You are on page 1of 10

Filariasis Limfatik

Pendahuluan

Filariasis (penyakit kaki gajah) atau dikenal elephantiasis adalah penyakit yang
menyerang kelenjar, saluran limfe dan biasanya terdapat di bagian ekstrimitas. Penyakit
filariasis ini biasa disebabkan oleh parasit dari golongan nematoda yaitu Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori.. Masa inkubasi penyakit ini cukup lama lebih
kurang 1 tahun, penyakit ini baru menimbulkan gejala setelah terpapar selama beberapa
tahun, oleh sebab itu pada anak-anak jarang mengalami filariasis klinis yang bermakna.
Sedangkan penularan penyakit ini melalui vektor nyamuk sebagai hospes perantara, dan
manusia atau hewan kera dan anjing sebagai hospes defenitif.

Pembahasan
Anamnesa
Anamnesa merupakan suatu percakapan antara penderita dan dokter, peminta bantuan
dan pemberi bantuan. Jenis anamnesis yang dapat dilakukan ialah autoanamnesis dan
alloanamnesis. Autoanamnesis dapat dilakukan jika pasien masih berada dalam keadaan
sadar. Sedangkan bila pasien tidak sadar, maka dapat dilakukan alloanamnesis yang
menyertakan kerabat terdekatnya yangmengikuti perjalanan penyakitnya.
Tujuan utama suatu anamnesis adalah untuk mengumpulkan semua informasi dasar
yang berkaitan dengan penyakit pasien dan adaptasi pasien terhadap penyakitnya kemudian
dapat dibuat penilaian keadaan pasien. Seorang pewawancara yang berpengalaman
memepertimbangkan semua aspek presentasi pasien dan kemudian mengikuti petunjuk-
petunjuk yang kelihatan perlu mendapatkan perhatian terbesar. Pewawancara juga harus
menyadari pengaruh faktor-faktor sosial, ekonomi, kebudayaan dalam menentukan sifat
alamiah pasien. Prinsip utama dalama anamnesis adalah membiarkan pasien mengutarakan
riwayat penyakitnya sendiri.1
Pada setiap anamnesis selalu ditanyakan identitas pasien terlebih dahulu. Identitas
pasien meliputi nama, tanggal lahir, umur, suku, agama, alamat, pendidikan dan pekerjaan.
Setelah itu dapat ditanyakan pada pasien apa keluhan utama dia datang. Kemungkinan arah
working diagnosis pada filariasis limfadenitis ditinjau dari keluhan utama pasien yang
menyebutkan bahwa bengkak pada tungkai kiri sehingga sulit berjalan sudah sejak 1 bulan
yang lalu bengkak awalnya muncul mulai dari telapak kaki kemudian membesar sampai ke
tungkai dan lama-lama terasa nyeri sampai menyebabkan sulit berjalan. Ditambah dengan
keluhan bahwa pasien mengalami demam yang sering naik turun setiap 3 hari namun tidak

1
terlalu tingi serta saat BAK kencingnya berwarna putih seperti susu. Keadaan tempat tinggal
pasien di daerah padat dan kumuh sehingga sering terkena gigitan nyamuk pada malam hari.
Perlu pula ditanyakan pada pasien apakah penyakit filariasis limfadenitis yang pernah
diderita pasien karena mungkin sudah ada sejak lahir. Perlu pula dipastikan apakah dari
keluarga ada yang mengalami penyakit filariasis yang sama. Apakah sudah minum obat
sebelum dating ke dokter. Jika sudah, jenis dan lama obat yang sedang/sudah diminum pasien
harus diketahui.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh
pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara
sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pemeriksaan
fisik juga dilakukan dalam bentuk pemeriksaan tanda-tanda vital pasien.
Hasil pemeriksaan didapat sebagai berikut:
Suhu : 37,2oC
Nadi : 90x/menit
RR : 20x/menit
Tekanan darah : 110/70 mm Hg
Extremitas : edema non pitting di tungkai kiri
Nyeri tekan : (+)

