You are on page 1of 59

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

Halaman
STUDI PERFORMA DAN Judul
MANUFAKTUR DYE-SENSITIZED
SOLAR CELL (DSSC) BERBASIS ZnO NANOPARTIKEL
DENGAN PROSES FLAME ASSISTED SPRAY PYROLYSIS

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister


Program Studi Teknik Mesin

Oleh :

BOBIE SUHENDRA
NIM S951008002

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

STUDI PERFORMA DAN MANUFAKTUR DYE-SENSITIZED


SOLAR CELL (DSSC) BERBASIS ZnO NANOPARTIKEL
DENGAN PROSES FLAME ASSISTED SPRAY PYROLYSIS
Lembar Pengesahan
Pembimbing
TESIS

Oleh
Bobie Suhendra
S951008002

Komisi Nama Tanda Tangan Tanggal


Pembimbing

Pembimbing I Dr. techn. Suyitno, S.T., M .T. ------------------ 5 Januari 2012


NIP 197409022001121002

Pembimbing II Dr. Eng. Agus Purwanto, S.T., M.T. ------------------ 5 Januari 2012
NIP 197504111999031001

Telah dinyatakan memenuhi syarat


Pada tanggal 5 Januari 2012

Ketua Program Studi Teknik Mesin Koordinator Tesis Program Studi


Program Pascasarjana UNS Magister Teknik Mesin

Dr. techn. Suyitno, S.T., M .T. Prof. Muhammad Nizam, S.T., M .T., PhD
NIP 197409022001121002 NIP.197007201999031001

ii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

iii

STUDI PERFORMA DAN MANUFAKTUR DYE-SENSITIZED


SOLAR CELL (DSSC) BERBASIS ZnO NANOPARTIKEL
DENGAN PROSES FLAME ASSISTED SPRAY PYROLYSIS

Lembar Pengesahan Penguji


TESIS
Oleh
Bobie Suhendra
S951008002

Tim penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. techn. Suyitno, S.T., M.T. 5 Januari 2012


NIP 197409022001121002

Sekretaris Dr. Eng. Agus Purwanto, ST. MT. 5 Januari 2012


NIP 197504111999031001

Anggota Prof. Muhammad Nizam, S.T., M.T., PhD. 5 Januari 2012


Penguji NIP. 197007201999031001

Didik Djoko Susilo, ST, MT 5 Januari 2012


NIP. 197203131997021001

Telah dipertahankan di depan penguji


Dinyatakan telah memenuhi syarat
Pada tanggal 5 Januari 2012

Ketua Prodi Koordinator Tesis Program Studi


M agister Teknik Mesin M agister Teknik Mesin

Dr. techn. Suyitno, S.T., M.T. Prof. Muhammad Nizam, S.T., M .T., PhD
NIP 197409022001121002 NIP.197007201999031001
Menyetujui,
Direktur Program Pascasarjana UNS

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M S.


NIP. 196107171986011001

iii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul : Studi Performa dan Manufaktur Dye-Sensitized


Solar Cell (DSSC) Berbasis ZnO Nanopartikel dengan Proses Flame
Assisted Spray Pyrolysis ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas
plagiat, serta tidak terdapat karya ilrniah yang pernah diajukan oleh orang
la in untuk rnernperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara
tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti
terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No
17, tahun 2010)
2. Publikasi sebagian atau kese luruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmia h
la in harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester (enam bulan seja k pengesahan tesis) saya tidak melakukan
publikasi dari sebagian atau keseluruhan tesis ini, maka Prodi Magister
Teknik M esin UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmia h yang
diterbitkan oleh Prodi M agister Teknik Mesin UNS. Apabila saya
melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia
mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, 5 Januari 2012
Mahasiswa,

Bobie Suhendra
S951008002

iv
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kata Pengantar

Assalamu'alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SW T yang tela h
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Selama menyelesaikan penelitian tesis ini penulis
memperoleh banyak ilmu dan pengalaman yang mudah-mudahan dapat dijadikan
bekal untuk masa depan penulis.
Dalam menyelesaikan penelitian tesis ini penulis banyak memperoleh
bantuan, bimbingan, pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
menghaturkan terima kasih kepada:
1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional atas
dukungan pendanaan melalui hibah Pascasarjana dengan No. Kontrak:
286/SP2H/PL/Dit.Litabmas/IV/2011 Tanggal 14 April 2011.
2. Bapak Dr. Tech. Suyitno, S.T., M.T. selaku pembimbing pertama tesis.
3. Bapak Dr. Eng. Agus Purwanto, S.T., M.T. selaku pembimbing kedua tesis.
4. Bapak-bapak dosen di program studi M agister Teknik M esin UNS.
5. Orang tua tercinta, dan saudara-saudaraku
6. Teman-teman magister teknik mesin untuk dukungan dan doanya.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna, untuk itu
masukan dan saran yang membangun akan penulis terima dengan ikhlas dan
penulis ucapkan terima kasih. Penulis berharap semoga tesis ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Akhirnya semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kemajuan bersama.

Surakarta, Januari 2012

Penulis

v
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

vi

Bobie Suhendra. 2012. Studi Performa Dan Manufaktur Dye-Sensitized Solar Cell
(DSSC) Berbasis Zno Nanopartikel Dengan Proses Flame Assisted Spray
Pyrolysis. TESIS. Pembimbing I: Dr. Tech. Suyitno, S.T., M.T. II: Dr. Eng. Agus
Purwanto, S.T., M.T. Program Studi Teknik M esin, Program Pascasarjana,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian tesis ini adalah untuk memproduksi nanopartike l ZnO,
melakukan karakterisasi nanopartikel ZnO, membuat prototype dye sentisized
solar cell (DSSC), dan menguji efisiensi DSSC berbasis ZnO nanopartikel.
Metode yang digunakan untuk memproduksi nanopartikel ZnO adalah dengan
flame assisted spray pyrolysis (FASP) dimana variasi debit aliran gas pembawa
(carrier gas) material bahan ZnO (precursor) sebesar 5 L/m, 7 L/m, dan 9 L/m.
Karakterisasi nanopartikel ZnO digunakan untuk mengetahui ukuran dari partikel
dan kristal ZnO yaitu dengan scanning electron microscopy (SEM) dan X-Ra y
diffractometer (XRD). Produksi dye sensitized solar cell (DSSC) dilakukan
dengan menyusun elektroda kerja, elektroda counter dan elektrolit. Elektroda
kerja berupa semikonduktor ZnO yang dilapiskan dengan metode doctor blade
dimana variasi temperatur sintering sebesar 150 oC, 300 oC, dan 500 oC. Rutenium
N719 digunakan sebagai zat pewarna. Efisiensi sel surya diukur di bawah
penerangan solar simulator dengan intensitas radiasi dari 1 W/m 2, 10 W/m 2, 500
W/m 2 dan 1.000 W /m2. Pengujian efisiensi DSSC dilakukan sesuai dengan
standar ASTM E 948-95. Dari penelitian menunjukkan bahwa nanopartikel ZnO
telah berhasil diproduksi. Pada saat laju gas pembawa precursor 5 L/menit
diperoleh partikel ZnO dengan ukuran rata-rata sekitar 80 nm. Pada pengujian
efisiensi DSSC diperoleh hasil bahwa efisiensi tertinggi DSSC terjadi pada
intensitas iradiasi 1 W/m 2 dan temperatur sintering 300 oC yaitu sekitar 1,77%.
Efisiensi terendah sebesar 0,0014% pada intensitas 1000 W /m 2 dan temperatur
sintering 150 oC.

Kata kunci: Flame assisted spray pyrolysis (FASP), dye sensitized solar cell
(DSSC), ZnO, Nanopartikel, Efisiensi.

vi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

vii

Bobie Suhendra. 2012. Study of Performance and Manufacturing Dye-


Sensitized Solar Cell (DSSC) Based on ZnO Nanoparticles with Flame Assisted
Spray Pyrolysis Process. Thesis. Supervisor I: Dr. Tech. Suyitno, S.T., M.T., II:
Dr. Eng Agus Purwanto, S.T., M.T. Program Study of Mechanical Engineering.
Post-graduate Program of Sebelas M aret University, Surakarta.

ABSTRACT
The aim of this thesis research is to produce ZnO nanoparticles, to characterize
ZnO nanoparticles, to develop prototyp of a dye sentisized solar cell (DSSC), and
to test the efficiency of DSSC based on ZnO nanoparticles. ZnO nanoparticles
was produced by flame assisted spray pyrolysis (FASP) method where the carrier
gas flow rate of material ZnO material (precursor) at 5 L/m, 7 L/m, and 9 L/m.
Characterization of ZnO nanoparticles was conducted to determine the particle
size and the crystalinity of ZnO nanoparticles and performed by scanning electron
microscopy (SEM) and X-ray diffractometer (XRD). The Dye sensitized solar cell
(DSSC) consists of working electrode, a counter electrode and an electrolyte.
Working electrode of semiconductor ZnO was deposited by the doctor blade
method in which the temperature of sintering was varied at 150 oC, 300 oC and
500 oC. Ruthenium N719 was used as a dye. Solar cell efficiency was measured
under illumination with solar simulator radiation intensity of 1 W/m 2, 10 W /m 2,
500 W/m 2 and 1000 W/m2. The efficiency of DSSC was evaluated in accordance
with the ASTM E 948-95 testing standard. From this result showed that ZnO
nanoparticles have been successfully produced. W hen the rate of the carrier gas
precursor was 5 L/m, it was obtained ZnO particles with the average size around
80 nm. The highest efficienc y of the DSSC was around 1.77% and obtained at the
irradiation intensity of 1 W/m 2 and the temperature of sintering at 300 oC. The
lowest efficiency was 0.0014% in the intensity of 1000 W/m 2 and the temperature
of sintering at150 oC.

