You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penurunan kualitas lingkungan hidup, salah satunya disebabkan pencemaran yang telah

melebihi ambang batas. Sumber pencemar yang cukup besar saat ini umumnya dihasilkan oleh

air limbah aktifitas rumah tangga, meskipun juga tidak mengesampingkan air limbah industri

yang semakin hari semakin dirasakan peningkatan pencemarannya di dalam badan air.

Air limbah industri mengandung bahan pencemar yang dapat berupa bahan pencemaran

umum dan bahan beracun. Bahan pencemaran umum adalah bahan-bahan yang secara tidak

langsung membahayakan kesehatan manusia, yaitu bahan organik, lumpur, minyak, asam dan

alkali, garam nutrien (garam N dan P), warna,bau, panas, dan bahan anorganik. Air limbah yang

mengandung bahan bahan pencemar tersebut apabila tingkat konsentrasinya cukup tinggi akan

mengganggupengguna air, membuat kehidupan manusia pengguna air menjadi tidak nyaman,

atau merusak ekosistem (Agustina. 2006).

Apabila air limbah yang mengandung bahan pencemar tersebut langsung dialirkan ke

lingkungan (seperti sungai atau badan air lainnya), akan mengakibatkan terjadinya pencemaran

pada badan air tersebut. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengawasan dan tingkat kesadaran

dari pelaku usaha, sering terjadi penyumbatan muka air tanah dangkal sehingga kekurangan air

bersih di beberapa tempat yang merupakan area industri dan padat penduduk.

Berdasarkan hal tersebut maka keberadaan air limbah mutlak dikelola agar tidak

melampaui ambang batas toleransi lingkungan. Salah satu dasar hukum yang mengatur
pengelolaan ini terkait dengan IPAL. Instalasi ini sangat penting, sesuai Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 dinyatakan bahwa Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) sangat diperlukan dalam upaya menurunkan kadar parameter pencemar dalam limbah,

agar diperoleh limbah cair dengan kualitas baik dan memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan.

Penerapan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada industri merupakan salah satu

penanganan limbah cair yang harus dilakukan oleh kegiatan Industri, mengingat limbah ini

lazimnya dibuang ke perairan umum, sedangkan di sisi lain perairan umum dimanfaatkan untuk

berbagai keperluan masyarakat sekitar.

Air limbah, sesuai dengan sumber asalnya, mempunyai komposisi yang sangat bervariasi

pada setiap tempat. Akan tetapi secara garis besar zat zat yang terdapat didalam air limbah

secara detail mempunyai sifat yang dibedakan menjadi tiga bagian besar antara lain sifat

fisik,kimia dan bologis. Berdasarkan hal tersebut pada makalah kali ini penulis akan membahas

mengenai sifat-sifat limbah secara fisika, kimia dan biologi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu limbah?
2. Apa saja sifat-sifat limbah?
3. Apasaja efek buruk dari limbah?
1.3 Tujuan
2. Dapat mengetahui apa itu limbah
3. Dapat mengetahui sifat-sifat limbah
4. Dapat mengetahui efek-efek buruk dari limbah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Limbah


Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan

dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya.

Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis

limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun (Limbah B3)

Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiapbahan sisa (limbah)

suatu kegiatan proses produksi yang mengandungbahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat

(toxicity ,flammability ,reactivity, dan corrosivity ) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik

secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau

membahayakan kesehatan manusia

2.2 Karakteristik Limbah

Untuk mengetahui lebih luas tentang limbah, maka perlu kiranya mengetahui tentang

kandungan yang ada dalam air limbah beserta sifat-sifatnya. Menurut Sugiaharto tahun 1987,

limbah memiliki sifat yang dapat dibedakan menjadi tiga bagian besar diantaranya :

A. Sifat Fisik
Penentuan drajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh adanya sifat fisik yang

mudah terlihat adapun sifat fisik yang penting adalah kandungan zat padat sebagai efek

estetika. Berikut ini adalah klasifikasi sifat fisik, yakni :


1. Zat Padat

Dalam limbah terkandung total zat (Zat Solid), yaitu semua zat padat yang tetap ada

sebagai residu setelah proses pemanasan pada suhu 103C sampai 105C dalam

laboratorium. Partikel padat didefenisikan sebagai supensed solid yang dapat menembus

kertas saring dengan diameter minimal 1 mikro.