Diagnosis
Diagnosis parasitologi, deteksi parasit yaitu menemukan microfilaria di dalam darah,
cairan hidrokel, atau cairan kiluria pada pemeriksaan sediaan darah. Pengambilan darah
hanya dilakukan pada malam hari (pukul 20.00) karena periodisitas microfilaria umumnya
nokturna. Selain itu teknik biologi molekuler dapat digunakan untuk mendeteksi parasit
melalui DNA parasit dengan menggunakan reaksi rantai polimerase. Teknik ini mampu
memperbanyak DNA sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi parasit.2,3
Radiodiagnosis, pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar
getah bening inguinal pasien akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak.
Pemeriksaan ini hanya dapat digunakan untuk infeksi filarial oleh W.bancrofti.2
Diagnosis imunologi, deteksi antigen dengan imunochromatographic (ICT) yang
menggunakan antibody monoclonal telah dikembangkan untuk mendeteksi antigen
W.bancrofti dalam sirkulasi darah. Hasil tes positif menunjukkan adanya infeksi aktif
walaupun microfilaria tidak ditemukan dalam darah. Deteksi antibody dengan menggunakan
rekombinan telah dikembangkan untuk mendeteksi antibody subklas IgG4 pada filariasis
Brugia. Kadar antibody IgG4 meningkat pada penderita mikrofilaremia. Pada stadium

2
obstruktif, microfilaria sering tidak ditemukan lagi di darah. Kadang-kadang microfilaria
tidak dijumpai dalam darah, tetapi ada di dalam cairan hidrokel atau cairan kiluria.2

Differential Diognosis
Differential diagnosis atau diagnosis pembanding merupakan diagnosis yang
dilakukan dengan membanding-bandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan tanda klinis
penyakit lain. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan gejala yang dialami pasien, pasien
bias dicurigai menderita beberapa penyakit seperti:
Filariasis malayi dan timori, gejala klinis filariasis malayi sama dengan filariasis
timori. Stadium akut ditandai dengan serangan demam dan peradangan saluran dan kelenjar
limfe, yang hilang timbul berulang kali. Limfadenitis biasanya mengenai kelenjar inguinal di
satu sisi. Kadang kadang peradangan kelenjar limfe ini menjalar ke bawah, mengenai
saluran limfe dan menimbulkan limfangitis retrograde.2,3
Pada stadium ini tungkai bawah biasanya ikut membengkak dan menimbulkan gejala
limfadema. Limfadenitis dapat berkembang menjadi ulkus, bila sembuh ulkus akan
meninggalkan jaringan parut. Pada filariasis brugia, sistem limfe alat kelamin tidak pernah
terkena. Selain kelenjar limfe inguinal, kelenjar limfe lain di bagian medial tungkai, di ketiak
dan di bagian medial lengan.2,3
Limfadenitis bakterialis, salah satu contohnya adalah limfadenitis tuberkulosis (TBC),
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Limfadenitis
terjadi bila kuman TB ada pada kelenjar getah bening, maka akan terjadi radang
kelenjar getah bening menahun, yang ditandai dengan pembesara kelenjar getah bening
leher hanya di satu sisi, tidak terasa sakit tetapi berpotensi membesar.
Limfadenitis virusis, penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus.Limfadenitis
terjadi bila virus ada pada kelenjar getah bening, maka akan terjadi radang
kelenjar getah bening menahun, yang ditandai dengan pembesaran kelenjar getah
bening, tidak terasa sakit tetapi berpotensi membesar.

Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium
Kegunaan dari pemeriksaan penunjang adalah untuk keakuratan diagnosis suatu
penyakit. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan
darah yang diambil pada waktu malam dengan sediaan darah tebal dan kemudian diperiksa
dibawah mikroskop. Hal ini bertujuan untuk melihat adanya melihat mikrofilaria yang hidup
dan bergerak aktif. Pemeriksaan darah dengan sediaan darah tipis juga perlu dilakukan
dengan pewarnaan Wright dan Giemsa, yang bertujuan untuk melihat dan menetapkan spesies
dari mikrofilaria yang ada.

Working Diagnosis

3
Work Diagnosis atau diagnosis kerja merupakan suatu kesimpulan berupa hipotesis
tentang kemungkinan penyakit yang ada pada pasien. Setiap diagnosis kerja haruslah diiringi
dengan diagnosis banding.4
Berdasarkan gejala-gejala yang timbul dapat disimpulkan kalau sakitnya adalah
filariasis oleh cacing. Namun untuk lebih spesifik, kemungkinan bahwa cacing yang
menyebabkannya adalah Wuchereria bancrofti. Hal ini dapat disimpulkan karena pada pasien,
sistem limfe alat kelamin juga terkena sehingga pada waktu BAK, urinnya berwarna putih
seperti susu.