Keywords: Flame assisted spray pyrolysis (FASP), dye sensitized solar cell
(DSSC), ZnO, Nanoparticle, Efficiency.

vii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................... i

Lembar Pengesa han Pembimbing ........................................................................ ii

Lembar Pengesa han Penguji ............................................................................... iii

Pernyataan Orisinalitas Dan Publikasi Isi Tesis .................................................. iv

Kata Pengantar .................................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

ABSTRACT ..................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR GAM BAR .......................................................................................... x

DAFTAR NOTASI .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................... 1

1.2 Batasan Masalah ........................................................................ 3

1.3 Perumusan Masalah ................................................................... 3

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 4

1.5 Sistematika Penulisan ................................................................ 4

BAB II DASAR TEORI .................................................................................... 6

2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................ 6

2.2 Dasar Teori .............................................................................. 12

2.2.1 Flame Spray Pyrolysis ................................................... 12

viii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ix

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya


Nanomaterial dalam Proses Flame Assisted Spray
Pyrolysis ........................................................................ 14

2.2.3 Karakterisasi Nanopartikel ZnO ..................................... 19

2.2.4 Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) ................................. 19

2.2.5 Komponen Sel Surya DSSC ........................................... 21

2.2.6 Efisiensi Sel Surya ......................................................... 22

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 24

3.1 Tempat Pelaksanaan ................................................................ 24

3.2 Alat dan Bahan Pembuatan Nanopartikel ZnO ......................... 24

3.3 Alat dan Bahan Pembuatan DSSC ............................................ 25

3.4 Prosedur Percobaan.................................................................. 25

3.5 Diagram Alir Penelitian ........................................................... 29

BAB IV ANALISA DATA ............................................................................... 30

4.1 Pembuatan Nanopartikel ZnO M elalui Proses Flame


Assisted Spray Pyrolysis .......................................................... 30

4.2 Analisa Performa Sel Surya DSSC ........................................... 35

4.2.1 Pengaruh Sintering terhadap Efisie nsi Sel Surya


DSSC ............................................................................ 35

4.2.2 Pengaruh Intensitas Penyinaran ...................................... 39

BAB V KESIM PULAN ................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 46

Lembar Biodata ................................................................................................. 49

Surat Pernyataan ............................................................................................... 50

ix
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengaruh sintering terhadap DSSC TiO 2 (Lee et al. 2005) .......................... 6
Gambar 2.2 Kurva I-V solid state DSSC (Mahesh 2011) ................................................ 7
Gambar 2.3 Kurva I-V DSSC penelitian Kao et al. (2009) ............................................. 8
Gambar 2.4 Kurva I-V DSSC penelitian (Kim et al. 2008) ............................................. 9
Gambar 2.5 Energi gap material berbagai lapisan oksida ................................................ 9
Gambar 2.6 Kurva I-V DSSC (Kao et al. 2009) ........................................................... 10
Gambar 2.7 Hasil uji XRD kekristalan lapisan ZnO dari pengaruh temperatur
preannealing penelitian (Kao et al. 2009) ................................................ 11
Gambar 2.8. Kurva I-V DSSC (Kao et al. 2010) .......................................................... 11
Gambar 2. 9 Hasil uji atomic force microscopy (AFM) pada lapisan ZnO (a). CTA
(b).RTA ................................................................................................... 12
Gambar 2.10. Skema proses flame assisted spray pyrolysis reaktor flame premix
(Yeh et al. 2004).................................................................................... 13
Gambar 2.11. Skema proses flame assisted spray pyrolysis reaktor flame diffusion
(Purwanto et al. 2008) ........................................................................... 13
Gambar 2.12. Skema proses pembuatan nanopartikel yang terjadi di reaktor flame
(Phanichphant et al. 2011) ..................................................................... 14
Gambar 2.13. Pengaruh temperatur api terhadap ukuran partikel nanosilika (Cho
et al. 2009) ............................................................................................ 14
Gambar 2.14. Pengaruh konsentrasi precursor terhadap ukuran partikel nanosilika
(Cho et al. 2009).................................................................................... 15
Gambar 2.15. Pengaruh waktu kontak dengan api melalui variasi laju aliran fuel,
oxidizer, dan carrier gas terhadap ukuran partikel hydroxyapatite
(Cho et al. 2008).................................................................................... 16
Gambar 2. 16. Ukuran partikel silika (SiO 2) dari silicid acid ........................................ 17
Gambar 2.17. Mekanisme pembentukan partikel di dalam flame assisted spray
pyrolysis ................................................................................................ 18
Gambar 2.18. Prinsip kerja sel surya DSSC .................................................................. 20
Gambar 2.19. Skema komponen sel surya DSSC (Hasin 2009) .................................... 21
Gambar 2.20. Kurva I-V pada Sel Surya (Usman 2001) ............................................... 23

x
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xi

Gambar 3.1. Skema alat flame assisted spray pyrolysis pada pembuatan
nanopartikel ZnO. .................................................................................... 24
Gambar 3.2. Ilustrasi skema area deposisi pasta ZnO ................................................... 27
Gambar 3.3 Skema pengukuran tegangan dan arus pada sel surya menurut E 948-
95 (ASTM ) .............................................................................................. 28
Gambar 3.4 Skema pengujian DSSC ............................................................................ 28
Gambar 3.5. Alur penelitian pembuatan Nanopartikel ZnO dengan proses Flame
Spray Pyrolysis ........................................................................................ 29
Gambar 3.6. Alur pembuatan dan pengujian DSSC ...................................................... 29

Gambar 4.1. ZnO nanopartikel dengan debit gas pembawa precursor 9 L/menit .......... 30
Gambar 4.2. ZnO nanopartikel dengan debit gas pembawa precursor 7 L/menit .......... 31
Gambar 4.3. ZnO nanopartikel dengan debit gas pembawa precursor 5 L/menit. ......... 32
Gambar 4.4 Hasil XRD ZnO nanopartikel dengan debit gas pembawa precursor 5
L/menit .................................................................................................... 32
Gambar 4.5 Hasil XRD ZnO nanopartikel dengan debit gas pembawa precursor 7
L/menit .................................................................................................... 33
Gambar 4.6 Hasil XRD ZnO nanopartikel dengan debit gas pembawa precursor
9L/menit .................................................................................................. 33
Gambar 4.7 Pola XRD ZnO (Tani et al. 2002) ............................................................. 34
Gambar 4.8 Kurva I-V DSSC terhadap intensitas penyinaran 1 Watt/m 2 ...................... 35
Gambar 4.9 Kurva I-V DSSC terhadap intensitas penyinaran 10 W att/m 2 .................... 35
Gambar 4.10 Kurva I-V DSSC terhadap intensitas penyinaran 500 W att/m2 ................ 36
Gambar 4.11 Kurva I-V DSSC terhadap intensitas penyinaran 1000 Watt/m2............... 36
Gambar 4.12 Pengaruh sintering terhadap efesiensi DSSC pada berbagai intensitas
penyinaran ............................................................................................... 37
Gambar 4.13 Bentuk morfologi lapisan TiO 2 dengan sintering a) 400 oC b) 500 oC
c) 600 oC dan d) 600 oC dengan penambahan ZnO (Kao 2009) .................. 37
Gambar 4.14 Hasil uji XRD pengaruh sintering terhadap sruktur kristal lapisan
ZnO Kao et al. (2009) .............................................................................. 38
Gambar 4.15 Pengaruh intensitas penyinaran terhadap kurva I-V DSSC pada
sintering 150 oC ........................................................................................ 39

xi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xii

Gambar 4.16 Pengaruh intensitas penyinaran terhadap kurva I-V DSSC pada
sintering 300 oC ........................................................................................ 40
Gambar 4.17 Pengaruh intensitas penyinaran terhadap kurva I-V DSSC pada
sintering 500 oC ........................................................................................ 40
Gambar 4.18 Pengaruh intensitas penyinaran terhadap efisiensi DSSC. ........................ 41
Gambar 4.19 Pengaruh intensitas penyinaran terhadap hambatan listrik. ...................... 42
Gambar 4.20 Gugusan karboksil pada ruthenium ......................................................... 42
Gambar 4.21 Struktur atom Ikatan Dangling (Baryam.H et al. 1986) ........................... 43
Gambar 4.22 Transpor elektron dari dye ke lapisan TiO2 (Halme 2002) ...................... 43

xii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xiii

DAFTAR NOTASI

A Luas sel surya aktif (m2)


I Intensitas radiasi sinar matahari atau solar simulator (W/m 2)
Isc Arus short current (Ampere)
Im Arus maksimum (Ampere)
M Molaritas (mol/L)
Vsc Tegangan short current (Volt)
Vm Tegangan maksimum (Volt)

xiii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Biodata ......................................................................................... 49