2. Bau

Limbah sering kali menimbulkan bau yang tidak sedap. Bau tersebut disebabkan karena

adanya gas-gas hasil dekomposisi (Penguraian ) Zat organik dalam air limbah. Gas-gas yang

dapat menimbulkan bau dalam air limbah antara lain, hydrogen sulfida, amonia dan senyawa

organik sulfida. Sulfida dapat ditemukan pada perairan yang kotor sebagai dekomposisi

senyawa organik dan sampah industri. Sulfida biasanya ditemukan sebagai sulfat, jika

terdapat dalam air kotor akan mengalami oksidasi dengan udara dan membetuk sulfida yang

menimbulkan bau tidak sedap. Pada kondisi asam, air yang mengandung ion sulfida dapat

menghasilkan hydrogen sulfida yang sangat beracun meskipun dalam konsentarsi yang

rendah (0,2 ppm).

3. Suhu

Suhu adalah temperatur air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri , suhu menjadi

parameter yang penting. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi

kimia, evaporasi, dan volatilisasi selain itu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas

dalam air, misal O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya (Haslam, 1995 dalam Alamsyah ;

2008).

Peningkatan suhu disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan

oksigen sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme akuatik

untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi (Effendi, 2003 dalam alamsyah ; 2008).

Baku mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter suhu adalah maksimum 30oc.

4. Warna
Sering kali air limbah memiliki warna tertentu tergantung dari kandungan air limbahnya.

Air limbah yang baru saja dibuang berwarna abu-abu dan akan berubah menjadi hitam. Hal

ini disebabkan karena proses dekomposisi bahan organik dan menurunnya jumlah oksigen

sampai menjadi nol. Namum, air yang tidak berwarna belum tentu menjadi jaminan bahwa

air tersebut tidak mengandung limbah.

5. Kekeruhan

Air limbah terlihat keruh disebabkan zat organik, lumpur, tanah liat, jasad renik dan zat

koloid dan zat lainnya yang mengapung dan tidak segera mengendap. Semakin keruh air

limbah dapat dikatakan semakin besar kandungan limbahnya.

B. Sifat Kimia

1. Bahan Organik

Dalam air limbah terdapat beberapa kandungan bahan organik berupa protein 65%,

karbohidrat 25% dan lemak atau minyak 10%. Lemak dalam limbah domestik bisa berasal

dari sisa makanan, yang jika dibuang ke sungai akan mengapung dan menutupi permukaan

air. Minyak dan lemak tidak dapat terdegradasi dalam waktu yang singkat, karena

membutuhkan waktu yang lama maka keberadaannya akan mengganggu aktivitas organisme

didalamnya. Kandungan bahan mineral yang ada dalam air limbah dalam keadaan normal

dapatdilihat pada Tabel 2.1

Tabel 4.1 Kandungan bahan mineral dalam air limbah

N Bahan mineral yang ada Keadaan normal (ppm)

o
1 Zat Padat terlarut 100 - 300
2 Boron 0,1 - 0,4
3 Sodium (persen) 1 - 15%
4 Sodium (Na) 40 - 70
5 Potasium 7 - 15
6 Magnesium 15 - 40
7 Kalsium 15 - 40
8 Nitrogen total 20 - 40
9 Fosfat 20 - 40
10 Sulfat 15 - 30
11 Klorid 20 - 50
12 Kesadahan total 100 - 150