Etiologi
Penyebab terjadinya filariasis bancrofti adalah oleh cacing Wuchereria bancrofti.
Cacing ini merupakan seekor cacing dewasa berwarna putih, kecil seperti benang. Cacing
jantan berukuran 40 mm x 0,1 mm, sedangkan cacing betina berukuran dua kali cacing jantan
yaitu 65-100 mm x 0,25 mm. Mikrofilarianya hidup dalam darah dan terdapat dialiran darah
tepi pada waktu-waktu tertentu saja. Pada umumnya mikrofilaria W.bancrofti bersifat
nokturna, artinya mikrofilaria hanya terdapat didalam darah tepi pada waktu malam. Pada
siang hari, mikrofilarianya terdapat dikapiler alat dalam (paru, jantung, ginjal, dan
sebagainya). Yang mempunyai gejala pada stadium mikrofilaremia menyebabkan limfedema
didaerah yang terkena, stadium akut ditandai dengan peradangan ada saluran dan kelenjar
limfe, berupa limfadenitis dan limfangitis retrograde yang disertai demam dan malaise serta
stadium menahun gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah hidrokel dan dapat pula
dijumpai gejala limfedema dan elephantiasis. Kadang-kadang terjadi kiluria, yaitu urin yang
berwarna putih susu yang terjadi karena dilatasi pada pembuluh limfe pada sistem ekskretori
dan urinary, dapat dilihat pada gambar 1. 2,3

Gambar 1. Wuchereria bancrofti

Brugia timori, termasuk kedalam nematoda jaringan dan ditemukan hanya


menginfeksi manusisa. Penyakit yang disebabkan parasit ini disebut dengan filariasis timori.
B. timori, spesies baru yang ditemukan di Indonesia sejak 1965 hingga sekarang hanya
ditemukan di daerah NTT dan Timor Timur, ditularkan oleh An. Barbitrosis yang berkembang

4
biak di daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah pedalaman. B.timori caning
jantannya berbentuk halus seperti benang dengan warna putih dan berukuran 13-23 mm x
0,08 mm , sedangkan untuk cacing betinanya berbentuk halus seperti benang dengan warna
putih susu dan berukuran 21-39 mm x 0,1 mm, dapat dilihat pada gambar 2.4,5

Gambar 2. Brugia malayi

Epidemiologi
Wuchereria bancrofti didistribusikan secara luas di daerah tropis termasuk di
dalamnya Afrika sub sahara, India, Asia Timur, kepulauan Pasifik Barat, kepulauan
Karibia,dan Asia Tenggara. Daerah endemis B. Malayi adalah Asia Selatan dan Asia Tenggara
dari India di barat sampai korea di timur. Infestasi oleh B. timori ditemukan di sebagian kecil
kepulauan di Timur Indonesia. 5
Parasit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk sebagai vektor. Tergantung vektornya
dengan tempat perindukan berlainan, filariasis bancrofti ada dua macam yaitu filariasis
bancrofti perkotaan (urban bancroftian filariasis) vektor utamanya Culex quinquefasciatus
yang hidup di dalam rumah, tempat perindukannya di air kotor sekitar rumah dan filariasis
bancrofti pedesaan (rural bancroftian filariasis) vektornya nyamuk Aedes, Anopheles dan
Mansoni.
Filariasis bancrofti dapat di jumpai di perkotaan atau di pedesaan. Di Indonesia
parasit ini lebih sering ditemui dipedesaan dari pada perkotaan. Kelompok umur dewasa
muda merupakan kelompok penduduk yang sering menderita, terutama penduduk yang
tergolong berpenghasilan rendah.2,5

Patofisiologi
Semua parasit ini disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah, atau,
untuk Dracunculus, oleh kopepoda (Crustacea). Selain elefantiasis, bentuk serangan yang
muncul adalah kebutaan Onchocerciasi sakibat infeksi oleh Onchocerca volvulus dan
migrasi microfilariae lewat kornea.2,3
Di daerah perkotaan, parasit ini ditularkan oleh nyamuk Culex quinquefasatus. Di
perdesaan vektornya berupa nyamuk Anopheles atau nyamuk Aedes. Parasit ini tidak
ditularkan oleh nyamuk Mansonia. Daur hidup parasit ini memerlukan waktu yang