Surat Pernyataan ............................................................................................... 50

xiv
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menipisnya persediaan bahan bakar fosil dan meningkatnya harga bahan


bakar fosil mendorong pengembangan inovasi dalam pemanfaatan energi
alternatif yang persediaannya melimpah dan murah. Salah satu alternatif sumber
energi yang menarik untuk dikembangkan adalah sinar matahari. Ada beberapa
cara dalam memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi, salah satunya
dengan menggunakan teknologi fotovoltaik, yaitu sebuah teknologi tenaga
matahari yang menggunaka n sel surya untuk mengubah caha ya dari matahari
menjadi listrik.
Penelitian pertama tentang efek fotovoltaik dilakukan oleh E.Becquerel pada
tahun 1839. Pada tahun 1954, efek fotovoltaik dikembangkan oleh para peneliti
dari Bell laboratories untuk membuat sel surya dari sel silikon dan memiliki
efesiensi 4,5% dan zaman sekarang sel silikon mempunyai efesiensi sebesar 22%
(Pietruszko 2005). Namun kemudian pengembangan sel silikon menghadapi
kendala yaitu pada pembiayaan produksi sel silikon monokristalin ataupun
polikristalin yang mahal. Untuk itu para peneliti di dunia mencari jalan la in, sala h
satunya dengan membuat sel surya jenis dye sensitized solar cell (DSSC). Biaya
produksi DSSC lebih murah dibandingkan denga n sel surya jenis silikon
monokristalin atau polikristalin (Halme 2002).
Dye sensitized solar cell (DSSC), sejak pertama kali ditemukan oleh Professor
Michael Gratzel pada tahun 1991, dan telah dianggap jenis generasi terbaru
photovoltaic dan alternatif untuk menggantikan sel surya berbasis sel silikon.
DSSC tersusun atas elektroda kerja, elektroda counter dan elektrolit. Dye
sensitized solar cell (DSSC) merupakan sel surya yang terbuat dari
semikonduktror yang dilapisi oleh zat anti refleksi untuk meningkatkan efisiensi
konversi sinar matahari. DSSC bekerja pada daerah sinar tampak. Sinar tampak
merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 390-770 nm
(Halme 2002).

1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kemudian seiring perkembangan penelitian tentang DSSC, para peneliti


berusaha dan mencari cara untuk meningkatkan efisiensi sel surya DSSC itu
sendiri. Salah satu upaya diantaranya dengan mengembangkan DSSC berbasis
nanopartikel. DSSC berbasis nanopartikel adalah DSSC yang mengguna kan
lapisan tipis yang tersusun dari material nano, bersifat sem ikonduktor dan
sekaligus berfungsi sebagai elektroda. Pada teknologi DSSC, apabila dapat dibuat
lapisan elektroda berskala nanometer maka semikonduktor akan maksimal dalam
penyerapan zat pewarna (dye) sehingga dapat meningkatkan efisiensi sel surya
tersebut (Sheng et al. 2009). Zat pewarna itu sendiri digunakan untuk menyerap
cahaya dari matahari.
Berbagai cara untuk memproduksi nanopartikel semikonduktor diantaranya
dengan metode sol-gel (Kashyout et al. 2010), metode kimia dan fisika (Klabunde
2001), dan flame assisted spray pyrolysis (Terashi et al. 2008,Wang et al. 2008).
Dibandingkan dengan metode yang lain, metode flame assisted spray pyrolysis
dipilih karena mengunakan alat yang sederhana, murah, dan mudah didapatkan.
Selain itu proses pembuatan nanopartikel melalui proses flame assisted spray
pyrolysis bisa bersifat kontinyu dan dapat diaplikasikan di industri. M aterial nano
yang diproduksi melalui metode flame assisted spray pyrolysis dan dapat
digunakan sebagai penyusun lapisan tipis adalah ZnO.
Pemilihan ZnO sebagai semikonduktor dikarenakan material ini memiliki
mobilitas elektron lebih tinggi dari TiO2 (Soga 2006). Selain itu celah pita energi
dari ZnO sebesar 3,4 eV mirip dengan TiO2 (Grtzel 2001). ZnO juga memiliki
bahan dasar yang mudah diperoleh dan relatif lebih murah dibandingkan denga n
bahan semikonduktor lainnya.
Dengan penelitian ini ditargetkan dapat diproduksi na no partikel ZnO dari
metode flame assisted spray pyrolysis dan selanjutnya ZnO nano partikel
digunakan sebagai bahan pembuat lapisan tipis pada sel surya DSSC. Sehingga
dengan sel surya ini, sumber tenaga matahari ya ng selama ini terabaikan dapat
menjadi energi alternatif untuk kehidupan sehari-hari. Sebagaimana diketahui
bahwa Indonesia memiliki potensi sumber daya tenaga matahari yang sangat
besar, sebab terletak didaerah garis khatulistiwa yang memiliki intensitas 4,8
kW h/m 2/hari (Suherdiana et al. 2009).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1.2 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada:


1. Material dasar yang digunakan untuk pembuatan DSSC dalam pene litian ini
adalah ZnO nanopartikel.
2. Pembuatan ZnO nanopartikel menggunakan metode flame assisted spray
pyrolysis dengan konsentrasi larutan zinc nitrat 0,1 M dengan api mempunyai
tinggi 4 inchi.
3. Zat pewarna (dye) organik yang digunakan adalah ruthenium complex N 719.
4. Cairan elektrolit yang digunakan adala h iodine.
5. Lapisan tipis ZnO diendapkan pada substrat kaca fluorine-doped thin oxide
(FTO) berukuran 3 cm 3 cm.
6. Temperatur sintering lapisan tipis ZnO sebesar 150 oC, 300 oC, dan 500 oC
selama 30 menit.
7. Ketebalan substrat kaca fluorine-doped thin oxide (FTO) sebesar 3 mm.
8. Ketebalan lapisan tipis ZnO sebesar
9. Ukuran sel surya 1 cm x 1 cm.

1.3 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa masalah diantaranya:


1. Bagaimana pengaruh variasi debit aliran gas pembawa bahan dasar
nanomaterial (carrier gas precursor) terhadap ukuran ZnO nanopartikel yang
dihasilkan dari proses flame spray pyrolysis.
2. Bagaimana pengaruh temperatur sintering lapisan tipis ZnO terhadap efisiensi
DSSC.
3. Berapa besarkah efisiensi prototipe sel surya DSSC dalam penelitian ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:


1. Menghasilkan ZnO nanopartikel dengan metode flame assisted spray
pyrolysis dengan bahan bakar LPG dengan variasi debit aliran gas pembawa
bahan dasar nanomaterial (carrier gas precursor).
2. Mela kukan karakterisasi ZnO nanopartikel dari proses flame assisted spray
pyrolysis dengan bahan bakar LPG.
3. Menghasilkan prototipe dye sentisized solar cell (DSSC) berbasis ZnO
nanopartikel.
4. Mengetahui efisiensi prototipe dye sentisized solar cell (DSSC) berbasis ZnO
nanopartikel dengan variasi temperatur sintering dan intensitas penyinaran.

M anfaat penelitian:
1. Memberikan pengetahuan produksi nano partikel dengan metode flame
assisted spray pyrolysis dan karakterisasi nanopartikel ZnO.
2. Memberikan pengetahuan tentang manufaktur sel surya DSSC dengan
berbasis nanopartikel ZnO.
3. Memberikan pengetahuan tentang pengaruh temperatur sintering terhadap
efisiensi DSSC berbasis nanopartikel ZnO.
4. Memberikan pengetahuan tentang pengaruh intensitas penyinaran terhadap
efisie nsi DSSC berbasis nanopartikel ZnO.
5. Memberikan dasar-dasar peralatan dan proses produksi partikel nano ZnO
dan sel surya DSSC.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:


BAB I : Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, perumusan masalah, batasan masala h, dan
sistematika penulisan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II : Dasar teori, berisi tinjauan pustaka yang berkaitan dengan sejara h
perkembangan, teori DSSC dan teori tentang flame assisted spray
pyrolysis.
BAB III : Metodologi penelitian, menjelaskan peralatan yang digunakan, tempat
dan pelaksanaan penelitian, langkah-langkah percobaan dan
pengambilan data.
BAB IV : Data dan analisa, menjelaskan data hasil pengujian, perhitungan data
hasil pengujian, dan analisa hasil dari perhitungan.
BAB V : Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Lee et al. (2005) telah melakukan penelitian tentang DSSC berbasis TiO2
sebagai bahan semikonduktor. TiO 2 dideposisikan ke substrat kaca FTO denga n
variasi temperatur sintering sebesar 400 oC, 450oC, 500 oC, 550 oC dan 600 oC
selama 1 jam berada di tekanan atmosfer. DSSC ini menggunakan jenis pewarna
N3 yang dilarutkan dengan etanol yang direndam selama 1 hari pada temperatur
kamar. Platina sebagai counter electrode. Platina tersebut dideposisikan ke
substrat kaca FTO dengan menggunakan metode DC magnetron sputtering .
Efisiensi DSSC ini sebesar 4,2%, 5,4%, 5,2%, dan 5,0% untuk DSSC variasi
sintering masing-masing 400 oC, 450 oC, 500 oC, dan 550 oC (Lee et al. 2005).

