You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang akan
mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa
nyeri. Nyeri tersebut adalah keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak
nyamanan secara verbal maupun non verbal. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi
oleh emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri
dan pengertian nyeri. Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat,
konsentrasi, dan kegiatan yang biasa dilakukan (Engram, 1999). Jumlah penderita mengalami
fraktur di Amerika Serikat sekitar 25 juta orang pertahun.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari pada yang dapat diabsorpsinya.
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak
dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah , jaringan di sekitarnya juga akan
terpengaruh mengakibatkan edema jaringang lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi
sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat
mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dari Fraktur?
2. Apa saja etiologi dari fraktur?
3. Apa saja manifestasi klinis dari Fraktur?
4. Apa saja klasifikasi dari fraktur?
5. Apa saja penatalaksanaan fraktur?
6. Apa saja komplikasi fraktur?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien fraktur?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui definisi dari Fraktur
2. Untuk Mengetahui etiologi dari fraktur
3. Untuk Mengetahui manifestasi klinis dari Fraktur
4. Untuk Mengetahui klasifikasi dari fraktur
5. Untuk Mengetahui penatalaksanaan fraktur
6. Untuk Mengetahui komplikasi fraktur

1
7. Untuk Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien fraktur

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya,
terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000).
Fracture is abreak in the continuity of bone and is defined according to its type and extent.
(Brunner &Suddarth, 2008)
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas jaringan tulang yang disebabkan tekanan eksternal
yang dating lebih besar dari yang diserap oleh tulang (Lnda Juall Carpenito, 2000).
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Marilyam E. Doenges, 2000).

B. ETIOLOGI
Etiologi patah tulang menurut Barbara C. Long adalah :
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada tempat yang
terkena.Hal ini mengakibatkan kerusakan jaringan lunak disekitarnya.Jika kekuatan tidak
langsung mengenai tulang maka dapat terjadi Fraktur pada tempat yang jauh daro tempat
yang terkena dan kerusakan jaringan lunak difraktur mungkin tidak ada.
2. Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan
Otot-otot yang berada disekitar tulang tidak mampu mengabsorsi energi.
3. Fraktur Patologis
Fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses pelemahan tulang akibat suatu proses
penyakit, kanker yang bermetastase atau osteoporosis.dm
4. Compresion force
Klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat mengakibatkan fraktur kompresi tulang
belakang
5. Muscle (otot)
Akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga dapat menyebabkan fraktur
(misal; elektrik shock dan tetani)
Trauma dapat bersifat:
1. Trauma Langsung
Trauma langsung dapat menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada
daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut
mengalami kerusakan.
2. Trauma Tidak Langsung

3
Trauma yang dihantarkan lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan
ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak
tetap utuh.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Deformitas (Perubahan bentuk tubuh sebagian / umum)
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dar tempatnya.Perubahan
keseimbangan dan kontur terjadi karena rotasi pemendekan tulang dan penekanan tulang.
2. Bengkak
3. Echymosis dari pendarahan
4. Spasme Otot
5. Nyeri yang disebabkan oleh spasme otot Karena berpindahnya tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.
6. Kehilangan sensasi
7. Terjadi karena rusaknya saraf.
8. Pergerakan Abnormal
9. Peningkatan temperature lokal
10. Krepitasi Rasa (gemeretak yang terjadi jika bagian-bagian tulang digerakkan)
11. Shock Hipovolemik akibat hilangnya darah.

D. KLASIFIKASI FRAKTUR
Penampilan Fraktur dapat sangat bervariasi dan dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :
Berdasarkan sifat fraktur
1. Fraktur tertutup (Closed Fraktur)
Adalah fraktur yang tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar.Disebut juga fraktur bersih karena kulit masih utuh. Klasifikasi fraktur tertutup :
a) Tingkat 0 : Fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
disekitarnya
b) Tingkat 1 : Fraktur dengan abrasi dangkal / memar jaringan subkutan
c) Tingkat 2 : Fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam
dan pembengkakan
d) Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman
sindroma kompartement.
2. Fraktur terbuka (Open Fraktur)
Adalah fraktur yang terdapat hubungan antara tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan kulit. Klasifikasi fraktur terbuka :
a) Derajat 1 : Jika kurang dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda
luka remuk, kontaminasi ringan
b) Derajat 2 : Laserasi lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak lebih banyak namun
tidak luas, kontaminasi sedang

4
c) Derajat 3 : Terjadi kerusakan jaringan lunaik yang luas meliputi struktur kulit otot
dan neuromuskulan, serta kontaminasi derajat tinggi
Berdasarkan komplit / tidak komplitnya fraktur
1. Fraktur komplit
Bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang
seperti terlihat pada foto.
2. Fraktur incomplit
Bila garis patah tidfak melalui seluruh penampang tulang.
Bedasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma
1. Fraktur Transversal
Adalah fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma
angulasi / langsung.
2. Fraktur Oblik
Adalah fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi juga.
3. Fraktur Spiral
Adalah fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.
4. Fraktur Kompresi
Fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah
permukaan lain.
5. Fraktur Avulasi
Fraktur yang diakibatkanh karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada
tulang.
Berdasarkan jumlah garis patah
1. Fraktur Komunitif
Fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2. Fraktur Segmental
Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan.
3. Fraktur Multipel
Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tetapi tidak pada tulang yang sama.
Berdasarkan pergeseran fragmen tulang
1. Fraktur Undisplaced (Tideak bergeser)
Garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan penosteum masih utuh
2. Fraktur Displaced (Bergeser)
Terjadi pergeseran fragmen tulang juga disebut lokasi fragmen
3. Fraktur kelelahan
Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
4. Fraktur Patologis
Fraktur yang diakibatkan oleh karena proses patologis tulang.