Selain itu bahan organic terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam limbah serta

menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap dan akan lebih berbahaya jika bahan tersebut

merupkan bahan beracun. Adapun bahan kimia yang ada di dalam air limbah pada umumnya

dapat diklasifikasikan menurut Sugiarto tahun 1987, yakni sebagai berikut :

a. Karbohidrat

Karbohidrat dalam air buangan diperoleh dalam bentuk sellulosa, kanji, tepung

dextrim yang terdiri dari senyawa karbon, hidrogen dan oksigen, baik terlarut maupun

tidak larut.

b. Protein

Pada protein yang berasal dari bulu binatang seperti sutra dengan unsur persenyawaan

yang cukup kompleks mengandung unsur nitrogen. Protein merupakan penyebab utama

terjadinya bau karena adanya proses pembusukan dan penuraian oleh mikroba.

c. Lemak dan Minyak


Lemak dan minyak ditemukan mengapung di atas permukaan air meskipun sebagian

terdapat di bawah permukaan air. Lemak dan minyak merupakan senyawa ester dari

turunan alkohol yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Lemak sukar

diuraikan bakteri tapi dapat dihidrolisa oleh alkali sehingga membentuk senyawa sabun

yang mudah larut. Minyak pelumas yang berasal dari minyak bumi dipakai dalam pabrik

dan terbawa air cucian ketika dibersihkan. Adanya minyak dan lemak di atas permukaan

air merintangi proses biologi dalam air sehingga tidak terjadi fotosintesa.

d. Besi dan Mangan

Besi dan mangan yang teroksida dalam air berwarna kecoklatan dan tidak larut,

menyebabkan penggunaan air menjadi terbatas. Air tidak dapat dipergunakan untuk

keperluan rumah tangga dan industri. Kedua macam bahan ini berasal dari larutan batu-

batuan yang mengandung senyawa Fe atau Mn seperti pyrit, kematit, mangan dan lain-lain.

Dalam limbah industri, besi berasal dari korosi pipa-pipa air, material

logam sebagai hasil reaksi elektro kimia yang terjadi pada permukaan. Air yang

mengandung padatan larut mempunyai sifat mengantarkan listrik dan ini mempercepat

terjadinya korosi.

e. Chlorida

Chlorida banyak dijumpai dalam pabrik industri kaustik soda. Bahan ini berasal dari

proses elektrolisa, penjernihan garam dan lain-lain. Chlorida merupakan zat terlarut dan

tidak menyerap. Sebagai Chlor bebas berfungsi desinfektans, tapi dalam bentuk ion yang
bersenyawa dengan ion natrium menyebabkan air menjadi asin dan merusak pipa-pipa

instalasi.

f. Phosphat

Kandungan phosphat yang tinggi menyebabkan suburnya algae dan organisme lainnya.

Phosphat kebanyakan berasal dari bahan pembersih yang mengandung senyawa phosphat.

Dalam industri kegunaan phosphat terdapat pada ketel uap untuk mencegah kesadahan.

Maka pada saat penggantian air ketel, buangan ketel ini menjadi sumber phosphat.

Pengukuran kandungan phosphat dalam air limbah berfungsi

untuk mencegah tingginya kadar phosphat sehingga tidak merangsang pertumbuhan

tumbuh-tumbuhan dalam air. Sebab pertumbuhan subur akan menghalangi kelancaran arus

air. Pada danau suburnya tumbuh-tumbuhan airakan mengakibatkan berkurangnya oksigen

terlarut dan kesuburan tanaman lainnya.

g. Sulfur

Sulfat dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat terjadi

secara proses alamiah. Sulfur dioxida dibutuhkan pada sintesa. Pada industri kaustik soda

ion sulfat terdapat sewaktu pemurnian garam. Ion sulfat oleh bakteri direduksi menjadi

sulfida pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah menjadi hidrogen sulfida.

Dalam suasana aerob hidrogen sulfida teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfat.