Gambar 2.1 Pengaruh sintering terhadap DSSC TiO2 (Lee et al. 2005)

Mahesh (2011) melakukan penelitian dengan membuat solid-state DSSC


yang dikenal dengan DSSC berelektrolit padat. Polyethylene oxide (PEO)

6
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

digunakan sebagai elektrolit. Sel DSSC berluasan 1 cm 2 ini diuji dengan


intensitas radiasi sebesar 1000 W/m 2. Pengujian dilakukan pada lapisan tipis (a)
ZnO NPs fotoanoda + elektolit PEO, (b) ZnO NSs fotoanoda + elektrolit PEO, (c)
ZnO NPs fotoanoda + TiO 2 NTs termodifikasi elektrolit PEO, dan (d) ZnO NSs
fotoanoda + TiO 2 NTs termodifika si elektrolit PEO dan menghasilkan efisiensi sel
masing-masingnya adalah sebesar 0,006%, 0,007%, 0,079%, dan 0,125%. Artinya
dengan menggabungkan dua jenis material sem ikonduktor pada saat membuat
lapisan tipis dapat diperoleh peningkatan efisiensi (M ahesh 2011).

Gambar 2.2. Kurva I-V solid state DSSC (Mahesh 2011)

Kao et al. (2009) telah melakukan penelitian pada pembuatan dye sensitized
solar cells (DSSC) dengan mendeposisikan lapisan ZnO dan TiO 2 pada substrat
kaca ITO berukuran 2 cm x 2,5 cm. Performa DSSC yang dideposisi dengan TiO2
murni pada penelitian ini yaitu memiliki nilai arus ISC sebesar 3,7 mA/cm 2,
tegangan VOC sebesar 0,68 V, fill factor sebesar 46%, dan efesiensi sebesar 2,5%.
Sedangkan DSSC yang dideposisi dengan ZnO dan TiO2 (ZTO) memiliki nilai
arus ISC sebesar 4,5 mA/cm2, tegangan V OC sebesar 0,72 V, fill factor sebesar
51%, dan efisiensi sebesar 3,24% (Kao et al. 2009). Penelitian ini memberikan
informasi bahwa penambahan ZnO pada lapisan TiO 2 akan meningkatkan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

efisiensi DSSC (lihat Gambar 2.3). Penambahan ZnO pada lapisan TiO 2 dapat
meningkatkan porositas pada permukaan lapisan TiO 2 sehingga surface area
lebih besar dibandingkan dengan lapisan TiO2 murni. Surface area meningkat dari
48 m 2/g menjadi 50 m 2/g dan da ya penyerapan zat pewarna meningkat dari
2,13x10 -8 mol/cm 2 menjadi 2,15x10 -8 mol/cm 2 pada saat lapisan tipis TiO 2
didoping dengan ZnO. Apabila surface area lebih besar maka penyerapan zat
pewarna (dye) lebih maksimal sehingga dapat meningkatkan efisiensi sel surya.

Gambar 2.3 Kurva I-V DSSC penelitian Kao et al. (2009)

Kim et al. (2008) telah melakukan penelitian pada pembuatan dye sensitized
solar cells (DSSC) denga n mendeposisikan lapisan TiO 2 dengan berbagai lapisan
oksida sebagai substrat diantaranya ZnO, TiO 2, SnO 2, ZrO2, MgO, dan Al2O 3
dengan metode print screen dan menggunakan pewarna ruthenium dye. Efisiensi
DSSC diuji dalam penerangan dengan intensitas 1000 W/m 2. Hasilnya DSSC
dengan lapisan oksida MgO memiliki efisiensi lebih besar yaitu 3,98% dan
memiliki nilai arus ISC sebesar 9,29 mA/cm 2, tegangan V OC sebesar 0,734 V, dan
fill factor sebesar 58%. (lihat Gambar 2.4). Menurut Kim et al. (2008) MgO
mempunyai energi gap (band gap energy) lebih besar dibandingkan denga n
material yang lainnya (lihat gambar 2.5) sehingga menghasilkan e nergi yang lebih
besar pula. Selain itu MgO lebih besar dalam menyerap zat pewarna

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dibandingkan dengan Al2O3 sehingga efisiensi DSSC berlapis MgO lebih besar
dibandingkan Al 2O3.

Gambar 2.4 Kurva I-V DSSC penelitian (Kim et al. 2008)

Gambar 2. 5 Energi gap material berbagai lapisan oksida

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

Gambar 2.6. Kurva I-V DSSC (Kao et al. 2009)

Kao et al. (2009) telah melakukan penelitian pada pembuatan dye sensitized
solar cells (DSSC) dengan mendeposisikan lapisan ZnO pada FTO berukuran 2
cm x 2,5 cm dengan memberi perlakuan preannealing 100 oC dan 300 oC selama 2
menit sebelum dilakukan sintering pada temperatur 600 oC (rapid thermal
annealing ) selama 2 menit. Hasilnya DSSC dengan lapisan ZnO yang diberi
perlakuan preannealing 300 oC memiliki efesiensi lebih besar yaitu 2,5% serta
memiliki nilai arus I SC sebesar 8,2 mA/cm2, tegangan V OC sebesar 0,64 V, dan fill
factor sebesar 45%. (lihat Gambar 2.6). Lapisan ZnO pada preannealing pada
temperatur 300 oC memiliki nilai ke kristalan lebih baik dibandingkan lapisan ZnO
preannealing 100 oC (lihat gambar 2.7). Selain itu preannealing pada temperatur
300 oC dapat meningkatkan porositas pada permukaan lapisan ZnO sehingga
surface area lebih besar. Luasan penyerapan meningkat dari 44 m /g ke 54 m 2/g
2

dan porositas m eningkat dari 15% ke 32%. Apabila luasan penyerapan lebih besar
maka penyerapan zat pewarna (dye) lebih maksimal sehingga dapat meningkatkan
efisiensi sel surya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

Gambar 2.7 Hasil uji XRD kekristalan lapisan ZnO dari pengaruh
temperatur preannealing penelitian (Kao et al. 2009)

Gambar 2.8. Kurva I-V DSSC (Kao et al. 2010)

Kao et al. (2010) telah melakukan penelitian pada pembuatan dye sensitized
solar cells (DSSC) dengan mendeposisikan lapisan ZnO pada FTO berukuran 2
cm x 2,5 cm dengan memberi perlakuan annealing 600 oC dengan laju pemanasan
5 oC/menit atau lebih dikenal dengan conventional thermal annealing (CTA) dan
secara rapid thermal annealing (RTA) dengan laju pemanasan 600 oC/menit.
Hasilnya DSSC dengan lapisan ZnO yang diberi perlakuan RTA memiliki

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

efesiensi lebih besar yaitu 1,57% serta memiliki nilai arus ISC sebesar 5,88
mA/cm 2, tegangan VOC sebesar 0,61 V, dan fill factor sebesar 44% (lihat gambar
2.8). Pada perlakuan RTA, lapisan ZnO memiliki permukaan yang lebih kasar
dibandingkan dengan lapisan ZnO yang diberikan perlakuan CTA (lihat gambar
2.9). Menurut Kao et al. (2010) kekasaran permukaan lapisan tipis ZnO
merupakan salah satu faktor penting dalam penyerapan zat pewarna. Apabila
mempunyai permukaan yang lebih kasar maka akan maksimal dalam penyerapan
zat pewarna sehingga akan meningkatkan efisiensi sel surya.

Gambar 2. 9 Hasil uji atomic force microscopy (AFM ) pada lapisan ZnO
(a). CTA (b).RTA

2.2 Dasar Teori

2.2.1 Flame Spray Pyrolysis

Flame assisted spray pyrolysis merupakan metode pembuatan nanopartikel


yang mema nfaatkan atomisasi atau penyemprotan larutan berupa droplet ke dalam
api dan akan menghasilkan partikel serbuk. Menurut Nuryadin B.W (2008) faktor
utama pembentuk partikel sangat dipengaruhi proses spray (pembentukan droplet)
dan proses pemanasan. Terdapat banyak metode untuk mendapatkan droplet
dengan ukuran mikrometer, salah satunya adalah dengan menggunakan ultrasonic
nebulizer.
Ada dua jenis reaktor api, yaitu flame diffusion dan flame premix. Dalam
reaktor flame premix, bahan bakar dan oksidator dicampur sebelum mencapai
bagian depan api seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10. Pada flame

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

diffusion, bahan bakar dan oksidator dimasukkan secara terpisah ke dalam burner
dan dicampur dengan difusi seperti yang ditunjukkan pada pada Gambar 2.11

Gambar 2.10. Skema proses flame assisted spray pyrolysis reaktor flame
premix (Yeh et al. 2004)

Gambar 2.11. Skema proses flame assisted spray pyrolysis reaktor flame
diffusion (Purwanto et al. 2008)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

Proses yang terjadi pada flame assisted spray pyrolysis adalah larutan
precursor diatomisasi menjadi droplet dengan alat ultrasonic nebulizer, kemudian
droplet dialirkan ke burner dengan gas pembawa yaitu udara dari kompresor.
Dalam api, droplet mengalami beberapa proses yaitu penguapan (pembakaran),
nukleasi, kondensasi, koagulasi dan sintering sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar 2.12.

