmu memiliki dua jenis. Yang pertama apa yang
disebut secara umum ilmu dan yang lainnya
tidak. Bagaimanapun ahli hakekat bertahan pada
pendapat bahwa keduanya termasuk ilmu, sebab
mereka mengenali imanensi hakekat ilmu Al
Haq SWT dalam sesuatu apapun.

Sehubungan dengan Jenis kedua contohnya air,


yang tidak dianggap mengetahui dalam
pengertian umum. Bagaimanapun, kita melihat
85
air membedakan antara ketinggian dan
kerendahan. Ia mengalir dari tempat tinggi ke
lebih rendah. Dalam cara yang sama, ia akan
memasuki badan yang berpori dan ia membasahi
tubuh yang padat dan licin, dan hanya lewat
begitu saja, dst. Karena itu disebabkan
kekhususannya akan ilmu sehingga air mengalir
sesuai dengan apa yang dimiliki sang penerima
dan tiada penghalang baginya. Bagaimanapun
pada derajat inilah ilmu menjadi zahir dalam
bentuk alami.

Wujud, dengan segala kualitas potensialnya


Benar-benar menembus seluruh mumkinat
Dimana ketika mereka dapat menerimanya
Akan menunjukkannya dalam derajat kepasitas
penerimaan mereka

86
KILAUAN KE-29

Dalam acuan kemurnian akan kemurnian-Nya,


Wujud Al Haq meliputi hakekat seluruh
maujudat sedemikian hingga dalam hakekat ini,
Dia adalah identik dengan hakekat tersebut.
Demikian juga kesempurnaan sifat-Nya,
disebabkan keumuman dan ketidakterikatan,
meliputi seluruh sifat maujud sedemikian hingga
dalam keimanenannya dalam seluruh sifat
maujud, kesempurnaan sifat-Nya adalah identik
dengan sifat-sifat maujud.

Sebagai contoh, sifat Ilmu, dalam pengetahuan


sebagian atau keseluruhan, maka ilmu adalah
identik dengan keduanya. Dalam ilmu aktif dan
pasif, ia adalah identik dengan kedua ilmu
tersebut, demikian juga dengan ilmu zauq dan
wujdan. Ini menyimpulkan bahwa dalam medan
ilmu mereka yang tidak bertahan pada asumsi
87
ilmu penggunaan umum, ia sama dengan ilmu
yang layak sesuai derajat mereka. Demikian juga
mesti dinilai sifat dan kesempurnaan lainnya.

Zat-Mu menembus seluruh maujud


Yang gambarannya di belakang sifat-sifat mereka
Seperti Zat-Mu, seluruh sifat dan kualitas-Mu juga
tak terbatas
Tapi ketika tertampakkan, tidak terlepas dari
keterikatan dalam lokus manifestasi

Hakekat wujud adalah zat Al Haq SWT;


kesibukan, hubungan dan aspek adalah sifat-Nya;
cara-Nya menyatakan diri-Nya terjubahkan
dalam hubungan dan aspek ini adalah afal-Nya
dan pemberian jejak-Nya; fenomena yang
terzahirkan dari tajalli ini adalah jejak-jejak-Nya
(atsar).

Kepada diri-Nya melalui kesibukan-Nya, Dia yang


duduk
88
Dari balik tirai mulai menampakkan dalam lokus
manifestasi
Yang adalah dunia dan agama ini
Wahai pencari keyakinan, pelajari lah poin ini
Apakah Zat,sifat, afal dan jejakitu?

89
KILAUAN KE-30

Dalam beberapa bagian di dalam Fusus Syeikhul


Akbar Ibnu Arabi Ra, tampaknya ingin
menunjukkan kepada pandangan bahwa
eksistensi seluruh mumkinat bergantung kepada
eksistensi Al Haq SWT. { Pada bagian lain beliau
tampak mengatakan bahwa apa yang dikaitkan
kepada Keagungan Al Haq adalah murni
limpahan Wujud; dan mengacu kepada kualitas
yang bergantung kepada wujud, mereka adalah
akibat yang dihasilkan oleh substansi itu sendiri.
Dua pernyataan ini dapat didamaikan sebagai
berikut: Kehadiran Al Haq memiliki 2 tajalli.
Satu adalah gaib, tajalli yang diketahui (alam
ilmu), yang disebut kaum Sufi sebagai Emanasi
Paling Suci (Faiz Aqdas) atau aql kulli. Ini
adalah manifestasi Al Haq kepada diri-Nya
sendiri dari keabadian tanpa awal dalam
90
Kehadiran Pengetahuan didalam bentuk-bentuk
entitas, penerimaan dan kesiapan.