5
panjang. Masa pertumbuhan parasit di dalam nyamuk kurang lebih 2 minggu. Pada
manusia, masa pertumbuhan belum diketahui secara pasti tetapi diduga kurang lebih 7
bulan, sama dengan masa pertumbuhan parasit ini di dalam Presbytis cristata (lutung).
Microfilaria yang terisap oleh nyamuk, melepaskan sarungnya di dalam lambung,
menembus dinding lambung dan bersarang di antara otot-otot toraks. Mula-mula parasit
ini memendek, bentuknya menyerupai sosis dan disebut larva stadium I. Dalam waktu
kurang lebih seminggu, larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang
disebut larva stadium II. Pada hari kesepuluh dan selanjutnya, larva bertukar kulit sekali
lagi, tumbuh makin panjang dan lebih kurus disebut larva stadium III. 2
Gerakan larva stadium III sangat aktif. Bentuk ini bermigrasi, mula-mula ke
rongga abdomen kemudiam ke kepala dan alat tusuk nyamuk.Bila nyamuk sedang aktif
mencari darah akan terbang berkeliling sampai adanya rangsangan hospes yang cocok
diterima oleh alat penerima rangsangannya. Rangsangan ini akan memberi petunjuk pada
nyamuk untuk mengetahui dimana adanya hospes , kemudian baru menggigit.2
Bila nyamuk yang mengandung larva stadium III bersifat infektif dan mengigit
manusia, maka larva tersebut secara aktif masuk ke dalam tubuh hospes dan bersarang di
saluran limfe setempat. Di dalam tubuh hospes, larva mengalami dua kali pergantian
kulit, tumbuh menjadi larva stadium IV lalu stadium V dan cacing dewasa. Siklus ini
yang berterusan sehingga semakin banyak menderita filariasis dan manusia merupakan
definitive host, dapat dilihat pada gambar 3..2

Gambar 3. Daur Hidup W. bancrofti

Brugia timori, cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan pembuluh limfe.
Bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina mengeluarkan
mikrofilaria yang bersarung. Periositas mikrofilaria B. timori mempunyai sifat periodik

6
nokturia. Infeksi parasit ini ditularkan oleh nyamuk Anbarbitostris yang berkembang biak di
daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah pedalaman. Yang terkena panyakit ini
terutama adalah petani dan nelayan.4
Masa pertumbuhan B. timori di dalam nyamuk kurang lebih 10 hari. Mikrofilaria yang
terisap oleh nyamuk, melapaskan sarungnya di dalam lambung, menembus dinding lambung
dan bersarang di antara otot-otot toraks. Mula-mula parasit ini memendek, bentuknya
menyerupai sosis dan disebut larva I. Kemudian, larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi
lebih gemuk dan panjang, disebut larva stadium II. Larva ini akan bertukar kulit sekali lagi,
tumbuh semakin panajng dan lebih kurus, disebut larva stadium III. Gerak larva stadium III
sangat aktif. Larva ini akan bermigrasi dari rongga abdomen ke kepala dan alat tusuk
nyamuk. Bila nyamuk yan gmengandung larva stadium II menggigit manusisa, makan larva
secara aktif masuk melalui luka tusuk kedalam tubuh hospes dan bersarang di saluran limfe
setempat. Di dalam tubuh manusia B. timori mengalami pertumbuhan selama kurang lebih 3
bulan. Di dalam tubuh hospes, larva mengalami dua kali pergantian kulit, tumbuh menjadi
larva stadium IV, stadium V atau cacing dewasa, dapat dilihat pada gambar 4.4

Gambar 4. Daur Hidup Brugia timori dan Brugia Malayi


Manifestasi dini penyakit ini adalah peradangan, sedangkan bila sudah lanjut akan
menimbulkan gejalah obstruktif.
Perjalanan penyakit filariasis dapat dibagi dalam beberapa stadium. Stadium pertama
yaitu stadium mikrofilaremia, pada penderita mikrofolaremia tanpa gelajah klinis,
pemeriksaan dengan limfosintigrafi menunjukkan adanya kerusakan saluran limfe. Cacing
dewasa hidup dan dapat menyumbat saluran limfe dan terjadi dilatasi pada saluran limfe

7
disebut lymphangiekstasia. Jika jumlah cacing dewasa banyak dan lymphangiekstasia terjadi
secara intensif, menyebabkan disfungsi system limfatik. setelah itu, lumen tertutup dan
cacing mengalami kalsifikasi. Sumbatan sirkulasi limfatik terus berlanjut pada individu,
sampai semua saluran limfatik tertutup, menyebabkan terjadinya limfedema di daerah yang
terkena. 2
Kedua merupakan stadium akut yang ditandai dengan peradangan pada saluran dan
kelenjar limfe, berupa limfadenitis, disertai dengan dengan demam dan malaise. Gelajah
peradangan tersebut hilang timbul beberapa kali dalam setahun dan berlangsung beberapa
hari sampai satu dua minggu lamanya. 2
Terakhir adalah stadium menahun, paling sering dijumpai adalah hidrokel. Dapat pula
dijumpai gejalah limfadema dan elephantiasis yang mengenai seluruh tungkai, payudara dan
vulva. Kadang-kaidang terjadi kiluria, yaitu urin yang berwarna putih susu yang terjadi
karena dilatasi pada pembulih limfe pada system ekskretori dan urinari.2