Gambar 2.12. Skema proses pembuatan nanopartikel yang terjadi di


reaktor flame (Phanichphant et al. 2011)

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Nanomaterial


dalam Proses Flame Assisted Spray Pyrolysis

a. Temperatur Api

Gambar 2.13. Pengaruh temperatur api terhadap ukuran partikel nanosilika


(Cho et al. 2009)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

Pada Gambar 2.13 dapat dilihat pengaruh temperatur api terhadap ukuran
partikel. Semakin tinggi temperatur api maka material yang dihasilkan makin
berstruktur nano. Penelitian ini dilakukan oleh Cho et al. (2009) untuk
mendapatkan material nanosilika (SiO2) dengan tetraethylorthosilicate (TEOS)
sebagai bahan baku dengan konsentrasi 0,5 M. Variasi temperatur yang
digunakan yaitu 1200 oC, 1350 oC, 1610 oC, dan 1710 oC dengan mengontrol laju
aliran gas H2 dari 3 sampai 6 L/menit.

b. Konsentrasi precursor

Gambar 2.14. Pengaruh konsentrasi precursor terhadap ukuran partikel


nanosilika (Cho et al. 2009)

Pada Gambar 2.14 dapat dilihat bahwa pengaruh konsentrasi precursor


terhadap ukuran partikel. Semakin rendah konsentrasi precursor maka material
yang dihasilkan makin berstruktur nano. Penelitian ini dilakukan oleh Cho et al.
(2009) untuk mendapatkan material nanosilika (SiO 2) denga n
tetraethylorthosilicate (TEOS) sebagai bahan baku dengan variasi konsentrasi
0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 M dengan temperatur yang digunakan 1610 oC.
Penelitian ini menghasilkan ukuran rata-rata partikel SiO 2 meningkat sebesar 3,5
kali dengan meningkatkan konsentrasi 5 kali.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

c. Waktu kontak dengan api

Pengaruh waktu kontak dengan api melalui pengaturan debit gas pembawa
precursor (carrier gas) dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15. Pengaruh waktu kontak dengan api melalui variasi laju
aliran fuel, oxidizer, dan carrier gas terhadap ukuran partikel hydroxyapatite (Cho
et al. 2008)

Pada Gambar 2.15 terlihat je las bahwa pengaruh peningkatan laju aliran
carrier gas dari 10 L/menit sampai 40 L/menit dapat menyebabkan material
berstruktur mikro (gambar 2.15 c dan 2.15 d) hal ini disebabkan semakin tinggi
la ju aliran gas pembawa akan mengurangi waktu kontak dengan api sehingga
sebagian precursor mengalam i evaporasi tidak sempurna di dalam api yang a kan
menyebabkan material masih berstruktur mikro.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

d. Jenis bahan baku

Jenis bahan baku juga berpengaruh terhadap ukuran material yang


dihasilkan. Penelitian ini dilakukan ole h Cho et al. (2009) dengan membuat silika
(SiO2) dengan dua jenis bahan baku yang berbeda, yaitu denga n
tetraethylorthosilicate (TEOS) dan silicid acid dalam kondisi yang sama.
Penelitian ini dilakukan pada temperatur api 1610 oC pada kondisi konsentrasi 0,1;
0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 M. Pada silika (SiO2) yang dihasilkan oleh TEOS memiliki
ukuran rata-rata partikel sekitar 10-35 nm (lihat Gambar 2.14) sedangkan silika
yang dihasilkan dari silicid acid memiliki ukuran partikel submikro (lihat Gambar
2.16).

Gambar 2.16. Ukuran partikel silika (SiO2) dari silicid acid

Perbedaan ukuran partikel dari jenis bahan baku yang berbeda diakibatkan
karena perbedaan sifat dari jenis bahan baku tersebut. Perbedaan yang mendasar
antara TEOS dengan silicid acid adalah sifat volatility. Temperatur titik didih dari
TEOS sekitar 166 oC sedangka n silicid acid memiliki temperatur titik didih sekitar
224,3 oC. Sifat volatility sangat berpengaruh terhadap waktu evaporasi precursor
dan mekanisme proses pembentukan partikel di dalam api. Beberapa mekanism e
pertumbuhan partikel dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Apabila waktu evaporasi precursor lebih cepat dibandingkan dengan waktu
pembentukan partikel maka proses yang terjadi di dalam api seperti pada

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

Gambar 2.17.a. Pada kondisi ini, waktu evaporasi precursor tergantung dari
konsentrasi precursor dan temperatur api. Bilamana precursor tela h
terevaporasi sempurna, maka primary particles bertransformasi menjadi
mengecil dan tergabung (aggregated) setelah proses nukleasi, kondensasi,
dan koagulasi di dalam api. Kasus ini terjadi pada TEOS pada konsentrasi
rendah dan temperatur api yang tinggi.
b. Sedangkan apabila waktu evaporasi precursor lebih lama dibandingkan
dengan waktu pembentukan partikel maka proses yang terjadi di dalam api
seperti pada Gambar 2.17.c. Pada mekanisme ini terjadi pembentukan
partikel akibat presipitasi di dalam droplet sebelum droplet tersebut
terevaporasi. Hal ini mengakibatkan terbentuknya partikel berukuran besar.
Kasus ini terjadi pada semua variasi silicid acid.
c. Sedangkan apabila waktu evaporasi dan waktu pembentukan sebanding
maka proses yang terjadi di dalam api seperti pada Gambar 2.17.b. Pada
mekanisme ketiga ini, precursor mengalami evaporasi tidak sempurna,
sehingga terdapat partikel yang tumbuh di dalam droplet melalui
dekomposisi termal bersamaan dengan terevaporasinya droplet. Kasus ini
terjadi di variasi TEOS pada konsentrasi tinggi dan temperatur rendah.

Gambar 2.17. Mekanisme pembentukan partikel di dalam flame assisted


spray pyrolysis

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

2.2.3 Karakterisasi Nanopartikel ZnO

a. Analisa Scanning Electron Microscopy (SEM)


SEM digunakan untuk menganalisa struktur morfologi dari sampel ZnO.

b. Analisa X-Ray Diffractometer (XRD)


Struktur kristal dari ZnO dianalisa dengan X-Ray Diffractometer
menggunakan Bruker AXS D8 Advance X- sebesar
20- 70. Persamaan Scherrer (Tani et al. 2002) digunaka n untuk menghitung
ukuran kristal dari ZnO:

= / (2.1)

dengan D adalah ukuran kristal, K


-W idth Half Maximum),

2.2.4 Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC)

Dye sensitized solar cell (DSSC) merupakan sel surya yang terbuat dari
semikonduktror yang dilapisi oleh zat warna untuk meningkatkan efisiensi
konversi sinar matahari. DSSC tersusun atas elektroda kerja, elektroda counter
dan elektrolit. DSSC bekerja pada daerah sinar tampak hingga sedikit infra merah.
Sinar tampak merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang
390-770 nm, sedangkan infra merah sedikit lebih panjang.
Prinsip kerja dari DSSC sendiri disajikan pada Gambar 2.18. Material
semikonduktor ini ditempatkan pada lapisan transparan berkonduktifitas
membentuk lapisan tipis. Kemudian lapisan monolayer dye ditempatkan pada
permukaan lapisan semikonduktor. Fotoeksitasi yang dialami oleh dye
menghasilkan elektron tereksitasi dari pita valensi ke pita konduksi dye (1) yang
kemudian masuk ke pita konduksi dari logam oksida (2). Injeksi elektron ini
melalui hubungan antara ZnO dengan gugus karboksil pada zat warna. Proses ini
menghasilkan dye yang bermuatan positif dan partikel ZnO yang bermuatan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

negatif. Elektron tersebut selanjutnya ke luar melalui sirkuit eksternal menuju


caunter elektroda (3). Aliran elektron ini dimanfaatkan menjadi energi listrik.

Gambar 2.18. Prinsip kerja sel surya DSSC

Kekosongan elektron pada pita valensi dye digantikan oleh elektron yang
berasal dari elektrolit. Elektrolit yang digunakan pada DSSC biasanya adalah
pelarut organik yang mengandung sistem redoks, contohnya adalah pasangan
iodida-triiodida. Regenerasi sensitiser oleh iodida terjadi dengan proses
pendonoran elektron pada pita valensi dari dye yang teroksidasi (5). Iodida
diregenerasi kembali dengan reduksi triiodida pada counter electrode, denga n
memanfaatkan elektron yang berasal dari eksternal sirkuit (4). Proses ini
berlangsung terus-menerus sebagai suatu siklus sehingga dihasilkan arus yang
kontinyu.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

2.2.5 Komponen Sel Surya DSSC

Gambar 2.19. Skema komponen sel surya DSSC (Hasin 2009)

1. Substrate
Substrate yang digunakan pada DSSC yaitu jenis TCO (Transparent Conductive
Oxide) yang merupakan kaca transparan konduktif. TCO itu sendiri berfungsi
sebagai badan dari sel surya dan sebagai tempat elektron mengalir.
M aterial yang umumnya digunakan yaitu flourine-doped tin oxide (SnO2:F
atau bisa disebut dengan FTO), indium tin oxide (In 2O3:Sn atau ITO). Pemilihan
kedua material tersebut merupakan pilihan yang cocok karena tidak mengalami
kerusakan pada proses sintering, dimana temperatur sintering itu sendiri sebesar
100-500 oC.
2. Nanopori ZnO
Semikonduktor yang digunakan dalam pene litian ini yaitu lapisan tipis ZnO,
Selain itu ZnO dengan struktur nanopori yaitu pori berukuran dalam skala nano
akan menaikan kinerja sistem karena struktur nanopori mempunyai luas
permukaan yang tinggi sehingga akan menaikan jumlah dye yang terserap pada
lapisan tipis ZnO, hal itu yang akan mengakibatkan kenaikan jumlah caha ya yang
terabsorb sehingga e fesiensi sel surya meningkat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

3. Dye
Seperti telah dijelaskan diatas, zat pewarna dye yang terserap pada lapisan tipis
ZnO berfungsi menyerap cahaya. Dilakukan oleh molekul dye yang teradsorpsi
pada permukaan ZnO. Dye yang umumnya digunakan dan mencapai efisiensi
paling tinggi yaitu jenis ruthenium complex.