5
6
7
PATHWAY

8
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini menentukan lokasi dan luasnya fraktur / cedera. Untuk mendapatkan
gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu
AP atau PA dan Lateral.Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) untuk
memperlihatkan patoligi yang dicari karena adanya super posisi.Perlu diketahui bahwa
permintaan X-Ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya
dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada X-Ray adalah :
a) Bayangan jaringan lunak
b) Tipis tebalnya korteks akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau rotasi
c) Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi
d) Selain X-Ray kadang perlu teknik khusus seperti :
Tomografi menggambarkan tidak satu struktur saja tetapi struktur lain tertutup yang
sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana
tidak pada satu struktur saja tetapi pada struktur lain juga mengalaminya.
Myelografi menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah diruang
verkbre yang mengalami kerusakan akibat trauma.
Arthografi meggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.
2. Stan Tulang (Scan CT / MKI)
Memperlihatkan fraktur untuk mengidentifikasi kerusakan jaringa lunak. Dilakukan bila ada
kerusakan vaskuler.
3. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
4. Pemeriksaan laboratorium
1) Hitung darah lengkap
Mungkin terjadi peningkatan (Hemokonsentrasi) atau penurunan (perdarahan bermakna
pada sisi fraktur atau organ jauh trauma multiple), peningkatan jumlah leuksit adalah
respon stress normal setelah trauma.
2) Kretinin
Trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk ginjal.

F. PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan fraktur :
1. Rekoginisi
Pengenalan riwayat kecelakaan, derajat keparahan, deskripsi peristiwa yang terjadi.
2. Reduksi atau Refosisi
Usaha atau tindakan manipulasi fragmen dan tulang yang patah sedapat mungkin untuk
kembali seperti letak asalnya.
3. Retensi dari reduksi atau mobilisasi

9
Setelah direposisi fragmen tulang harus direlensi atau mobilisasi untuk mempertahankan pada
posisi kesejajaran benar sampai terjadi penyatuan.
Imobilisasinya dengan cara :
Fiksasi Eksterna (Fips dan Traksi)
Fiksasi Interna (Orif) dengan lempeng logam (Plate) dan Nail yang melintang pada cavum
medularis tulang.
4. Rehabilitasi
Mengembalikan fungsi normal bagian yang cidera.Rencana rehabilitasi harus segera dimulai
dan dilaksanakan bersama dengan pengobatan.
Penatalaksanaan Medis:
1. Lakukan pemeriksaan fisik terhadap jalan nafas (airway), proses pernafasan (breathing), dan
mengetahui syok atau tidak (sirkulasi).
2. Lakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik secara terperinci, waktu kecelakaan penting
ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai diruma sakit (menginat golden periode 1-6
jam). Bila lebih dari 8 jam komplikasi infeksi semakin besar.
3. Melakukan foto radiologi
4. Pemasangan bidai untuk menguranghi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang
lebih berat pada jaringan lunak. Selain itu untuk memudahkan proses pembuatan foto.

G. TAHAP PENYEMBUHAN TULANG


1. Tahap pembentukan hematom
Dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk kearea fraktur.
Suplai darah meningkat, terbentuklah hematom yang berkembang menjadi jaringan granulasi
sampai hari kelima.

10
2. Tahap proliferasi
Dalam waktu sekitar 5 hari, hematom akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang
fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast
dan osteoblast yang akan menhasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen
pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan.

3. Tahap pembentukan kalus


Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain
sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus,
tulang rawan dan tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar frakmen tulang
tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus.

4. Konsolidasi (6-8 bulan)


Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi
lamellar.sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui
reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah yang tersisa

11
di antara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lamban dan mungkin
perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.

5. Fase Remodelling (6-12 bulan)


Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulangyang padat. Selama beberapa bulan atau
tahun. Pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses rearsorbsi dan pembentukan tulang
yang terus menerus. Lamallea yang lebih tebal diletakkan pada tempat yang tekanannya lebih
tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk dan akhirnya
dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.

H. Komplikasi
Komplikasi awal
1. Shock Hipovolemik/traumatik

12
Fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis, femur) perdarahan & kehilangan cairan ekstrasel
ke jaringan yang rusak shock hipovolemi.
2. Trombo emboli vena
Berhubungan dengan penurunan aktivitas/kontraksi otot/bedrest
3. Infeksi
Fraktur terbuka: kontaminasi infeksi sehingga perlu monitor tanda infeksi dan terapi
antibiotik
Komplikasi lambat
1. Delayed union
Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan biasanya lebih dari 4
bulan. Proses ini berhubungan dengan proses infeksi. Distraksi/tarikan bagian fragmen
tulang
2. Non union
Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi pengobatan. Hal ini disebabkan oleh
fobrous union atau pseudoarthrosis
3. Mal union
Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan bentuk)
4. Nekrosis avaskuler di tulang
Karena suplai darah menurun sehingga menurunkan fungsi tulang .