Sulfat dapat dirubah menjadi sulfit dan hydrogen sulfitboleh bakteri pada situasi tanpa

udara. Berikut persamaan yang terjadi. :


h. Nitrogen

Nitrogen dalam air limbah pada umumnya terdapat dalam bentuk organik dan oleh

bakteri berubah menjadi amonia. Dalam kondisi aerobik dan dalam waktu tertentu bakteri

dapat mengoksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat. Nitrat dapat digunakan oleh algae dan

tumbuh-tumbuhan lain untuk membentuk protein tanaman dan oleh hewan untuk

membentuk protein hewan. Perusakan protein tanaman dan hewan oleh bakteri

menghasilkan amonia. Nitrit menunjukkan jumlah zat nitrogen yang teroksidasi. Nitrit

merupakan hasil reaksi dan menjadi amoniak ataudioksidasi menjadi nitrit. Kehadiran

nitrogen ini sering sekali dijumpai sebagai nitrogen nitrit.

i. Logam Berat dan Beracun

Logam berat pada umumnya seperti cuprum (tembaga), perak, seng, cadmium, air

raksa, timah, chromium, besi dan nikel. Metal lain yang juga termasuk metal berat adalah

arsen, selenium, cobalt, mangan dan aluminium. Cadmium ditemukan dalam buangan

industri tekstil, elektro plating, pabrik kimia. Chromium dijumpai dalam 2 bentuk yaitu

chrom valensi enam dan chrom valensi tiga. Chrom valensi enam ditemukan pada buangan

pabrik aluminium dan cat, sedang chrom trivalen ditemukan pada pabrik tekstil, industri
gelas dan keramik. Plumbum terdapat dalam buangan pabrik baterai, pencelupan dolt cat.

Logam ini dalam konsentrasi tertentu membahayakan bagi manusia.

j. Fenol

Istilah fenol dalam air limbah tidak hanya terbatas pada fenol (C6H5 OH) tapi

bermacam-macam campuran organik yang terdiri dari satu atau lebih gugusan hidroxil.

Fenol yang dengan konsentrasi 0,005/liter dalam air minum menciptakan rasa dan bau

apabila bereaksi dengan chlor membentuk chlorophenol. Sumber fenol terdapat pada

industri pengolahan minyak, batubara, pabrik kimia, pabrik resin, pabrik kertas, tekstil.

2. BOD (Biologycal Oxygen Demand)

BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air

untuk mengubah bahan organik yang ada didalam lingkungan air tersebut. Air buangan atau

efluen dengan kadar BOD tinggi dapat menimbulkan polusi jika langsung dibuang ke air.

BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan

organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan buangan dalam air (Fardiaz, 1992

dalam alamsyah ; 2008) atau merupakan suatu nilai empiris yang mendekati secara global

terjadinya proses penguraian bahan-bahan yang terdapat dalam air dan sebagai hasil dari

proses oksidasi tersebut akan terbentuk CO2, air, dan NH3 (Alaerts, 1987). BOD merupakan

parameter utama dalam menentukan tingkat pencemaran perairan, dan tingkat pencemaran

berdasarkan nilai BOD disajikan pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Tingkat Pencemaran Berdasarkan Nilai BOD


Nilai BOD (mg/l) Tingkat pencemaran
< 200 Ringan
200 350 Sedang
350 750 Berat
> 750 Sangat berat
Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3/MENLH/1/1998
Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri

Baku mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter BOD adalah maksimum 50

mg/l.

3. DO (Dissolved Oxygen)

Dissolved Oxygen atau oksigen terlarut adalah kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman

dan hewan didalam air. Air memiliki kemampuan untuk menyediakan oksigen untuk

kelangsungan makhluk hidupyang ada didalamnya. Air mengandung kira-kira 8 ppm oksigen

terlarut, standar minimum oksigen terlarut yang diperlukan untuk kehidupan ikan adalah 5

ppm, dibawah jumlah ini maka ikan dan biota air lainnya tidak dapat melangsungkan

kehidupan, oksigen terlarut yang terdapat dalam air berasal dari fotosintesis tumbuhan air dan

juga oksigen dari atmosfer yang masuk kedalam air. Kandungan oksigen yang terlarut dalam

air tidak boleh terlalu rendah karena dapat menyebabkan kematian pada ikan dan binantang

lainnya. Konsentrasi oksigen terlarut juga tidak boleh terlalu tinggi karena dapat

menyebabkan proses perkaratan yang berlangsung lebih cepat (Oksigen mengikat hydrogen

yang melapisi permukaan logam)