4. Elektrolit
- 3-
Elektrolit yang digunakan pada DSSC terdiri dari iodine (I ) dan triiodide (I )
sebagai pasangan redoks dalam pelarut. Elektron yang berasal dari elektrolit
berfungsi untuk mengisi kekosongan elektron pada pita valensi dye.

5. Counter electrode
Counter electrode dibutuhkan untuk menpercepat reaksi proses reduksi triiodide
pada TCO. Platina, material yang umum digunakan sebagai katalis pada berbagai
aplikasi, juga sangat efisien dalam aplikasinya pada DSSC. Platina dideposisikan
pada TCO dengan berbagai metoda yaitu elektrokimia, sputtering, spin coating,
atau pyrolysis.

2.2.6 Efisiensi Sel Surya

Karakteristik se l surya biasanya ditentukan melalui pengukuran pada saat sel


surya disinari ataupun tidak disinari. Arus yang dihasilkan oleh sel surya tanpa
penyinara n (dark current) Id pada prinsipnya sama dengan arus dari dioda
sambungan p-n yang diberi bias tegangan V, yang ditulis sebagai:

= exp 1 (2.2)

Dengan Io : Arus balik saturasi


q : M uatan electron
k : Konstanta Boltzman
T : Temperatur
n : faktor dioda
Pada saat disinari akan mengalir arus yang dibangkitkan oleh energi foton
(photo current) Iph yang dinyatakan melalui:
Iph = Id I .(2.3)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

Dengan I adalah arus keluaran sel surya yang terukur. Karakteristik sel surya
saat disinari dinyataka n dalam karakteristik arus hubung-singkat (Isc) dan
tegangan lingkar buka (V oc) dimana Isc adalah arus photo Iph dan Voc dinyatakan
sebagai fungsi Iph saat Id bernilai nol. (lihat Gambar 2.20).

Gambar 2.20. Kurva I-V pada Sel Surya (Usma n 2001)

Arus short-circuit (I SC) adalah arus listrik maksimum pada nilai tegangan
(volt) sama dengan nol, sedangkan tegangan open-circuit (V OC) adalah kondisi
dimana tidak ada arus yang dapat mengalir sehingga terga ngannya maksimum.
Titik pada kurva I-V yang menghasilkan arus dan tegangan maksimum disebut titik
daya maksimum (MPP). Karaktersitik penting lainnya dari sel surya yaitu fill factor
(FF), dengan persamaan dibawah ini:

=
..(2.4)

Dengan menggunakan fill factor maka maksimum daya dari sel surya didapat
dari persamaan,
(2.5)
Sehingga efisiensi sel surya dapat ditentukan dari daya yang dihasilkan
dari sel surya (P max) dibagi dengan luas penampang sel surya A (m 2) dan
intensitas penyinaran I (W/m 2).

= (2.6)

Nilai efisiensi ini yang menjadi referensi utama dalam menentukan


kualitas performansi suatu sel surya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Pelaksanaan

Pembuatan ZnO nanopartikel dan sel surya DSSC dilakukan di


laboratorium Limbah Teknik Kimia dan Laboratorium Perpindahan Panas Teknik
Mesin UNS.

3.2 Alat dan Bahan Pembuatan Nanopartikel ZnO

Gambar 3.1. Skema alat flame assisted spray pyrolysis pada pembuatan
nanopartikel ZnO.
Keterangan:
1. Gas LPG
2. Kompor Gas
3. Reaktor flame Spray pyrolysis
4. Penampung Partikel

24
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

5. Kondensor
6. Air pendingin dan pompa aquarium
7. Penjebak air
8. Ultrasonik Nebulizer
9. Pompa vakum

Bahan pembuatan nanopartikel ZnO:


1. Zinc Nitrat
2. Aquades

3.3 Alat dan Bahan Pembuatan DSSC

Peralatan pembuatan dan pengujia n sel surya DSSC:


1. Kaca konduktif TCO (FTO)
2. Gelas kimia
3. Multimeter digital
4. Tungku listrik
5. Mortar (penghalus)
6. Scotch tape
7. Lampu
Bahan pembuatan sel surya DSSC
1. Nanopartikel ZnO
2. Pewarna dye ruthenium complex
3. Larutan Iodine
4. Etanol 96%
5. Aquades
6. Carbon (counter electrode)

3.4 Prosedur Percobaan

I. Pembuatan nanopartikel ZnO


1) Menyiapkan aquades sebanyak 100 ml
2) Mencampur aquades tersebut dengan Zinc Nitrat sebanya k 2,61 gram
untuk membuat 0,1 M larutan Zinc Nitrat.
3) Mengaduk campuran tersebut. Setelah homogen, larutan tersebut
dimasukan ke ultrasonic nebulizer untuk diubah menjadi droplet.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

4) Langkah selanjutnya adalah mengubah droplet tersebut menjadi


nanopartikel dengan metode flame assisted spray pyrolysis.

II. Pembuatan sel surya DSSC


1) Menyiapkan nanopartikel ZnO hasil dari proses flame assisted spray
pyrolysis.
2) Membuat pasta nanopartikel ZnO
a. Mencampur etanol kadar 96% sebanyak 10 ml ke dalam aquades
dengan perbandingan volume 1:1 kemudian diaduk.
b. Menambah larutan tersebut kepada bubuk ZnO sebanyak 0,1 gram
Kemudian digerus oleh mortar sampai terbentuk pasta yang baik
untuk dilapiskan.
3) Menyiapkan larutan pewarna dye ruthenium complex
4) Membuat larutan elektrolit
Larutan elektrolit iodide/triiodide dibuat dengan prosedur sebagai berikut,
a. Mencampur 0,8 gram (0,5 M ) potassium iodide (KI) ke dalam 10
ml acetonitrile kemudian diaduk.
b. Menambah 0,127 gram (0,05 M ) Iodine (I ) ke dalam larutan
2

tersebut kemudian diaduk.


c. Menyimpan larutan tersebut dalam botol tertutup.
5) Menyiapkan lapisan graphite (counter electrode)
Sebagai sumber karbon digunakan graphite dari pensil. Graphite
dilapiskan ke TCO pada bagian konduktifnya kemudian dipanaskan pada
temperatur 450oC selama 10 menit agar graphite membentuk kontak yang
baik sesama partikel karbon dan dengan TCO.
6) Merakit sel surya
Setelah masing-masing komponen DSSC berhasil dibuat kemudian
dilakukan perakitan untuk membentuk sel surya dengan langkah-la ngkah
sebagai berikut:
a. Pada TCO yang telah dipotong menjadi ukuran 3 x 3 cm dibentuk
area tempat ZnO dideposisikan dengan bantuan Scotch tape pada
bagian kaca yang konduktif sehingga terbentuk area sebesar 1 x 1

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

cm dengan ilustrasi seperti pada Gambar 3.2. Scotch tape juga


berfungsi sebagai pengatur ketebalan pasta ZnO.

1 cm

3 cm

Gambar 3.2. Ilustrasi skema area deposisi pasta ZnO

b. Pasta ZnO dideposisikan di atas area yang telah dibuat pada kaca
konduktif dengan metoda doctor blade yaitu dengan bantuan
batang pengaduk untuk meratakan pasta. Kemudian lapisan
dikeringkan selama kurang lebih 15 menit dan dibakar/sintering
dalam hot plate pada temperatur 450 oC selama 30 menit.
c. Lapisan ZnO kemudian direndam dalam larutan dye selama kurang
lebih 30 menit la lu lapisan ZnO akan berubah warna.
d. Counter-elektroda karbon kemudian diletakkan di atas lapisan ZnO
dengan struktur sandwich dimana pada masing-masing ujung
diberi offset sebesar 0,2 cm untuk kontak elektrik. Kemudian
selnya dijepit dengan klip pada kedua sisi.
7) Pengujian sel surya DSSC
a) Menyiapkan sel surya DSSC dengan meneteskan 0.5 ml cairan
elektrolit.
b) Menyalakan lampu sebagai solar simulation dan diatur radiasi
sebesar 1000 W/m 2 dengan regulator voltage. Perubahan radiasi
ini diketahui dengan luxmeter.
c) Meletakkan sel surya DSSC di solar simulation tanpa penyinaran
dengan sel surya bagian berlapis ZnO sebagai elektroda negatif dan
sel surya bagian berlapis carbon sebagai elektroda positif
d) Meletakkan sel surya DSSC di solar simulation dengan penyinaran
sel surya bagian berlapis ZnO sebagai elektroda negatif dan sel

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

surya bagian berlapis karbon sebagai elektroda posistif serta


mengarahkan sel surya yang berlapis ZnO ke arah datangnya
cahaya. Kemudian merubah variable load berupa resistor dan
mencatat tegangan serta arus listrik yang keluar dari sel surya.
e) Melakukan perhitungan efisiensi.
f) Pengujian ini sesuai dengan standar ASTM E 948-95