Tajjali kedua adalah tersaksikan dalam alam


aini. Tajjali penampakan akhir, yang disebut
pancaran suci (faiz muqaddas). Ia terdiri dari
manifestasi Wujud AL Haq terwarnai oleh
hukum-hukum dan jejak-jejak entitas. Tajalli
kedua ini terjadi setelah tajalli pertama. Ia adalah
lokus manifestasi kesempurnaan yang termuat
dalam tajalli pertama di dalam diri penerima dan
kesiapan dari entitas tersebut.

Satu kemurahan hati-Mu mewarnai seratus jenis


pengemis
Satu kemurahan hati memberikan kepada masing-
masing bagiannya
Kemurahan hati pertama tidak memiliki awal, dan
meletakkan
Kemurahan hati kedua ke dalam tatanan tanpa akhir

91
Karena itu, atribusi eksistensi dan apa yang
diliputinya kepada Al Haq SWT adalah dalam
sudut pandang totalitas dari dua tajalli
tersebut.Atribusi eksistensi kepada Al HAq
bersamaan dengan atribusi yang bergantung
kepada-Nya kepada entitas adalah dalam sudut
pandang tajalli kedua, Akhirnya, tak ada satu pun
yang terjadi dalam tajalli kedua melainkan ia
adalah hasil dari tajalli pertama.

Perhatikan hal ini dan misteri yang sulit dimengerti


ini
Seluruh sifat dan tindakan yang kita lihat
Dari satu arah, dia dikaitkan kepada kita
Pada arah yang lain, seluruhnya diatributkan kepada
Al Haq.

92
Adapun niat dalam pernyataan ini dan apa yang
dicari melalui ibarat-ibarat hanyalah untuk
mengingatkan Peliputan Esensial dari Kemaha-
hadiran Al Haq SWT, dan untuk seluruh derajat
wujud-Nya melalui nur-Nya. Maka seorang
penempuh dan penuntut yang memperhatikan
akan bersifat awas supaya tidak mengabaikan
penyaksian akan Keindahan hakekat-Nya ketika
sedang menyaksikan hakekat esensi apapun,
tidak juga mereka menjadi bodoh/acuh tak acuh
dalam mengamati kesempurnaan sifat-Nya
dalam mazhar sifat apapun. Apa yang
disebutkan sudah lah cukup untuk
menyelesaikan niat tersebut dan cukup
menjelaskan sesungguhnya apa yang dicari
dalam hidup ini. Karena itu, ia terhimpun dalam
takaran ini dan ditutup dengan puisi berikut:

93
Cukup sudah wahai Jami! Berapa lama kamu
mengungkapkan kata-kata?
Berapa lama berbicara dan mengisahkan sebuah
cerita?
Menyatakan hakekat dalam kata-kata adalah
sebuah ilusi
Wahai yang faqir, berapa lama bermain-main
dengan ilusi?

Dalam kain kefaqiran, menutupi aib lebih baik


Dalam kelembutan cinta, ketajaman akal lebih baik.
Karena kata adalah tutup akan tujuan yang dicari
Maka dia lebih baik daripada bicara dan
mendengar.
Sampai kapan engkau akan menangis dan berteriak
seperti lonceng?
Demi sejenak, tetaplah diam dari pembicaraan
kosong ini.
Kamu tidak akan menjadi khazanah bagi mutiara
hakekat ini
Selama kamu tidak menjadikan seluruh
pendengaran seperti kerang.
94
Wahai yang sifat alaminya senang bercakap-cakap
Jika kamu termasuk pemilik ilmu, jaga ucapanmu
Jangan lepaskan lidahmu dalam menyingkap
rahasia Wujud
Mutiara hakekat tidak akan terkoyak dengan berlian
kata-kata
Goreslah garis kehinaan, yang lain melalui
bayangan
Kemudian tarik hijab dari Keindahan Gaib
Tajalli keindahan tidaklah berada di luarmu
Maka tariklah kaki dari celana dan kepala dari
kerudung

Wahai kamu yang kain kafan telah dipinjami oleh


kesedihan bagi-Nya
Jangan nodai kesadaran sucimu dengan
pembicaraan
Sebab kamu dapat bertahan diam tentang hal itu,
Jika kamu berbicara setelah ini, semoga mulutmu
penuh dengan tanah!

95
96

You might also like