4. COD (Chemical Oxygen Demand)

COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan

oksidan (misal: Kalium Dikromat) untuk menguraikan bahan organic (Fardiaz, 1992).COD

adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi
yang terdapat didalam air dengan sempurna. Uji COD sebagai alternatif uji penguraian

beberapa komponen yang stabil terhadap reaksi biologi atau tidak dapat diurai/dioksidasi oleh

mikroorganisme.

Tabel 2. Tingkat Pencemaran Berdasarkan Nilai COD

Nilai BOD (mg/l) Tingkat pencemaran


< 400 Ringan
400 700 Sedang
700 1500 Berat
> 1500 Sangat berat
Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3/MENLH/1/1998
Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri

Baku mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter COD adalah maksimum 100 mg/l.

6. TSS (Total Suspended Solid)

TSS (Total Suspended Solid) adalah besaran total dari seluruh padatan dalam cairan atau

banyaknya partikel yang berukuran lebih besar dari 1 m yang tersuspensi dalam suatu kolom

air (Anderson, 1961). Menurut Effendi (2003) TSS adalah bahanbahan tersuspensi dengan

diameter > 1 m yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 m. Baku

mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter TSS adalah maksimum 100 mg/l.

7. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman merupakan suatu ukuran konsentrasi ion Hidrogen dan menuju suasana

air tersebut bereaksi asam/basa (Pescod, 1973 dalam alamsyah ; 2008). pH atau derajat
keasaman adalah ukuran yang menunjukan kadar asam atau basa dalam suatu larutan. Larutan

bersifat netral jika memiliki pH = 7, bersifat basa jika pH > 7 dan bersifat asam jika < 7. Air

limbah memiliki pH netrak yang disebabkan karena adanya buffer air.

Air Limbah dengan sifat asam maupun basa akan menggangu proses penjernihan. JIka

terjadi perubahan keasaman pada iar limbah menjadi pH naik (alkali) maupun menjadi pH

turun (asam), dapat mengganggu kehidupan air didalamnya. pH air limbah yang sangat

rendah bersifat korosif terhadap logam seperti baja serta dapat mengakibatkan perkaratan

pada pipa besi. Baku mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter pH adalah berkisar

antara 6,09,0.

C. Sifat Biologi

Pemeriksaan biologis di dalam air dan air limbah untuk memisahkan apakah ada bakteri-

bskteri pathogen beada didalam air limbah. Keterangan biologis ini diperlukan untuk pengukur

kualitas air minum serta untuk menaksir tingkat kekotoran air limbah sebelum dibuang ke badan

air.

Selain kandungan benda tak hidup, dalam limbah juga terkandung organisme hidup seperti

bakteri yang berbahaya bagi kesehatan karena dapat menimbulkan penyakit. Bakteri yang

digunakan sebagai indikator adalah Escherichia coli (bakteri yang hidup dalam kotoran manusian
dan hewan) Berikut ini adalah klasifikasi mikroorganisme yang ada di dalam air menurut Donald

W, Sundstrom tahun 1979.

1. Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme kecil bersel satu dimana beda-benda organic menembus

sel dan digunakan sebagai makanan. Apabila jumlah makanan dan gizi berlebihan, maka

bakteri akan cepat berkemabang baik sampai sumber makanan tersebuut habis.