Gambar 3.3 Skema pengukuran tegangan dan arus pada sel surya menurut
E 948-95 (ASTM)

Gambar 3.4 Skema pengujian DSSC

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

3.5 Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.5. Alur penelitian pembuatan Nanopartikel ZnO dengan proses


Flame Spray Pyrolysis

Gambar 3.6. Alur pembuatan dan pengujian DSSC


Secara garis besar, penelitian ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama
adalah mempersiapkan nanopartikel ZnO (Gambar 3.5) dan membuat DSSC dan
menguji performa DSSC berbasis nanopartikel ZnO (Gambar 3.6).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
ANALISA DATA

4.1 Pembuatan Nanopartikel ZnO Melalui Proses Flame Assisted Spray


Pyrolysis

a. Analisa SEM
Pengaruh laju gas pembawa precursor terhadap pembentukan partikel
pada proses flame assisted spray pyrolysis dapat dilihat pada Gambar 4.1. Pada
Gambar 4.1 merupakan variasi laju carrier gas yang paling tinggi pada pengujian
ini. Partikel ZnO yang dihasilkan m asih berukuran mikro. Hal ini terjadi
disebabkan laju carrier gas terlalu cepat sehingga precursor di dalam flame
mengalami evaporasi tak sempurna seiring terjadinya pertumbuhan partikel. Bisa
dikatakan juga bahwa pertumbuhan inti (nucleation) partikel ZnO terjadi pada
bagian cangkang droplet. Akibatnya kulit droplet sudah terdapat beberapa inti
partikel namun droplet itu sendiri masih belum terevaporasi secara sempurna.
Pada Gambar 4.1 juga terlihat ada sebagian partikel memiliki lubang (hollow).
Partikel yang berbentuk cekung dan berlubang diduga akibat uap perkursor yang
masih tertinggal di dalam cangkang kemudian dengan tekanan yang kuat dapat
menembus (melubangi) kulit cangkang selama proses evaporasi. Pada Gambar 4.1
juga terlihat beberapa partikel telah tera gglomerasi, hal ini terjadi karena partikel
yang terbentuk mengalami pemanasan berlanjut setelah proses pembentukan
partikel di dalam flame.

Gambar 4.1. ZnO nanopartikel dengan debit gas pembawa precursor 9 L/menit

30
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

Pada Gambar 4.2 merupakan variasi la ju carrier gas sebesar 7 L/menit.


Partikel ZnO yang dihasilkan mempunyai ukuran mikro tetapi masih terjadi
agregasi. Penyebabnya adalah terjadi pemanasan berlanjut ketika telah terjadi
proses pertumbuhan partikel ZnO di dalam flame. Pada saat bersamaan sebagia n
partikel sudah mulai mengarah pada pembentukan partikel ZnO berukuran nano
walaupun belum memiliki batas partikel yang jelas (lihat Gambar 4.2).

Pada Gambar 4.3 merupakan variasi laju carrier gas yang paling kecil dari
pengujian ini, yaitu 5 L/menit. Pada Gambar 4.3 terlihat partikel ZnO berukuran
sekitar 80 nm. Pengukuran ini menggunakan software image raster. Pengambilan
ukuran dilakukan pada partikel yang memiliki batas partikel yang je las. Dapat
dikatakan bahwa semakin rendah laju carrier gas dari precursor maka ukuran
partikel yang dihasilkan semakin kecil. Hal ini dikarenakan semakin rendah laju
carrier gas maka akan meningkatkan waktu kontak dengan api. Apabila waktu
kontak dengan api berkurang maka sebagian precursor mengalam i penguapan
tidak sempurna yang dapat menyebabkan partikel ZnO teraglomerasi dan terlihat
berukuran mikro.

Gambar 4.2. ZnO nanopartikel dengan debit gas pembawa precursor 7


L/menit

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

Gambar 4.3. ZnO nanopartikel dengan debit gas pembawa precursor 5


L/menit.

b. Analisa XRD

Sela in pengujian SEM, pengujian XRD dilakukan untuk mengetahui


kandungan material dan karakteristik kristalin nanopartikel ZnO tersebut. Adapun
hasil pengujian XRD dapat dilihat pada Gambar 4.4 sampai Gambar 4.6.

70000

60000

50000
Intensity

40000
5 L/m
30000

20000

10000

0
20 30 40 50 60 70
2 (deg)

Gambar 4.4 Hasil XRD ZnO nanopartikel dengan debit gas pembawa
precursor 5 L/menit

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

70000

60000

50000
7 L/m
Intensity

40000

30000

20000

10000

0
20 30 40 50 60 70
2 (deg)

Gambar 4.5 Hasil XRD ZnO nanopartikel dengan debit gas pembawa
precursor 7 L/menit

70000

60000

50000
9 L/m
Intensity

40000

30000

20000

10000

0
20 30 40 50 60 70
2 (deg)

Gambar 4.6 Hasil XRD ZnO nanopartikel dengan debit gas pembawa
precursor 9L/menit

Gambar 4.4, Gambar 4.5, dan Gambar 4.6 merupakan hasil uji XRD pada
variasi gas pembawa precursor masing-masing 5L/m, 7L/m dan 9L/m. Pola XRD
memiliki puncak terbesar pada sudut 31.7o (100); 34,4o (002); dan 36,2 o (101);

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

pada semua variasi. Hal ini menandakan bahwa material tersebut ZnO murni
dengan sesuai dengan data base ZnO. Kemudian dari gambar pola XRD diketahui
bahwa efek dari perubahan debit gas pembawa precursor dari 5 L/m ke 9L/m
terjadi puncak yang semakin panjang pada pola XRD (lebar puncak sem akin
kecil) dan tajam. Hal ini memberitahukan bahwa nilai kekristalan meningkat dan
meningkatkan partikel size dari kristal ZnO itu sendiri sesuai dengan persamaan
2.1. Sehingga bisa dikatakan bahwa pada debit gas pembawa precursor lebih
rendah (5L/m) dapat menghasilkan ukuran kristal partikel ZnO yang lebih kecil.
Dengan persamaan 2.1 dapat dihitung diameter rata-rata partikel size ZnO untuk
variasi 5L/m, 7L/m, dan 9L/m berturut-turut yaitu 32,52 nm , 35,57 nm, dan 38,16
nm. Hal ini sesuai dengan penelitian Tani et al. (2002) yang melakuka n
pembuatan ZnO nanopartikel dengan memvariasikan debit cairan precursor 1, 2,
3, dan 4 mL/menit.

Gambar 4.7 Pola XRD ZnO (Tani et al. 2002)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

4.2 Analisa Performa Sel Surya DSSC

4.2.1 Pengaruh Sintering terhadap Efisiensi Sel Surya DSSC

12

10
500C 300C 150C
8
Current ( A)

0
0 100 200 300 400
Voltage (mV)

Gambar 4.8 Kurva I-V DSSC terhadap intensitas penyinaran 1 Watt/m 2

16
14
500C 300C 150C
12
10
Current (

8
6
4
2
0
0 100 200 300 400
Voltage (mV)

Gambar 4.9 Kurva I-V DSSC terhadap intensitas penyinaran 10 Watt/m 2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

30
500C 300C 150C
25

20
Current (

15

10

0
0 50 100 150 200 250 300 350
Voltage (mV)

Gambar 4.10 Kurva I-V DSSC terhadap intensitas penyinaran 500 Watt/m 2

35
500C
30 300C
25 150C

20
Current (

15

10

0
0 100 200 300 400
Voltage (mV)

Gambar 4.11 Kurva I-V DSSC terhadap intensitas penyinaran 1000 Watt/m 2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

2.000
1.800
1.600
1.400 150
efisiensi %

1.200
300
1.000
0.800 500
0.600
0.400
0.200
0.000
0 1 2 3 4
Intensitas ( log W/m2 )

Gambar 4.12 Pengaruh sintering terhadap efesiensi DSSC pada berbagai


intensitas penyinaran

Gambar 4.13 Bentuk morfologi lapisan TiO 2 dengan sintering a) 400 oC b) 500oC
c) 600 oC dan d) 600 oC dengan penambahan ZnO (Kao 2009)

Dari Gambar 4.8 sampai Gambar 4.12 memperlihatkan bahwa proses


sintering mempengaruhi performa sel surya. Efisiensi tertinggi terdapat pada

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

variasi sintering 300 oC pada semua variasi intensitas penyinaran dan efisiensi
terendah terdapat pada variasi sintering 150 oC pada semua variasi intensitas
penyinara n. Dalam suatu literatur menerangkan bahwa terdapat pengaruh
temperatur sintering terhadap nanoporos yang dihasilkan. Penelitian yang
dilakukan oleh Kao et al.(2009). Berkenaan dengan penelitian DSSC dengan FTO
yang dilapisi lapisan TiO 2 dengan variasi sintering dengan temperatur 400 oC, 500
o
C, dan 600 oC selama setengah jam. Bentuk morfologi hasil sintering dapat
dilihat pada Gambar 4.13.
Dari Gambar 4.13 terlihat bahwa temperatur sintering mempengaruhi
bentuk nanoporos yang dihasilkan. Semakin tinggi temperatur sintering maka
makin besar ukuran butir. Apabila butir terlalu besar maka lapisan nanoporos
tidak akan maksimal dalam me nyerap larutan pewarna (dye). Kao et al. (2009)
juga meneliti pengaruh sintering dalam struktur kristal ZnO hasil uji XRD dapat
dilihat pada pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14 Hasil uji XRD pengaruh sintering terhadap sruktur kristal
lapisan ZnO Kao et al. (2009)