Penatalaksanaan
Pengobatan dibagi atas atas medica mentosa (menggunakan obatobat yang di
minum) dan juga non-medica mentosa (tidak mengonsumsi obat).
Medica mentosa, pengobatan yang diberikan adalah obat dietilkarbamisin sitrat
(DEC). Obat ini merupakan obat pilihan terbaik untuk pengobatan perorangan atau masal,
karena DEC bersifat membunuh microfilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka
panjang. Dosis yang dianjurkan adalah 6 mg/kg berat badan /hari selama 12 hari.6
Non-medica mentosa, bila sudah terjadi stadium menahun, bisa dilakukan
pembedahan, ataupun dengan edukasi untuk membersihkan lingkungan dengan 3M
(menguras, menutup, mengubur).

Prognosis
Pada kasus dini dan sedang, prognosis baik terutama bila pasien pindah dari daerah
endemik. Pengawasan daerah endemik tersebut dapat dilakukan dengan pemberian obat, serta
pemberantasan vektornya. Pada kasuskasus lanjut terutama dengan edema prognosis lebih
buruk.

Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan baik secara masal atau pencegahan individu. Pencegahan
secara massal dapat dilakukan dengan pemberian obat dosis tunggal, sekali pertahun, 2
regimen obat (Albendazol 400 mg dan ivermectin 200 mg/kgBB) cukup efektif. Hal ini
merupakan pendekatan alternatif dalam menurunkan populasinya.7
Untuk mencegah penyakit filariasis secara individu, nyamuk penularnya
diberantas merupakan cara yang paling efektif. Cara tepat untuk memberantas nyamuk

8
adalah berantas jentik-jentiknya di tempat berkembang biaknya. Cara ini dinamakan
dengan pemberantas sarang nyamuk filariasis. oleh karena tempat-tempat berkembang
biaknya di rumah-rumah dan tempat-tempat umum maka setiap keluarga harus
berkerjasama dan berusaha melaksanakan pemberantas sarang nyamuk filariasis.
Selain itu, pemberantasan sarang nyamuk filariasisjuga bisa dilakukan melalui
penggunaan insektisida untuk langsung ubtuk membunuh nyamuk dewasa yang
menyebabkan filariasis. cara penggunaan malation ialah dengan pengasapan (thermal
fogging) atau dengan pengabutan (cold fogging). Ada juga insektisida yangbertujuan
membunuh jentik-jentik nyamuk, yakni temphos (abate). Cara penggunaan abate adalah
dengan menggunakan pasir abate (sand granules) ke dalam sarang-sarang nyamuk
filariasis.
Sedangkan cara yang tidak menggunakan abate adalah dengan 3M yakni menguras
bak mandi, tempayan atau TPA minimal seminggu sekali karena perkembangan telur
untuk menjadi nyamuk memerlukan 7-10 hari. Selanjutnya menutup TPA rapat-rapat dan
langkah terakhir dari 3M adalah membersihkan halaman rumah dari barang-barang yang
memungkinkan nyamuk itu bersarang atau bertelur.

Kesimpulan
Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik maupun penunjang akan didapatkan
beberapa diagnosis penyakit. Namun jika telah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut maka
dapat disimpulkan bahwa pasien menderita filariasis bancrofti yang disebabkan oleh cacing
Wuchereria bancrofti. Bila sudah mengetahui patofisiologi dan etiologi penyakit, pasien
dapat segera diberikan penanganan lebih lanjut seperti pemberian obat agar penyakit tidak
bertambah parah. Selain pengobatan yang dilakukan, harus pula dilakukan tindakan
pencegahan agar penyakit tidak menyebar.

Daftar Pustaka

1. Mark HS. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;1995.h.4
2. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK. Parasitologi kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2008.h.32-8.
3. Widoyono. Penyakit tropis. Jakarta: Erlangga; 2008.h.139-41.
4. Ardra CT. Perbandingan prevalensi IgG4. Jakarta; Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2009.4-6
5. Dyah HS, Didik TS. Dinamika filariasis di Indonesia. Bogor; Balai Penelitian
Veteriner.h.247

9
6. Sudoyo AW, Alwi I, Bambang S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta:
Interna Publishing;2009.h.2230, 2931-6
7. Mubin H. Panduan praktis ilmu penyakit dalam. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2007.h.94-
5

10

You might also like