Kelompok bakteri ecoliform merupakan kelompok bakteri yang dapat digunakan sebagai

bakteri indikator untuk mengukur kadar pencemaran perairan karena memenuhi sebagian

besar kriteria bakteri indikator yang ditetapkan oleh National Academy of Sciences USA

(Timotius dan Prasetyo, 1984 dalam Ruyitno, 1997). Bakteri coliform total merupakan

perhitungan dari banyaknya koloni bakteri Escherichia, Citobacter, Klebsiella, dan

Enterobacter yang terdapat pada membran filter setelah dibiakkan selama 1824 jam di

inkubator. Beberapa satuan jumlah yang digunakan untuk menentukan kuantitas bakteri

adalah jumlah sel, MPN (Most Probable Number), dan PFU (Plaque-Forming Unit)

(Yates, 1992 dalam Alamsyah : 2007).

Baku mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter Kuman Golongan

Koli adalah maksimum 10.000 koloni/ 100 ml air limbah.


2. Jamur
Jamur sangat penting dalam penjernihan air seperti halnya dengan bakteri, mereka

menggunakan partikel organik terlarut.


3. Ganggang
Gagngang berbeda dengan bakateri dan jamur pada kemampuannya dalam mengadakan

fotosintesis. Melalui autotropik ganggang diransang untuk meningkatkan tingkat gizi

seperti nitrogen dan fosfor.


4. Protozoa
Protozoa adalah sekelompok binatang yang dapat dijumpai pada permukaan air dan air

tanah, ukurnya jauh lebih besar dari bakteri, protozoa ini memakan buangan koloid,

bakteri dan binatang kecil lainnya.


5. Rotifera dan Rustacea
Rotifera adalah binnatang bersel satu dengan makan utamnya adalah bakteri. Ia

memerlukan kadar oksigen terlarut yang banyak, sehingga ia akan dijumpai pada air yang

sudah relatif bersih dan mengandung sedikit bahan organis. Binatang ini digunakan untuk

petunjuk tingkat kejernihan secara biologis telah tercapai optimal. Adapun krustaceae

adalah binatang pemakan bakteri dan algae, golongan ini sangat penting untuk makanan

ikan dan dapat dijumpai di danau dan sungai.

6. Virus
Virus adalah parast kecil yang mana tidak memilikki inti sel, embran sel atau dinding sel.

Di dalam limbah rata-rata terdapat100-500 virus dalam setiap 100 mililiternya.

2.3 Efek Buruk Air Limbah

Sesuai dengan batasan dari air limbah yang merupakan benda sisa maka sudah tentu bahwa

air limbah merupakan yang tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi tidak berarti tidak perlu

dilakukannya pengelolaan, karena apabila limbah tidak dikelola maka dapat menimbukan

gangguan baik terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada. Gangguan yang

dapat ditimbulkan misalnya rusak lingkungan, kestabilan ekosistem terganggu, kondisi

lingkungan yang buruk dari nilai estetika hingga menimbulkan gangguan kesehatan pada

manusia. Berikut ini adalah beberapa efek buruk limbah, yakni diantaranya :

1. Gangguan terhadap kesehatan


Air limbah sangat berbahaya bagi keseatan manusia mengingat bahwa banyak penyakit

yang dapat ditularkan melalui air limbah, karena air limbah dapat befungsi sebagai media
perantara beberpa peyakit. Banyak contoh bakteri dan virus yang dapat dibawa oleh

limbah cair ini diantaranya :

1. Virus ; menyebabkan penyakit polio hepatitis dan myelitis.

2. Vibrio kolera ; menyebabkan penyakit kolera.

3. Salmonella typosa ; merupakan penyebab tifus abdonimalis.

4. Shigellar Spp ; penyebab disentri bacsillar dan banyak terdapat dalam air yang

tercemar.

5. Basillus anthraksis ; penyebab penyakit antraks dan terdapat pada air limbah dan spora

tahan pada pengolahannya.