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, no registrasi, tanggal MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada fraktur adalah nyeri.Nyeri bisa akut maupun kronik,
tergantung lamanya serangan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien mengeluh nyeri saat bergerak, adanya deformitas atau gerakan
abnormal setelah terjadi trauma langsung yang mengenai tulang.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien pernah mengalami fraktur sebelumnya, apakah klien mempunyai penyakit
tulang seperti osteoporosis, kanker tulang, atau penyakit penyerta lainnya.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah keluarga ada yang mengalami hal serupa dengan pasien, dan apakah keluarga
memiliki penyakit tulang / penyakit lainnya yang diturunkan.
6. f. Riwayat Psikososial
Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respon dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam keluarga maupun masyarakat.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Breathing ( B1 )
Bagaimana pernafasannya, reguler/tidak, bagaimana kesimetrisannya, bagaimana
suaranya apakah terdapat suara tambahan. Apakah terdapat pergerakan otot antar rusuk,
bagaimana gerakan dada, bagaimana suaranya apakah ada pembesaran dada.
b. Blood ( B2 )
Tanda :
Hipertensi (kadang-kadang terlihat senbagai respon terhadap nyeri/ansietas) atau
hipotensi (kehilangan darah)
Takikardi ( respon stress, hipovolemi )
Penurunan/tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler, lambat,
pusat bagian yang terkena.
Pembengkakan jaringan atau masa hematon pada sisi cedera.
c. Brain ( B3 )
Gejala :
Hilang gerakan/sensori, spasme otot

14
Kesemutan
Tanda :
Deformitas local angurasi abnormal, pemendekan, rotasi krepitasi (bunyi berdent)
spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi.
Agitasi (mungkin badan nyeri/ansietas/trauma lain)
d. Bowel ( B4 )
Bagaimana bentuk/kesimetrisnya, turgor kulit abdomen apakah suara tambahan dan
bagaimana peristaltik ususnya.
e. Bladder ( B5 )
Bagaimana bentuk/kesimetrisannya, apakah terdapat lesi, apakah terjadi inkontinensia
urun.
f. Bone ( B6 )
Tanda :
Laserasi kulit, avulasi jaringan, perdarahan, perubahan warna.
Pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)
g. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :
Lingkungan cedera memerlukan bantuan dengan transplantasi, aktivitas perawatan
diri dan tugas pemeliharaan/perawatan rumah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,
pemasangan traksi, stress/ansietas.
2. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera vaskuler,
edema, pembentukan trombus)
3. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan membran
alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)
4. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif
(imobilisasi)
5. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)
6. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, trauma jaringan
lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada
(Doengoes, 2000)

15
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,
pemasangan traksi, stress/ansietas.
Tujuan: Klien mengataka nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukkan tindakan
santai, mampu berpartisipasi dalam beraktivitas, tidur, istirahat dengan tepat,
menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas trapeutik sesuai
indikasi untuk situasi individual

16
2. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera vaskuler,
edema, pembentukan trombus)
Tujuan : Klien akan menunjukkan fungsi neurovaskuler baik dengan kriteria akral hangat,
tidak pucat dan syanosis, bisa bergerak secara aktif

17
3. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan membran
alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)
Tujuan : Klien akan menunjukkan kebutuhan oksigenasi terpenuhi dengan kriteria klien
tidak sesak nafas, tidak cyanosis analisa gas darah dalam batas normal

18
19
4. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif
(imobilisasi)
Tujuan : Klien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi
yang mungkin dapat mempertahankan posisi fungsional meningkatkan kekuatan/fungsi
yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh menunjukkan tekhnik yang memampukan
melakukan aktivitas

20
5. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)
Tujuan : Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menunjukkan perilaku tekhnik untuk
mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi, mencapai
penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi

21
6. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, trauma jaringan
lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
Tujuan : Klien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau
eritema dan demam

7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada
Tujuan : klien akan menunjukkan pengetahuan meningkat dengan kriteria klien mengerti
dan memahami tentang penyakitnya

22
23
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari pada yang
dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah ,
jaringan di sekitarnya juga akan terpengaruh mengakibatkan edema jaringang lunak,
perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan
kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang
disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang.

B. SARAN
Diharapkan perawat lebih mengerti tentang konsep fraktur dan disarankan perawat lebih
banyak lagi mencari informasi tentang konsep fraktur sehingga bisa menambah wawasan
yang lebih maksimal dan dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan baik
dan benar.

24
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed. 6, EGC,
Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Dudley (1992), Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi 11, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Dunphy & Botsford (1985), Pemeriksaan Fisik Bedah, Yayasan Essentia Medica, Jakarta.

25

You might also like