Dari gambar di atas memberitahukan bahwa temperatur sintering


berpengaruh terhadap struktur kristal yang dihasilkan. Pada temperatur 100 oC,
nilai kekristalan lapisan ZnO masih jauh dibandingkan dengan sintering pada
temperature 300 oC karena puncak (peaks) pada temperatur 300 oC lebih tajam.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

Sehingga bisa dikatakan bahwa semakin tinggi temperatur sintering maka semakin
tinggi nilai kekristalan yang dihasilkan. Dari literatur di atas bisa dikatakan bahwa
sel surya DSSC sintering 150 oC memiliki efisiensi terendah dikarenakan kualitas
struktur kristal lebih rendah dibandingkan dengan sel surya DSSC variasi lainnya.
Selain itu efesiensi sel surya pada variasi sintering 500 oC lebih rendah
dibandingkan dengan sel surya 300 oC dikarenakan butir hasil sintering 500 oC
lebih besar dibandingkan dengan sintering 300 oC sehingga lapisan nanoporos
tidak akan maksimal dalam menyerap larutan pewarna (dye). Sehingga pada sel
surya DSSC direkomendasikan temperatur sintering yang baik adalah 300 oC
selama setengah jam.

4.2.2 Pengaruh Intensitas Penyinaran

25
1 W/m
10 W/m
20
500 W/m
1000 W/m
Current ( A)

15

10

0
0 50 100 150 200
Voltage (mV)

Gambar 4.15 Pengaruh intensitas penyinaran terhadap kurva I-V DSSC


pada sintering 150 oC

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

35
1 W/m
30
10 W/m
25
500 W/m
Current ( A)

20
1000 W/m
15

10

0
0 100 200 300 400
Voltage (mV)

Gambar 4.16 Pengaruh intensitas penyinaran terhadap kurva I-V DSSC


pada sintering 300 oC

30
1 W/m
25 10 W/m
500 W/m
20
Current ( A)

1000 W/m
15

10

0
0 50 100 150 200 250 300
Voltage (mV)

Gambar 4.17 Pengaruh intensitas penyinaran terhadap kurva I-V DSSC


pada sintering 500 oC

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

Dari gambar kurva I-V di atas dapat dicari efesiensi melalui persamaan 2.6
yang kemudian digambarkan pada Tabel 4.1. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat
pengaruh intensitas penyinaran terhadap efisiensi DSSC. Efisiensi tertinggi
terdapat pada variasi intensitas penyinaran 1 W/m 2 dan sintering 300 oC yaitu
sebesar 1,77%. Efisiensi terendah pada variasi intensitas penyinaran 1000 W /m2
dan sintering 150 oC yaitu sebesar 0,0014%. Dari Tabel 4.1 dapat dilihat pula
bahwa semakin tinggi intensitas penyinaran maka efisiensi DSSC mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan semakin tinggi intensitas penyinaran meningkatkan
hambatan listrik dari sel surya DSSC itu sendiri sebagaimana dapat dilihat pada
gambar 4.18.

Tabel 4.1. Pengaruh intensitas penyinaran terhadap unjuk kerja DSSC


Intensitas Temperatur sintering
(W/m) 150C 300C 500C 150C 300C 500C
(%) (%) (%) (ff) (ff) (ff)
1 0,3374 1,7763 0,8671 0,39 0,51 0,46
10 0,0607 0,2205 0,1247 0,49 0,55 0,56
500 0,0022 0,0079 0,0041 0,39 0,37 0,39
1000 0,0014 0,0054 0,0027 0,42 0,41 0,35

2.000
1.800
1.600
1.400 150
efisiensi %

1.200
300
1.000
0.800 500
0.600
0.400
0.200
0.000
0 1 2 3 4
Intensitas (log W/m2)

Gambar 4.18 Pengaruh intensitas penyinaran terhadap efisiensi DSSC.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

250.00
150
Hambatan listrik (Ohm)
200.00 300
150.00 500

100.00

50.00

0.00
0 1 2 3 4
Intensitas (log W/m2)

Gambar 4.19 Pengaruh intensitas penyinaran terhadap hambatan listrik.

Meningkatnya hambatan listrik disebabkan menurunnya sifat


konduktivitas se l akibat penyinaran yang sangat kuat atau dikenal dengan efek
staebler-wronski. Efek staebler-wronski yaitu degradasi sifat-sifat sel surya
akibat diberi pencahayaan yang kuat (Usman 2001). Diketahui bahwa sel surya
DSSC dilapisan ZnO yang berikatan denga n zat pewarna (dye) terjadi transport
elektron dari larutan elektrolit melalui proses redoks seperti pada gambar 2.20 dan
4.22. Akibat penyinaran yang sangat kuat proses transport elektron menjadi
terhambat dikarenakan adanya ikatan dangling diantara celah pita konduksi dan
pita valensi. Ikatan dangling ini terjadi karena lepasnya atom hidrogen pada gugus
karboksil (COOH) pada dye karena ada mekanisme penyinaran yang sangat kuat
sehingga menangkap aliran electron diantara celah pita konduksi dan pita valensi.

Gambar 4.20 Gugusan karboksil pada ruthenium

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

Sama halnya terjadi pada sel surya jenis amorf silikon (a-Si:H), efe k
staebler-wronski terjadi karena ada mekanisme penyinaran yang sangat kuat yang
akan meningkatkan ikatan dangling (dangling bond) yang terletak diantara celah
pita sehingga menghalangi mobilitas elektron yang lewat pada celah pita valensi
ke pita konduksi. Hal ini akan menurunkan efisiensi sel surya itu sendiri.

.
Gambar 4.21 Struktur atom Ikatan Dangling (Baryam.H et al. 1986)

Gambar 4.22 Transpor elektron dari dye ke lapisan TiO 2 (Halme 2002)

Pada gambar 4. 22 merupakan mekanisme lepasnya atom hidrogen pada


lapisan TiO 2 yang mengakibatkan atom hidrogen menghalangi transpor elektron
dari cairan elektrolit (pita valensi) ke lapisan ZnO dan FTO (pita konduksi).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:


1. Pada pengujian dengan variasi laju gas pembawa precursor yang paling
minimum, yaitu 5 L/menit mampu dihasilkan ZnO partikel berukuran rata-rata
sekitar 80 nm.
2. Pada debit gas pembawa precursor sebesar 5 L/menit dapat dihasilkan ukuran
kristal ZnO yang lebih kecil dibandingkan pada debit gas pembawa 7 dan 9
L/menit. Diameter rata-rata partikel size kristal ZnO untuk variasi 5 L/menit, 7
L/menit, dan 9 L/menit berturut-turut yaitu 32,52 nm; 35,57 nm; dan 38,16 nm.
3. Efisiensi tertinggi DSSC pada variasi intensitas radiasi 1 W/m 2 dan sintering
pada 300 oC adalah sekitar 1,77%. Efisiensi terendah pada variasi intensitas
1000 W/m2 dan sintering pada 150 oC sekitar 0,0014%.
4. DSSC dengan temperatur sintering 150 oC memiliki efisiensi terendah karena
kualitas dari struktur kristal ya ng lebih rendah dibandingkan dengan variasi
temperature sintering 300 oC dan 500C o. Efisiensi DSSC pada variasi sintering
o o
500 C lebih rendah dari efisiensi DSSC pada temperatur sintering 300 C

Dari penelitian ini dapat disarankan untuk pengembangan DSSC yang


lebih baik diantaranya yaitu:
1. Dalam memproduksi nanopartikel hendaknya m emperhatikan faktor-faktor
diantaranya temperatur api, konsentrasi larutan precursor, lama waktu kontak
dengan api, karena nilai optimum dari setiap material diperoleh pada faktor-
faktor yang berbeda-beda.
2. Disarankan dalam pembuatan DSSC perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Lapisan ZnO hendaknya dibuat setipis scot tape (perekat)
b. Lapisan tipis ZnO hendaknya terendam zat pewarna secara
sempurna dengan ditandai dengan perubahan warna dari putih
hingga bewarna gelap.

44
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

c. Lapisan cairan elektrolit iodine hendaknya dibuat setipis lapisan


scot tape (perekat).
d. Lama perendaman zat pewarna hendaknya dilakukan selama lebih
dari dua hari dan diselingi pengeringan sementara selama beberapa
jam guna memaksimalkan penyerapan dye ke lapisan tipis ZnO.
e. Lapisan karbon hendaknya setipis scot tape (perekat) dan dibuat
dari jelaga lilin.
f. Hindarkan metode pembuatan lapisan karbon yang merusak lapisan
FTO seperti dengan karbon pencil dan apabila menggunakan pencil
hendaknya menggunakan pencil 6B.
g. Pada lapisan elektroda FTO dilekatkan dengan lapisan tembaga
PCB guna memaksimalkan aliran listrik yang mengalir pada saat
pengujian I-V.
h. Hendaknya dalam sintering mempunyai temperatur sekitar 300 oC
selama setengah jam sehingga lapisan ZnO terikat kuat.
i. Pada proses perakitan hendaknya lapisan elektrolit iodine terlapisi
perekat dengan baik guna menghindari penguapan cairan elektrolit.

commit to user

You might also like