6. Skistosoma Spp ; penyebab penyakit skistosomiasis, akan tetapi daoat

dimatikan pada saat melewati pengolahan limbah cair. (Sugiharto, 1987)

2. Gangguan terhadap kehidupan biotic


Dengan banyaknya zat tercemar yang ada didalam air limbah, maka akan menyebabkan

menurunnya kadar oksigen yang terlarut didalam air, dengan demikian mengganggu dan

mengurangi perkembangan bahkan menyebabkan kematian kehidupan biotic dalam air

tersebut (Soesanto, 1985).


3. Gangguan terhadap keindahan

Beberapa sifat yang ditimbulakan oleh limbah cair adalah pH, kekeruhan, suhu , bau

busuk dan juga kotor (Sugiharto :1987). Dari sifat fisik tersebut dapat mengganggu nilai

estetika lingkungan. Bau busuk yang ditimbulkan oleh limbah cair dapat mengganggu

indera penciuman kita dan membuat kita tidak menyukai lingkungan lagi.

Selain itu kandungan zat kimia yang ada dapat menghambat pertumbuhan tanaman

misalnya pepohonan dan juga bunga sehingga dapat mengganggu nilai keindahan
tumbuhan yang ktia tanam. Selain itu limbah yang dibiarkan begitu saja akan

menyebabkan lingkungan terlihat kotor dan jorok sehingga membuat kita tidak nyaman

memandang lingkungan dan kotor dan seperti biasa hal ini mengurangi nilai estetika dan

keindahan lingkungan sekitar.

4. Gangguan terhadap kerusakan benda


Apabila air limbah mengandung gas karbondioksida yang agresif, maka akan

memeprcepat proses terjadinya karat pada benda yang terbuat dari besi. Semakin cepat

rusaknya benda tersebut maka biaya pemeliharaannya akan semakin besar yang berarti

akan menimbulka kerugian material (Sugiharto, 1987).


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkandari suatu

kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan

sebagainya. Limbah memiliki beberapa sifat yakni sifat fisik, kimia dan biologis, dimana hal itu

dapat dijadikan parameter berbagai jenis limbah dalam menentukan limbah beracun atau

berbahaya. Selain itu mengingat tingginya konsentrasi dan melampaui batas minimum, limbah

sangat merugikan lingkungan dan dapat membuat kerugian besar bahkan menyebabkan

timbulnya penyakit serta timbulnya masalah lain yang lebih besar

3.2 Saran
Pengolahan limbah disaat ini perlu perhatian, mengingat semakin banyaknya limbah di
lingkungan sekitar. Adanya pengolahan limbah diharapkan lingkungan akan tetap terjaga
sehingga tidak tercemar oleh limbah.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, H. 2006. Land Apllication Sebagai Alternatif 3R Pada Industri Kelapa Sawit.

Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya dan

Beracun. http://menlh.go.id. [9 Februaril 2017]

KEP-01/BAPEDAL/09/1995. TANGGAL : 5 SEPTEMBER 1995. TATA CARA DAN

PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN. PENGUMPULAN LIMBAH

Sundstrom, Donald W., and Herbert E. Klei. 1979. Wastewater Treatment. Prentice-Hall

Inc,USA.

Sugiarto. 1987. Dasar- Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: Universitas Indonesia.

Soesanto.1985. Limbah industry dan Dampaknya Pada Kesehatan. Majalah kesehatan

masyarakat Indonesia tahun ke-V, hlm 579-582

Alamsyah S, 2007. Merakit sendiri alat penjernih air untuk rumah tangga. Kawan Pustaka.
Jakarta

Haslam, S. M. 1995. Biological Indicators of Freshwater Pollution and Enviromental


Management. London: Elsevier Applied Science Publisher.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Yogyakarta: Percetakan Kanisius.).
Alaerts G., & S.S Santika. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya. Indonesia.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3/MENLH/1/1998 Tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kawasan Industri
Fardiaz Srikandi. 1992. POLUSI AIR & UDARA. Penerbit KANISIUS. Yogyakarta.

You might also like